DASAR KELISTRIKAN
a. Bila hambatan tetap, arus dalam setiap rangkaian adalah berbanding langsug dengan
tegangan. Bila tegangan bertambah, maka aruspun bertambah. Dan bila tegangan
berkurang maka aruspun berkurang.
b. Bila tegangan tetap, maka arus dalam rangkaian menjadi berbanding terbalik
terhadap rangkaian itu. Bila hambatan bertambah, maka arus berkurang dan bila
hambatan berkurang maka arus bertambah
Percobaan :
Pengukuran kuat arus pada bermacam-macam tegangan (2V, 4V, 6V) dan
besarnya tahanan konstan (10).
Tegangan U
Kuat arus I =
Tahanan R
U
Dalam simbol formula : I=
R I Kuat arus dalam A
U Tegangan dalam V
R Tahanan dalam
Melalui penjabaran persamaan kita dapatkan dua bentuk hukum Ohm yang lain
U
U=R.I R=
I
R1 R2 R3
U
I=0,1A
Utotal = U1 + U2 + U3 +
Tahanan total rangkaian seri secara langsung dapat ditentukan dengan
suatu alat pengukur tahanan. Namun dalam praktik lebih banyak dipilih
metode tidak langsung, yaitu melalui pengukuran tegangan dan arus,
tahanan dihitung dengan bantuan hukum Ohm.
Utotal
R total =
I
12 V
Rtotal = = 120 Ω
0,1 A
Rtotal = R1 + R2 + R3 +
Dengan demikian dapat diterangkan, bahwa arus berturut-turut harus
mengatasi/menguasai semua tahanan bagian.
Karena tahanan total diganti juga dengan tahanan secara tersendiri, yang
mana hal ini disebut juga sebagai tahanan pengganti (Rpengganti).
U1 2V 1 U2 4V 2 Utotal 12V 6
U2 4V 2 U3 6V 3 U1 2V 1
U1 : U2 : U3 = 2V : 4V : 6V = 1 : 2 : 3
perbandingan untuk tahanan yang ada
R1 20 Ω 1 R 2 40 Ω 2 Rtotal 120 Ω 6
R 2 40 Ω 2 R3 60 Ω 3 R1 20 Ω 1
U1 : U2 : U3 = R1 : R2 : R3
Disetiap tahanan mengalir arus yang sama. Pada tahanan yang sama arus tersebut
menimbulkan tegangan jatuh yang sama pula. Pada tahanan yang berbeda arus
yang mengalir mengakibatkan terjadinya tegangan jatuh yang berbeda pula, untuk
tahanan yang besar tahanan jatuhnya besar, untuk tahanan kecil tegangan jatuhnya
kecil.
Pembagi tegangan tanpa beban
Pembagi tegangan terdiri atas dua tahanan (R1, R2) yang terhubung seri,
Dengan bantuannya maka tegangan terpasang (U) dapat terbagi kedalam dua
tegangan (U1, U2).
I
R1 U1
U
U1 R1
R2
=
U2
U2 R 2
U1 R1 U2 R2
= =
U R1 R 2 U R1 R2
R2
U2 = U
R1 R 2
Tahanan depan
Dengan bantuan tahanan yang terpasang seri pada beban, maka tegangan pada
beban dapat diperbesar. Tahanan semacam ini disebut tahanan depan.
I =0,2A Ud
Rd
U = 4,5 V U L = 1,5 V
Oleh karena itu tahanan depan harus mampu dialiri sebesar arus nominal beban, jika
tidak maka tahanan terbakar.
Dengan tahanan depan, suatu tegangan tidak dapat diturunkan hingga nol seperti
pada pembagi tegangan, disini untuk maksud tersebut tahanan depan harus memiliki
nilai tahanan yang tak terhingga besarnya.
Tahanan depan digunakan untuk menurunkan tegangan dan dengan demikian
menurunkan kuat arus putaran motor, lampu, alat ukur dan sebagainya.
Tegangan jatuh pada penghantar
I
RL S
A
U1 U2
RL
Sebelum lampu dihidupkan tegangan pada ujung awal dan ujung akhir penghantar
sama besarnya.
Setelah lampu dihidupkan tegangan pada ujung akhir penghantar berkurang
dibanding pada ujung awal penghantar.
Penyebab berkurangnya tegangan tersebut terletak pada tegangan jatuh (simbol
formula Ua) didalam penghantar masuk dan keluar.
Tegangan jatuh ditimbulkan oleh arus yang mengalir melalui tahanan kawat.
Tegangan jatuh Ua pada penghantar semakin besar,
jika arus I didalam penghantar makin besar dan
jika tahanan penghantar RL makin besar.
I
I1 I3
A I2
U R1 R2 R3
Pada suatu rangkaian parallel semua tahanan terletak pada tegangan yang sama.
Berbeda dengan rangkaian seri, pada rangkaian paralel walaupun terjadi
pemutusan hubungan tidak akan mengganggu rangkaian kecuali pada
rangkaian yang diputuskannya. Pemutusan hubungan pada rangkaian paralel
akan mengakibatkan arus akan berhenti dalam cabang yang
dibuka(diputuskan) dihubungannya saja. Hal ini akan menghasilkan jumlah
arus dari baterai dikurangi oleh suatu pemutusan hubungan dalam setiap
cabang dari rangkaiannya.
Rangkaian pararel mempunyai karakteristik :
• Tahanan kombinasi selalu lebih kecil dari nilai tahanan terkecil.
• Tegangan pada tiap-tiap tahanan adalah sama.
• Arus total adalah penjumlahan dari arus-arus yang melewati tiap-tiap tahanan.
Percobaan :
Pengukuran arus I, I1, I2 dan I3 pada rangkaian yang diberikan
I =1,1A
I1 = I2 = I =
A A A 3
0,6A 0,3A 0,2A
U=12V
R1 = R2 = R3 =
20 40 60
I = I1 + I2 + I3 + . . .
Pada tahanan terbesar mengalir arus terkecil dan pada tahanan terkecil
mengalir arus terbesar.
U
Pengertian ini dapat dibuktikan dengan hukum Ohm. Disini berlaku I .
R
Pada tegangan yang sama maka cabang dengan tahanan besar harus mengalir
arus ang kecil.
Hukum Kirchhoff
Hukum Kirchhoff pertama (hukum titik simpul)
Pada rangkaian parallel selalu menghasilkan apa yang disebut dengan titik
percabangan, yang juga dikenal sebagai titik simpul.
I1 = 5A I4 = 6A
Disetiap titik simpul (cabang), jumlah arus yang masuk besarnya sama dengan jumlah
arus yang keluar.
I1 + I2 = I3 + I4 + I5
Hukum Kirchhoff kedua (hukum jala-jala)
US1 =12V US2 =12V
I =0,2A
Kedua sumber tegangan dengan tegangan sumber US1 dan US2 elektron-
elektronnya menggabungkan diri dalam memberikan pengaruhnya secara
keseluruhan. Disini sumber tegangan tersebut bereaksi dalam arah yang sama.
Mereka mengendalikan arus I sesuai dengan tahanan yang ada.
U S1 + U S2 12 V + 12 V 24 V
I ; I 0,2 A
R1 R2 + R3 20 40 + 60 120
U1 = I R1 ; U1 = 0,2 A 20 = 4 V
U 2 = I R2 ; U 2 = 0,2 A 40 = 8 V
U 3 = I R3 ; U 3 = 0,2 A 60 = 12 V
Pada suatu persamaan antara tegangan sumber dengan tegangan jatuh
diketahui, bahwa hal tersebut sama besarnya, artinya yaitu tegangan sumber
terbagi kedalam rangkaian arus secara keseluruhan.
Dari situ dapat disimpulkan hukum Kirchhoff kedua (hukum jala-jala):
Disetiap rangkaian arus tertutup, jumlah tegangan sumber besarnya sama dengan
jumlah semua tegangan jatuh.
US1 + US2 = I . R1 + I . R2 + I . R3