Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

GEOLOGI BATUBARA

“Bentuk Lapisan Batubara Akibat Geologi Struktur Pada Daerah


Berau, Kalimantan Timur dan Sekitarnya”

Disusun Oleh :
ARYO N MAULANA
141.10.1015

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2017
PENDAHULUAN

Sub-Cekungan Berau merupakan bagian dari Cekungan Tarakan, pada


perkembangan Sub-Cekungan Batubara Berau selama Tersier di Kalimantan
Timur berada di continental plate margin dalam suatu sistem passive margin,
berhubungan dengan regangan (rifting) Selat Makasar. Formasi Berau merupakan
formasi pembawa batubara di Sub-Cekungan Berau yang berumur Miosen
Tengah.

Gambar 1. Peta wilayah Cekungan Tarakan yang terbagi menjadi empat


subcekungan, yaitu Tidung, Tarakan, Berau dan Muara (Tossin & Kadir, 1996). (dalam
Maryanto,S.2011)

Tataan stratigrafi di daerah berau (Situmorang & Burhan, 1995 ), secara


berurutan dimulai dari yang tertua, adalah Formasi Sembakung, Formasi Talabar,
Formasi Birang, Formasi Lati, Formasi Labanan, Formasi Domaring, Formasi
Sinjin, danAluvium. Batuan Tersier Awal terdiri atas Formasi Sembakung,
Formasi Talabar, dan Formasi Birang. Formasi Sembakung menindih takselaras
batuan alas Kapur Akhir, terdiri atas batuan silisiklastika karbonatan dari
lingkungan laut pada kala Eosen. Formasi Talabar terdiri atas batuan silisiklastika
halus dan karbonat dari lingkungan fluviatil - laut dangkal pada kala Eosen-
Oligosen. Formasi Birang menindih takselaras di atas Formasi Talabar, terdiri atas
batuan silisiklastika, karbonat, dan tuf dari lingkungan laut dangkal hingga laut
dalam pada kala Oligo-Miosen.
Gambar 2. Stratigrafi daerah sekitar Berau, Kalimantan Timur menurut
Situmorang & Burhan (1995) dengan modifikasi.(dalam Maryanto,S.2011)

Pengaruh struktur geologi terhadap lapisan batubara baik vertikal maupun


lateral secara langsung berpengaruh terhadap bentuk dan ketebalan lapisan
batubara, kualitas dan kelayakan penambangannya. Pertimbangan struktur geologi
tersebut dapat digunakan untuk mengetahui pola sebaran batubara dan sejauh
mana pengaruh sebaran batubaranya.

Gambar 3. Peta geologi daerah sekitar Berau, Kalimantan Timur (Situmorang &
Burhan, 1995) dan lokasi pengukuran stratigrafi rinci (Rachmansjah drr., 2003). (dalam
Maryanto,S.2011)
PEMBAHASAN

Dalam pembentukan sebuah lapisan pembawa batubara pasti terdapat


pengaruh struktur geologi yang akan berpengaruh terhadap bentuk dan ketebalan
lapisan batubara, kualitas dan kelayakan penambangannya. Berikut adalah
beberapa kajian mengenai struktur geologi lapisan batubara yang berada di daerah
Sub Cekungan Berau:

1. FAKTOR SYN-DEPOSITIONAL
Pada umumnya sedimen pembawa batubara diendapkan dimulai dari tepi
hingga ketengah cekungan, sedangkan struktur geologi dapat sangat
berpengaruh terhadap akumulasi sedimen dan jumlah suplai material
rombakan yang diperlukan guna mengetahui runtunan lapisan batubara,
sebaran dan ciri lingkungan pengendapanya.

2. FAKTOR MIKRO-STRUKTUR
Gabungan akumulasi ketebalan sedimen dan kecepatan penurunan
cekungan menyebabkan ketidak stabilan terutama di bagian tepi cekungan.
Akibat adanya struktur pembebanan ketika sedimen masih dalam bentuk
fluida, menyebabkan sedimen pembawa batubara terlihat berbentuk struktur
slumping ciri lain seperti: injeksi sedimen ke dalam lapisan bagian atas dan
bawah.

3. FAKTOR MAKRO-STRUKTUR
Sesar didalam sebuah cekungan sedimen aktif kembali sehingga bisa
mempengaruhi lapisan batubara, sebagi contoh sesar growth fault dalam
cekungan tektonik bisa menyebabkan penebalan lapisan batubara secara
setempat, hal ini disebabkan penurunan cekungan akibat pensesaran. Sesar
growth fault berpengaruh terhadap proses pengendapan sedimen, bidang sesar
growth fault tersebut merupakan zona bidang gelincir (failure) menyebabkan
gravity sliding berupa longsoran sedimentasi di cekungan tersebut. Lapisan
batubara yang mengalami splitting (bercabang) merupakan petunjuk adanya
sesar growth fault. Reaktivasi kembali sesar-sesar tersebut dapat
menghasilkan bentuk lapisan batubara yang melengkung ke bawah dan ke
atas, dan selanjutnya diikuti lapisan sedimen non batubara yang bentuknya
melengkung juga

Gambar 4. Terbentuknya splitting lapisan batubara yang disebabkan perubahan


pergerakan sesar selama pengendapan gambut berlangsung.

Perubahan secara periodik di level dasar lingkungan delta plain serta


pengaruh dari adanya aktifitas dari pergerakan sesar, dapat menyebabkan
menyebabkan perubahan karakter perkembangan batubara, hal ini seiring dengan
naiknya muka air rawa. Dengan demikian batubara akan berkembang lebih
intensif, sedangkan pengaruh masuknya material rombakan non batubara sangat
kecil, sehingga kandungan abu (ash) batubaranya rendah. Hal ini berlaku juga
sebaliknya apabila terjadi penurunan muka air, maka dapat menghambat
perkembangan batubara diperparah lagi dengan banyaknya material rombakan
sedimen yang dapat menyebabkan kandungan abu (ash) menjadi lebih tinggi lagi.
Namun apabila batubara yang terendam air bahkan terkontaminasi air laut dapat
menyebabkan kandungan sulfur yang tinggi.
Pada Sub-Cekungan Batubara Berau, pola strukturnya tersusun stabil di
batuan yang berumur Tersier. Bentuk antiklinnya mulai dari landai hingga curam
atau bahkan menunjam dan merupakan satu kesatuan antara sesar normal dan
steep reverse fault yang berada di sekitar sumbu lipatan. Sinklin yang terbentuk
pada sub cekungan batubara berau ini relatif luas dan lebar dengan kemiringan dip
kecil, sedangkan transisi antara dua struktur tersebut merupakan dasar adanya
representasi dari jenis sesar steep reverse fault.

4. POST – DEPOSITIONAL
Struktur-struktur geologi yang terbentuk setelah deposional adalah
kekar,sesar, dan lipatan. Selain itu adanya mineral presipitasi seperti gypsum juga
merupakan hasil post-depositional.
a. SESAR
Sesar normal sering dijumpai sebagai produk tegasan utama
vertikal hasil gaya gravitasi,sesar normal umum dijumpai di lapisan
batubara yaitu di bagian sayap-sayap lipatan, pergeserannya dapat
mencapai beberapa meter, dip bidang sesar normal mulai 60° – 70°.
Pembentukan sesar normal dalam skala besar disebabkan oleh gaya
tension yang tertarik karena regangan (rifting) di continental crust, searah
dengan sesar-sesar normal yang terjadi secara di lokal area, sesar normal
skala besar tersebut membentuk struktur geologi half grabben.

Gambar 5. Sesar normal di lapisan batubara dengan throw 2 meter.

Apabila bidang sesar sudut kecil dapat menyebabkan


pergerakannya relatif turun atau sesar lag fault. Lag fault berasal dari
retardation hanging wall selama pergerakan berlangsung. Sesar Lag Fault
terletak di bagian atas dari thrust fault, sesar ini terbentuk akibat
retardation selama pergeseran berlangsung.
Gambar 6.Sesar Lag Fault di atas Thrust Fault

Pembentukan sesar reverse fault disebabkan oleh system arah


tegasan utamanya horizontal sedang tegasan terkecil adalah vertical.
Reverse fault dengan bidang sesar sudut besar, merupakan zona struktur
yang luas

Gambar 7. Pergeseran lapisan batubara akibat reverse fault, throw 1,5 meter

b. LIPATAN
Lapisan batubara dapat terlipat seperti pada batuan sedimen pada
umumnya. Gaya kompresi terhadap lapisan batubara selama perlipatan
menghasilkan lipatan antiklin landai disertai adanya thrust sepanjang
tonjolan (nose) dari lipatan tersebut, bentuk seperti ini adalah jenis antiklin
queue. Lapisan bisa mengalami penipisan di bagian tengah (pinch out)
sepanjang sayap lipatan fold limb dan terlihat seperti aliran sepanjang
sumbu antiklin. Makin intensif gaya yang bekerja maka akan semakin
kompleks perlipatan dan pensesaran yang terjadi.
Gambar 5. Model rekonstrusi pengendapan progradasi delta Formasi Berau di Sub-Cekungan
Berau. Slumping – Lipatan (Growth Fold) – Growth Fault
Kesimpulan

Formasi Berau merupakan formasi pembawa batubara di Sub-Cekungan


Berau selama Miosen Tengah diendapkan melalui proses progradasi delta, berupa
sliding gravity membentuk struktur slumping, perlipatan (growth fold) berupa
antiklin-sinklin, dan growth fault (thrust fault, reverse fault). Terdapat beberapa
faktor pembentukan struktur geologi di Sub-Cekungan Berau, yaitu Syn-
depositional, bersamaan dengan proses diagenesa sedimen berlangsung. Mikro-
struktur, deformasi struktur akibat pembebanan sangat berperan penting
menghasilkan tegasan gravitasi membentuk shear-shear fracture dan shear.
Makro-struktur, pembentukan struktur slump – lipatan growth fold – sesar growth
fault dan terkahir adalah Post-depositional yaitu dapat beruapa kekar, sesar
normal, dan lipatan. Jadi struktur-struktur inilah yang menjadi salah satu faltor
yang mempengaruhi bentuk lapisan batubara terutama pada daerah Sub-Cekungan
Berau.
Akibat sliding gravity juga dapat menyebabkan penimbunan akumulasi
sedimen yang tebal menghasilkan struktur pembebanan slumping berupa growth
fold kemudian diikuti dengan pembentukan growth fault. Perkembangan growth
fault dimulai dengan pembentukan thrust fault (sudut kecil), dimana sudut bidang
sesar < 45° pergerakannya relatif mengikuti bidang lapisan, kemudian
berkembang menjadi reverse fault (sudut besar) dimana sudut bidang sesarnya >
45° dan pergerakannya akan memotong bidang lapisan batuan.
Daftar Pustaka
Maryanto,S.2011. Stratigrafi dan Keterdapatan Batubara pada Formasi Lati Di
Daerah Berau, Kalimantan Timur. Buletin Sumber Daya Geologi Volume 6
Nomor 2 – 2011.
Rodhi,A dan Rahmad,B.2009. Struktur Geologi dan Sedimentasi Batubara
Formasi Berau. Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 1, Januari 2009.
Sukandarrumidi.1995.Batubara dan Gambut.UGM Press.Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai