Anda di halaman 1dari 4

A.

Masyarakat Modern
Masyarakat modern terdiri dari dua kata, yaitu masyarakat dan modern. Masyarakat
adalah pergaulan hidup manusia (himpunan orang yang hidup bersama di suatu tempat
dengan ikatan-ikatan aturan tertentu).[1] Sedangkan modern diartikan yang terbaru, secara
baru, mutakhir. Jadi masyarakat modern berarti suatu himpunan yang hidup bersama di suatu
tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu yang bersifat mutakhir.
Menurut Deliar Noer ada 5 ciri-ciri masyarakat modern sebagai berikut :
1. Bersifat rasional,
2. Berpikir untuk masa depan yang lebih jauh,
3. Menghargai waktu,
4. Bersikap terbuka,
5. Berpikir objektf.[2]
Dalam pada itu, Alfin Toffler, sebagai dikemukakan oleh Jalaludin Rahmat, membagi
masyarakat ke dalam tiga bagian. Yaitu masyarakat pertanian (Agricultural Society),
masyarakat industri (Industrial Society), dan masyarakat infomasi (Informatical Society).
Masyarakat pertanian, ekonominya bertumpu pada tanah / sumber alam. Teknologi yang
digunakan adalah teknologi kecil seperti pompa penyemprot hama, racun tikus, dan
sebagainya. Informasi yang mereka gunakan adalah media tradisional, dari mulut ke mulut,
bersifat lokal, dan informasi terpusat pada salah seorang yang dianggap tokoh. Dari segi
kejiwaan, mereka banyak menggunakan kekuatan yang bersifat irrasional, seperti penanganan
masalah dengan cara pergi ke dukun.
Selanjutnya masyarakat industri berbeda dengan masyarakat pertanian. Modal dasar berupa
peralatan produksi dan mesin-mesin produksi. Teknologi yang digunakan adalah teknologi
tinggi. Informasi yang mereka gunakan sudah menggunakan media cetak atau tulisan yang
dapat disimpan oleh siapa saja. Secara kejiwaan, mereka adalah manusia yang cerdas,
berilmu pengetahuan, menguasai teknologi, dan berpikir untuk hidup secara makmur dalam
bidang materi.
Yang ketiga adalah masyarakat informasi, yang paling menentukan dalam masyarakat
informasi adalah orang-orang yang paling banyak memiliki informasi. Dari segi teknologi,
masarakat informasi menggunakan teknologi elektronika. Penggunaan teknologi elektronika
telah mengubah lingkungan informasi dari yang bersifat lokal dan nasional kepada
lingkungan yang bersifat internasional, mendunia, dan global. Secara kejiwaan, mereka
adalah manusia yang serba ingin tahu, mampu menjelaskan, dan imajinatif.
B. Problematika Masyarakat Modern.
Kemajuan di bidang teknologi pada zaman modern ini telah membawa manusia ke dalam dua
sisi, yaitu bisa memberi nilai tambah (positif), tapi pada sisi laian dapat mengurangi (negatif).
Efek positifnya tentu saja akan menigkatkan keragaman budaya melalui penyediaan
informasi yang menyeluruh sehingga memberikan orang kesempatan untuk mengembangkan
kecakapan-kecakapan baru dan meningkatkan produksi. Sedangkan efek negatifnya
kemajuan teknologi akan berbahaya jika berada di tangan orang yang secara mental dan
keyakinan agama belum siap. Mereka dapat menyalahgunakan teknologi untuk tujuan-tujuan
yang destruktif dan mengkhawatirkan.[3] Misalnya penggunaan teknologi kontrasepsi dapat
menyebabkan orang dengan mudah dapat melakukan hubungan seksual tanpa harus takut
hamil atau berdosa. Jaringan-jaringan peredaran obat-obat terlarang, tukar menukar
informasi, penyaluran data-data film yang berbau pornografi di bidang teknologi komunikasi
seperti komputer, faximile, internete, dan sebagainya akan semakin intensif pelaksanaannya.
Hal tersebut di atas adalah gambaran-gambaran masyarakat modern yang obsesi
keduniaannya tampak lebih dominan ketimbang spritual. Kemajuan teknologi sains dan
segala hal yang bersifat duniawi jarang disertai dengan nilai spiritual.
Menurut Sayyed Hossein Nasr, seorang ilmuwan kenamaan dari Iran, berpandangan bahwa
manusia modern dengan kemajuan teknologi dan pengetahuaannya telah tercebur ke dalam
lembah pemujaan terhadap pemenuhan materi semata namun tidak mampu menjawab
problem kehidupan yang sedang dihadapinya. Kehidupan yang dilandasi kebaikan tidaklah
bisa hanya bertumpu pada materi melainkan pada dimensi spiritual.[4] Jika hal tersebut tidak
diimbangi akibatnya jiwa pun menjadi kering, dan hampa. Semua itu adalah pengaruh dari
sekularisme barat, yang manusia-manusianya mencoba hidup dengan alam yang kasat mata.
Menurut Nashr, manusia barat modern memperlakukan alam seperti pelacur. Mereka
menikmati dan mengeksploitasi alam demi kepuasan dirinya tanpa rasa kewajiban dan
tanggung jawab apa pun. Nashr melihat, kondisi manusia modern sekarang mengabaikan
kebutuhannya yang paling mendasar dan bersifat spiritual, mereka gagal menemukan
ketentraman batin, yang berarti tidak ada keseimbangan dalam diri. Hal ini akan semakin
parah apabila tekanannya pada kebutuhan materi semakin meningkat sehingga keseimbangan
semakin rusak. Oleh karena itu, manusia memerlukan agama untuk mengobati krisis yang
dideritanya.[5]
Dari sikap mental yang demikian itu kehadiran iptek telah melahirkan sejumlah problematika
masyarakat modern, sebagai berikut :
1. Desintegrasi ilmu pengetahuan
Banyak ilmu yang berjalan sendiri-sendiri tanpa ada tali pengikat dan penunjuk jalan
yang menguasai semuanya, sehingga kian jauhnya manusia dari pengetahuan akan
kesatuan alam.
2. Kepribadian yang Terpecah
Karena kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang coraknya
kering nilai-nilai spiritual dan terkotak-kotak, maka manusianya menjadi pribadi
yang terpecah, hilangnya kekayaan rohaniah karena jauhnya dari ajaran agama.
3. Penyalahgunaan Iptek
Berbagai iptek disalahgunakan dengan segala efek negatifnya sebagaimana
disebutkan di atas.
4. Pendangkalan Iman
Manusia tidak tersentuh oleh informasi yang diberikan oleh wahyu, bahkan hal itu
menjadi bahan tertawaan dan dianggap tidak ilmiah dan kampungan.
5. Pola Hubungan Materialistik
Pola hubungan satu dan lainnya ditentukan oleh seberapa jauh antara satu dan lainnya
dapat memberikan keuntungan yang bersifat material.
6. Menghalalkan Segala Cara
Karena dangkalnya iman dan pola hidup materialistik manusia dengan mudah
menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan.
7. Stres dan Frustasi
Manusia mengerahkan seluruh pikiran, tenaga dan kemampuannya untuk terus
bekerja tanpa mengenal batas dan kepuasan. Sehingga apabila ada hal yang tidak bisa
dipecahkan mereka stres dan frustasi.
8. Kehilangan Harga Diri dan Masa Depannya
Mereka menghabiskan masa mudanya dengan memperturutkan hawa nafsu dan
menghalalkan segala cara. Namun ada suatu saat tiba waktunya mereka tua segala
tenaga, fisik, fasilitas dan kemewahan hidup sudah tidak dapat mereka lakukan,
mereka merasa kehilangan harga diri dan masa depannya.
C. Perlunya Pengembangan Akhlak Tasawuf
Akhlak tasawuf merupakan solusi tepat dalam mengatasi krisis-krisis akibat modernisasi
untuk melepaskan dahaga dan memperoleh kesegaran dalam mencari Tuhan. Intisari ajaran
tasawuf adalah bertujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan,
sehingga seseorang merasa dengan kesadarannya iu brrada di hadirat-Nya. Tasawuf perlu
dikembangkan dan disosialisasikan kepada masyarakat dengan beberapa tujuan, antara lain:
Pertama, untuk menyelamatkan kemanusiaan dari kebingungan dan kegelisahan yang mereka
rasakan sebagai akibat kurangnya nilai-nilai spiritual. Kedua, memahami tentang aspek
asoteris islam, baik terhadap masyarakat Muslim maupun non Muslim. Ketiga, menegaskan
kembali bahwa aspek asoteris islam (tasawuf) adalah jantung ajaran islam. Tarikat atau jalan
rohani (path of soul) merupakan dimensi kedalaman dan kerahasiaan dalam islam
sebagaimana syariat bersumber dari Al-Quran dan Al- Sunnah. Betapapun ia tetap menjadi
sumber kehidupan yang paling dalam, yang mengatur seluruh organisme keagamaan dalam
islam. [6] Ajaran dalam tasawuf memberikan solusi bagi kita untuk menghadapi krisis-krisis
dunia. Seperti ajaran tawakkal pada Tuhan, menyebabkan manusia memiliki pegangan yang
kokoh, karena ia telah mewakilkan atau menggadaikan dirinya sepenuhnya pada Tuhan.
Selanjutnya sikap frustasi dapat diatasi dengan sikap ridla. Yaitu selalu pasrah dan menerima
terhadap segala keputusan Tuhan. Sikap materialistik dan hedonistik dapat diatasi dengan
menerapkan konsep zuhud. Demikan pula ajaran uzlah yang terdapat dalam tasawuf. Yaitu
mengasingkan diri dari terperangkap oleh tipu daya keduniaan. Ajaran-ajaran yang ada dalam
tasawuf perlu disuntikkan ke dalam seluruh konsep kehidupan. Ilmu pengetahuan, teknologi,
ekonomi, sosial, politik, kebudayaan dan lain sebagainya perlu dilandasi ajaran akhlak
tasawuf.

[1]
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm 636.
[2]
Deliar Noer, Pembangunan di Indonesia, (Jakarta: Mutiara, 1987), hlm 24.
[3]
Abudin Nata, Akhlaq Tasawuf, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997), hlm 286.
[4]
Agussyafii.blogspot.com/2007/12/problem-dan-solusi-masyarakat-modern.html
[5]
Sayyed Hossein Nashr, Man and Nature…….. 57.
[6]
Sayyed Hossein Nashr, ideals and realities of islam ….. hlm 121.

Anda mungkin juga menyukai