Anda di halaman 1dari 11

Secara Mikroskopis6

Secara mikroskopis, sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan serta struktur
yang berhubungan dengannya seperti lidah, gigi, kelenjar air liur, pankreas, hati dan vesica
fellea. Berdasarkan urutan jalannya makanan, maka saluran pencernaan dimulai dari cavum
oris, pharynx, oesophagus, gaster, usus halus, usus besar, rektum dan anus sebagai tempat
keluar sisa pencernaan. Berikut adalah uraian mikroskopis dari beberapa organ yang terlibat
dalam proses pencernaan:

1. Mulut (Cavum Oris)

Gb. 4. Histologi Cavum Oris


(Sumber: www.google.com)

Cavum oris merupakan rongga yang terdiri atas labium oris, buccal, dentis,
gingivae, linguae, palatum molle dan palatum durum. Labium oris merupakan area yang
terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
 Area cutanea: Struktur kulit yang tipis.
 Area merah bibir (intermedia): Area yang memiliki epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk dan epitelnya transparan (jernih) karena mengadung butir-butir
eleidin. Serta pada area ini banyak mengandung pembuluh darah sehingga
menyebabkan bibir berwarna merah.
 Area oral mukosa: Memiliki struktur yang mirip seperti pipi dan memiliki epitel
berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Pada tunika submukosanya glandula labialis
yang bersifat seromukosa. Dan pada bagian bawah tunika submukosa terdapat otot
lurik yaitu m. orbicularis oris.
Papila pada lidah berfungsi sebagai reseptor perasa. Papila-papila ini hanya tersebar
pada 2/3 permukaan anterior lingua dan papila-papila ini tidak terdapat pada 1/3 bagian
posterior lidah tapi pada bagian posterior ini terdapat tonsila lingua. Berikut adalah
beberapa papila yang terdapat pada lingua:
 Papila filiformis: Memiliki epitel berlapis gepeng bertanduk, berbentuk runcing,
tidak memiliki taste bud, dan modifikasi dari papila ini disebut papila cuneiform
(conica)
 Papila fungiformis: Tersebar diantara papila filiformis, memiliki taste bud dan papila
sekunder, dan bentuk modifikasinya disebut papila lentiformis.
 Papila circumvalata: Papila terbesar, memiliki epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk, ada sulcus sircular (cryptus), pada sisi lateral terdapat taste buds, dan terdapat
kelenjar serous Von ebner yang bermuara ke cryptus.
 Papila foliata: Papila yang berkembang hanya pada kelinci dan memiliki taste buds.

2. Oesophagus

Gb. 5. Histologi Oesophagus


(Sumber: www.google.com)

Pada tunika mukosa dari oesophagus dapat dijumpai epitel berlapis gepeng
tanpa lapisan tanduk dan tunika muskularis mukosanya berupa selapis sel
longitudinal. Kemudian, pada lamina propria didapatkan kelenjar mukus tubulosa
kompleks (kelenjar superficial) yang merupakan perluasan dari kelenjar kardia.
Sedangkan, pada tunika submukosa oesophagus memiliki kelenjar mukus tubulosa
kompleks yang disebut kelenjar submukosa atau oesophageal gland. Kemudian,
tunika muskularis oesophagus yang terdiri dari otot lurik dan otot polos. Pada 1/3
proksimal oesophagus terdiri dari otot lurik, 1/3 tengah merupakan campuran otot
lurik dan otot polos, sedangkan 1/3 distalnya merupakan otot polos.
3. Gaster

Gb. 5. Gaster bagian dalam


(Sumber: www.google.com)

Pada tunika mukosa gaster terdapat gastric pits atau foveola gastica. Epitel
pada tunika ini ialah epitel selapis torak tanpa sel goblet. Dinding gaster berlipat-lipat
disebut rugae yang terdiri dari lapisan otot tebal. Gaster memiliki tiga kelenjar yaitu:
a. Kelenjar kardia: Memiliki papila gastrica yang dangkal
b. Kelenjar fundus (gaster): Memiliki papila gastrica yang panjang dan dalam. Pada
kelenjar fundus memiliki 4 macam sel didalamnya, yaitu 1) Chief cell atau
zimogenic cell merupakan sel terbanyak, berbentuk piramid, inti di basal, oval,
kromatin agak padat, memiliki warna yang pucat, dan terdapat butir-butir
zymogen yang mengandung pepsinogen. 2) Parietal cell memiliki brntuk oval, inti
bulat, sitoplasma asidofil, dan dapat menghasilkan HCL serta faktor intrinsik
lambung. 3) Mucous neck cell bentuk sel kubus, sitoplasma bergranula halus
pucat, lebih pucat dari chief cell, dan dapat menghasilkan mukus. 4) Argentafin
cell dapat dilihat dengan pewarnaan perak atau garam crhomium.
c. Pilorus: Memiliki papila gastrica yang dalam dan tidak terdapat sel goblet

Proses Menelan
Menelan dimulai ketika suatu bolus, secara sengaja di dorong oleh lidah ke bagian
belakang mulut menuju faring. Tekanan bolus di faring merangsang reseptor tekananan di
faring yang kemudian mengirim impuls aferen ke pusat menelan di medulla.7 Pusat menelan,
kemudian secara refleks mengaktifkan serangkaian otot yang terlibat dalam proses menelan.
Di esophagus terdapat oleh sfingter di kedua ujungnya. Di ujung atas terdapat sfingter
faringoeosofagus dan di ujung bawah terdapat sfingter gastroeosofagus yang berfungsi untuk
mencegah refluks makanan. Menelan di bagi menjadi 2 yaitu tahap orofaring dan tahap
eosofagus:8
1) Tahap orofaring
Berlangsung sekitar 1 detik dan merupakan proses perpindahan bolus dari mulut melalui
faring dan masuk ke eosofagus. Saat masuk faring sewaktu menelan, bolus harus di
arahkan kedalam eosofagus dan di cegah masuk ke saluran lain yang berhubungan dengan
faring. Dengan kata lain, makanan harus dicegah kembali masuk kembali ke mulut,
masuk ke hidung dan masuk ke trakea. Kegiatan menelan di orofaring:
 Makanan dicegah kembali ke mulut selama menelan oleh posisi lidah menekan ke
langit-langit keras.
 Uvula terangkat dan tersangkut di bagian belakang tenggorokan, sehingga saluran
hidung tertutup dari faring dan makanan tidak masuk ke hidung.
 Makanan di cegah masuk ke trakea terutama oleh elevasi laring dan penutupan erat
pita suara melintasi lubang laring atau glottis. Selama menelan, pita suara melakukan
fungsi yang tidak berkaitan dengan berbicara. Kontraksi otot-otot laring menyebabkan
pita suara merapat satu sama lain, sehingga pintu masuk glottis tertutup. Selain itu,
bolus menyebabkan suatu lembaran kecil jaringan ikat, epiglotis tertekan ke belakang
menutupi glottis yang menambah proteksi untuk mencegah makanan masuk ke
saluran pernapasan.
 Karena saluran pernapasan tertutup sementara saat menelan, pernapasan terhambat
secara singkat sehingga individu tidak mencoba melakukan usaha yang sia-sia untuk
bernapas.
 Dengan laring dan trakea tertutup,otot-otot faring berkontraksi untuk mendorong
bolus ke dalam eosofagus.

2) Tahap esofagus
Tahap esofagus di mulai ketika makanan sudah masuk melalui eosofagus. Pusat menelan
memulai gelombang peristaltik primer yang mengalir dari pangkal ke ujung eosofagus,
mendorong bolus di depannya melewati eosofagus ke lambung. Peristaltis mengacu pada
kontraksi berbentuk cincin otot polos sirkuler yang bergerak secara progresif ke depan
dengan gerakan mengosongkan, mendorong bolus di depan kontraksi. Dengan demikian,
pendorongan makanan melalui eosofagus adalah proses aktif yang tidak memerlukan
gravitasi. Gelombang peristaltik berlangsung sekitar 5-9 detik untuk mencapai ujung
bawah eosofagus. Kemajuan gelombang tersebut di control oleh pusat menelan,melalui
persarafan vagus.
Cairan yang tidak tertahan oleh friksi dinding eosofagus, dengan cepat turun ke
sfingter eosofagus bawah akibat gravitasi dan kemudian harus menunggu sekitar 5 detik
sampai gelombang peristaltik primer akhirnya sampai sebelum cairan tersebut dapat
melewati sfingter gastoeosofagus.
Apabila ada makanan dengan ukuran yang besar atau lengket tertelan dan tidak
dapat di dorong oleh gerak peristaltik primer, makan akan terjadilah gerak peristaltik
sekunder yang tidak melibatkan pusat menelan, dan orang tersebut tidak akan
menyadarinya. Makanan yang besar itu akan menyebabkan perengangan pada eosofagus
yang secara refleks akan meningkatkan sekresi air liur, sehingga makanan tersbut akan
dapat di lepaskan dan di gerakkan oleh kombinasi lubrikasi air liur dan gelombang
peristaltik sekunder.

Mekanisme Pencernaan Mulut-Gaster4,5


Berikut akan dijelaskan juga mekanisme pencernaan sesuai dengan organ tempat mekanisme
itu terjadi.
a) Mulut
Langkah pertama dalam proses pencernaan adalah mastikasi atau mengunyah,
motilitas mulut yang melibatkan pengirisan, perobekan, penggilingan, dan pencampuran
makanan oleh gigi. Fungsi mengunyah adalah untuk menggiling dan memecahkan
makanan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil sehingga makanan mudah ditelan
dan untuk meningkatkan luas permukaan makanan yang akan terkena enzim, untuk
mencampur makanan dengan liur, dan untuk merangsang kuncup kecap. Yang terakhir
tidak saja menghasilkan rasa nikmat kecap yang subyektif tetapi juga, melalui mekanisme
feedforward, secara refleks meningkatkan sekresi liur, lambung, pankreas, dan empedu
untuk persiapan bagi kedatangan makanan.
Liur (saliva), sekresi yang berkaitan dengan mulut, terutama dihasilkan oleh
tiga pasang kelenjar liur utama yang terletak di luar rongga mulut dan mengeluarkan liur
melalui duktus pendek ke dalam mulut. Liur mengandung 99,5% H2O dan 0,5% elektrolit
dan protein. Konsentrasi NaCl (garam) liur hanya sepertujuh dari konsentrasinya di
plasma, yang penting dalam mempersepsikan rasa asin. Demikian juga, diskriminasi rasa
manis tingkatkan oleh tidak adanya glukosa di liur. Protein yang terpenting adalah
amilase, mukus, dan lisozim. Protein-protein ini berperan dalam fungsi saliva sebagai
berikut:
 Liur memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amilase liur, suatu
enzim yang menguraikan polisakarida menjadi maltosa, suatu disakarida yang terdiri
dari dua molekul glukosa. Liur mempermudah proses menelan dengan membasahi
partikel makanan sehingga partikel-partikel tersebut menyatu, serta menghasilkan
pelumasan oleh adanya mukus yang kental dan licin.
 Liur memiliki sifat antibakteri melalui efek rangkap pertama, dengan lisozim, suatu
enzim yang melisiskan atau menghancurkan bakteri tertentu dengan merusak
dinding sel dan kedua dengan membilas bahan yang mungkin berfungsi sebagai
sumber makanan untuk bakteri. Liur berperan penting dalam hiegine mulut dengan
membantu menjaga mulut dan gigi bersih. Aliran liur yang konstan membantu
membilas residu makanan, partikel asing, dan sel epiteltua yang terlepas dari
mukosa mulut. Liur kaya akan dapar bikarbonat, yang menetralkan asam dalam
makanan serta asam yang dihasilkan oleh bakteri di mulut sehingga karies dentis
dapat dicegah.
Sekresi liur yang terjadi secara terus-menerus tanpa adanya rangsangan yang jelas
ditimbulkan olehstimulasi konstan tingkat rendah oleh ujung-ujung saraf simpatis yang
berakhir di kelenjar liur. Sekresi basal ini penting untuk menjaga mulut dan tenggorokan
selalu basah. Selain sekresi terus-menerus tingkat rendah ini, sekresi liur dapat
ditingkatkan oleh dua jenis refleks liur, refleks liur sederhana dan terkondisi. Sekresi liur
adalah satu-satunya sekresi pencernaan yang seluruhnya berada di bawah kontrol saraf.
Semua sekresi pencernaan lainnya diatur oleh refleks sistem saraf dan hormon.
Pencernaan di mulut melibatkan hidrolisis polisakarida menjadi disakarida oleh
amilase. Namun, sebagian besar pencernaan oleh enzim ini dilakukan di korpus lambung
setelah massa makanan dan liur tertelan. Asam menginaktifkan amilase, tetapi di bagian
tengah makanan, dimana asam lambung belum sampai, enzim liur ini terus berfungsi
selama beberapa jam. Tidak terjadi penyerapan makanan di mulut. Yang penting, sebagian
obat dapat diserap oleh mukosa oral, contoh utamanya adalah nitrogliserin, obat
vasodilator yang kadang digunakan oleh pasien jantung untuk menghilangkan serangan
angina yang berkaitan denganiskemia miokardium.
Motilitas yang berkaitan dengan faring dan esofagus adalah menelan. Menelan
sebenarnya adalah keseluruhan proses memindahkan makanan dari mulut melalui
esofagus hingga ke lambung. Tekanan bolus di faring merangsang reseptor tekanan di
faring yang kemudian mengirim impuls aferen ke pusat menelan di medula. Pusat
menelan kemudian secara refleks mengaktifkan serangkaian otot yang terlibat dalam
proses menelan. Terjadi gelombang peristaltik pada esofagus mendorong bolus menuju
sfingter esofagus bagian distal, kemudian menuju lambung. Peristaltik mengacu
pada kontraksi berbentuk cincin otot polos sirkuler yang bergerak secara progresif ke
depan dengan gerakan mengosongkan, mendorong bolus didepan kontraksi. Dengan
demikian pendorongan makanan melalui esopagus adalah proses aktif yang
tidak mengandalkan gravitasi. Gelombang peristaltik berlangsung sekitar 5-9 detik
untuk mencapai ujung bawah esopagus. Kemajuan gelombang tersebut dikontrol oleh
pusat menelan melalui persarafan vagus. Sekresi esofagus seluruhnya bersifat protektif
dan berupa mukus, mukus disekresikan disepanjang saluran pencernaan. Dengan
menghasilkan lubrikasi untuk lewatnya makanan, mukus esofagus memperkecil
kemungkinan rusaknya esofagus oleh bagian-bagian makanan yang tajam, mukus juga
melindungi dinding esofagus dari asam dan enzim getah lambungapabila terjadi refluks
lambung.
b) Gaster
Pada gaster ini terjadi gerakan mendorong serta mencampur makanan dengan
sekresi lambung (motilistas) serta makanan-makanan terebut dicerna menjadi komponen
yang sederhana. Motilitas dilambung dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu:
a. Empty Stomach Contractility
Kotraksi pada lambung menuju bagian distal dari saluran pencernaan. Diperlukan
waktu 90 menit untuk mencapai usus besar. Berfungsi sebagai housekeeping, menyapu
sisa-sisa makanan dan bakteri keluar dari traktus ke usus besar.
b. Pengisian Lambung
Volume lambung jika kosong sekitar 50 ml, tetapi organ ini dapat mengembang hingga
kapasitasnya mencapai sekitar 1 liter ketika makan. Akomodasi perubahan volume ini
dapat menyebabkan ketegangan pada dinding lambung dan meningkatkan tekanan
intralambung, tapi hal ini tidak akan terjadi karena adanya faktor plastisitas otot polos
lambung dan relaksasi resesif lambung pada saat terisi.
c. Pencampuran Lambung
Volume telah menyentuh 1 L, tekanan dalam lambung akan meingkat. Ketika Kontraksi
peristaltik lambung yang kuat merupakan penyebab makanan bercampur dengan sekresi
lambung, seperti asam dan enzim pencernaan, dan menghasilkan kimus. Setiap
gelombang peristaltik antrum mendorong kimus ke depan ke arah sfingter pilorus.
Apabila kimus terdorong oleh kontraksi peristaltik yang kuatkan melewati sfingter
pilorus dan terdorong ke duodenum tetapi hanya sebagian kecil saja. Sebelum lebih
banyak kimus dapat diperas keluar, gelombang peristaltik sudah mencapai sfingter
pilorus menyebabkan sfingter berkontraksi lebih kuat, menutup dan menghambat aliran
kimus ke dalam duodenum. Sebagian besar kimus antrum yang terdorong ke depan tapi
tidak masuk ke duodenum berhenti secara tiba-tiba pada sfingter yang tertutup dan
bertolak kembali ke dalam antrum, hanya untuk didorong kedepan dan bertolak
kembali pada saat gelombang peristaltik yang baru datang. Gerakan maju mundur
tersebut disebut retropulsi, menyebabkan kimus bercampur secara merata di antrum.
Motilitas gastric dibawah kontrol saraf dan ini distimulasi oleh distensi lambung.
d. Pengosongan Lambung
Kontraksi peristaltik antrum, selain menyebabkan pencampuran lambung juga
menghasilkan gaya pendorong untuk mengosongkan lambung. Jumlah kimus yang
masuk ke duodenum pada setiap gelombang peristaltik sebelum sfingter pilorus tertutup
tergantung pada kekuatan peristaltik. Intensitas peristaltik antrum sangat bervariasi
tergantung dari pengaruh berbagai sinyal dari lambung dan duodenum.
Mukosa lambung mempunyai dua tipe kelenjar tubular yang penting, yaitu
kelenjar oksintik (disebut juga kelenjar gastrik) dan kelenjar pilorik. Kelenjar oksintik
menyekresi asam hidroklorida, pepsinogen, faktor intrinsik, dan mukus. Kelenjar pilorik
terutama menyekresi mukus untuk melindungi mukosa pilorus dari asam lambung. Kelenjar
pilorik juga menyekresi hormon gastrin. Sel-sel parietal secara aktif mengeluarkan HCl ke
dalam lumen kantung lambung, halini menyebabkan pH lumen turun sampai 2. Pepsinogen
merupakan enzim inaktif yang disintesa oleh aparatus golgi dan retikulum endoplasma
kemudian disimpan di sitoplasma dalam vesikel sekretorik yang dikenal dengan granula
zimogen. Pepsinogen mengalami penguraian oleh HCl menjadi enzim bentuk aktif yaitu
pepsin. Pepsin berfungsi untuk mengaktifkan kembali pepsinogen (proses otokatalitik) dan
sintesa protein dengan memecah ikatan asam amino menjadi peptida. Sekresi mukus
berfungsi sebagai sawar protektif daricedera terhadap mukosa lambung karena sifat
lubrikalis dan alkalisnya dengan menetralisasiHCl yang terdapat di dekat mukosa lambung.
Hormon gastrin disekresikan oleh sel-sel gastrin (sel-sel G) yang terletak di daerah kelenjar
pilorus lambung, gastrin merangsang peningkatan sekresi getah lambung yang bersifat
asam, dan mendorong pertumbuhan mukosa lambung dan usus halus, sehingga keduanya
dapat mempertahankan kemampuan sekresi mereka.
Sekresi lambung
Mukosa lambung mempunyai dua tipe kelenjar tubular yang penting, yaitu kelenjar
oksintik (disebut juga kelenjar gastrik) dan kelenjar pilorik. Kelenjar oksintik menyekresi
asam hidroklorida, pepsinogen, faktor intrinsik, dan mukus. Kelenjar pilorik terutama
menyekresi mukus untuk melindungi mukosa pilorus dari asam lambung. Kelenjar pilorik
juga menyekresi hormon gastrin.
Sel-sel parietal secara aktif mengeluarhan HCL ke dalam lumen kantung lambung, hal
ini menyebabkan pH lumen turun sampai 2. Pepsinogen merupakan enzim inaktif yang
disintesa oleh aparatus golgi dan retikulum endoplasma kemudian disimpan di sitoplasma
dalam vesikel sekretorik yang dikenal dengan granula zimogen. Pepsinogen mengalami
penguraian oleh HCl menjadi enzim bentuk aktif yaitu pepsin. Pepsin berfungsi untuk
mengaktifkan kembali pepsinogen (proses otokatalitik) dan sintesa protein dengan
memecah ikatan asam amino menjadi peptida. Sekresi mukus berfungsi sebagai sawar
protektif dari cedera terhadap mukosa lambung karena sifat lubrikalis dan alkalisnya
dengan menetralisasi HCl yang terdapat di dekat mukosa lambung. Hormon gastrin
disekresikan oleh sel-sel gastrin (sel-sel G) yang terletak di daerah kelenjar pilorus
lambung, gastrin merangsang peningkatan sekresi getah lambung yang bersifat asam, dan
mendorong pertumbuhan mukosa lambung dan usus halus, sehingga keduanya dapat
mempertahankan kemampuan sekresi mereka.
Proses pencernaan kimiawi di lambung adalah salah satu proses pencernaan di dalam
lambung yang menggunakan zat kimiawi terutama dengan menggunakan enzim. Di dalam
lambung, terdapat beberapa zat enzim yaitu:
 Enzim rennin dihasilkan oleh kelenjar didinding lambung. Enzim renin
berfungsi untuk mengendapkan kasein dari air susu. Kasein merupakan protein susu,
sering disebut keju. Setelah kasein diendapkan dari air susu maka zat dalam air susu
dapat dicerna.
 Enzim pepsin dihasilkan oleh kelenjar dilambung berupa pepsinogen .
Selanjutnya pepsinogen bereaksi dengan asam lambung menjadi pepsin . Cara kerja
enzim pepsin yaitu : Enzim pepsin memecah molekul protein yang kompleks menjadi
molekul yang lebih sederhana yaitu pepton . Molekul pepton perlu dipecah lagi agar
dapat diangkut oleh darah. Enzim pepsin memiliki fungsi memecah protein kompleks
agar menjadi molekul sederhana sehingga protein dapat diserap uleh tubuh.
 Enzim lipase pada lambung merupakan enzim yang bekerja pada zat lemak dan
mampu mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.Renin, berfungsi
mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu (ASI). Hanya dimiliki oleh
bayi.

Refleks Muntah8

Refleks muntah (gagging reflex) dianggap sebagai suatu melkanisme fisiologis tubuh
untuk melindungi tubuh terhadap benda asing atau bahan-bahan yang berbahaya bagi tubuh,
masuk ke dalam tubuh melalui faring, laring atau trakea. Mekanisme refleks muntah dapat
diuraikan sebagai berikut:
a) Pada tahap awal iritasi gastrointestinal atau distensi yang berlebihan, akan terjadi gerakan
antiperistaltis (beberapa menit sebelum muntah).
b) Antiperistaltis dapat dimulai dari ileum dan bergerak naik ke duodenum dan lambung
dengan kecepatan 2-3 cm/detik dalam waktu 3-5 menit.
c) Kemudian pada saat bagian atas traktus gastrointestinal, terutama duodenum, menjadi
sangat meregang, peregangan ini menjadi faktor pencetus yang menimbulkan muntah.
d) Pada saat muntah, kontraksi intrinsik kuat terjadi pada duodenum maupun pada lambung,
bersama dengan relaksasi sebagian dari sfingter esofagus bagian bawah, sehingga
muntahan mulai bergerak ke esofagus. Selanjutnya, kontraksi otot-otot abdomen akan
mendorong muntahan keluar.
e) Distensi berlebihan atau adanya iritasi duodenum menyebabkan suatu rangsangan khusus
yang menjadi penyebab kuat untuk muntah, baik oleh saraf aferen vagal maupun oleh
saraf simpatis ke pusat muntah bilateral di medula (terletak dekat traktus solitarius).
Reaksi motoris ini otomatis akan menimbulkan refleks muntah. Imuls-impuls motorik
yang menyebabkan muntah ditransmisikan dari pusat muntah melalui saraf kranialis V,
VII, IX, X dan XII ke traktus gastro-istestinal bagian atas dan melalui saraf spinalis ke
diafragma dan otot abdomen.
f) Kemudian datang kontraksi yang kuat di bawah diafragma bersama dengan rangsangan
kontraksi semua otot dinding abdomen. Keadaan ini memeras perut di antara diafragma
dan otot-otot abdomen, membentuk suatu tekanan intragrastik sampai ke batas yang lebih
tinggi. Akhirnya, sfingter esofagus bagian bawah berelaksasi secara lengkap, membuat
pengeluaran isi lambung ke atas melalui esofagus.
g) Reaksi refleks muntah yang terjadi menimbulkan beberapa efek di dalam rongga mulut
yaitu: bernafas dalam, naiknya tulang lidah dan laring untuk menarik sfingter esofagus
bagian atas hingga terbuka, penutupan glotis, pengangkatan palatum molle untuk
menutup nares posterior (daearah yang paling sensitif dalam rongga mulut terhadap
berbagai rangsangan).

Kesimpulan
Dalam proses pencernaan dilambung, terdapat aktivitas pencernaan yaitu motilitas,
pencernaan atau digesti, dan sekresi. Salah satu hasil dari sekresi lambung adalah HCl yang
berfungsi mematikan bakteri atau mikroorganisme yang masuk bersama makanan dan juga
untuk mengaktifkan pepsin. Enzim-enzim ini diproduksi sesuai dengan makan yang masuk ke
lambung. Ketidakteraturan dalam pola makan, sering telat makan, konsumsi makanan yang
pedas dan asam yang berlebihan sehingga membuat kandungan asam lambung mengikis
dinding lambung dan meningkatkan tekanan intra andomen sehingga menyebabkan rasa nyeri
di ulu hati yang disertai mual dan muntah.

Daftar Pustaka

1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.h.281-7


2. Widjaja IH. Anatomi abdomen. Jakarta: EGC; 2007.h.53-8
3. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT. Gramedia;
2009.h.218
4. Aryulina D, manaf S, winarni EW. Biologi. Jakarta: Erlangga; 2004.h.168
5. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;
2011.h.641-92
6. Mescher AL. Junqueira’s basic histology text & atlas. Singapore: McGraw
HillMedical 2009.h. 211-5
7. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11.
Jakarta:EGC.2007.hal.439-52
8. Murray, Robert K.Biokimia Harper.Edisi 27. Jakarta: EGC;2009.h.95-288

Anda mungkin juga menyukai