Anda di halaman 1dari 11

1.

PENDAHULUAN
Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan suatu jenis bahan bakar
yang dihasilkan melalui proses pengilangan minyak mentah. Saat ini BBM
telah menjadi kebutuhan pokok dalam kegiatan rumah tangga maupun
industri, terlebih dalam kegiatan trasnportasi. Dalam kehidupan sehari-hari,
BBM untuk kendaraan bermotor lebih dikenal dengan istilah Bensin.
Seiring dengan meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor sebagai
media transportasi baik umum maupun pribadi, menyebabkan kebutuhan
BBM juga meningkat. Hal tersebut dikarenakan BBM merupakan sumber
energi yang diperlukan untuk dapat menggerakkan mesin kendaraan
sehingga bisa berjalan sebagaimana mestinya. Menurut Peraturan Presiden
Republik Indonesia nomor 191 tahun 2014 tentang Penyediaan,
Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak pasal 2 dan 3,
bahan bakar minyak di Indonesia dikelompokkan kedalam tiga jenis yaitu:
a. Jenis BBM Tertentu, terdiri atas Minyak Tanah dan Minyak Solar
b. Jenis BBM Khusus Penugasan, merupakan BBM jenis Premium
yang hanya disubsidi untuk wilayah Jawa, Madura, dan Bali.
c. Jenis BBM Umum, terdiri atas seluruh jenis BBM kecuali pada poin
a dan b.
Jenis BBM Umum yang biasa disebut dengan Bahan Bakar Khusus
(BBK) merupakan BBM Non-PSO (Public Service Obligation) atau Non-
Subsidi. Harga BBM non subsidi lebih mahal daripada BBM bersubsidi.
Namun, kualitas yang diberikan jauh lebih baik daripada BBM bersubsidi.
Hampir seluruh jenis BBK telah mengantongi standar emisi euro yang
ditetapkan oleh pemerintah yaitu RON 90 ke atas. Semakin tinggi nilai
RON, maka semakin mahal bahan bakar tersebut.
Bagi konsumen yang memiliki uang lebih tidaklah sulit membeli
BBM dengan RON lebih dari 90 (Pertamax Series). Tetapi, bagi sebagian
masyarakat harga yang ditetapkan masih terlalu tinggi. Masyarakat
mendambakan adanya bahan bakar berkualitas dengan harga yang relatif
terjangkau.
2. LANDASAN TEORI
AHP (Analytic Hierarchy Process) adalah suatu teori umum tentang
pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio, baik dari
perbandingan berpasangan yang diskrit maupun kontinyu. AHP
menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi
suatu hirarki. Hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah
permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level
pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan
seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu
masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya
yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan
akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.
Tahapan tahapan dalam AHP (Analytic Hierarchy Process)
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum,
dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternatif- alternatif pilihan.

Gambar 1. Struktur hierarki AHP


3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang
menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen
terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Perbandingan
dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat
keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen
dibandingkan elemen lainnya.
4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemenp
di dalam matrik yang berpasangan dengan nilai total dari setiap
kolom
5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika
tidak konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi.
Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector
maksimum yang diperoleh.
6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan
berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen.
8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR<0,100
maka penilaian harus diulangi kembali.

3. Pembahasan
3.1. Perhitungan AHP
a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
Sistem Penunjang Keputusan ini menggunakan metode AHP
dan dimaksudkan untuk membantu dalam pengambilan
keputusan untuk menentukan pemilihan BBM. Dalam
penentuannya ada 4 kriteria yaitu Harga, RON, Umur dan Emisi
Gas Buang.
a Kriteria : Harga, RON, Umur dan Emisi Gas Buang.
b Alternatif : Premium, Pertalite, Pertamax dan Pertamax Turbo
b. Struktur Hirarki AHP

Alternatif Pemilihan BBM

Harga RON Umur Emisi Gas Buang

Premium Pertalite Pertamax Pertamax Turbo

Gambar 2. Struktur Hirarki Alternatif Pemilihan BBM


c. Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria
Pada tahap ini pemberian bobot masing-masing kriteria menggunakan
model AHP (Analytical Hieracrchy Process).
Kriteria Harga RON Umur Emisi Gas Buang
A
Harga 1 2 0,5 2
RON 0,5 1 0,5 0,5
Umur 2 2 1 2
Emisi Gas Buang 0,5 2 0,5 1
Jumlah 4 7 2,5 5,5
Tabel 1. Hasil Perbandingan Kriteria Berpasngan
Proses selanjutnya adalah melakukan normalisasi pada setiap
kolom. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel 2.
X
Emisi Gas
Harga RON Umur (Jumlah
Buang
baris/4)
Harga 0,25 0,29 0,20 0,36 0,27
RON 0,13 0,14 0,20 0,09 0,14
Umur 0,50 0,29 0,40 0,36 0,39
Emisi Gas 0,20
Buang 0,13 0,29 0,20 0,18
Jumlah
A X AxX
1 2 0,5 2 0,27 1,14
0,5 1 0,5 0,5 0,14 0,57
2 2 1 2 0,39 1,61
0,5 2 0,5 1 0,20 0,81

Menghitung nilai Eigen maksimum sebagai berikut:


= Average { (1,14/0,27) + (0,57+0,14) + (1,61/0,39) + (0,81/0,20) }
= Average 16,49
= 16,49/4
= 4,12
Menghitung Nilai Consistency Index sebagai berikut:
4,12−4 0,12
CI = = = 0,04
4−1 3

Menghitung Nilai Consistency Index sebagai berikut:


Untuk n = 4, RI (Random index) = 0,90, maka dapat diperoleh nilai CR sebagai
berikut :
0,04
CR = = 0,05 < 0,1 = konsisten
0,9

d. Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Harga

Premium Pertalite
Pertamax Pertamax Turbo
A
Premium 1 2 3 5
Pertalite 0,5 1 2 3
Pertamax 0,333333 0,5 1 2
Pertamax Turbo 0,2 0,333333 0,5 1
Normalisasi
Nilai
Premium Pertalite Pertamax Pertamax Turbo Eigen AxX
X
Premium 0,49 0,52 0,46 0,45 0,48 1,94
Pertalite 0,25 0,26 0,31 0,27 0,27 1,09
Pertamax 0,16 0,13 0,15 0,18 0,16 0,63
Pertamax
0,10 0,09 0,08 0,09 0,09 0,35
Turbo

Menghitung nilai Eigen maksimum sebagai berikut:


= Average { (1,94/0,48) + (1,09+0,27) + (0,63/0,16) + (0,35/0,09) }
= Average 16,06
= 16,06/4
= 4,02
Menghitung Nilai Consistency Index sebagai berikut:
4,02−4 0,02
CI = = = 0,004
4−1 3

Menghitung Nilai Consistency Index sebagai berikut:


Untuk n = 4, RI (Random index) = 0,90, maka dapat diperoleh nilai CR sebagai
berikut :
0,004
CR = = 0,005 < 0,1 = konsisten
0,9

e. Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria RON

Premium Pertalite Pertamax Pertamax Turbo


A
Premium 1 0,5 0,333333 0,2
Pertalite 2 1 0,5 0,333333333
Pertamax 3 2 1 0,5
Pertamax Turbo 5 3 2 1
Normalisasi
Nilai
Pertamax Eigen AxX
Premium Pertalite Pertamax Turbo X
Premium 0,09 0,08 0,09 0,10 0,09 0,35
Pertalite 0,18 0,15 0,13 0,16 0,16 0,63
Pertamax 0,27 0,31 0,26 0,25 0,27 1,09
Pertamax
0,45 0,46 0,52 0,49 0,48 1,94
Turbo
Menghitung nilai Eigen maksimum sebagai berikut:
= Average { (0,35/0,09) + (0,63+0,16) + (1,09/0,27) + (1,94/0,48) }
= Average 16,06
= 16,06/4
= 4,02
Menghitung Nilai Consistency Index sebagai berikut:
4,02−4 0,02
CI = = = 0,004
4−1 3

Menghitung Nilai Consistency Index sebagai berikut:


Untuk n = 4, RI (Random index) = 0,90, maka dapat diperoleh nilai CR sebagai
berikut :
0,004
CR = = 0,005 < 0,1 = konsisten
0,9

f. Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Umur

Premium Pertalite Pertamax Pertamax Turbo


A
Premium 1 0,333333 0,2 0,142857143
Pertalite 3 1 0,333333 0,2
Pertamax 5 3 1 0,333333333
Pertamax Turbo 7 5 2 1
Normalisasi
Nilai
Pertamax Eigen AxX
Premium Pertalite Pertamax Turbo X
Premium 0,06 0,04 0,06 0,09 0,06 0,23
Pertalite 0,19 0,11 0,09 0,12 0,13 0,51
Pertamax 0,31 0,32 0,28 0,20 0,28 1,14
Pertamax
0,44 0,54 0,57 0,60 0,53 2,14
Turbo
Menghitung nilai Eigen maksimum sebagai berikut:
= Average { (0,23/0,06) + (0,51+0,13) + (1,14/0,28) + (2,14/0,53) }
= Average 16,00
= 16,06/4
= 4,00
Menghitung Nilai Consistency Index sebagai berikut:
4,00−4 0,00
CI = = = 0,00
4−1 3

Menghitung Nilai Consistency Index sebagai berikut:


Untuk n = 4, RI (Random index) = 0,90, maka dapat diperoleh nilai CR sebagai
berikut :
0,00
CR = = 0,00 < 0,1 = konsisten
0,9

g. Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Emisi Gas Buang

Premium Pertalite Pertamax Pertamax Turbo


A
Premium 1,00 0,50 0,25 0,17
Pertalite 2,00 1,00 0,33 0,20
Pertamax 4,00 3,00 1,00 0,50
Pertamax Turbo 6,00 5,00 2,00 1,00
Normalisasi
Nilai
Pertamax Eigen AxX
Premium Pertalite Pertamax Turbo X
Premium 0,08 0,05 0,07 0,09 0,07 0,29
Pertalite 0,15 0,11 0,09 0,11 0,11 0,46
Pertamax 0,31 0,32 0,28 0,27 0,29 1,19
Pertamax
0,46 0,53 0,56 0,54 0,52 2,11
Turbo

Menghitung nilai Eigen maksimum sebagai berikut:


= Average { (0,29/0,07) + (0,46+0,11) + (1,19/0,29) + (2,11/0,52) }
= Average 16,00
= 16,14/4
= 4,03
Menghitung Nilai Consistency Index sebagai berikut:
4,03−4 0,03
CI = = = 0,01
4−1 3

Menghitung Nilai Consistency Index sebagai berikut:


Untuk n = 4, RI (Random index) = 0,90, maka dapat diperoleh nilai CR sebagai
berikut :
0,01
CR = = 0,01 < 0,1 = konsisten
0,9

h. Analisa Hasil Metode AHP


Bobot Harga RON Umur Emisi Bobot Rank
Gas Final
Buang
Premium 0,48 0,09 0,06 0,07 0,17 4
Pertalite 0,27 0,16 0,13 0,11 0,18 3
Pertamax 0,16 0,27 0,28 0,29 0,25 2
Pertamax
0,09 0,48 0,53 0,52 0,41 1
Turbo

4. Kesimpulan

Dari hasil perhitungan diatas pilihan yang paling ekonomis yaitu yaitu dengan
menggunakan Pertamax Turbo dengan nilai 41%.
Lampiran
SKALA SAATNYA

Harga 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ron
Harga 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Umur
Harga 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Emisi Gas buang
Kriteria
Ron 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Umur
Umur 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Emisi Gas buang
Ron 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Emisi Gas buang

Premium 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertalite
Premium 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertamax
Premium 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertamax Turbo
Ron
Pertalite 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertamax
Pertalite 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertamax Turbo
Pertamax 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertamax Turbo

Premium 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertalite
Premium 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertamax
Premium 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertamax Turbo
Harga
Pertalite 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertamax
Pertalite 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertamax Turbo
Pertamax 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertamax Turbo
Premium 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertalite
Premium 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertamax
Premium 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertamax Turbo
Umur
Pertalite 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertamax
Pertalite 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertamax Turbo
Pertamax 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertamax Turbo

Premium 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertalite
Premium 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertamax
Premium 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertamax Turbo
Emisi
Pertalite 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertamax
Pertalite 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertamax Turbo
Pertamax 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertamax Turbo

Anda mungkin juga menyukai