PENDAHULUAN
Bauldoff, 2016). Menurut Yuliana elin (2009) Diabetes mellitus (DM) adalah
serius yang sering dijumpai pada diabetes. Ulkus hingga ganggren terjadi
praswetyo, 2016).
Menurut data World Health Organitation (WHO) pada tahun 2014,
prevalensi diabetes pada populasi dewasa tercatat sekitar 9%. Sedangkan pada
probabilitas terjadinya ulkus kaki diabetic pada pasien diabetes itu sendiri
dunia sedangkan tahun 2012 angka kejadian diabetes mellitus didunia adalah
sebanyak 371 juta jiwa dimana proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2
adalah 95% dari populasi dunia yang menderita diabetes mellitus. Hasil Riset
disebabkan oleh faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya jenis
kelamin, umur, dan faktor genetik yang kedua adalah faktor risiko yang dapat
dan 17,9 juta juga beresiko menderita penyakit ini. Sementara di provinsi Jawa
berdasarkan dari data Dinkes Mojokerto tahun 2016 penyakit ini sebanyak
oleh dokter tetapi dalam satu bulan terakhir mengalami gejala sering lapar,
sering haus, sering buang air kecil dengan jumlah banyak dan berat badan
sampai seiring usia hingga tertinggi pada kelompok usia 65-74 tahun
karena 300 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes pada tahun 2025
meningkat menjadi 347 juta (Goodarz et al, 2011), namun di Lisbon, Portugal
akan ada 500 juta orang di seluruh dunia yang menderita diabetes jika kita
Umumnya ulkus kaki diabetic terjadi akibat beberapa factor resiko yang
mendasari, termasuk trauma pada kaki, dan memiliki beberapa area predileksi.
maju dan Negara berkembang. Ulkus yang terjadi akibat penyakit arteri perifer
penyakit arteri perifer terjadi pada tungkai, tepatnya pada daerah diantara lutut
infeksi karena pada dasarnya darah itulah yang bertugas membawa “tentara”
disebabkan karena factor genetic dan inveksi virus kemudian terjadi kerusakan
keadaan ini gula tidak dapat masuk dalam aliran darah. Dan terjadilah
kulit (Amin dan Hardi, 2016). Apabila Kerusakan integritas Jaringan tidak
dapat digunakan system klasifikasi system luka oleh IWGDF yang disingkat
menurut derajatnya. Pada variasi perfusi, skoring diberikan dalam rentang 1-3
yang berat. (CLI; critical limb iskhemik). Derajat gangguan perfusi tersebut
NaCl 0,9%, serta perhidrol dan betdin lalu dikeringkan menggunakan kassa
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah studi kasus ini :
dengan Nekrosis pada jaringan kulit pada penderita Diabetes Mellitus di RSI
1.4 Tujuan
1.5 Manfaat
ditemukan dilapangan.
DiabeteS Mellitus.
sebaik baiknya.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
2017 edisi 10). Menurut (nanda nic noc, 2015) yang dimaksud dengan
dermis.
agens mustard)
2. Agen farmaseutikal
3. Factor mekanik
4. Gangguan metabolism
5. Gangguan sensasi
6. Gangguan sirkulasi
Subyektif
(tidak tersedia)
Obyektif
Subyektif
(tidak tersedia)
Obyektif
1. Nyeri
2. Perdarahan.
3. Kemerahan.
4. Hematoma.
Kondisi klinik terkait
1. Imobilisasi.
3. Gagal ginjal.
4. Diabetes mellitus.
Texas.
A terbuka. superfisial.
E iskemik
2.2.1 Definisi
2016). Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang umum terjadi
Bauldoff, 2016).
penyempitan pembuluh nadi yang menyalurkan darah ke lengan, kaki dan organ
motoric, sensorik dan otonom. Ketiga bentuk komlikasi tersebut adalah sebagai
lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau
relatif dari kerja dan atau sekresi insulin.Gejala yang dikeluhkan pada penderita
badan,kesemutan.
2.2.2 Etiologi
1. DM tipe I
a. Faktor genetic penderita tidak mewarisi diabtes tipe itu sendiri, tetapi
diabetes tipe 1
c. factor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
2. DM tipe 2
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Factor resiko
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3 yaitu
Kondisi ini disebut dengan POLIURI. Ketika kadar glukosa darah melebihi
ambang batas biasanya sekitar 180 mg/dl glukosa di eskresi ke dalam urine, suatu
sensor haus diaktifkan. Yang menyebabkan orang tersebut minum dalam jumlah
Karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel tanpa insulin, produksi
energy menurun. Penurunan energy ini menstimulasi rasa lapar dan orang makan
berat badan orang tersebut turum saat kehilangan air dan memecah protein dan
lemak sebgai upaya memulihkan sumber energy. Malaise dan keletihan menyertai
penurunan energy. Penglihatan yang buram juga umum terjadi, akibat pengaruh
Oleh sebab itu, manifestasi klasik meliputi poliuri, polidipsi, dan polifagi,
disertai dengan penurunan berat badan, malaise dan keletihan. Bergantung pada
tersedia insulin endogen. DM tipe 2 dapat terjadi pada semua usia tetapi biasanya
dijumpai pada usia paruh baya dan lansia. DM tipe 2 merupakan bentuk paling
umum DM. Hereditas berperan dalam transmisi. Kadar insulin yang dihasilkan
pada tipe 2 berbeda-beda dan meski ada, fungsinya dirusak oleh resistensi insulin
mengeluarkan jumlah insulin yang kurang dari yang dibutuhkan (Poth, 2007).
digolongkan sebgai bentuk DM non ketosis. Namun, jumlah insulin yang ada
tidak cukup untuk menurunkan kadar glukosa darah melelui ambilan glukosa oleh
glukosa oleh hati, otot rangka, dan jaringan adipose. Hiperglikemi meningkat
penurunan berat badan dan peningkatan aktivitas. Jika perubahan ini dapat
dipertahankan maka tidak tidak dibutuhkan terapi lanjutkan bagi banyak individu.
Medikasi hipoglikemi mulai diberikan saat perubahan gaya hidup tidak cukup.
DM DM
I II
Manifestasi utama
rasa lapar.
vaginitis hyperosmolar.
Lemah dan letih, pusing asam lemak tapi tidak cukup untuk
penurunan glukosa.
kelemahan.
Tubuh dapat “berdaptasi” terhadap
cepat.
2.2.4 Patofisiologi
1. Diabetes Tipe I
Pada mereka yang memiliki yang memiliki indikasi risiko penanda gen (DR3 dan
DR4 HLA) , DM terjadia kurang 1%. Lingkungan telah lama dicurigai sebagai
pemicu DM tipe I. insiden meningkat, baik pada musim semi maupun gugur, dan
onset sering bersamaan dengan epidemic berbagai penyakit virus. Autoimun aktif
langsung menyerang sel beta pancreas dan produknya. ICA dan antibody insulin
Hal ini secara pelan-pelan terus menyerang sel beta dan molekul insulin
timbul akibat dari penyakit akut atu stress, dimana meningkatkan kebutuhan
insulin melebihi cadangan dari keusakan massa sel beta. Ketika penyakit akut atau
stress terobati, klien dapat kembali kepada status terkompensasi dengan durasi
secara adekuat. Status kompensasi ini disebut sebagai periode honeymoon, secara
khas bertahan untuk 3-12 bulan. Proses berakhir ketika massa sel beta yang
2. Diabetes tipe II
yaitu :
disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun karena sel sel sasaran insulin
gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal.Keadaan ini lazim
obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta penuaan.Pada penderita diabetes
melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan namun
melitus tipe 2. Defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2
hanya bersifat relatif dan tidak absolut.4,5 Pada awal perkembangan diabetes
memang umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan
defisiensi insulin.
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi yang paling penting dari diabetes melitus adalah neuropati dan
kaki diabetik. Manifestasi komplikasi yang dihasilkan berkisar dari yang mudah
sampai yang sangat kompleks, termasuk amputasi anggota tubuh dan infeksi yang
mengancam jiwa. Infeksi kaki pada penderita diabetes umum terjadi; Hal ini
yang parah, infeksi kaki menyebabkan rawat inap yang berkepanjangan dan
masalah psikologis dan sosial bagi pasien dan keluarganya. Meskipun patologi
kaki pada pasien diabetes memerlukan biaya medis yang tinggi, namun patologi
kaki pada pasien diabetes (Ramsey et al, 1999) Prediksi mengenai prevalensi DM
telah gagal karena 300 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes pada tahun
2025 telah terlampaui pada tahun 2011, beberapa penulis memperkirakan bahwa
meningkat menjadi 347 juta (Goodarz et al, 2011), namun di Lisbon, Portugal
mengatakan bahwa prevalensi DM di seluruh dunia adalah 366 juta (Mbanya JC,
2011). Selain itu, diperkirakan dalam 15 tahun (2025) akan ada 500 juta orang di
seluruh dunia yang menderita diabetes jika kita tidak melakukan tindakan yang
amputasi non-traumatik yang paling umum adalah diabetes melitus, dan 80% dari
ini dapat dihindari melalui pencegahan dan intervensi dini yang adekuat. Sebagai
contoh, pada tahun 2002 biaya medis untuk merawat pasien dengan DM adalah 92
dan mendekati 200 miliar pada tahun 2020, atau bahkan lebih tinggi (Hogan P et
al, 2003). Oleh karena itu, komplikasi yang timbul dari kaki diabetes merupakan
ulserasi tanpa intervensi bedah mendekati beberapa ribu dolar, dan dalam
beberapa kasus bahkan lebih, dibandingkan dengan borok yang dirawat melalui
amputasi (Kruse & Edelman 2006). Ulserasi kaki mewakili 85% dari semua
amputasi. Oleh karena itu, hubungan antara borok dan amputasi ekstremitas
bawah jelas terlihat jelas. Dengan mempertimbangkan bahwa faktor risiko utama
yang menyebabkan amputasi adalah ulserasi, sekitar 15% dari semua bisul kaki
penderita DM
merupakan produksi sisa hasil metabolisme glukosa yang tidak efektif dan tidak
efisien, dan akan bersifat toksik, seiring terjadinyab akimulasi, terutama pada
jaringan retina ginjal, system vaskuler, maupun system saraf tepi. Hal ini
dari peningkatan vaskularitas dermis, akan mengganggu difusi oksigen dan nutrisi
pada organ organ perifer, termasuk kulit pada ekstremitas bagian bawah.
1. KORTIKOSTEROID SISTEMIK
terhadap pengobatan.
2. ALKOHOLISME
luka.
3. KANKER/KEGANASAN
4. UREMIA
metabolic. Ketiak ginjal sudah tidak dapat mngeliminasi toksin yang sudah
terakumulasi, pasien akan jatuh pada kondisi gagal ginjal dan mebutuhkan
dialysis secara rutin. Kondisi ini mempengaruhi sistem imun yang membuat
pasien menjadi rentan terhadap infeksi. Sperti telah disinggung di atas, adanya
5. PENYAKIT KUNING/JAUNDICE
6. KEMOTERAPI
demikian proses regenerasi sel dan penyembuhan luka tentu akan terganggu.
7. OBESITAS
adalah BMI (body mass index) yang lebih dari 30.0-39,9 sedangkan obesitas
morbid dijelaskan sebagai kondisi BMI diatas 40. Dari hipotesis yang da,
dikatakan bahwa jarak antarsel pada pasien dengan obesistas jauh lebih besar
daripada jarak antarsel pada individu dengan berat badan normal, yang ada
dirinya, seperti pada ekstremitas bagian bawah dan area ginjal yang sulit
8. USIA TUA
Waktu penyembuhan luka pada pasien geriatric lebih lambat jika dibandingkan
dengan pasien dari kelompok usia yang lebih muda. Hal ini disebabkan oleh
regenerasi jaringan utbuh akibat proses penuaan yang terjadi pada pasien
9. MEROKOK
Kebiasaan buruk berupa konsumsi rokok memiliki efek signifikan pada proses
penyembuhan luka. Substansi kimia yang terkadung oada rokok, seperti nikotin,
flap. Segala substansi kimia yang terdapat pada rokok juga mengakibatkan
2.2.8 Penatalaksanaan
Kaki diabetik dapat timbul karena tidak terkontrolnya gula darah, oleh
sebab itu sangat diperlukan manajemen diabetes yang baik dalam upaya
1. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan
kesehatan yang lain dan pasien itu sendiri). Menurut Smeltzer et al,
(2008) yang juga mengutip dari ADA bahwa perencanaan makan pada
3. Latihan jasmani
dikurangi.
4. Intervensi farmakologis
olah raga yang teratur, dan obat - obatan yang diminum atau suntikan
setiap hari. Pasien Diabetes tipe 2, umumnya pasien perlu minum obat
2. Riwayat kesehatan
a. Adanya gatal pada kulit disertai luka yang tidak kunjung sembuh.
b. Kesemutan.
c. Menurunya BB.
d. Keletihan
f. Sering haus.
g. Banyak kencing.
berulang.
1. Kebutuhan nutrisi
berat badanya justru semakin turun karena glukosa tidak dapat ditarik
kedalam sel dan terjadi penurunan masa sel. Pada pengkajian intake cairan
2.Kebutuhan nafas.
Data pernafasan yang sangat mungkin terjadi pada pasien dabetes
dengan irama dalam cepat karena banyak benda keton yang dibongkar.
3.Kebutuhan eliminasi
Data eliminasi untuk buang air besar (BAB) pada pasien diabtes
mellitus tidak ada perubahan yang mencolok. Frekuensi seperti biasa 1-2x
kecil (BAK) akan dijumpai jumlah urine yang banyak baik secara
pada punggung kaki tetapi dengan skala yang ringan dan dapat ditoleransi
nyaman) sampai yang berat terasa sangat panas dan mengganggu aktifitas
5.Kebutuhan kerja
Kebutuhan kerja pada pasien diabetes mellitus telah mengalami
jadi kendala justru kondisi psikologi karena sudah tidak bekerja atau
1. Umum.
2. Tanda-tanda vital.
3. Sistem kardiovaskuler.
4. Sistem respirasi.
5. Sistem penglihatan
7. Sistem musculoskeletal.
amputasi.
2.3.5 Intervensi
sirkulasi.
Kriteria hasil:
1. Tidak ada tanda tanda infeksi (pus sedikit atau tidak ada, lekosit
rentang normal).
Intervensi keperawatan:
pinset yang sudah tidak steril diletakan pada tempat dekontaminasi (air
clorin 0,5%). Luka yang diolesi dengan betadine sedikit kemudian ditutup
dengan sufratul dan kasa steril lalu dinalut dengan plaster kering.
R/ Merawat luka dengan teknik aseptic dapat menjaga kontaminasi luka. Menjaga
2. Kaji area luka setiap kali mengganti balutan, meliputi lokasi, stadium luka,
bentuk dan ukuran luka, tepi luka (epitelisasi), bau, seta status vaskuler
biaya perawatan.
terfagositasi.
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan.
klien sesuai tujuan jangka panjang, atau dalam kata lain apakah rencana
keperawatan.
2.3.7 Evaluasi
kemajuan klien terhadap tindakan dalam mencapai tujuan dan bila tujuan
belum atau tidak tercapai, maka perlu melakukan revisi data dasar serta