JURNAL SKRIPSI
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan S1
Keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang
Disusun Oleh :
ARIBOWO SUSILOWATI
NIM : 1407005
1
2
Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kualitas Harga Diri Klien Dengan Harga Diri
Rendah Di Rsjd Surakarta
Skripsi
ABSTRAK
Latar belakang : Survei pendahuluan tercatat bahwa jumlah pasien gangguan jiwa kategori skizofrenia
paranoid sebanyak 1.814 pasien rawat inap yang keluar masuk dan 23.522 pasien rawat jalan.
Sedangkan tahun 2014 tercatat sebanyak 1.929 pasien rawat inap yang keluar masuk dan 12.377
pasien rawat jalan. Jumlah pasien yang menderita skizofrenia paranoid sebanyak 1.581 pasien rawat
inap dan 9.532 pasien rawat jalan. Tujuan Penulisan : Tujuan umum penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas harga diri pada klien harga diri rendah di
Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta.
METODE PENELITIAN : Jenis atau desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif
dengan desain analitik korelasi dengan pendekatan metode deskriptif analitik serta cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga klien yang di rawat di ruang rawat inap RSJD dr.
Arif Zainudin Surakarta. sejumlah 188 orang. Hasil penelitian : Keluarga pasien gangguan jiwa di
ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta sebagian besar mendukung
sebanyak 52 responden (62,7%) dan harga diri rendah di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah
dr. Arif Zainudin Provinsi Jawa Tengah sebagian besar mempunyai kualitas harga diri baik sebanyak
39 responden (45,3%)
Kesimpulan : Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas harga diri pada pasien dengan
harga diri rendah di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta.
Kata kunci : dukungan keluarga & kualitas harga diri Kepustakaan : 26(2007-2015).
* Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Karya Husada Semarang
** Dosen Pembimbing S1 Keperawatan Stikes Karya Husada Semarang
ABSTRACT
Background: Preliminary Survey noted that the number of mental patients paranoid schizophrenia
category as much as 1,814 inpatients in and out and 23 522 outpatients. While in 2014 there were
1,929 in-patients and out and 12 377 outpatients. The number of patients suffering from paranoid
schizophrenia as many as 1,581 inpatients and 9532 outpatients.
Purpose: The purpose of this study was to determine the relationship of family support with the quality
of self-esteem in low self esteem clients in Mental Hospital of dr. Zainudin Arif Surakarta.
Methods: The type or design of research is a quantitative research design approach analytic correlation
with analytic descriptive method and cross sectional. The population in this study is all of the family
were treated in inpatient RSJD dr. Zainudin Arif Surakarta. some 188 people.
Result: The family of mental patients in inpatient Mental Hospital of dr. Zainudin Arif Surakarta
majority support of 52 respondents (62.7%) and low self-esteem in inpatient Mental Hospital of dr.
Zainudin Arif Central Java province have mostly good quality self-esteem as much as 39 respondents
(45.3%)
Conclusion: There is a relationship between family support with the quality of self-esteem in patients
with low self esteem in inpatient Mental Hospital of dr. Zainudin Arif Surakarta.
PENDAHULUAN emosional diatas umur 15 tahun rata-rata
A. Latar Belakang 6,0 %.
Keperawatan jiwa merupakan Menurut Bahar (2011),
proses interpersonal yang berupaya prevalensi gangguan kesehatan jiwa di
untuk meningkatkan dan Indonesia adalah 18,5 % pertahun,
mempertahankan perilaku yang artinya setiap 1000 penduduk terdapat
mengkontribusi pada fungsi yang 185 orang yang mengalami gangguan
terintegrasi pasien atau sistem klien, jiwa yang menunjukkan angka yang
dapat berupa individu, keluarga, cukup besar pada kasus gangguan jiwa
kelompok, organisasi atau komunikasi. masyarakat apalagi dari waktu ke waktu
Keperawatan jiwa diberikan dalam satu nantinya proses kehidupan penuh
rentang respon mulai dari respon adaptif dengan tantangan dan persaingan.
sampai mal adaptif. Keperawatan jiwa Stigma terhadap gangguan jiwa
juga terintegrasi dalam keperawatan tidak hanya menimbulkan konsekuensi
umum serta dalam kehidupan sehari- negatif terhadap penderitanya tetapi juga
hari, disamping memberikan anggota keluarga, termasuk sikap-sikap
keperawatan pada klien dengan penolakan penyangkalan, disisihkan dan
gangguan jiwa (mal adaptif), maka diisolasi. Kurangnya pengetahuan
perawat atau keluarga harus mampu masyarakat tentang kesehatan jiwa harus
berkomunikasi terapeutik dan dilakukan secara holistik dan melibatkan
menggunakan diri sendiri sebagai alat anggota keluarga, teman dan lingkungan
terapeutik (Rasmun, 2009). sekitarnya. Penyakit gangguan jiwa bisa
Kesehatan jiwa dan gangguan kambuh, faktor penyembuhan yang
jiwa sering kali sulit didefinisikan, orang utama adalah peran keluarga. Keluarga
dianggap sehat jika mereka mampu merupakan sistem pendukung utama
memainkan peran dalam masyarakat dan yang memberi perawatan langsung pada
perilaku mereka pantas dan adaptif. Dan setiap keadaan (sehat atau sakit) klien,
orang dianggap sakit jika gagal umumnya keluarga meminta bantuan
memainkan peran dan memikul tenaga kesehatan jika mereka tidak
tanggung jawab atau perilakunya tidak sanggup lagi merawatnya. Menurut
pantas. Kebudayaan setiap masyarakat Dharmono (2007) asuhan keperawatan
sangat mempengaruhi definisi sehat dan yang berfokus pada keluarga ditujukan
sakit (Videbeck,2008). Kesehatan jiwa untuk memulihkan keadaan klien serta
seseorang merupakan suatu keadaan mengembangkan dan meningkatkan
yang dinamik atau selalu berubah, kemampuan keluarga dalam mengatasi
melalui proses interaksi yang konstan masalah kesehatan dalam keluarga,
diantara faktor-faktor yang sehingga keluarga dapat mengambil
berkontribusi. keputusan untuk melakukan pencegahan.
Menurut World Health Menurut Dharmono (2007),
Organization dalam Yosep (2008) penelitian yang dilakukan WHO di
masalah gangguan kesehatan jiwa berbagai negara menunjukkan bahwa
diseluruh dunia memang sudah menjadi sebesar 20–30 % pasien yang datang ke
masalah yang sangat serius, paling tidak pelayanan kesehatan menunjukkan
ada satu dari empat orang didunia gejala gangguan jiwa. Berdasarkan data
mengalami gangguan mental. WHO Departemen Kesehatan Republik
memperkirakan ada sekitar 450 juta Indonesia tahun 2010 mencapai 2,5 juta
orang di dunia mengalami gangguan orang. Berdasarkan data medical record
kesehatan jiwa. Riskesdas 2013 di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
prevalensi penderita gangguan jiwa berat yang diperoleh melalui survei
1,7/1000 orang. Data Riskesdas 2013, pendahuluan tercatat bahwa jumlah
terdapat 14,3 % penderita gangguan jiwa pasien gangguan jiwa kategori
di Indonesia dengan penderita terbanyak skizofrenia paranoid sejumlah 1.814
dipedesaan dibanding diperkotaan, pasien rawat inap yang keluar masuk
sedangkan prevalensi gangguan mental dan 23.522 pasien rawat jalan. Pada
tahun 2014 tercatat sebanyak 1.929
1
2
pasien rawat inap yang keluar masuk status kesehatan anggotanya dimana
dan 12.377 pasien rawat jalan. Jumlah peran keluarga sangat penting bagi
pasien yang menderita skizofrenia setiap aspek perawatan kesehatan
paranoid sejumlah 1.581 pasien rawat anggota keluarga, mulai dari strategi-
inap dan 9.532 pasien rawat jalan. strategi hingga fase rehabilitasi
Keterlibatan keluarga dalam (Mubarak, dkk, 2009).
membantu penyembuhan penyakit, baik Keluarga merupakan faktor
fisik maupun mental atau makin yang sangat penting dalam proses
seringnya komunikasi antar klien dengan kesembuhan pasien gangguan jiwa.
keluarga akan menambah kepercayaan Keluarga merupakan lingkungan
dan meningkatkan harga diri klien, terdekat pasien, dengan keluarga yang
sehingga klien akan menyadari bersikap terapeutik dan mendukung
penyakitnya dan dapat berusaha pasien, masa kesembuhan pasien dapat
melepaskan diri dari ketidakpeduliannya dipertahankan selama mungkin (Keliat,
terhadap gangguan jiwa, sehingga mau 2009).
bekerja sama dengan keluarga untuk Dukungan keluarga sebagai
mengatasi gangguan jiwa klien. Namun bagian dari dukungan sosial dalam
dalam kenyataannya klien serta keluarga memberikan dukungan ataupun
dalam mencegah kekambuhan klien pertolongan dan bantuan pada anggota
masih kurang terbukti adanya perlakuan keluarganya. Individu dapat memiliki
klien, seperti orang asing, klien merasa hubungan yang mendalam dan sering
dikucilkan dan menjadi rendah diri berinteraksi ketika dukungan yang
(Keliat, 2012). diperlukan benar-benar bisa dirasakan
Keluarga merupakan sistem dalam keterlibatan dan perhatian yang
pendukung utama yang memberi mendalam (Brunner & Suddarth, 2001).
perawatan langsung pada setiap keadaan Menurut Dalami (2010) peran serta
(sehat atau sakit) klien umumnya keluarga sangat penting untuk
keluarga meminta bantuan tenaga penyembuhan pasien, karena keluarga
kesehatan jika mereka tidak sanggup merupakan sistem pendukung yang
lagi merawatnya. Menurut Rasmun terdekat bagi pasien. Sehingga keluarga
(2009) asuhan keperawatan yang selalu dilibatkan dalam perencanaan,
berfokus pada keluarga bukan hanya perawatan dan pengobatan, persiapan
memulihkan keadaan klien tetapi pemulangan pasien, dan rencana
bertujuan untuk mengembangkan dan perawatan tindak lanjut di rumah.
meningkatkan kemampuan keluarga Motivasi keluarga dapat berperan aktif
dalam mengatasi masalah kesehatan dalam upaya membantu memecahkan
dalam keluarga sangat dibutuhkan oleh masalah pasien.
keluarga untuk memberikan asuhan Stigma masyarakat atau persepsi
keperawatan terhadap masalah masyarakat tentang gangguan jiwa, atau
kesehatan yang dialami keluarga, tempat pelayanan orang dengan
sehingga keluarga dapat mengambil gangguan jiwa, yang cenderung
keputusan untuk melakukan pencegahan. mendiskriditkan atau memandang aneh
Keluarga mempunyai tanggung orang dengan kelainan jiwa, semakin
jawab yang penting dalam proses memperparah psikologis pasien
perawatan di rumah sakit jiwa, persiapan sehingga akan membuat harga diri
pulang dan perawatan di rumah agar pasien semakin rendah. Konsep diri
adaptasi klien berjalan dengan baik. merupakan gambaran individu tentang
Menurut Chandra (2009), dukungan dirinya, apa yang individu ketahui
keluarga sangat berpengaruh terhadap tentang dirinya, bagaimana individu
kesehatan mental anggota keluarganya. memandang dan menilai dirinya.
Dukungan keluarga adalah sikap, Menurut Rogers dalam Suryabrata
tindakan dan penerimaan keluarga (2007), bahwa konsep diri menunjuk
terhadap penderita yang sakit. Hal pada cara seseorang untuk memandang
tersebut menunjukkan bahwa terdapat dan merasakan dirinya, sehingga konsep
hubungan yang kuat antara keluarga dan diri merupakan penentu dalam
3
dengan standar deviasi 4.458, harga Semarang” dengan hasil ada hubungan
diri terendah adalah 10 dan harga yang signifikan antara dukungan
diri tertinggi 26. Harga diri yang keluarga dengan kepatuhan kontrol
sering muncul adalah 16. berobat pada klien skizofrenia di
2. Analisa bivariat Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino
Hubungan dukungan keluarga dengan Gondohutomo Semarang (p= 0,004).
kualitas harga diri pada pasien dengan
harga diri rendah di ruang rawat inap SIMPULAN DAN SARAN
Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif
Zainudin Surakarta. A. Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan 1. Keluarga pasien gangguan jiwa di ruang
ada hubungan antara dukungan keluarga rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah dr.
dengan kualitas harga diri pada pasien Arif Zainudin Surakarta sebagian besar
dengan harga diri rendah di ruang rawat mendukung sebanyak 52 responden
inap Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif (62,7%)
Zainudin Surakarta. 2. Pasien dengan harga diri rendah di ruang
Keluarga merupakan sistem rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah dr.
pendukung utama dalam memberikan Arif Zainudin Provinsi Jawa Tengah
perawatan langsung dalam sebagian besar mempunyai kualitas
mengantisipasi terjadinya kekambuhan, harga diri baik sebanyak 39 responden
maka dalam suatu keluarga harus (45,3%)
memiliki pengetahuan/ informasi dalam 3. Ada hubungan antara dukungan keluarga
melakukan perawatan pada anggota dengan kualitas harga diri pada pasien
keluarga yang mengalami gangguan dengan harga diri rendah di ruang rawat
(Keliat, 1992). Keluarga juga diberikan inap Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif
penyuluhan dalam mencegah Zainudin Surakarta.
kekambuhan,keterampilan sosial serta
pentingnya mempertahankan kepatuhan B. Saran
kontrol berobat secara teratur 1. Bagi Pelayanan Kesehatan
(Videbeck, 2008). Perlu untuk mencari penyebab atau
), yang menyebutkan dukungan faktor yang dapat mempengaruhi
keluarga merupakan salah satu faktor kualitas harga diri rendah pada pasien
penguat atau pendorong terjadinya gangguan jiwa sehingga perawat dapat
perilaku untuk patuh. Perilaku keluarga melakukan pendekatan untuk
yang membawa klien gangguan jiwa meningkatkan pelayanan kesehatan pada
untuk patuh berobat agar klien mampu pasien.
berlatih komunikasi dengan orang lain, 2. Bagi Instasi Pendidikan
mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari Hasil penelitian diharapkan dapat
secara mandiri dan meminimalkan memberikan tambahan informasi
terjadinya kekambuhan. Kepatuhan khususnya ilmu keperawatan jurusan S1
klien dalam pengobatan dapat keperawatan, tentang dukungan keluarga
dimaksimalkan dengan meningkatkan terhadap kualitas harga diri pasien.
dukungan keluarga yang mendukung 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
agar klien semakin patuh dalam Perlu dilakukan penelitian selanjutnya
menjalani pengobatan sehingga klien tentang Faktor-faktor yang berhubungan
dapat bersosialisasi atau berkomunikasi dengan dukungan keluarga terhadap
dengan orang lain serta dapat kualitas harga diri pasien dengan
menjalani aktivitas secara mandiri. menggunakan uji yang dapat menilai
Hasil penelitian ini sejalan kekuatan hubungan.
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Regina Indirawati (2013) tentang
“Hubungan dukungan keluarga dengan DAFTAR PUSTAKA
kepatuhan kontrol berobat pada klien
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Abraham C, (2007), Psikologi Sosial untuk
Daerah Dr. Amino Gondohutomo Perawat, Jakarta: EGC
4
Bahar,( 2011), Metodologi Penelitian Kesehatan. Sugiyono. (2014),. Statistika Untuk Penelitian.
Jakarta : Baduose Media. Bandung : CV. Alfa Beta.
Keliat, Budi Anna. Akemat. Novy Helena. Heni Nurhaeni. Trismaheni, (2007), Asuhan keperawatan harga
(2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. diri rendah, EGC, Jakarta
Jakarta: EGC.
Videbeck, (2008) Videbeck, S.L. 2008. Buku Ajar
Keliat, (2009). Peran Serta Keluarga dalam Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Perawatan Gangguan Jiwa, EGC, Jakarta
Wasis ,(2008),Pedoman Riset Praktis Untuk
Kirana, (2011), Sosiologi Keluarga. Yogyakarta : Profesi Perawat. Jakarta: EGC.
Liberty
Yosep, I, ( 2008),. Keperawatan Jiwa. Edisi I.
Niven, Neil,(2002). Psikologi Kesehatan, edisi Refika Aditama Bandung
kedua. EGC, Jakarta