PENDAHULUAN
sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah
usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature rupture of
membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD preterm atau
Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih kontroversial dalam ilmu
Kedokteran. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih belum ada, selalu
morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang
cukup tinggi. Kematian perinatal yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan
karena kematian akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi yang meningkat karena
partus tak maju, partus lama, dan partus buatan yang sering dijumpai pada
yang cukup besar dan cenderung meningkat. Kejadian KPD aterm terjadi pada
sekitar 6,46-15,6% kehamilan aterm1 dan PPROM terjadi pada terjadi pada
sekitar 2-3% dari semua kehamilan tunggal dan 7,4% dari kehamilan kembar.
PPROM merupakan komplikasi pada sekitar 1/3 dari semua kelahiran prematur,
yang telah meningkat sebanyak 38% sejak tahun 1981 (American College of
Obstetrics and Gynecology, 2007). Dapat diprediksi bahwa ahli obstetri akan
pernah menemukan dan melakukan penanganan kasus KPD dalam karir kliniknya.
1
2
angka kematian ibu di Indonesia sebesar 307 per 1000 kelahiran hidup atau setiap
jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal karena berbagai sebab. Salah satu
penyebab langsung kematian ibu adalah karena infeksi sebesar 20-25% dalam
KPD berkisar antara 3-18 % dari seluruh kehamilan. Saat kehamilan aterm, 8-10
% wanita mengalami KPD dan 30-40 % dari kasus KPD merupakan kehamilan
preterm atau sekitar 1,7% dari seluruh kehamilan. KPD diduga dapat berulang
pada kehamilan berikutnya. Hal ini juga berkaitan dengan meningkatnya risiko
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadinya inpartu. Sebagian besar
ketuban pecah dini adalah hamil aterm diatas 37 minggu, sedangkan di bawah 36
minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2001). Menurut Achadiat (2004), Ketuban
pecah dini (KPD) ialah suatu keadaan dimana selaput ketuban pecah pada
kehamilan yang telah viabel dan 6 jam setelah itu tidak diikuti terjadinya
POGI 2016 menyebutkan bahwa Ketuban pecah dini (KPD) ialah pecahnya
selaput ketuban sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi
pada atau setelah usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature
rupture of membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD
keturunan seperti kelainan genetik dan defisiensi Gizi, faktor obstetrik meliputi
hal berikut:
preterm. Pasien berkulit hitam memiliki risiko yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan pasien kulit putih. Pasien lain yang juga berisiko adalah
antara lain sirklase dan amniosentesis. Tampaknya tidak ada etiologi tunggal
2006).
2.3 Epidemiologi
yang cukup besar dan cenderung meningkat. Kejadian KPD aterm terjadi pada
sekitar 6,46-15,6% kehamilan aterm1 dan PPROM terjadi pada terjadi pada
sekitar 2-3% dari semua kehamilan tunggal dan 7,4% dari kehamilan kembar.
PPROM merupakan komplikasi pada sekitar 1/3 dari semua kelahiran prematur,
yang telah meningkat sebanyak 38% sejak tahun 1981 (American College of
Obstetrics and Gynecology, 2007). Dapat diprediksi bahwa ahli obstetri akan
pernah menemukan dan melakukan penanganan kasus KPD dalam karir kliniknya.
2003, angka kematian ibu di Indonesia sebesar 307 per 1000 kelahiran hidup atau
setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal karena berbagai sebab. Salah
satu penyebab langsung kematian ibu adalah karena infeksi sebesar 20-25% dalam
KPD berkisar antara 3-18 % dari seluruh kehamilan. Saat kehamilan aterm, 8-10
% wanita mengalami KPD dan 30-40 % dari kasus KPD merupakan kehamilan
preterm atau sekitar 1,7% dari seluruh kehamilan. KPD diduga dapat berulang
pada kehamilan berikutnya. Hal ini juga berkaitan dengan meningkatnya risiko
2.4 Klasifikasi
1. KPD Preterm
Ketuban Pecah Dini preterm adalah pecah ketuban yang terbukti
dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern atau IGFBP-1 (+)
pada usia ˂37 minggu sebelum onset persalinan. KPD sangat preterm
vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern (+), IGFBP-1 (+) pada usia
2.5 Patofisiologi
kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada
dihambat oleh inhibitor jaringan spresifik dan inhibitor protease. Pada saat
pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran janin. Aktivitas
degradasi proteolitik ini meningkat pada saat menjelang persalinan. Pada penyakit
dini.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga
Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Selain
itu, faktor yang paling sering menyebabkan ketuban pecah dini adalah factor
janin. Membrane janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi, dan
enzyme”.
dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan
kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah
intraamnion.
3) Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar
2.6 Diagnosis
Penilaian awal dari ibu hamil yang datang dengan keluhan KPD aterm harus
meliputi 3 hal, yaitu konfirmasi diagnosis, konfirmasi usia gestasi dan presentasi
janin, dan penilaian kesejahteraan maternal dan fetal. Tidak semua pemeriksaan
penunjang terbukti signifikan sebagai penanda yang baik dan dapat memperbaiki
luaran. Oleh karena itu, akan dibahas mana pemeriksaan yang perlu dilakukan dan
KPD aterm didiagnosis secara klinis pada anamnesis pasien dan visualisasi
adanya cairan amnion pada pemeriksaan fisik. Dari anamnesis perlu diketahui
waktu dan kuantitas dari cairan yang keluar, usia gestasi dan taksiran persalinan,
riwayat KPD aterm sebelumnya, dan faktor risikonya. Pemeriksaan digital vagina
yang terlalu sering dan tanpa indikasi sebaiknya dihindari karena hal ini akan
terlebih dahulu dengan lubrikan yang dilarutkan dengan cairan steril dan
menilai adanya servisitis, prolaps tali pusat, atau prolaps bagian terbawah janin
mendapatkan sampel dan mendiagnosis KPD aterm secara visual. Dilatasi serviks
dan ada atau tidaknya prolap s tali pusat harus diperhatikan dengan baik. Jika
dikultur. Jika cairan amnion jelas terlihat mengalir dari serviks, tidak diperlukan
dapat dikonfirmasi, lakukan tes pH dari forniks posterior vagina (pH cairan
amnion biasanya ~ 7,1-7,3 sedangkan sekret vagina ~ 4,5-6) dan cari arborization
of fluid (cairan yang terkumpul) dari forniks posterior vagina. Jika tidak terlihat
adanya aliran cairan amnion, pasien tersebut dapat dipulangkan dari rumah sakit,
kecuali jika terdapat kecurigaan yang kuat ketuban pecah dini. Semua presentasi
bukan kepala yang datang dengan KPD aterm harus dilakukan pemeriksaan digital
Keputihan
Tidak ada riwayat
Nyeri perut
ketuban pecah
Dysuria
Nyeri perut
Perdarahan banyak
Pembukaan dan pendataran
Cairan berupa darah Awal persalinan aterm
serviks
lendir atau preterm
Ada his
2) Ultrasonografi (USG)
indeks cairan amnion. Jika didapatkan volume cairan amnion atau indeks cairan
amnion yang berkurang tanpa adanya abnormalitas ginjal janin dan tidak adanya
diagnosis. Selain itu USG dapat digunakan untuk menilai taksiran berat janin, usia
3) Pemeriksaan laboratorium
kemungkinan lain keluarnya cairan/ duh dari vagina/ perineum. Jika diagnosis
KPD aterm masih belum jelas setelah menjalani pemeriksaan fisik, tes nitrazin
kebocoran cairan amnion, atau infeksi vagina terbukti memiliki sensitivitas yang
12
rendah. Penanda tersebut juga dapat dipengaruhi dengan konsumsi alkohol. Selain
itu, pemeriksaan lain seperti pemeriksaan darah ibu dan CRP pada cairan vagina
2.7 Penatalaksanaan
(POGI, 2016).
dan takipnea transien lebih besar apabila ibu melahirkan pada usia tersebut
kehamilannya yaitu:
1. MRS
tahan ampisilin)
3. Jika UK >32-34 minggu, maka akan dirawat selama ketuban masih keluar
4. Jika UK 32-37 minggu, belum inpartu dan tidak ada infeksi, serta tes busa
pematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan
pada kejadian KPD preterm karena dapat menurunkan secara signifikan dari
menunda kelahiran yang akan memberi cukup waktu untuk profilaksis dengan
14
24 jam) dan pasien sebaiknya tetap dalam perawatan sampai berada dalam fase
PPROM <24 minggu usia gestasi morbiditas fetal dan neonatal masih tinggi.
mengenai keluaran maternal dan fetal dan jika usia gestasi 22-24 minggu juga
teracak 235 pasien dengan KPD preterm melaporkan bahwa proporsi wanita yang
tidak melahirkan 10 hari setelah ketuban pecah dini tidak lebih besar secara
1. Jika UK >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal lakukan seksio
maksimal 4 kali.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan
kemudian diinduksi. Jika gagal maka dilakukan seksio sesarea. Jika skor
dkk, 2009).
16
2.8 Komplikasi
1. Persalinan Prematur.
dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu
2. Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini.Pada ibu
Ketuban Pecah Dini prematur, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara
Komplikasi Ibu:
- Endometritis
- Penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia)
- Sepsis (daerah uterus dan intramnion memiliki vaskularisasi sangat
banyak)
- Syok septik sampai kematian ibu.
Komplikasi Janin
- Asfiksia janin
- Sepsis perinatal sampai kematian janin.
19
2.9 Pencegahan
yang cukup selama hamil, anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada
2.10 Prognosis
Usia kehamilan
Prognosis dari KPD tergantung pada waktu terjadinya, lebih cepat kehamilan,
lebih sedikit bayi yang dapat bertahan. Bagaimanapun, umumnya bayi yang lahir
antara 34 dan 37 minggu mempunyai komplikasi yang tidak serius dari kelahiran
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
semua kehamilan. Hal ini menunjukkan, KPD lebih banyak terjadi pada
kehamilan yang cukup bulan dari pada yang kurang bulan, yaitu sekitar 95 %,
sedangkan pada kehamilan tidak cukup bulan atau KPD pada kehamilan preterm
kontroversial dalam kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih
mempertimbangkan adanya infeksi dan usia gestasi serta faktor-faktor lain seperti
fasilitas serta kemampuan untuk merawat bayi yang kurang bulan. Meskipun tidak
ada satu protokol pengelolaan yang dapat untuk semua kasus KPD, tetapi harus
perinatal dan dapat menghilangkan komplikasi yang berat baik pada anak maupun
pada ibu.
22
DAFTAR PUSTAKA
Academic Emergency Medicine. Volume 20, Issue 4, page E10, April 2013.
Manuaba IBG, Chandranita M, Fajar M, 2012, Buku Ajar Patologi Obstetri untuk
Medina TM, Hill DA, Preterm Premature Rupture of Membranes: Diagnosis and
Pitkin J, Peattie AB, Magowan BA, 2003, Obstetrics and Gynaecology, USA:
Royal Hospital for Women. Obstetric clinical guidelines group: preterm premature
Royal Hospital for Women. Obstetric clinical guidelines group: preterm premature
Soewarto S, 2014, Ketuban Pecah Dini. Dalam: Winkjosastro H., Saifuddin A.B.,
Saifudin, Abdul B. 2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal &
Torbé AI, Kowalski K. Maternal serum and vaginal fluid C-reactive protein levels
Feb;18(1):37-41.
Women and Newborn Health Service. King Edward Memorial Hospital. Clinical
www.kemh.health.wa.gov.au/development/manuals/O&G_guidelines/sectio
nb/2/5172.pdf