Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Suparyanto (2006), bahwa wirausaha berasal dari

kata ’wira’ (berani), dan ’usaha’ (kegiatan mencari keuntungan). Jadi

wirausaha dapat diartikan sebagai keberanian mengambil resiko tertentu

untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan menurut Frinces

(2004) adalah mereka yang selalu bekerja keras dan kreatif untuk mencari

peluang bisnis, mendayagunakan peluang yang diperoleh, dan kemudian

merekayasa penciptaan alternatif se bagai peluang bisnis baru dengan

faktor keunggulan.

Intrapreneurship adalah kewirausahaan (entrepreneurship) dalam

perusahaan (enterprenership inside of the organization) atau dapat

dikatakan bahwa intrapreneurship adalah entrepreneuship yang ada di

dalam perusahaan. Konsep intrapreneurship pertama muncul pada tahun

1973 oleh Susbauer dalam tulisannya yang berjudul “Intracoporate

Enterpreneurship : Programs in American Industry”, dan kemudian

dipopulerkan oleh Pinchott (1985) dan Burgelman (2007) dalam

disertasinya.

Princhott (1985) mendefinisikan seorang intrapreneur adalah

seorang yang memfokuskan pada inovasi dan kreativitas dan yang

mentransformasi suatu mimpi atau gagasan menjadi usaha yang

menguntungkan yang dioperasikannya dalam lingkup lingkungan

1
perusahaan. Oleh karena itu, agar sukses intrapreneurship harus

diimplementasikan dalam strategi perusahaan (Budiharjo, 2011).

Krisis ekonomi yang berkepanjangan masih dirasakan pada saat

ini, dan masih mencekam kehidupan sebagian besar dari masyarakat

Indonesia. Globalisasi yang pada awalnya diharapkaan akan membawa

masyarakat ke zaman emas yaitu cita-cita akan masa depan yang lebih

cerah, berubah menjadi suatu kenyataan pahit. Globalisasi telah menjadi

ilusi, pertanyaan yang muncul apakah kita hanya diam saja? Ataukah

merasa tertipu karena kepandaian orang lain. Tentu jawabnya tidak sampai

di situ. Banyak cara dan upaya serta kegiatan yang dapat dilakukan

terutama sebagai seorang pendidik PLS yang selalu dituntut oleh misinya

sebagai pengembang serta memajukan potensi yang ada untuk dapat

mendayagunakan segala sumber daya, baik yang disediakan oleh alam

maupun oleh manusia itu sendiri. Salah satu upaya yang dilakukan adalah

menumbuhkembangkan jiwa wirausaha bagi para pemuda di lingkungan

masyarakat. (Muliati Purwasasmita, 2006).

Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik,

dan banyak pula orang menganggur, maka semaikin dirasakan pentingnya

dunia wirausaha. Pembangunaan akan lebih berhasil jika ditunjang oleh

wirausahawan yang dapat membuka lapangan kerja, karena kemampuan

pemerintah sangat terbatas. Pemerintah tidak akan mampu menggarap

semua aspek pembangunan karena sangat banyak membutuhkan anggaran

belanja, personalia, dan pengawasan. (H. Buchari Alma, 2008).

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN

Entrepreneur sendiri dalam bahasa Inggris sebenarnya berasal dari

kata entreprende dalam bahasa Perancis. Entreprende dalam bahasa Inggris

diartikan sebagai “one who takes between”. Richard Cantillon (1725) dan

Jean Baptiste Say (1824) dianggap sebagai dua orang perancis yang

mempopulerkan kata entrepreneur. Deakins berpendapat bahwa konsep

entrepreneur dalam pemikiran Cantillon adalah: “one who bears

uncertainty, buys labour and materials, and sells products at certain

prices. He is one who takes risks and makes innovation on factors of

production. He was thus the first to recognize the crucial role of the

entrepreneur in economic development. Say also made similar contribution

- considering the entrepreneur the pivot of the economy and a catalyst for

economic change and development (Deakins, 1996:8-9).

Pengertian kewirausahaan diakomodasi dan dimantapkan dalam Inpres

No.4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan

Membudayakan Kewirausahaan, dengan kalimat sebagai berikut:

”Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan

seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada

upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk

baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan

yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar”.

3
Intrapreneurship adalah kewirausahaan (entrepreneurship) dalam

perusahaan (enterprenership inside of the organization) atau dapat

dikatakan bahwa intrapreneurship adalah entrepreneuship yang ada di

dalam perusahaan. Konsep intrapreneurship pertama muncul pada tahun

1973 oleh Susbauer dalam tulisannya yang berjudul “Intracoporate

Enterpreneurship : Programs in American Industry”, dan kemudian

dipopulerkan oleh Pinchott (1985) dan Burgelman (2007) dalam

disertasinya.

Princhott (1985) mendefinisikan seorang intrapreneur adalah seorang

yang memfokuskan pada inovasi dan kreativitas dan yang mentransformasi

suatu mimpi atau gagasan menjadi usaha yang menguntungkan yang

dioperasikannya dalam lingkup lingkungan perusahaan. Oleh karena itu,

agar sukses intrapreneurship harus diimplementasikan dalam strategi

perusahaan (Dalam Budiharjo, 2011:152).

Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa Intrapreneurship

berakar pada kewirausahaan (Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001;

Davis, 1999; Honig, 2001), ada beberapa perbedaan antara intrapreneurship

dan kewirausahaan. Pertama semua, intrapreneur membuat keputusan

berisiko menggunakan sumber daya perusahaan. untuk melakukannya,

pengusaha menggunakan sumber daya mereka sendiri (Antoncic dan

Hisrich, 2001; Luchsinger dan Bagby, 1987; Morris et al, 2008). Kedua,

intrapreneurship terjadi di antara karyawan dari dalam organisasi mereka,

sedangkan kewirausahaan cenderung terutama secara eksternal terfokus

4
(Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Antoncic dan Hisrich, 2001;

Davis, 1999; Luchsinger dan Bagby, 1987).

Lebih lanjut Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa sepertiga

dari semua, pengusaha lebih memilih untuk mengembangkan pengetahuan

tacit dalam organisasi baru daripada menggunakan prosedur atau

mekanisme dari perusahaan lain. Di sisi lain, intrapreneur bekerja dalam

organisasi yang sudah memiliki politik mereka sendiri, bahasa, prosedur,

dan birokrasi (Antoncic, 2001; Antoncic dan Hisrich, 2001; Davis, 1999;

Honig, 2001).

Meskipun kewirausahaan dan intrapreneurship memiliki perbedaan

penting, mereka juga memiliki beberapa koneksi karena intrapreneurship

secara konsisten diposisikan sebagai kewirausahaan dalam organisasi

(Antoncic, 2001; Davis, 1999, dalam Asef Karimi, dkk, 2011).

2.2 RENCANA DAN RANCANGAN INTERPRENEURSHIP

2.2.1 JENIS USAHA

Seiringan dengan berkembangannya zaman maka ide-ide kreatif dan

inovatif semakin bermunculan karena ada dukungan dari teknologi dan pola

pikir masyarakat yang semakin berkembang. Termasuk entrepreneurship

dibidang pariwisata, perusahaan-perusahaan yang menyediakan pariwisata

semakin gencar mempronosikan keunggulannya masing-masing. Karena

saat ini masyarakat sebagian besar telah menyadari bahwa salah satu aspek

5
penting yang harus dicapai dalam kehidupan adalah kesehatan emosional.

Kesadaran ini membuat masyarakat yang awalnya tidak terlalu tertarik

dengan pariwisata kini mulai menyusun budget khusus dan merencanakan

perjalanannya. Namun, hal ini sering kali terkendala dengan kekeruangan

dana. Sehingga solusi yang muncul adalah dengan melakukan backpacker.

Backpacker mulai banyak digandrungi oleh masyarakat terutama oleh para

pemuda. Karena keunggulan yang ditawarkannya adalah dengan budget

seminimal mungkin. Melihat kecenderungan hal tersebut maka penulis

berpikir untuk mendirikan usaha yang penulis namakan : “RUMAH

TRAVELLER”.

2.2.2 SASARAN

Sasaran dari bisnis ini adalah anak muda yang cenderung suka

berpetualan dan berpariwisata dengan budget seminimal mungkin.

2.2.3 RUMAH TRAVELLER

RUMAH TRAVELLER adalah penginapan untuk para backpacker

dengan format hostel dan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan

hotel. Penginapan fomat hostel adalah penginapan seperti asrama dimana

tamu yang menginap bisa saja satu ruangan dengan tamu lain yang tidak

dikenal. Satu kamar hostel dapat dihuni oleh 5 sampai 10 tamu. Fasilitas

yang diberikan adalah :

6
 Tempat tidur pribadi

 Lemari pribadi

 Kamar mandi bersama

 Dapur bersama

 Ruang tamu bersama

 AC

 Wi-Fi

Perbedaan RUMAH TRAVELLER dengan hostel lain adalah dengan

menyediakan ahli pijat untuk megnhilangkan lelah setelah traveling seharian

dengan biaya yang juga cukup murah.

2.2.4 LOKASI USAHA

Usaha ini berlokasi di Jl. Prof Dr Hamka Air Tawar Padang

2.2.5 SLOGAN RUMAH TRAVELLER

“Istirahat dan Rileks lah”

2.2.6 JAM BUKA

Usaha ini buka 24 jam bagi siapa saja yang membutuhkan tempat

untuk menginap.

7
2.2.7 JUMLAH TENAGA KERJA

Usaha ini memerlukan 7 tenaga kerja yang memiliki tugas :

1. Recepsionis = 1 orang

2. Cleaning Servis = 2 orang

3. Ahli pijat = 1 orang pria, 1 orang wanita

4. Security = 2 orang

8
III. PENILAIAN TERHADAP PASAR

3.1 KONSUMEN YANG DITUJU

1. Backpacker

2. Traveller

3. Mahasiswa

3.2 JENIS PRODUK

Produk yang usaha ini tawarkan adalah :

1. Fasilitas Penginapan

2. Fasilitas Pijat Relaksasi

3.3 ANALISIS SWOT

1. Kekuatan

 Kerjasama

 Harga yang murah

2. Kelemahan

 Fasilitas seadanya

 Beberapa fasilitas dipakai bersama

3. Peluang

 Tingginya minat konsumen

 Padang adalah daerah pariwisata

4. Hambatan

 Perekonomian yang tidak stabil

 Saingan yang bermunculan

9
IV. RENCANA PEMASARAN

4.1 JENIS PRODUK YANG DITAWARKAN

Produk yang ditawarkan adalah :

1. Fasilitas Penginapan

2. Fasilitas Pijat Relaksasi

4.2 PENETAPAN HARGA

Harga pada setiap fasilitas adalah harga yang diperkirakan terjangkau untuk

para backpacker.

4.3 HARGA JUAL PRODUK

Harga tiap fasilitas ypada usaha ini adalah

1. Fasilitas Penginapan = 100.000 / bed

2. Fasilitas Pijat Relaksasi = 25.000 / sesi

4.4 STRATEGI PEMASARAN

1. Membuat Iklan di media social

2. Melalui mulut ke mulut

3. Membuat brosur-brosur yang di sebar di kampus-kampus di padang

10
V. ORGANISASI DAN BADAN HUKUM

5.1 STRUKTUR ORGANISASI

Pemilik Usaha

Resepsionis

Cleaning Service Security Ahli Pijat

Penjelasan tugas
1. Pemilik usaha
Bertugas untuk memantau tentang jalannya usaha.
2. Resepsionis
Bertugas untuk berhadapan dengan konsumen dan perantara konsumen dengan
fasilitas.
3. Cleaning Service
Bertugas untuk membersihkan dan membereskan fasilitas yang telah selesai
digunakan oleh konsumen, dan bertanggung jawab pada kebersihan lingkungan
RUMAH TRAVELLER.
4. Security
Bertugas menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan RUMAH TRAVELLER.

5.2 BADAN HUKUM

a. Surat Resmi Usaha


Surat resmi izin usaha akan di berikan jika usaha yang didirikan telah
memenuhi syarat.

b. Tata Tertib Kerja


- Sebelum pemakaian fasilitas penginapan harus dicek kebersihan dan
kelayakanagar selalu dalam kondisi baik.

11
- Menyiapkan peralatan yang akan dipakai.

c. Keselamatan Kerja
- Tempat kerja harus bersih dan aman.

d. Status Kepemilikan Usaha


Kepemilikan usaha RUMAH TRAVELLER ini dimiliki secara individu/sendiri.

e. Bentuk Badan Usaha


Usaha RUMAH TRAVELLER ini berbentuk Badan usaha perseorangan.

f. Izin Usaha
Semua Administrasi tentang surat izin Usaha yang meliputi SITU, TDP,
SIUP dan NPWP yang akan dilaksanakan pada tahap uji pelaksana.

12
VI. RENCANA PENDAPATAN

6.1 HASIL PENJUALAN

Rencana hasil pendapat per hari adalah sebagai berikut

Jenis Fasilitas Harga Jumlah


Penginapan Rp 100.000,00 x 10 Rp. 1.000.000,00
Jaket Rp. 20.000,00 x 7 Rp. 140.000,00
Total Pendapatan Sehari Rp 1.140.000,00

6.2 RENCANA UPAH TENAGA KERJA

Rencana upah tenaga kerja adalah sebagai berikut :

1 orang resepsionis = 2.000.000,00

2 orang Ahli Pijat = 3.000.000,00

2 orang Cleaning Service = 3.000.000,00

2 orang Security = 3.000.000,00

Jumlah 11.000.000,00

6.3 PERKIRAAN PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PER BULAN

Perkiraan pendapatan dan pengeluaran per bulan dapat dilihat pada tabel

berikut :

13
Harga Jumlah
Pendapatan perbulan 30xRp. Rp 1.140.000,00 Rp. 34.200.000,00

Pengeluaran per bulan :


Upah tenaga kerja Rp 11.000.000,00
Sewa tempat usaha Rp. 5.000.000,00
Listrik + internet + air Rp. 1.000.000,00
Biaya lain-lain 10%x Rp 34.200.000,00 Rp. 3.420.000,00

Jumlah Pengeluaran per bulan Rp. 20.420.000,00


Jumlah pendapatan perbulan Rp. 13.780.000
Jumlah pendapatan per tahun Rp. 165.360.00,00

14
III. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN

a. RUMAH TRAVELLER adalah salah satu badan usaha dibidang

pariwisata yang di dalamnya terdapat dua cabang usaha yaitu HOME

HOSTING dan PUBLISHER

b. RUMAH TRAVELLER menawarkan keunngulan yaitu mudah, praktis,

murah, hemat, sistematis, pengalaman yang langsung ditengah-tengah

penduduk asli tempat tinggal disertai dengan guide yang tau dengan

detail daerah yang akan menawarkan makanan khas enak dari yang

murah hingga yang mahal, dari pariwisata yang sudah terkenal sampai

tempat-tempat pariwisata eksotis yagn masih tersembunya atau jarang

diketahui oleh turis.

3.2 SARAN

Melihat peluang dari pergeseran-pergeseran tingkah laku atau

kecenderungan masyarakat dalam bertindak atau berpikir.

15
DAFTAR PUSTAKA

Parining, Nyoman dkk. 2001. Studi Tentang Implementasi Konsep Pariwisata

Kerakyatan, Unud – Bappeda Propinsi Bali, Denpasar.

Peace, Douglas G. 1991. Tourism Development, John Walley & Sons, Inc, New

York.

Puja Astawa, IB, dkk. 2000. Pola Pengembangan Pariwisata Terpadu Bertumpu

Pada Model Pemeberdayaan Masyarakat di Wilayah Bali Tengah, Puslit

teknologi dan Kesenian Unud, Denpasar.

Salim, Gendro. (2010). Neuro Entrepreneurship. Jakarta: Sinergi Media.

Subanar, Harimurti. (2001). Manajemen Usaha Kecil. Yogyakarta : BPFE-

Yogyakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai