di mana r adalah nilai minimum p dan q. Hubungan ini dipilih sedemikian sehingga korelasi
antara U1 dan V1 menjadi korelasi maksimum; korelasi U2 dan V2 juga maksimum di antara
variabel-variabel yang tidak berhubungan dengan U1 dan V1; korelasi U1, V1, U2 , dan V2, dan
seterusnya. Setiap pasang variabel kanonikal (U1, V1), (U2 ,V2), . . . , (Ur ,Vr)
merepresentasikan ‘dimensi’ bebas dalam hubungan antara dua himpunan variabel (X1, X2, . . . ,
Xp) dan (Y1, Y2, . . . , Yq). Pasangan pertama (U1, V1) mempunyai korelasi tertinggi karenanya
merupakan korelasi penting; pasangan kedua (U2, V2) mempunyai korelasi tertinggi kedua
karenanya menjadi korelasi terpenting kedua; dan seterusnya.
5. Proporsi Keragaman
Besarnya nilai proporsi keragaman menunjukkan baik tidaknya variabel kanonik yang dipilih
menerangkan keragaman asal. Semakin besar nilai proporsi keragaman ini menggambarkan
semakin baik variabel-variabel kanonik yang dipilih menerangkan keragaman asal. Sedangkan
batasan untuk nilai proporsi bersifat relatif, sebagai acuan yang cukup baik yaitu lebih besar dari
50%.
6. Uji Hipotesis
Ada dua hipotesis yang akan diujikan dalam analisis korelasi kanonik yaitu uji hipotesis yang
pertama untuk mengetahui apakah secara keseluruhan korelasi kanonik signifikan, jika pada uji
hipotesis yang pertama memperoleh kesimpulan bahwa paling tidak ada ada satu korelasi
kanonik tidak bernilai nol maka dilanjutkan dengan uji hipotesis kedua untuk mengetahui apakah
ada sebagian korelasi kanonik signifikan.
Uji korelasi kanonik secara bersama :
Hipotesis :
H0 : k ρ1 = ρ 2 =...= ρk = 0 (semua korelasi kanoniknya akan bernilai nol)
H1 : ada ρi ≠ 0 (paling tidak ada satu korelasi kanonik tidak bernilai nol)
dimana i = 1, 2, ..., k
Statistik uji :
B = −[n −1−1/2 (p+ q+1)]lnΛ
dengan :
n = jumlah pengamatan
Kriteria keputusan : Hipotesis nol ditolak pada taraf signifikansi α jika B > χ 2α
Dengan derajat bebas pxq.
Uji individu :
Hipotesis :
H0 : k ρ1 = 0 ρ 2 = 0,..., ρk = 0 (semua korelasi kanoniknya akan bernilai nol)
H1 : ada ρi ≠ 0 (paling tidak ada satu korelasi kanonik tidak bernilai nol)
dimana i = 1, 2, ..., k
Statistik uji :
B = −[n −1−1/2 (p+ q+1)]lnΛ
dengan :
n = jumlah pengamatan
Kriteria keputusan : Hipotesis nol ditolak pada taraf signifikansi α jika Br α > χ2α dengan derajat
bebas (p-r)(q-r).
7. Interpretasi Fungsi Kanonik
Interpretasi yang dapat dilakukan dalam analisis korelasi kanonik yaitu terhadap koefisien
kanonik (bobot kanonik / weight kanonik), loadings kanonik dan cross loadings kanonik.
Weight kanonik merupakan koefisien kanonik yang telah dibakukan, dapat diinterpretasikan
sebagai besarnya kontribusi variabel asal terhadap variate kanonik. Semakin besar nilai koefisien
ini menyatakan semakin besar kontribusi variabel yang bersangkutan terhadap variate kanonik.
Loadings kanonik dapat dihitung dari korelasi antara variabel asal dengan masingmasing
variabel kanoniknya. Semakin besar nilai loading mencerminkan semakin dekat hubungan fungsi
kanonik yang bersangkutan dengan variabel asal.
Loadings kanonik variabel independen diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
R XW = R XX A Z
Sedangkan loadings kanonik variabel dependen diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
R YV = R YY B Z
Cross loadings kanonik dapat dihitung dari korelasi antara variabel asal dengan bukan variabel
kanoniknya. Semakin besar nilai loading mencerminkan semakin dekat hubungan fungsi kanonik
yang bersangkutan dengan variabel asal. Cross loadings kanonik variabel independen diperoleh
dengan rumus sebagai berikut :
R XV = R XW ρk
Sedangkan Cross loadings kanonik variabel independen diperoleh dengan rumus sebagai
berikut :
R YW = R YV ρk
8. Redundansi
Redundansi merupakan sebuah indeks yang menghitung proporsi keragaman yang
dapat dijelaskan oleh variabel kanonik yang dipilih baik dari variabel kanonik dependen
maupun variabel kanonik independen, yaitu sebagai berikut :
9. Contoh kasus
a. Penelitian tentang hubungan perilaku kesehatan dengan karakteristik sosial ekonomi di
Kota Pati Jawa Tengah dengan menggunakan analisis korelasi kanonik. Perilaku
kesehatan merupakan variabel dependen sedangkan karakteristik sosial ekonomi
merupakan variabel independennya. Jadi dengan menggunakan analisis korelasi kanonik,
akan diketahui keeratan hubungan antara perilaku kesehatan dengan karakteristik sosial
ekonomi di Kota Pati Jawa Tengah.
Variabel yang digunakan adalah Perilaku Kesehatan yang dalam penelitian ini berfokus
pada Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga, yang merupakan
kelompok variabel dependen, yaitu ASI Eksklusif (Y1), penimbangan balita (Y2), gizi
(Y3), sampah (Y4), lantai rumah (Y5), aktifitas fisik (Y6), tidak merokok (Y7),
menggosok gigi (Y8), PSN (pemberantasan sarang nyamuk) (Y9). dan Karakteristik
Sosial Ekonomi merupakan kelompok variabel independen yaitu jumlah anggota
keluarga (X1), usia ayah (X2), usia ibu (X3), usia ayah saat menikah (X4), usia ibu saat
menikah (X5), pendidikan ayah (X6), pendidikan ibu (X7), pendapatan (X8) dan
pengeluaran (X9).
b. Penelitian tentang pengaruh budaya dan pergaulan teman sebaya terhadap perilaku sosial
siswa dengan menggunakan korelasi kanonik. Variabel bebas penelitian ini adalah
budaya masyarakat yang terdiri dari 2 variabel antara lain tradisi adat (X1) dan kebiasaan
kemasyarakatan (X2) serta pergaulan teman sebaya yang terdiri dari dua variabel antara
lain pergaulan di Lingkungan sekolah (X3) dan lingkungan rumah (X4). Variabel terikat
adalah perilaku sosial siswa yang diwakili oleh 3 variabel terdiri dari variabel perilaku
rasional (Y1), variabel perilaku irrasional (Y2) dan perilaku tradisional (Y3).
c. Analisis hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan perilaku kesehatan di Desa
Tlogorejo, Karangawen, Demak dengan menggunakan analisis korelasi kanonik. Perilaku
kesehatan merupakan variabel dependen, sedangkan karakteristik sosial ekonomi
merupakan variabel independennya.
Indikator status sosial ekonomi di rumah tangga sebagai variabel independen meliputi:
jumlah anggota keluarga (x1), jumlah anggota keluarga yang sudah bekerja (x2),
pendidikan terakhir bapak (x3), pendidikan terakhir ibu (x4), usia bapak (x5), usia ibu (x6),
pendapatan (x7), dan pengeluaran (x8). Indikator perilaku kesehatan di rumah tangga
sebagai variabel dependen meliputi: persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (y1), ASI
eksklusif (y2), penimbangan balita (y3), mencuci tangan dengan air bersih dan sabun (y4),
olah raga teratur (y5), gizi seimbang (y6), pemberantasan jentik (y7), rokok yang
terkonsumsi (y8).
d. Sebuah penelitian menunjukkan adanya suatu korelasi atau hubungan antara jumlah ikan
dengan habitat. Hal ini dapat menujukkan suatu ikan dengan fishing ground. Sehingga,
peneliti ingin mengetahui hubungan antara jumlah ikan yang ditemukan pada beberapa
habitat yang berbeda dengan jenis ikan yang ditemukan. Variabel dalam penelitian ini
yang menjadi kelompok variabel dependen adalah jenis – jenis habitat meliputi, habitat
lamun (Y1), lautan berpasir (Y2) dan terumbu karang (Y3) sedangkan kelompok variabel
independen yaitu ikan A (X1), ikan B (X2), dan ikan C (X3)