Anda di halaman 1dari 11

halat berjamaah adalah sholat yang dilakukan secara bersama-sama oleh minimal lebih dari satu

orang yaitu satu imam dan satu makmum. Shalat berjamaah umum dilakukan di masjid atau
mushalla, tapi tidak jarang juga dilakukan di rumah dalam satu keluarga di mana ayah atau anak
laki-laki biasanya berfungsi sebagai imam. Islam memotivasi umatnya agar selalu melakukan
shalat secara berjamaah. Terutama dalam shalat fardhu. Kebalikan dari shalat berjamaah adalah
shalat munfarid (sendirian).

Dari Abu Darda’ radhiallaahu anhu, ia berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah shallallaahu alaihi
wasallam bersabda, ‘Tidaklah berkumpul tiga orang, baik di suatu desa maupun di dusun,
kemudian di sana tidak dilaksanakan shalat berjama’ah, terkecuali syaitan telah menguasai
mereka. Maka hendaklah kamu senan-tiasa bersama jama’ah (golongan yang banyak), karena
sesungguhnya serigala hanya akan memangsa domba yang jauh terpisah (dari rombongannya)’.
(HR. Ahmad, Abu Daud, An-Nasai dan lainnya, hadits hasan )

Sebagian ulama menyatakan hukum shalat berjamaah adalah fardhu 'ain (wajib bagi seluruh
individu muslim laki-laki) berdasarkan QS An-Nisa' 4:102 dan dua hadits yang disebut di bawah.
Namun mayoritas ulama madzhab empat menilai dalil-dalil tersebut menunjukkan bahwa shalat
berjamaah hukumnya fardhu kifayah. Yaitu, wajib bagi seluruh muslim laki-laki, tapi gugur
kewajiban itu apabila ada sebagian muslim yang melakukannya.

1. Al Quran surah An-Nisa' 4:102

‫طائِفَةٌ أ ُ ْخ َر ٰى لَ ْم‬
َ ‫ت‬ ِ ْ ‫س َجدُوا فَ ْليَكُونُوا مِ ْن َو َرائِ ُك ْم َو ْلتَأ‬ ْ َ ‫طائِفَةٌ مِ ْن ُه ْم َمعَكَ َو ْليَأ ْ ُخذُوا أ‬
َ ‫س ِل َحت َ ُه ْم فَ ِإذَا‬ َ ‫ِيه ْم فَأَقَ ْمتَ لَ ُه ُم الص َََّلةَ فَ ْلتَقُ ْم‬
ِ ‫َوإِذَا ُك ْنتَ ف‬
ۚ ً‫علَ ْي ُك ْم َم ْيلَةً َواحِ َدة‬
َ َ‫س ِل َحتِ ُك ْم َوأ َ ْمتِعَتِ ُك ْم فَيَمِ يلُون‬
ْ َ ‫س ِل َحت َ ُه ْم ۗ َو َّد الَّ ِذينَ َكفَ ُروا لَ ْو ت َ ْغفُلُونَ ع َْن أ‬ ْ َ ‫صلُّوا َمعَكَ َو ْليَأ ْ ُخذُوا حِ ْذ َر ُه ْم َوأ‬ َ ُ‫صلُّوا فَ ْلي‬ َ ُ‫ي‬
‫عذابًا ُم ِهينًا‬ َ َ َ‫ع َّد ِل ْلكَاف ِِرين‬ َ ْ ُ
َّ َّ‫س ِل َحت َ ُك ْم َو ُخذواحِ ذ َر ُك ْم ۗ إِن‬
َ ‫َّللاَ أ‬ َ
ْ ‫ضعُوا أ‬ َ َ َ ً َ
َ َ ‫علَ ْي ُك ْم إِ ْن كَانَ بِ ُك ْم أذى مِ ْن َمط ٍر أ ْو ُك ْنت ُ ْم َم ْرض َٰى أ ْن ت‬ َ ‫ح‬ َ ‫َو ََل ُجنَا‬

Artinya: Dan apabila engkau (Muhammad) berada di tengah-tengah mereka mereka (sahabatmu)
lalu kamu hendak melaksanakan salat bersama-sama mereka, ...

2. Hadits sahih riwayat Bukhari dan Muslim menyatakan:

‫ ثم أخالف إلى‬، ‫ ثم آمر رجَلً فيؤم الناس‬، ‫ ثم آمر بالصَلة فيؤذن لها‬، ‫ لقد هممت أن آمر بحطب فيحتطب‬، ‫و الذي نفسي بيده‬
‫ و الذي نفسي بيده لو يعلم أنه يجد ع َْرقا ً سمينا ً أو م ِْرماتَيْن حسنتين لشهد العشاء‬، ‫رجاَل ً فأحرق عليهم بيوتهم‬

Artinya: Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh aku bermaksud hendak menyuruh
orang-orang mengumpulkan kayu bakar, kemudian menyuruh seseorang menyerukan adzan, lalu
menyuruh seseorang pula untuk menjadi imam bagi orang banyak. Maka saya akan mendatangi
orang-orang yang tidak ikut berjama'ah, lantas aku bakar rumah-rumah mereka.

3. Hadits sahih riwayat Bukhari dan Muslim (muttafaq alaih) menyatakan:

‫ و لقد هممت أن آمر‬، ً ‫ و لو يعلمون ما فيهما ألتوهما و لو حبوا‬، ‫إن أثقل الصَلة على المنافقين صَلة العشاء و صَلة الفجر‬
‫ فأحرق‬، ‫ ثم انطلق معي برجال معهم حزم من حطب إلى قوم َل يشهدون الصَلة‬، ‫ ثم آمر رجَلً يصلي بالناس‬، ‫بالصَلة فتقام‬
‫عليهم بيوتهم‬

Artinya: Shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah salat isya' dan shalat subuh.
Seandainya mereka tahu keutamaannya niscaya mereka akan datang walaupun dengan
merangkak. Aku telah memerintahkan agar shalat dilaksanakan. Kemudian aku memerintahkan
seorang lelaki untuk shalat dengan yang lain (secara berjamaah)...

2.1.1 SYARAT SHALAT BERJAMAAH

Persyaratan shalat berjamaah sama dengan syarat shalat fardhu yang dilakukan sendirian dengan
tambahan sebagai berikut:

1. Imam harus laki-laki dan sudah dewasa (akil baligh) apabila makmumnya terdiri dari laki-laki
saja atau laki-laki dan perempuan.

2. Harus dapat mengucapkan dengan baik bacaan-bacaan wajib dalam shalat.

3. Makmum harus berniat bermakmum (mengikuti) pada imam.

4. Apabila imam dan makmum berada di satu masjid, maka makmum harus dapat mendengar
takbirotul ihram (takbir pertama)-nya imam atau melihat imam atau melihat makmum yang ada di
belakang imam.
Apabila makmum berada di luar masjid maka boleh dengan dua syarat: (1) mendengar tabirnya
imam; (2) shaf (barisan)-nya harus nyambung dengan barisan yang di dalam masjid.

Berjama’ah dapat dilaksanakan sekalipun dengan seorang makmum dan seorang imam.
Shalat berjama’ah bisa dilaksanakan dengan seorang makmum dan seorang imam, sekalipun salah
seorang di antaranya adalah anak kecil atau perempuan. Dan semakin banyak jumlah jama’ah
dalam shalat semakin disukai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dari Ibnu Abbas radhiallaahu anhuma, ia berkata, ‘Aku pernah bermalam di rumah bibiku,
Maimunah (salah satu istri Nabi shallallaahu alaihi wasallam), kemudian Nabi shallallaahu alaihi
wasallam bangun untuk shalat malam, maka aku pun ikut bangun untuk shalat bersamanya, aku
berdiri di samping kiri beliau, lalu beliau menarik kepalaku dan menempatkanku di samping
kanannya’.
(Muttafaq ‘alaih)

Dari Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah radhiallaahu anhuma, keduanya berkata, ‘Rasulullah
shallallaahu alaihi wasallam bersabda, ‘Barangsiapa ba-ngun di waktu malam hari kemudian dia
membangunkan isterinya, kemudian mereka berdua shalat berjama’ah, maka mereka berdua
akan dicatat sebagai orang yang selalu berdzikir kepada Allah’.
(HR. Abu Daud dan Al-Hakim, hadits shahih)

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallaahu anhu, ‘Bahwasanya seorang laki-laki masuk masjid
sedangkan Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam sudah shalat bersama para sahabatnya, maka
beliau pun bersabda, ‘Siapa yang mau bersedekah untuk orang ini, dan menemaninya shalat.’ Lalu
berdirilah salah seorang dari mereka kemudian dia shalat bersamanya’.
(HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi, hadits shahih).

Dari Ubay bin Ka’ab radhiallaahu anhu, ia berkata, ‘Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam
bersabda, Shalat seseorang bersama orang lain (berdua) lebih besar pahalanya dan lebih
mensucikan daripada shalat sendirian, dan shalat seseorang ditemani oleh dua orang lain (bertiga)
lebih besar pahalanya dan lebih menyucikan daripada shalat dengan ditemani satu orang
(berdua), dan semakin banyak (jumlah jama’ah) semakin disukai oleh Allah Ta’ala’.
(HR. Ahmad, Abu Daud dan An-Nasai, hadits hasan)

2.1.2 MELURUSKAN DAN MERAPATKAN SHAF DALAM SHOLAT BERJAMAAH


Di antara syari’at yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya adalah
meluruskan dan merapatkan shaf dalam shalat berjamaah. Barangsiapa yang melaksanakan
syari’at, petunjuk dan ajaran-ajarannya dalam meluruskan dan merapatkan shaf, sungguh dia
telah menunjukkan ittiba’ nya [mengikuti] dan kecintaannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam.

Adapun hadits-hadits yang memerintahkan untuk meluruskan dan merapatkan shaf diantaranya
sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

Artinya: “Apakah kalian tidak berbaris sebagaimana berbarisnya para malaikat di sisi Rabb mereka
?” Maka kami berkata: “Wahai Rasulullah , bagaimana berbarisnya malaikat di sisi Rabb mereka ?”
Beliau menjawab : “Mereka menyempurnakan barisan-barisan [shaf-shaf], yang pertama
kemudian [shaf] yang berikutnya, dan mereka merapatkan barisan”

[HR. Muslim, An Nasa'i dan Ibnu Khuzaimah].

Dalam hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari An Nu’man bin Basyir, Beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:

Artinya: Dahulu Rasullullah meluruskan shaf kami sampai seperti meluruskan anak panah hingga
beliau memandang kami telah paham apa yang beliau perintahkan kepada kami (sampai shof
kami telah rapi-pent), kemudian suatu hari beliau keluar (untuk shalat) kemudian beliau berdiri,
hingga ketika beliau akan bertakbir, beliau melihat seseorang yang membusungkan dadanya,
maka beliau bersabda: “Wahai para hamba Allah, sungguh kalian benar-benar meluruskan shaf
atau Allah akan memperselisihkan wajah-wajah kalian”.
[HR. Muslim]

Sedangkan hadits yang diriwayatkan dari Anas ra., Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Artinya: “Tegakkan [luruskan dan rapatkan, pent-] shaf-shaf kalian, karena sesungguhnya aku
melihat kalian dari balik punggungku”
[HR. Al Bukhari dan Muslim], dan pada riwayat Al Bukhari, Anas r.a. berkata: “Dan salah satu dari
kami menempelkan bahunya pada bahu temannya dan kakinya pada kaki temannya”
sedangkan pada riwayat Abu Ya’la, berkata Anas: “Dan jika engkau melakukan yang demikian itu
pada hari ini, sungguh engkau akan melihat salah satu dari mereka seolah-olah seperti keledai liar
yaitu dia akan lari darimu.”

Dari hadits-hadits di atas menunjukkan betapa pentingnya meluruskan dan merapatkan shaf pada
waktu shalat berjamaah karena hal tersebut termasuk kesempurnaan shalat sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Luruskan shaf-shaf kalian, karena lurusnya shaf termasuk
kesempurnaan shalat”.

Bahkan sampai ada sebagian ulama yang mewajibkan hal itu, sebagaimana perkataan Syeikh Al-
Albani rahimahullah dalam mengomentari sabda nabi shallallahu ‘alaihi wasallam : ‘… atau Allah
akan memperselisihkan wajah-wajah kalian’: “Sesungguhnya ancaman semacam ini tidak
dikatakan didalam perkara yang tidak diwajibkan, sebagaimana tidak samar lagi [pengertian
seperti itu dikalangan ahli ilmu, pent-]“. Akan tetapi sungguh amat sangat disayangkan, sunnah
meluruskan dan merapatkan shaf ini telah diremehkan bahkan dilupakan kecuali oleh segelintir
kaum muslimin.

Berkata Syeikh Masyhur Hasan Salman: “Apabila jamaah shalat tidak melaksanakan sebagaimana
yang dilakukan oleh Anas dan An Nu’man maka akan selalu ada celah dan ketidaksempurnaan
dalam shaf. Dan pada kenyataannya -kebanyakan- para jamaah shalat apabila mereka
merapatkan shaf maka akan luaslah shaf [menampung banyak jamaah, pent-] khususnya shaf
pertama kemudian yang kedua dan yang ketiga. Apabila mereka tidak melakukannya, maka:
Pertama: Mereka terjerumus dalam larangan syar’i, yaitu tidak meluruskan dan merapatkan shaf.

Kedua: Mereka meninggalkan celah untuk syaithan dan Allah akan memutuskan mereka,
sebagaimana hadits dari Umar bin Al Khaththab bahwasanya Nabi bersabda:”Tegakkan shaf-shaf
kalian dan rapatkan bahu-bahu kalian dan tutuplah celah-celah dan jangan kalian tinggalkan celah
untuk syaithan, barangsiapa yang menyambung shaf niscaya Allah akan menyambungnya dan
barangsiapa memutus shaf niscaya Allah akan memutuskannya”.
[HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Al Hakim ]

Ketiga: Terjadi perselisihan dalam hati-hati mereka dan timbul banyak pertentangan di antara
mereka, sebagaimana dalam hadits An Nu’man terdapat faedah yang menjadi terkenal dalam ilmu
jiwa, yaitu: sesungguhnya rusaknya dhahir mempengaruhi rusaknya batin dan kebalikannya.
Disamping itu bahwa sunnah meluruskan dan merapatkan shaf menunjukkan rasa persaudaraan
dan saling tolong-menolong, sehingga bahu si miskin menempel dengan bahu si kaya dan kaki
orang lemah merapat dengan kaki orang kuat, semuanya dalam satu barisan seperti bangunan
yang kuat, saling menopang satu sama lainnya.
Keempat: Mereka kehilangan pahala yang besar yang dikhabarkan dalam hadits-hadits yang
shahih, di antaranya sabda Nabi: Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya bershalawat
kepada orang yang menyambung shaf”.
[HR. Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hiban dan Ibnu Khuzaimah].

Dan sabda Nabi yang shahih: “Barangsiapa menyambung shaf niscaya Allah akan
menyambungnya”.
[HR.Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah]

Dan sabda Nabi yang lain: Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling lembut bahunya (mau
untuk ditempeli bahu saudaranya -pent) ketika shalat, dan tidak ada langkah yang lebih besar
pahalanya daripada langkah yang dilakukan seseorang menuju celah pada shaf dan menutupinya”.
[HR. Ath Thabrani, Al Bazzar dan Ibnu Hiban].

2.1.3 SHALAT SUNNAH YANG SUNNAH DILAKUKAN SECARA BERJAMAAH

Selain shalat fardhu, ada juga beberapa shalat sunnah yang sunnah (dianjurkan) dilakukan secara
berjamaah yaitu:

1. Idul Fitri
2. Idul Adlha
3. Shalat Kusuf (Gerhana Matahari)
4. Shalat Khusuf (Gerhana Bulan)
5. Shalat Istisqo’ (minta hujuan).
6. Shalat Tarawih
7. Shalat Witir yang mengiringi Shalat Tarawih

2.1.4 HUKUM SHALAT DHUHA DAN TAHAJUD BERJAMAAH


Baik shalat sunnah tahajud dan salat dhuha disunnahkan untuk dilakukan sendirian tanpa
berjamaah. Namun sesekali (tidak terus menerus) boleh dilakukan secara berjamaah seperti
pernah dilakukan oleh Nabi.

2.1.5 DASAR HUKUM DALIL BOLEHNYA SHALAT DHUHA BERJAMAAH

Shalat Dhuha disunnahkan dilakukan sendirian. Namun, hukumnya boleh sesekali (tidak rutin)
melaksanakan sholat sunnah dhuha secara berjamaah. Dengan dasar hukum sebagai berikut:

1. Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmuk (3/548) mengatakan:

.... ‫ وكذا التراويح والوتر بعدها‬, ‫قد سبق أن النوافل َل تشرع الجماعة فيها إَل في العيدين والكسوفين واَلستسقاء‬
‫ لكن لو صَلها‬, ‫ أي َل تستحب‬, ‫وأما باقي النوافل كالسنن الراتبة مع الفرائض والضحى والنوافل المطلقة فَل تشرع فيها الجماعة‬
‫جماعة جاز‬
‫وقد نص الشافعي رحمه هللا على أنه َل بأس بالجماعة في النافلة‬

Artinya: ...bahwa shalat-shalat sunnah tidak disyariatkan secara berjamaah kecuali dua hari raya,
gerhana matahari dan bulan, istisqa', tarawih dan witir di bulan Ramadhan. Adapun shalat sunnah
yang lain seperti shalat sunnah rawatib, shalat dhuha, dan shalat sunnah mutlak, maka tidak
disyariatkan dilakukan dengan berjamaah, yakni tidak disunnahkan. Akan tetapi, kalau dilakukan
secara berjamaah tidak apa-apa.

Imam Syafi'i menyatakan bahwa semua shalat sunnah boleh dilakukan secara berjamaah.

2. Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari ‘Itban bin Malik:


‫ أين‬: ‫أن النبي صلى هللا علين وسلم جاءه في بيته بعدما اشتد النهار ومعه أبو بكر رضي هللا عنه فقال النبي صلى هللا عليه وسلم‬
‫تحب أن أصلي من بيتك ؟ فأشرت إلى المكان الذي أحب أن يصلي فيه فقام وصفنا خلفه ثم سلم وسلمنا حين سلم‬

Artinya: Nabi Muhammad pernah datang ke rumah Itban bin Malik bersama Abu Bakar saat siang.
Kemudian Nabi shalat (sunnah) dan kami berbaris di belakangnya. Kami mengucapkan salam
setelah Nabi mengucapkan salam.

3. Ibnu Qudamah dalam kitab Al-Mughni (I/442) mengatakan:

‫ وكان أكثر تطوعه منفردا‬, ‫يجوز التطوع جماعة وفرادى ; ألن النبي صلى هللا عليه وسلم فعل األمرين كليهما‬

Artinya: Boleh melaksanakan shalat sunnah secara berjamaah dan sendirian. Karena Nabi
Muhammad pernah melakukan keduanya. Akan tetapi Nabi lebih sering melakukan shalat sunnah
sendirian.

Yang perlu dicatat juga, bahwa shalat sunnah dhuha hendaknya dilakukan dengan sirr
(memelankan bacaan), bukan jahr (mengeraskan bacaan) walaupun dilakukan secara berjamaah.

2.1.6 DASAR HUKUM DALIL BOLEHNYA SHALAT TAHAJUD BERJAMAAH

Shalat sunnah tahajjud sama dengan shalat dhuha sebaiknya dilakukan sendirian, tanpa
berjamaah. Namun, boleh dilakukan secara berjamaah asal tidak terus-menerus. Adapaun dalilnya
secara umum dapat dilihat pada dalil bolehnya shalat dhuha berjamaah plus dalil berikut:

1. Hadits sahih riwayat Bukhari dari Ibnu Abbas:


Ibnu Abbas tidur pada suatu malam di rumah Rasulullah, lalu Rasulullah bangun untuk
mengerjakan shalat malam, maka Ibnu Abbas pun bangun dan berdiri di sisi kiri Rasulullah, lantas
Rasulullah menarik kepalanya dari belakangnya, lalu menjadikannya berdiri di sisi kanan
Rasulullah.

2.1.7 SYARAT MENJADI IMAM SHALAT BERJAMAAH

1. Muslim
2. Harus laki-laki dewasa (sudah akil baligh) apabila makmumnya ada yang laki-laki.
3. Harus suci dari hadats.
4. Waras. Tidak gila.
5. Harus mampu melaksanakan semua rukun shalat sepertu berdiri, ruku' dan sujud.
6. Harus bisa membaca surat Al-Fatihah dan bacaan lain yang wajib dalam shalat.
7. Harus ada makmum.

2.1.8 SYARAT MAKMUM DALAM SHALAT BERJAMAAH

1. Harus berniat makmum atau mengikuti imam. Seperti, ushalli fardha-dz


Dzuhri makmuman lillahi ta'ala.
2. Posisi makmum harus berada di belakang imam.
3. Makmum tidak boleh mendahului gerakan imam.

2.1.9 HUKUM WANITA SHALAT BERJAMAAH DI MASJID

Perempuan dibolehkan, bahkan sunnah hukumnya, melaksanakan shalat berjamaah di masjid


dengan syarat:

1. Aman dari fitnah.


2. Tidak mengundang syahwat laki-laki (dengan cara tidak memakai parfum dan pakaian
menyolok). Apabila dua hal ini dilanggar maka hukumnya makruh.
3. Akan lebih baik kalau shalat jamaah dilakukan di rumah.

2.1.10 DASAR HUKUM BOLEHNYA WANITA IKUT SHALAT JAMAAH DI MASJID

1. ‫إذا استأذنت أحدكم امرأته إلى المسجد فَل يمنعها‬


Artinya: apabila istri-istri kalian minta ijin (hendak shalat berjamaah) di masji, maka jangan
dilarang (HR Bukhari Muslim).

2. ‫َل تمنعوا إماء هللا مساجد هللا‬


Artinya: Janganlah kalian cegah hamba-hama Allah (yang perempuan) ke masjid (untuk
berjamaah).

3. ‫إذا استأذنكم نساؤكم بالليل إلى المساجد فأذنوا لهن‬


Artinya: Apabila istri-istri kalian minta ijin (shalat berjamaah) ke masjid pada malam hari, maka
berilah mereka ijin.

4. ‫ وشرها أولها‬، ‫ وخير صفوف النساء آخرها‬، ‫خير صفوف الرجال أولها وشرها آخرها‬
Artinya: Sebaik-baik barisan (shaf) laki-laki adalah di awal barisan dan sejelek-jelek barisan ada di
akhir. Sebaik-baik barisan jamaah perempuan adalah di akhir, sedang sejelek-jeleknya ada di
barisan awal.(HR Muslim)

5. Menghindari pandangan terhadap lawan jenis adalah wajib bagi laki-laki dan perempuan (QS
An-Nur 24:31).

2.2 KEUTAMAAN FADHILAH SHALAT BERJAMAAH

Berikut dalil tentang keutamaan shalat berjamaah


1. Pahala yang berlipat ganda
Hadits sahih riwayat muttafaq alaih (Bukhari Muslim)
‫صَلة الجماعة أفضل من صَلة الفذ بسبع وعشرين درجة‬

Artinya: Shalat berjamaah lebih utama 27 derajat dibanding shalat sendirian.

2. Diangkat derajatnya dan dihapus kesalahannya

‫ وذلك أنه إذا توضأ فأحسن الوضوء ثم‬، ً ‫عف على صَلته في بيته وفي سوقه خمسا ً وعشرين ضعفا‬ ُ ‫ض‬ ْ َ ‫صَلة الرجل في جماعة ت‬
ّ ‫ و ُح‬، ‫ لم يخطُ خطوة إَل ُرفِعَت له بها درجة‬، ‫ َل يُ ْخ ِرجُه إَل الصَلة‬، ‫خرج إلى المسجد‬
‫ فإذا صلَّى لم تزل‬، ‫ط عنه بها خطيئة‬
َ ‫ ما دام في ُم‬، ‫المَلئكة ت ُصلِّي عليه‬
‫ وَل يزال في صَلة ما انتظر الصَلة‬، ‫ اللهم ارحمه‬، ‫ اللهم ص ّل عليه‬: ‫صَلّه ما لم يُحْ دِث‬

Artinya: shalat seorang lelaki secara berjamaah akan berlipat ganda 20 kali (pahalanya) dibanding
shalat di rumah. Setiap langkahnya menuju masjid akan mengangkatnya satu derajat dan
menghilangkan satu kesalahan...

3. Sama dengan pahal shalat tahajud semalam suntuk.


Hadits sahih riwayat Muslim:

‫ و َمن صلّى الصبح في جماعة فكأنما قام الليل كله‬، ‫من صلَّى العشاء في جماعة فكأنما قام نصف الليل‬

Artinya: Barangsiapa shalat isya' secara berjamaah maka seakan-akan dia melakukan shalat
separuh malam. Barangsiapa shalat subuh berjamaah maka seakan-akan dia shalat seluruh
malam.

Anda mungkin juga menyukai