2. Ekstrak batang brotowali tidak menunjukkan daya anti jamur 2. Hargono Djoko. Tumbuhan obat yang potensial dikembangkan
dalam fitofarmaka. Simposium Penelitian Tumbuhan
terhadap Candida albicans. Obat V den Expo Jamu 1986;2.
3. Ekstrak batang brotowali 0,7 g/mL belum menunjukkan efek 3. Heyne K. Tumbuhan Berguna lndonesia 1. Badan Penelitian dan
terhadap Trichophyton ajelloi dan mulai menunjukkan efek Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan,
1987;775-756.
fungistatik pada konsentrasi 0,9 f'-T
4. Backer CA. Bakhuizen van den Brink Jr, RC Flora of Java Vol. II, NVP
Noordhoff Groningen, The Nedherlands, 1965;157-158.
SARA 5. Mardisiswojo, Sudarman dan Rajakmangunsudarso, Harsono. Cabe
Perlu ditel~tlmengenai kandungan zat bermastat tanaman Puyang Warisan Nenek Moyang. PT Karya Wreda, Jakarta,
brotowali yang mempunyai daya antimikrobaselain berberin yang 1971:15.
6. Bailey W, Robert & Scott. Elvyn G. Diagnostic Microbiology, a
telah diketahui
Textbook for Isolation and Identification of Pathogenic Micro-
DAFTAR PUSTAKA organism. 4th Ed. St. Louis, The CV Mosby, 1974; 400-401.
7. Departemen Kesehatan RI. Farmakope lndonesia Edisi Ill.
1. Departemen Kesehatan RI. Materia Medika lndonesia 11, 1977; 1979;32-33.
91-95.
Percobaan utama hasil penelitian yang ada, yang menyatakan bahwa hiperglikemia
Percobaan utama menggunakan kelinci DM-alloxan memper- pada anjing yang diberikan alloxan secara iv adalah 65 mg/kg bb,
oleh data hasil sebagai berikut (Tabel 1 dan Tabel 2). dimana hiperglikemia mulai terjadi antara minggu pertama sampai
1. Pool glukosa (P) minggu ketiga
Nilai rata-rataP perlakuan A lebih tinggi dari perlakuan lainnya Karena pemberian brotowali dalam berbagai dosis pada
Uji statistik terhadap nilai P menunjukkan perbedaan pengaruh percobaan pendahuluan tidak memperlihatkan perbedaan yang
perlakuan yang sangat bermakna (p<0,01) antara nilai P bermakna antara tiap-tiap dosis, maka dosis yang dipilih untuk
perlakuan A dengan perlakuan lainnya, tetapi nilai P antara percobaan utama adalah 1 glkg bblh yang dilarutkan dengan
perlakuan B, E dan K berbedasecara tak bermakna(p>0,05). akuades dengan konsentrasi 10%. Demikian pula pemberian
2. Derajat oksidasi glukosa (DOG) Euglucon dalam berbagai dosis terapeutik tidak memperlihatkan
pengaruh yang berbeda, maka dosis yang ditetapkan untuk
Nilai rata-rata DOG perlakuan A paling kecil dari ketiga
percobaan utama adalah O,15 mg/kg bbh.
perlakuan lainnya Uji statistik lanjut nilai DOG, menunjukkan
pengaruh perlakuan yang berbeda sangat bermakna (p<O,Ol) Menurut Turner (IS), hewan yang menderita DM eksperimental
antara perlakuan K dengan ketiga perlakuan lainnya Demikian oleh alloxan, akan menderita defisiensi insulin yang relatif dalam
pula nilai DOG perlakuan A dengan perlakuan B dan E plasmanya, sebab pada dosis tertentu alloxan merusak secara
mempunyai perbedaan yang sangat bermakna (p<O,Ol). selektif sel-sel B pulau Langerhans pankreas. Pemberian bahan
yang berkhasiat meningkatkan sekresi oleh sel-sel B pada
Tabel 1. Nilai parameter metabolisme glukosa kelinci pada berbagai
individu yang menderita DM-alloxan akan terjadi sekresi
perlakuan insulin oleh sel-sel B yang sehat, sehingga terjadi perbaikan
metabolisme.
Perlakuan bb (g) P DOG GD Adanya penurunan pool glukosa pada kelinci DM-alloxan
(mglkg bb) (%) (mg %)
(sampai mencapai nilai P pada kelompok K) yang mendapat
A-I brotowali, seperti ha1 yang terjadi pada kelinci yang mendapat
A-2 Euglucon, didukung adanya kenaikan produksi CO, dalam udara
A-3 ekspirasi (peningkatan katabolisme oksidatif) pada kelinci yang
B-I mendapat brotowali dan Euglucon, walaupun tidakdapat menyamai
8-2 nilai DOG pada kelinci, memberikan petunjuk bahwa brotowali dapat
8-3 memperbaiki metabolisme glukosa pada kelinci yang menderita
E-I DM-alloxan, walaupun tidak dapat menyamai nilai DOG pada
E-2 kelinci sehat (K).
E-3
K-I KESIMPULAN
K-2 1. Pemberian brotowali pada kelinci DM-alloxan menyebabkan:
a. Penurunan seluruh glukosa yang ada dalam tubuh
Keterangan:
bb = bobot badan (g) (penurunan pool glukosa= P), dimana nilai P ~ a dperlakuan
a
P = pool glukosa (mglkg bb) A B; p<0,01.
DOG = derajat oksidasi glukosa (%)
b. Pe tabolisme oksidatif, dimana nilai DOG pada
GD kadar glukosa darah (mg%)
PC <B<E<K;p<O,Ol.
Tabel 2. Nilai rata-rata parameter dan hasil uji statistik 2. Alloxan monohidrat sebagai penginduksi DM dapat
menimbulkan efek negatif berupa:
Parameter Perlakuan Uii a. Kerusakan pembuluh vena pada tempat penyuntikan, berupa
indurasi dan penyempitan lumen, abses serta nekrosis
(tromboflebitis).
P 500,217 234,710 278,465 312,947 S b. Abses dan nekrosis padajaringan di tempat penyuntikan
(mglkg bb) +79,709 +33,701 +43,995 +19,357 maupun jaringan sekitarnya
DOG 11,347 14,337 10,092 23,130 S
(%) +3,323 +0,406 + I ,542 +0,010 SARAN
Dari hasil penelitian ini ada beberapa ha1 yang dirasakan perlu
Keterangan:
S = significant untuk diteliti lebih lanjut, antara lain seberapa jauh brotowali
berpengaruh pada individu yangmenderita DM-idiopathik ataupun
AM ternyata sangat iritatif, dimana tejadi abses dan nekrosis DM-nonalloxan, serta melengkapi pemeriksaan patologi klinik
pada jaringan tempat penyuntikan dan sekitarnya, serta terlihat terhadap insulin, glukagon plasmadan kadar glukosa, badan keton
tanda-tanda tromboflebitis padavena yang bersangkutan. Dari data serta CO, dalam urine, selarna pengukuran parameter glukosa.
dalam percobaan pendahuluan diketahui bahwadosis optimal AM Dari aspek patologi anatomi dan histokimia, melakukan diagnosa
untukmaksud induksi hiperglikemiaadalah 75 mgkg bbl2 h, dimana banding antara kelainan vaskuler akibat efek iritatif A.M dengan
hiperglikemia mulai terjadi pada hari ke tujuh. Data ini mendekati kelainan vaskuler akibat hiperglikemia itu sendiri.