Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang sangat berbeda dan sangat unik dibandingkan
dengan institusi-institusi lainnya. Organisasi rumah sakit sangat rumit , dikarenakan mengatur
semua kebijakan dan kegiatan yang terdiri dari satuan kerja yang berbeda dalam peran, tugas dan
tanggung jawabnya, namun harus bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan pelayanan
kesehatan yang komprehensif di rumah sakit[1]. Dokter dan rumah sakit berperan sebagai pemberi
jasa pelayanan kesehatan, sedangkan pasien berperan sebagai penerima jasa pelayanan
kesehatan. Pelaksanaan hubungan antara dokter, pasien dan rumah sakit selalu diatur dengan
peraturan-peraturan tertentu supaya terjadi keharmonisan dalam melaksanankan hubungan.
Peraturan-peraturan ini dituangkan dalam aturan main yang dibentuk di rumah-sakit khusus untuk
kepentingan rumah sakit yang bersangkutan[2] .
Hubungan dokter dan pasien, hubungan dokter dan rumah sakit dan hubungan pasien dengan
rumah sakit, dilihat dari hubungan hukumnya merupakan saling sepakat untuk mengikatkan diri
dalam melaksanakan pengobatan yang dikenal sebagai perikatan (Verbentenis). Pada umumnya
perikatan yang digunakan sebagai hubungan hukum diatas merupakan perikatan ikhtiar (inspanning
verbentenis) yang merupakan upaya seoptimal mungkin untuk mencapai pelayanan kesehatan bagi
pasien yang diobati, bukan merupakan perikatan hasil (resultaat verbentenis).

Untuk melindungi pasien dan masyarakat yang membutuhkan pengobatan dan dalam menghindari
pelanggaran, kelalaian terhadap kewajiban pelayanan oleh dokter dan rumah sakit.

Rumah sakit harus mempunyai berbagai aturan dalam melindungi pasien dari praktek rumah sakit
yang yang tidak laik beroperasi, melindungi tenaga kesehatan dari bahaya yang ditimbulkan oleh
rumah sakit, melindungi masyarakat dari dampak lingkungan rumah sakit, mengendalikan fungsi
rumah sakit kearah yang benar, meningkatkan mutu rumah sakit, menselaraskan layanan di rumah
sakit dengan program pemerintah dalam bidang kesehatan dan lain – lain.

Peraturan rumah sakit harus memenuhi berbagai kriteria antara lain dapat menjawab semua
tantangan yang muncul dalam praktek kedokteran di era globalisasi, dapat menjawab semua
tantangan yang muncul dalam pengelolaan rumah sakit, bentuk pengaturannya yang terintegrasi
dengan baik, bentuk pengawasan dan pembinaannya jelas dan mengoptimalkan kinerja dalam
memberdayakan potensi profesi serta institusi-institusi terkait[3].
Oleh karena itu di rumah-sakit diperlukan adanya suatu pedoman sebagai Peraturan untuk
menjalankan aturan main internal yang berlaku.di rumah-sakit ada tiga satuan fungsional yang suka
disebut tiga pilar yakni pemilik atau yang mewakili pemilik, direksi dan staf medis, hal ini harus ada
yang mengatur dengan baik sehingga Rumah sakit bisa memiliki good governance antara
Corporate Governance dan clinical Governance[4], dari itu pemerintah mengeluarkan Peraturan
Menteri Kesehatan RI nomor 772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah
Sakit (Statuta Rumah-Sakit atau Hospital bylaws). Juga Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 631/MENKES/SK/IV/2005 tentang Pedoman Peraturan internal Staf Medis
(Medical Staff bylaws) di rumah sakit[5] .

Satu dekade ke belakang,kerancuan pemahaman istilah dan pengertian hospital bylaws masih
banyak terjadi di Indonesia tercinta ini, sehingga jangankan sudah semua rumah sakit di Indonesia
telah mempunyai hospital bylaws ,memahami yang benar saja belum banyak. Pada hal hospital
bylaws sangat penting dalam roda kehidupan perumah sakitan.

Sekarang insan perumah-sakitan sudah cukup banyak yang memahami Terminologi hospital
bylawssehingga tidak lagi dipahami secara rancu sebagai segala macam bentuk peraturan internal
yang ada di atau yang dibuat oleh rumah sakit, melainkan sudah dibatasi hanya pada peraturan
dasar atau anggaran dasarnya saja. Oleh sebab itu terminologi hospital bylaws perlu dibedakan
dengan terminologi rule and regulation dalam banyak hal; antara lain dalam hal materi (substansi)
serta badan (otoritas) yang punya kewenangan mengesahkannya.
Jika materi hospital bylaws masih berisi prinsip-prinsip yang bersifat umum (general
principles) maka rule and regulation sudah mulai memuat hal-hal yang lebih bersifat spesifik bagi
kebutuhan implementasi dari prinsip-prinsip umum yang tercantum dalam hospital bylaws.
Bila hospital bylaws harus disahkan oleh governing board[6] atau badan yang setara dengannya
(sebagai pemegang otoritas tertinggi yang mewakili pemilik) maka rule and regulation cukup oleh
eksekutif (yaitu komponen rumah sakit yang bertanggungjawab terhadap manajemen keseharian).
Ibarat hospital bylaws itu sebuah undang-undang maka rule and regulation merupakan peraturan
pelaksanaannya agar undang-undang (yang masih bersifat abstrak, umum dan pasif) menjadi lebih
operasional guna menyelesaikan berbagai tugas dan permasalahan nyata di rumah sakit.
Konkritnya, apabila didalam hospital bylaws tertulis ketentuan yang memberikan kewenangan
kepada eksekutif rumah sakit untuk menetapkan hak klinik (clinical privilege)[7] kepada setiap
anggauta staf klinik yang bergabung dalam rumah sakit ditambah dengan aturan-aturan lain serta
kode etik profesi supaya sesuai standar[8] maka ketentuan dalam peraturan dasar tadi perlu
ditindaklanjuti oleh pihak eksekutif dengan membuat rule and regulation tentang tatalaksana
pemberian hak itu untuk dijadikan pedoman operasional. Dan tentunya rule and regulation yang
berkaitan dengan staf klinik tersebut tidak boleh bertentangan dengan ketentuan
dalam hospital bylaws mengingat peraturan yang terakhir inilah yang akan dimenangkan manakala
terjadi konflik antara pihak-pihak yang terkait.
Selain materinya tidak boleh bertentangan, tatalaksana pembuatan rule and regulation itu sendiri
juga tidak boleh menyalahi pedoman pembuatan yang ada dalam hospital bylaws. Oleh sebab itu
didalam hospital bylaws seyogyanya juga dicantumkan pasal-pasal yang berisi prinsip-prinsip umum
yang harus dipatuhi oleh eksekutif dalam pembuatan rule and regulation; misalnya tentang siapa
saja yang boleh mengajukan rancangan (draft) dan siapa yang diberi kewenangan
mengesahkannya, kapan mulai berlaku, untuk setiap berapa lama ditinjau ulang dan direvisi serta
siapa saja yang boleh mengusulkan amendemen.
Masalahnya sekarang ialah, bagaimana merumuskan hospital bylaws yang baik dan benar agar
supaya anggaran dasar atau peraturan dasar tersebut dari sudut yuridis-formal efektif? Tentu saja
membuat hospital bylaws tidak semudah yang kita inginkan , banyak sekali ”luka liku”nya.[9]

Pelayanan kesehatan di rumah sakit makin berkembang terus dengan bertambahnya berbagai
macam spesialisasi kedokteran. Hal ini bila tidak diatur dengan benar akan menyebabkan
persinggungan tajam diantara pemilik , pihak manajemen,staf medis, tenaga kesehatan lain dan
pasien yang dapat menurunkan citra pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut.

Peraturan Internal tentang staf medis,dan peraturan interen lainnya di rumah sakit harus dibuat
untuk menghindarkan berbagai masalah yang akan muncul dari semua aspek satuan fungsional
baik dari hubungan dengan direksi, antara staf medis, tenaga kesehatan lainnya dan pasien,tentu
saja harus mengacu kepada peraturan induknya yaitu Hospital bylaws. Di indonesia berkembang
berbagai rumah sakit dengan berbagai status kepemilikannya. Secara garis besar rumah sakit di
Indonesia bisa dibagi 2 yaitu rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah dan jajarannya dan rumah-
sakit yang dioperasionalkan oleh pihak swasta. Tentu saja ada perbedaan antara Hospital bylaws di
rumah-sakit pemerintah[10]dengan rumah sakit swasta ;bukan dari materinya secara legeartis tetapi
perbedaan dari subtansinya yaitu karena :

1. Faktor kepemilikan rumah sakit dan status Badan Hukumnya.

2. Model Governing Board atau Governing Body[11] atau Dewan pembina/Penyantun.

3. Visi dan misinya.

4. Perbedaan struktur organisasinya dan Corporate Culturnya.

5. Model organisasi Komite Medik yang dibentuk,peran,tugas dan kewenangan.

6. Status Kepegawaian staff Medis (dokternya).

7. Tipe rumah-sakitnya

2. PERUMUSAN MASALAH
1. Apakah ada perbedaan antara hospital Bylaws di rumah-sakit pemerintah dengan rumah sakit
swasta?
2. Apa saja factor penyebab perbedaan antara hospital Bylaws di rumah-sakit pemerintah dengan
rumah sakit swasta?
3. Mengapa terjadi perbedaan antara hospital Bylaws di rumah-sakit pemerintah dengan rumah
sakit swasta?

Anda mungkin juga menyukai