Anda di halaman 1dari 38

ARSIP KPKNL JEMBER

www.kpknljember.djkn.or.id
REPUBLIK INDONESIA

SALINAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 170/PMK.01/2012

TENTANG

ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL


DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja Instansi Vertikal


Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, dipandang perlu
untuk menyempurnakan organisasi dan tata kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara dan Kantor
Pelayanan. Kekayaan Negara dan. Lelang;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Keuangan tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi
Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang


Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4916);

2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun


2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal di
Lingkungan Departemen Keuangan sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2007;

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang


Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 141);

http://ekolumajang.com
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun
2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 142);

5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010


tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan;

Memperhatikan : Persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi dalam Surat Nomor B/2670/ M .PAN-
RB/9/2012 tanggal 24 September 2012;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG ORGANISASI


DAN TATA KERJA INSTANSI VERT1KAL DIREKTORAT
JENDERAL KEKAYAAN NEGARA.

BAB I

Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

Pasal 1

(1) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang


selanjutnya dalam keputusan ini disebut Kantor Wilayah
adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara yang berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara.

(2) Kantor Wilayah dipimpin oleh seorang Kepala.

Pasal 2

Kantor Wilayah mempunyai tugas melaksanakan koordinasi,


bimbingan teknis, pengendalian, evaluasi dan pelaksanaan
tugas di bidang kekayaan negara, piutang negara dan lelang.

Pasal 3

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal


2, Kantor Wilayah menyelenggarakan fungsi:

a. pemberian bimbingan teknis, pemantauan dan evaluasi


pelaksanaan di bidang kekayaan negara;
b. pemberian bimbingan teknis, supervisi, pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan di bidang penilaian;

c. pemberian bimbingan teknis, penggalian potensi,


pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengurusan piutang
negara;

d. pemberian bahan pertimbangan atas usul penghapusan,


keringanan hutang, pencegahan, paksa badan atau
penyelesaian piutang negara;

e. pemberian bimbingan teknis pengelolaan barang jaminan


dan pemeriksaan harta kekayaan atau barang jaminan yang
tidak diketemukan milik penanggung hutang atau penjamin
hutang;

f. pemberian bimbingan teknis, penggalian potensi,


pemantauan, evaluasi dan verifikasi lelang serta
pengembangan lelang;

g. pemberian pelayanan bantuan hukum di bidang kekayaan


negara, penilaian, piutang negara dan lelang;

h. pemberian bimbingan teknis pemantauan, evaluasi dan


pelaksanaan pelayanan informasi serta pelaksanaan
verifikasi pengurusan piutang negara dan lelang;

i. pembinaan terhadap Penilai, Usaha Jasa Lelang dan Profesi


Pejabat Lelang;

pelaksanaan pengawasan teknis pengelolaan kekayaan


negara, penilaian, pengurusan piutang negara dan lelang;

k. pelaksanaan penilaian dan pengurusan piutang negara; dan

1. pelaksanaan administrasi Kantor Wilayah.

Bagian Kedua
Susunan Organisasi Kantor Wilayah

Pasal 4

Kantor Wilayah terdiri atas:

a. Bagian Umum;

b. Bidang Pengelolaan Kekayaan Negara;

c. Bidang Penilaian;
d. Bidang Piutang Negara;

e. Bidang Lelang;

f. Bidang Kepatuhan Internal, Hukum, dan Informasi; dan

g. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 5

Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan


kepegawaian, keuangan, perlengkapan, protokol, tata usaha,
dan rumah tangga, serta penatausahaan, pengamanan, dan
pengawasan barang milik negara di lingkungan kantor wilayah.

Pasal 6

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal


5, Bagian Umum menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan urusan kepegawaian;

b. pelaksanaan urusan keuangan;

c. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga; dan

d. serta penatausahaan, pengamanan, pengawasan barang


milik negara di lingkungan kantor wilayah.

Pasal 7

Bagian Umum terdiri atas:

a. Subbagian Kepegawaian;

b. Subbagian. Keuangan; dan

c. Subbagian Tata Usaha dan Rumah Tangga.

Pasal 8

(1) Subbagian Kepegawaian mempunyai tugas melakukan


urusan kepegawaian.

(2) Subbagian. Keuangan mempunyai tugas melakukan urusan


keuangan.

(3) Subbagian Tata Usaha dan Rumah Tangga mempunyai tugas


melakukan urusan tata usaha, perlengkapan dan rumah
tangga, serta penatausahaan, pengamanan, pengawasan
barang milik negara di lingkungan kantor wilayah.

Pasal 9

Bidang Pengelolaan Kekayaan Negara mempunyai tugas


melaksanakan pemberian bimbingan teknis, pemantauan,
evaluasi dan pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan,
pengamanan dan pemeliharaan, penghapusan,
pemindahtanganan, penatausahaan dan akuntansi,
pembinaan, pengawasan, dan pengendalian di bidang kekayaan
negara, serta pengoordinasian penatausahaan Barang Milik
Negara pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
(KPKNL) di lingkungan Kantor Wilayah.

Pasal 10

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal


9, Bidang Pengelolaan Kekayaan Negara menyelenggarakan
fungsi:

a. penyiapan bahan bimbingan teknis dan evaluasi


penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan,
penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan,
penatausahaan dan akuntansi, pengawasan, pengendalian,
pemantauan barang milik negara/kekayaan negara;

b. penyiapan bahan pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan,


pengamanan dan pemeliharaan, penghapusan,
pemindahtanganan, pengawasan, pengendalian,
pemantauan dan penatausahaan barang milik
negara/ kekayaan negara;

c. penyiapan bahan penatausahaan dan akuntansi, serta


penyusunan daftar barang milik negara/kekayaan negara;
dan

d. pengoordinasian penatausahaan Barang Milik Negara pada


KPKNL di lingkungan Kantor Wilayah.

Pasal 11

Bidang Pengelolaan Kekayaan Negara terdiri atas:

a. Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara I;

b. Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara II; dan

c. Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara III.


Pasal 12

Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara I, II, dan III masing-masing


mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan,
pengamanan dan pemeliharaan, penghapusan,
pemindahtanganan, pembinaan, pengawasan, pengendalian,
pemantauan, penatausahaan, akuntansi, dan penyusunan
laporan/daftar barang milik negara/kekayaan negara lingkup I,
II, dan III, sesuai penugasan yang diatur lebih lanjut oleh
Direktur Jenderal.

Pasal 13

Bidang Penilaian mempunyai tugas melaksanakan bimbingan


teknis, supervisi, pemantauan, evaluasi pelaksanaan dan
laporan penilaian, penyusunan basis data penilaian,
pembinaan, dan pengawasan terhadap penilai serta
pelaksanaan kegiatan penilaian.

Pasal 14

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 13,


Bidang Penilaian menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan bimbingan teknis, supervisi pemantauan,


serta evaluasi pelaksanaan dan laporan penilaian;

b. penyiapan bahan penyusunan, pengolahan basis data di


bidang penilaian;

c. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan peningkatan


kualitas penilai; dan

d. pelaksanaan kegiatan di bidang penilaian.

Pasal 15

Bidang Penilaian terdiri atas:

a. Seksi Penilaian I; dan

b. Seksi Penilaian II.

Pasal 16

Seksi Penilaian I dan II masing-masing mempunyai tugas


melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis, supervisi,
pemantauan, evaluasi pelaksanaan dan laporan penilaian,
penyusunan dan pengolahan basis data, pembinaan,
pengawasan, dan peningkatan kualitas penilai, serta
pelaksanaan kegiatan di bidang penilaian lingkup I dan II
sesuai penugasan yang diatur lebih lanjut oleh Direktur
Jenderal.

Pasal 17

Bidang Piutang Negara mempunyai tugas melaksanakan


bimbingan teknis, penggalian potensi, pemantauan, dan
evaluasi pelaksanaan pengurusan piutang negara, pemberian
bahan pertimbangan atas usul penghapusan piutang instansi
pemerintah daerah, pertimbangan dan penetapan atas usul
restrukturisasi piutang negara, pencegahan bepergian ke luar
negeri, paksa badan atau penyelesaian piutang negara,
pemblokiran surat berharga milik penanggung/penjamin
hutang yang diperdagangkan di bursa efek, permintaan
keterangan mengenai simpanan nasabah debitur, serta
penyiapan bahan penetapan persetujuan/penolakan
keringanan hutang, bimbingan teknis pengelolaan barang
jaminan, pemeriksaan harta kekayaan atau barang jaminan
yang tidak diketemukan milik penanggung hutang atau
penjamin hutang, penyiapan pengolahan data, monitoring
pengurusan piutang negara, dan pelaksanaan verifikasi
pengurusan piutang negara.

Pasal 18

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal


17, Bidang Piutang Negara menyelenggarakan fungsi:

a. pemberian bimbingan teknis, penggalian potensi,


pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan pengurusan piutang
negara;

b. penyiapan bahan pertimbangan atas usul penghapusan


piutang instansi pemerintah daerah, pertimbangan dan
penetapan atas usul restrukturisasi piutang negara;

c. penyiapan bahan pertimbangan atas usul pencegahan


bepergian ke luar negeri, paksa badan atau penyelesaian
piutang negara;

d. penyiapan bahan pertimbangan atas usul pemblokiran surat


berharga milik penanggung/penjamin hutang yang
diperdagangkan di bursa efek;

e. penyiapan bahan pertimbangan atas usul untuk


memperoleh keterangan mengenai simpanan nasabah
debitur;

f. penyiapan bahan penetapan persetujuan/penolakan


keringanan hutang;

g. penyiapan bahan bimbingan teknis pengelolaan barang


jaminan, pemeriksaan harta kekayaan atau barang jaminan
yang tidak diketemukan milik penanggung hutang atau
penjamin hutang, dan pelaksanaan verifikasi pengurusan
piutang negara; dan

h. monitoring pengurusan piutang negara.

Pasal 19

Bidang Piutang Negara terdiri atas:

a. Seksi Piutang Negara I; dan

b. Seksi Piutang Negara II.

Pasal 20

Seksi Piutang Negara I dan II masing-masing mempunyai tugas


melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis, penggalian
potensi, pemantauan, evaluasi pelaksanaan pengurusan
piutang negara, pertimbangan atas usul penghapusan piutang
instansi pemerintah daerah, pertimbangan dan penetapan atas
usul restrukturisasi piutang negara, pertimbangan atas usul
pencegahan bepergian ke luar negeri, paksa badan atau
penyelesaian piutang negara, pertimbangan atas usul
pemblokiran surat berharga milik penanggung/penjamin
hutang yang diperdagangkan di bursa efek, pertimbangan atas
usul untuk memperoleh keterangan mengenai simpanan
nasabah debitur, penetapan persetujuan/penolakan
keringanan hutang, bimbingan teknis pengelolaan barang
jaminan, pemeriksaan harta kekayaan atau barang jaminan
yang tidak diketemukan milik penanggung hutang atau
penjamin hutang, verifikasi dan monitoring pengurusan
piutang Negara lingkup I dan II sesuai penugasan yang diatur
lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.

Pasal 21

Bidang Lelang mempunyai tugas melaksanakan bimbingan


teknis, pemantauan, evaluasi, penggalian potensi dan
pengembangan lelang serta verifikasi dan penatausahaan
risalah lelang, pengawasan lelang, pelaksanaan pemeriksaan
kinerja lelang dan pembukuan hasil lelang, pelaksanaan
pengolahan data di bidang lelang, dan bimbingan terhadap
Profesi Pejabat Lelang dan Jasa Lelang.

Pasal 22

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal


21, Bidang Lelang menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi,


penggalian potensi dan pengembangan lelang serta verifikasi
dan penatausahaan risalah lelang;

b. penyiapan bahan pengawasan lelang;

c. pelaksanaan pemeriksaan kinerja lelang dan pembukuan


hasil lelang;

d. pelaksanaan pengolahan data di bidang lelang; dan

e. penyiapan bahan bimbingan dan pelaksanaan pengawasan


Profesi Pejabat Lelang dan Jasa Lelang.

Pasal 23

Bidang Lelang terdiri atas:

a. Seksi Bimbingan Lelang I; dan

b. Seksi Bimbingan Lelang II.

Pasal 24

Seksi Bimbingan Lelang I dan II masing-masing mempunyai


tugas melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis,
pemantauan, evaluasi, penggalian potensi dan pengembangan
lelang, verifikasi dan penatausahaan risalah lelang, pengawasan
lelang, pemeriksaan kinerja lelang dan pembukuan hasil
lelang, pengolahan data di bidang lelang, serta pelaksanaan
pengawasan Profesi Pejabat Lelang dan Jasa Lelang lingkup I
dan II sesuai penugasan yang diatur lebih lanjut oleh Direktur
Jenderal.

Pasal 25

Bidang Kepatuhan Internal, Hukum, dan Informasi mempunyai


tugas melaksanakan penyiapan bahan bimbingan dan
pelaksanaan penyiapan bahan rencana kerja, rencana
strategik, laporan akuntabilitas kinerja, dan pemantauan
pengendalian intern, pengelolaan kinerja, pengelolaan risiko,
kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan tindak lanjut
hasil pengawasan, perumusan rekomendasi perbaikan proses
bisnis, penanganan perkara dan pemberian pendapat hukum
(legal opinion), serta perencanaan, pengelolaan dan
pemeliharaan perangkat, jaringan, infrastruktur teknologi
informasi dan komunikasi, dan pengawasan implementasi
sistem aplikasi, penyajian informasi dan hubungan masyarakat.

Pasal 26

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal


25, Bidang Kepatuhan Internal, Hukum, dan Informasi
menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan penyusunan rencana kerja, rencana


strategik, dan laporan akuntabilitas kinerja;

b. penyiapan bahan koordinasi dan pelaksanaan pemantauan


pengendalian intern, pengelolaan kinerja, pengelolaan
risiko, dan kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin di
lingkungan Kantor Wilayah;

c. penyiapan bahan koordinasi dan pelaksanaan pemantauan


tindak lanjut hasil pengawasan, dan perumusan
rekomendasi perbaikan proses bisnis di lingkungan Kantor
Wilayah;

d. penyiapan bahan bimbingan dan pelaksanaan penanganan


perkara dan pemberian pendapat hukum (legal opinion);

e. penyiapan bahan perencanaan, pengelolaan dan


pemeliharaan perangkat, jaringan, dan infrastruktur
teknologi informasi dan komunikasi;

f. penyiapan pengawasan implementasi sistem aplikasi; dan

g. penyiapan bahan penyajian informasi dan hubungan


kemasyarakatan.

Pasal 27

Bidang Kepatuhan Internal, Hukum, dan Informasi terdiri atas:

a. Seksi Kepatuhan Internal;

b. Seksi Hukum; dan

c. Seksi Informasi.

Pasal 28
(1) Seksi Kepatuhan Internal mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan koordinasi dan pemantauan pengendalian
intern, pengelolaan risiko, pengelolaan kinerja, pemantauan
kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan tindak
lanjut hasil pengawasan, serta penyiapan bahan
rekomendasi perbaikan proses bisnis.

(2) Seksi Hukum mempunyai tugas melakukan penyiapan


bahan bimbingan dan pelaksanaan penanganan perkara dan
pemberian pendapat hukum (legal opinion), serta penyiapan
bahan penyusunan rencana kerja, rencana strategik,
laporan akuntabilitas kinerja, dan laporan tahunan.

(3) Seksi Informasi mempunyai tugas melakukan penyiapan


bahan perencanaan, pengelolaan dan pemeliharaan
perangkat, jaringan, dan infrastruktur teknologi informasi
dan komunikasi, pengawasan implementasi sistem aplikasi,
penyiapan bahan penyajian informasi, dan hubungan
kemasyarakatan.

BAB II

KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG

Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

Pasal 29

(1) Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang yang


selanjutnya dalam Keputusan ini disebut KPKNL adalah
instansi vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang
berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada
Kepala Kantor Wilayah.

(2) KPKNL dipimpin oleh seorang Kepala.

Pasal 30

KPKNL mempunyai tugas melaksanakan pelayanan di bidang


kekayaan negara, penilaian, piutang negara dan lelang.

Pasal 31

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal


30, KPKNL menyelenggarakan fungsi:

a. inventarisasi, pengadministrasian, pendayagunaan,


pengamanan kekayaan negara;
b. registrasi, verifikasi dan analisa pertimbangan permohonan
pengalihan serta penghapusan kekayaan negara;

c. registrasi penerimaan berkas, penetapan, penagihan,


pengelolaan barang jaminan, eksekusi, pemeriksaan harta
kekayaan milik penanggung hutang/penjamin hutang;

d. penyiapan bahan pertimbangan atas permohonan


keringanan jangka waktu dan/atau jumlah hutang, usul
pencegahan dan penyanderaan penanggung hutang
dan/atau penjamin hutang serta penyiapan data usul
penghapusan piutang negara;

e. pelaksanaan pelayanan penilaian;

f. pelaksanaan pelayanan lelang;

g. penyajian informasi di bidang kekayaan negara, penilaian,


piutang negara dan lelang;

h. pelaksanaan penetapan dan penagihan piutang negara serta


pemeriksaan kemampuan penanggung hutang atau
penjamin hutang dan eksekusi barang jaminan;

i. pelaksanaan pemeriksaan barang jaminan milik


penanggung hutang atau penjamin hutang serta harta
kekayaan lain;

j. pelaksanaan bimbingan kepada Pejabat Lelang;

k. inventarisasi, pengamanan, dan pendayagunaan barang


jaminan;

1. pelaksanaan pemberian pertimbangan dan bantuan hukum


pengurusan piutang negara dan lelang;

m. verifikasi dan pembukuan penerimaan pembayaran piutang


negara dan hasil lelang; dan

n. pelaksanaan administrasi KPKNL.

Bagian Kedua

Susunan Organisasi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan


Lelang

Pasal 32

KPKNL terdiri atas:


a. Subbagian Umum;

b. Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara;

c. Seksi Pelayanan Penilaian;

d. Seksi Piutang Negara;

e. Seksi Pelayanan Lelang;

f. Seksi Hukum dan Informasi;

g. Seksi Kepatuhan Internal; dan

h. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 33

(1) Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan


kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah tangga, serta
penatausahaan, pengamanan, dan pengawasan barang milik
negara di lingkungan KPKNL.

(2) Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara mempunyai tugas


melakukan penyiapan bahan pelaksanaan penetapan status
penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan,
penghapusan, pemindahtanganan, bimbingan teknis,
pengawasan dan pengendalian, penatausahaan dan
akuntansi serta penyusunan daftar barang milik
negara/ kekayaan negara.

(3) Seksi Pelayanan Penilaian mempunyai tugas melakukan


penilaian yang meliputi identifikasi permasalahan, survei
pendahuluan, pengumpulan dan analisa data, penerapan
metode penilaian, rekonsiliasi nilai, kesimpulan nilai dan
laporan penilaian terhadap obyek-obyek penilaian sesuai
dengan ketentuan, serta penyusunan basis data penilaian.

(4) Seksi Piutang Negara mempunyai tugas melakukan


penyiapan bahan penetapan dan penagihan piutang negara
serta pemeriksaan kemampuan penanggung hutang
dan/atau penjamin hutang, pemblokiran, pelaksanaan
PB/PJPN, pemberian pertimbangan keringanan hutang,
pengusulan pencegahan ke luar wilayah RI, pengusulan dan
pelaksanaan paksa badan, penyiapan pertimbangan
penyelesaian atau penghapusan piutang negara, usul
pemblokiran surat berharga milik penanggung/penjamin
hutang yang diperdagangkan di bursa efek, usul untuk
memperoleh keterangan mengenai simpanan nasabah
debitur, pengelolaan dan pemeriksaan barang jaminan milik
penanggung hutang.

(5) Seksi Pelayanan Lelang mempunyai tugas melakukan


pemeriksaan dokumen persyaratan lelang, penyiapan dan
pelaksanaan lelang, serta penatausahaan minuta risalah
lelang, pembuatan salinan, kutipan, dan grosse risalah
lelang, penatausahaan hasil lelang, penggalian potensi
lelang, pelaksanaan lelang kayu kecil P . Perhutani (Persero)
dan penatausahaan bea lelang Pegadaian.

(6) Seksi Hukum dan Informasi mempunyai tugas melakukan


penanganan perkara, pengelolaan dan pemeliharaan
perangkat, jaringan, infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi, penyajian informasi dan hubungan
kemasyarakatan, implementasi sistem aplikasi, penyiapan
bahan penyusunan rencana strategik, laporan akuntabilitas,
dan laporan tahunan, penatausahaan berkas kasus piutang
negara, serta verifikasi penerimaan pembayaran piutang
negara dan hasil lelang.

(7) Seksi Kepatuhan Internal mempunyai tugas melakukan


pemantauan pengendalian intern, pengelolaan kinerja,
pengelolaan risiko, kepatuhan terhadap kode etik dan
disiplin, dan tindak lanjut basil pengawasan, serta
perumusan rekomendasi perbaikan proses bisnis.

BAB III

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Pasal 34

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan


kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 35

(1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan


fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai
dengan bidang keahliannya.

(2) Setiap kelompok tersebut pada ayat (1) Pasal ini


dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang
ditunjuk oleh Direktur Jenderal.

(3) Jumlah jabatan fungsional tersebut pada ayat (1) Pasal ini
ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

(4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan


peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV

TATA KERJA

Pasal 36

Dalam melaksanakan tugas, setiap pemimpin satuan organisasi


instansi vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara wajib
menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi balk
di lingkungan masing-masing maupun antar satuan organisasi
di lingkungan instansi vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara serta dengan instansi lain di luar instansi vertikal
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara sesuai dengan tugas
pokok masing-masing.

Pasal 37

Setiap pemimpin satuan organisasi wajib mengawasi


pelaksanaan tugas bawahan masing-masing dan apabila terjadi
penyimpangan wajib mengambil langkah-langkah yang
diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Pasal 38

Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan


mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan
masing-masing dan menyampaikan laporan berkala tepat pada
waktunya.

Pasal 39

Dalam menyampaikan laporan kepada atasan, tembusan


laporan wajib pula disampaikan kepada pimpinan satuan unit
organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan
kerja.

Pasal 40

Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi


dari bawahan wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan
untuk menyusun laporan lebih lanjut dan memberikan
petunjuk kepada bawahan.

Pasal 41
(1) Para Kepala Bidang dan Kepala Bagian pada Kantor Wilayah,
Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
menyampaikan laporan kepada Kepala Kantor Wilayah dan
Kepala Bagian Umum menampung laporan tersebut serta
menyusun laporan berkala Kantor Wilayah.

(2) Para Kepala Seksi pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara


dan. Lelang menyampaikan laporan kepada Kepala Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang, dan Kepala
Subbagian Umum menampung laporan tersebut serta
menyusun laporan berkala Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang.

(3) Para Pejabat Fungsional menyampaikan laporan kepada


pejabat struktural yang membawahkannya.

BAB V

LOKASI

Pasal 42

(1) Sejak berlakunya peraturan ini, terdapat:

a. 17 (tujuh belas) Kantor Wilayah; dan

b. 85 (delapan puluh lima) Kantor Pelayanan Kekayaan


Negara dan Lelang.

(2) Nama dan wilayah kerja:

a. Kantor Wilayah adalah sebagaimana tercantum dalam


Lampiran I; dan

b. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang adalah


sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.

BAB VI

ESELONISASI

Pasal 43

(1) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara


adalah jabatan struktural eselon II.a.

(2) Kepala Bagian dan Kepala Bidang pada Kantor Wilayah


Direktorat Jenderal Kekayaan Negara adalah jabatan
struktural eselon III.a.
(3) Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
adalah jabatan struktural eselon III.a.

(4) Kepala Subbagian dan Kepala Seksi pada Kantor Wilayah


Direktorat Jenderal Kekayaan Negara adalah jabatan
struktural eselon IV.a.

(5) Kepala Subbagian. dan Kepala Seksi pada Kantor Pelayanan


Kekayaan Negara dan Lelang adalah jabatan struktural
eselon IV.a.

BAB VII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 44

Pembagian wilayah kerja KPKNL Jakarta I, II, III, IV, dan V


sebagaimana tercantum dalam lampiran II diatur lebih lanjut
oleh Direktur Jenderal setelah mendapat persetujuan
Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Keuangan.

Pasal 45

(1) Pejabat yang melaksanakan tugas dan fungsi kepatuhan


internal pada Kantor Wilayah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25, dalam pelaksanaan tugasnya secara fungsional
bertanggung jawab kepada unit organisasi yang
melaksanakan tugas dan fungsi kepatuhan internal pada
Kantor Pusat, dan secara administratif bertanggung jawab
kepada Kepala Kantor Wilayah.

(2) Pejabat yang melaksanakan tugas dan fungsi kepatuhan


internal pada KPKNL sebagaimana dimaksud dalam Pasal
33, dalam pelaksanaan tugasnya secara fungsional
bertanggung jawab kepada unit kepatuhan internal pada
Kantor Wilayah, dan secara administratif bertanggung jawab
kepada Kepala KPKNL.

Pasal 46

(1) Pejabat yang melaksanakan tugas dan fungsi kepatuhan


internal pada Kantor Wilayah dan KPKNL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 dan Pasal 33 berhak meminta dan
memperoleh data dan informasi dari unit organisasi/pejabat
terkait di lingkungan kantor/w layah kerja yang
bersangkutan.
(2) Unit organisasi/pejabat yang terkait wajib memberikan data
dan informasi yang diminta oleh pejabat yang melaksanakan
tugas dan fungsi kepatuhan internal.

BAB VIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 47

Selama Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal berdasarkan


Peraturan Menteri Keuangan ini belum dapat dilaksanakan
secara efektif, maka organisasi instansi vertikal yang telah ada
sebelum ditetapkannya Peraturan ini, dinyatakan tetap
berlaku.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 48

Perubahan atas organisasi dan tata kerja menurut Peraturan ini


ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah terlebih dahulu
mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang membidangi
urusan di bidang pendayagunaan aparatur negara dan
reformasi birokrasi.

Pasal 49

Dengan berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini, maka


Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/ PMK.01/2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Pasal 50

Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di
Jakarta
pada tanggal 6
November 2012
MENTERI
KEUANGAN
REPUBLIK
INDONESIA,
ttd.
AGUS D.W.
MARTOWARDOJO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 6 November 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 1095


Lampiran
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK•01/201
TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAI
DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

NAMA, LOKASI, DAN WILAYAH KERJA


KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA

WILAYAH KERJA
DAERAH
NO NAMA
ADMINISTRASI KPKNL
PEMERINTAHAN
1. KANWIL DJKN ACEH Provinsi Aceh 1. Banda Aceh
• 2. Lhokseurnawe
3. Meulaboh

2. KANWIL DJKN Provinsi Sumatra Utara 1. Medan


SUMATERA UTARA 2. Pematang Siantar
3. Kisaran
4. Padang Sidempuan

3. KANWIL DJKN RIAU, 1. Provinsi Riau 1. Padang


SUMATERA BARAT, 2. Provinsi Sumatera 2. Bukit Tinggi
DAN KEPULAUAN Barat 3. Pekan Baru
RIAU 3. Provinsi Kepulauan 4. Batam
Riau 5. Dumai

4. KANWIL DJKN 1. Provinsi Sum.atera 1. Jambi


SUMATERA SELATAN, Selatan 2. Palembang
JAMBI, DAN BANGKA 2. Provinsi Jambi 3. Lahat
BELITUNG 3. Provinsi Bangka 4. Pangkal Pinang
Belitung 5. Baturaja

5. KANWIL DJKN 1. Provinsi Lampung 1. Bengkulu


LAMPUNG DAN 2. Provinsi Bengkulu 2. Curup
BENGKULU 3. Bandar Lampung
4. Metro -

6. KANWIL DJKN Provinsi Banten 1. Serang


BANTEN 2. Tangerang
3. Serpong

7. KANWIL DJKN Provinsi DKI Jakarta 1. Jakarta I
DKI JAKARTA 2. Jakarta II
3. Jakarta III
4. Jakarta IV
5. Jakarta V

8. KANWIL DJKN Provinsi Jawa Barat 1. Bandung


JAWA BARAT 2. Bekasi
3. Bogor
4. Purwakarta
5. Tasikrnalaya
6. Cirebon
7. Sukabumi
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-2-

WILAYAH KERJA
NO. NAMA DAERAH
ADMINISTRASI KPKNL.
PEMERINTAHAN
9. KANWIL DJKN 1. Provinsi Jawa Tengah 1. Semarang
JAWA TENGAH DAN 2. Provinsi D.I. 2. Surakarta
D.I. YOGYAKARTA Yogyakarta 3. Kudus
• 4. Pekalongan
5. Tegal
6. Yogyakarta
7. Magelang
8. Purwokerto

10. KANWIL DJKN Provinsi Jawa Timur 1. Surabaya


JAWA TIMUR 2. Sidoarjo
. , 3. Malang
4. Jember
5. Pamekasan
6. Madiun
7. Bojonegoro
8. Kediri

11. KANWIL DJKN Provinsi Kalimantan 1. Pontianak


KALIMANTAN BARAT Barat 2. Singkawang
. 3. Sanggau

12. KANWIL DJKN • 1. Provinsi Kalimantan 1. Palangkaraya


KALIMANTAN Tengah 2. Pangkalan Bun
SELATAN DAN 2. Provinsi Kalimantan 3. Banjarmasin
TENGAH Selatan 4. Barabai
, _ .
13. KANWIL DJKN Provinsi Kalimantan 1: Balikpapan
KALIMANTAN TIMUR Timur 2. Samarinda
3. Tenggarong .
4. Tarakan
- .5. Bontang ,' ' .,`

14. KANWIL DJKN 1. Provinsi Bali 1. Denpasar


BALI DAN NUSA 2. Provinsi Nusa 2. Singaraja
TENGGARA Tenggara Barat 3. Mataram
. 3. Provinsi Nusa 4. Bima
Tenggara Timur 5. Kupang
6. Maumere
.r

MENTERI KEUANGAN
RE". LJEILIK INDONESIA
-3-

WILAYAH KERJA
DAERAH
NO NAMA
ADMINISTRASI KPKNL
PEMERINTAHAN
15. KANWIL DJKN 1. Provinsi Sulawesi 1. Mamuju
SULAWESI SELATAN, Selatan 2. Makasar
TENGGARA, DAN 2. Provinsi Sulawesi 3. Pare-Pare
BARAT . Tenggara 4. Palopo
. 3. Provinsi Sulawesi 5. Kendari
Barat

16. KANWIL DJKN 1. Provinsi Sulawesi 1. Manado


SULAWESI UTARA, Utara 2. Gorontalo
TENGAH, 2. Provinsi Sulawesi 3. Palu
GORONTALO, Tengah 4. Ternate
DAN MALUKU UTARA 3. Provinsi Gorontalo
4. Provinsi Maluku Utara

17. KANWIL DJKN 1. Provinsi Maluku 1. Ambon


PAPUA DAN MALUKU 2. Provinsi Papua 2. Jayapura
3. Provinsi Papua Barat 3. Sorong
4. Manokwari
5. Timika
6. Biak

MENTERI KEUANGAN
Salinan sesuai dengan aslinya REPUBLIK INDONESIA,
KEPALA BIRO UM,,T,ILVI
u ,..coupholtio to ttd.
KEPALA NTERIAN
AGUS D .W . MARTOWARD OJ 0
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR / FMK 01 /20 I:
TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKA1
DIREKTORAT JENDEPAL KEKAYAAN NEGARA

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

NAMA, LOKASI DAN WILAYAH KERJA


KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG
DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA

NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA


O.) ___. (2) (3 _ (4)_
1, KPKNL BANDA ACEH BANDA ACEH 1. KOTA BANDA ACEH
2. KOTA SABANG
. 3. KAB. PIDIE
4. KAB. PIDIE JAYA
5. KAB. ACEH BESAR

2. KPKNL LHOKSEUMAWE LHOKSEUMAWE 1. KOTA LHOKSEUMAWE


2. KAB. ACEH UTARA
3. KAB. ACEH TENGAH
4. KAB. ACEH TIMUR
5. KAB. ACEH TAMIANG
. 6. KAB. ACEH TENGGARA
7. KAB. BIREUEN
8. KOTA LANGSA
9. KAB. BENER MERIAH
10.KAB. GAY° LUES

3, KPKNL MEULABOH MEULABOH 1. KAB. ACEH BARAT


2. KAB. ACEH SELATAN
3. KAB. ACEH SINGKIL
4. KAB. ACEH JAYA
5. KAB. ACEH BARAT DAYA
6. KAB. SIMEULEU
7. KOTA SUBULUSSALAM
8. KAB. NAGAN RAYA

4. KPKNL MEDAN MEDAN 1. KOTA MEDAN


2. KAB. DELI SERDANG
3. KAB. SERDANG BEDAGAI
4. KOTA BINJAI
5. KAB. LANGKAT
6. KAB. KARO

5. KPKNL PEMATANGSIANTAR PEMATANGSIANTAR 1, KOTA PEMATANGSIANTAR


2. KOTA TEBING TINGGI
3. KAB. SAMOSIR
i 4. KAB. SIMALUNGUN
sE 5. KAB. TOBA SAMOSIR
6. KAB. DAIRI
7. KAB. PAKPAK BHARAT

r\D
MENTER1 KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-2-

NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA


(1) (2) (3 1 (4)
6. KPKNL KISARAN KISARAN 1. KAB. ASAHAN
2. KOTA TANJUNG BALAI
3. KAB. LABUHAN BATU
4. KAB. LABUHAN BATU UTARA
5. KAB. LABUHAN BATU
' SELATAN
6. KAB, BATU BARA
• 7. KPKNL PADANGSIDIMPUAN PADANGSIDIMPUAN 1. KOTA PADANGSIDIMPUAN
2. KAB. TAPANULI TENGAH
3. KAB. TAPANULI UTARA
4. KAB. TAPANULI SELATAN
5. KAB. PADANG LAWAS
6. KAB. PADANG LAWAS UTARA
. 7. KAB. MANDAILING NATAL
8. KAB. NIAS
9. KAB. NIAS SELATAN
10.KAB. NIAS UTARA
11.KAB. NIAS BARAT
12.KAB. GUNUNG SITOLI
13.KAB. SIBOLGA
14.KAB. HUMBANG

HASUNDUTAN
8. KPKNL PADANG PADANG 1. KOTA PADANG
2. KOTA SAWAHLUNTO
3. KOTA SOLOK
4. KAB, SOLOK
5. KAB. SOLOK SELATAN
6. KOTA PARIAMAN
7. KAB. PADANG PARIAMAN
8. KAB. KEPULAUAN MENTAWAI
9. KAB. PESISIR SELATAN
10.KAB. SIJUNJUNG
• 1 1.KAB . DHARMASRAYA

9. KPKNL BUKIT TINGGI BUKIT TINGGI 1. KOTA BUKIT TINGGI


2. KOTA PAYAKUMBUH
3. KOTA PADANG PANJANG
4. KAB. AGAM
5. KAB. LIMAPULUH KOTA
6. KAB. PASAMAN
7. KAB. PASAMAN BARAT
• , 8. KAB. TANAH DATAR
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-3-

NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA


( 1 ) (2) (3 ) (4)
10. KPKNL PEKANBARU PEKANBARU 1. KOTA PEKANBARU
2. KAB. KAMPAR
3. KAB. ROKAN HULU
4. KAB. KUANTAN SENGINGI
5. KAB. INDRAGIRI HULU
' 6. KAB. INDRAGIRI HILIR
7. KAB. PELALAWAN

11. KPKNL BATAM BATAM 1. KOTA BATAM


2. KAB. KARIMUN
3. KAB. LINGGA
4. KOTA TANJUNG PINANG
5. KAB. BINTAN
6. KAB. NATUNA
7. KAB. KEPULAUAN ANAMBAS

12. KPKNL DUMAI DUMAI 1. KOTA DUMAI


2. KAB. BENGKALIS
3. KAB. SIAK
4. KAB. ROKAN HILIR

13. KPKNL JAMBI JAMBI 1. KOTA JAMBI


2. KAB. BATANG HARI
3. KAB. TANJUNG JABUNG
BARAT
4. KAB. TANJUNG JABUNG
TIMUR
5. KAB. MUARA JAMBI
6. KAB. BUNGO
7. KAB. KERINCI
8. KAB. MERANGIN
9. KAB. SAROLANGUN
10. KAB . TEBO

14. KPKNL PA_LEMBANG PALEMBANG 1. KOTA PALEMBANG


2. KOTA PRABUMULIH
3. KAB. BANYUASIN
4. KAB. MUST BANYUASIN
5. KAB. OGAN ILIR
MENTERI KEUANGAN
REPUBUK INDONESIA
-4-

NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA


(1) (2) (3) (4)
15. KPKNL LAHAT LAHAT 1. KAB. LAHAT
2. KOTA PAGAR ALAM
3. KOTA LUBUK LINGGAU
4. KAB. MUSI RAWAS
5. KAB. MUARA ENIM
6. KAB. EMPAT LAWANG

16. KPKNL PANGKAL PINANG PANGKAL PINANG 1. KOTA PANGKAL PINANG


2. KAB. BANGKA
3. KAB. BANGKA SELATAN
4. KAB. BANGKA TENGAH
5. KAB. BANGKA BARAT
6. KAB. BELITUNG
7. KAB. BELITUNG TIMUR

17. KPKNL BATURAJA BATURAJA 1. KAB. OGAN KOMERING ULU


2. KAB. OGAN KOMERING ULU
TIMUR
3. KAB. OGAN KOMERING ULU
SELATAN
4. KAB. OGAN KOMERING ILIR

18. KPKNL BENGKULU BENGKULU 1. KOTA BENGKULU


2. KAB. BENGKULU SELATAN
3. KAB. KAUR
4. KAB. SELUMA

19. KPKNL CURUP CURUP 1. KAB. REJANG LEBONG


2. KAB. KEPAHIANG
3. KAB. LEBONG
4. KAB. BENGKULU UTARA
5. KAB. BENGKULU TENGAH
6. KAB. MUKOMUKO

20. KPKNL BANDAR LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 1. KOTA BANDAR LAMPUNG


2. KAB. LAMPUNG SELATAN .

3. KAB. LAMPUNG BARAT


4. KAB. TANGGAMUS
5. KAB. PRINGSEWU
6. KAB. PESAWARAN
rK

IVIENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-5-

NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA


(1) (2L (3 ) '1*
21. KPKNL METRO METRO 1. KOTA METRO
2. KAB. LAMPUNG TENGAH
3. KAB. LAMPUNG TIMUR
4. KAB. LAMPUNG UTARA
5. KAB. TULANG BAWANG
' 6. KAB. TULANG BAWANG
BARAT
7. KAB. WAY KANAN
8. KAB, MESUJI

22. KPKNL SERANG SERANG 1. KAB. SERANG


2. KOTA SERANG
3. KOTA CILEGON
4. KAB. PANDEGLANG
• 5. KAB. LEBAK

23. KPKNL TANGERANG TANGERANG KOTA TANGERANG

24. KPKNL SERPONG SERPONG 1. KAB. TANGERANG


2. KOTA TANGERANG SELATAN

25. KPKNL JAKARTA I JAKARTA Sebagian wilayah DKI JAKARTA

26. KPKNL JAKARTA II JAKARTA Sebagian wilayah DKI JAKARTA

27. KPKNL JAKARTA III JAKARTA Sebagian wilayah DKI JAKARTA

28. KPKNL JAKARTA IV JAKARTA Sebagian wilayah DKI JAKARTA

29, KPKNL JAKARTA V JAKARTA Sebagian wilayah DKI JAKARTA

30. KPKNL BANDUNG BANDUNG 1. KOTA BANDUNG


2. KAB. BANDUNG
3. KAB. BANDUNG BARAT
4. KAB. SUMEDANG
5. KAB. CIMAHI
,
31. KPKNL BEKASI BEKASI 1. KOTA BEKASI
2. KAB. BEKASI

32. KPKNL BOGOR BOGOR 1. KOTA BOGOR


2. KAB. BOGOR
I 3. KOTA DEPOK
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-6-

NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA


1) 2 (3) (4)
33. KPKNL PURWAKARTA PURWAKARTA 1. KAB. PURWAKARTA
2. KAB. SUBANG
3. KAB. KARAWANG
34. KPKNL TASIKMALAYA TASIKMALAYA 1. KOTA TASIKMALAYA
2. KAB. TASIKMALAYA
3. KOTA BANJAR
4. KAB. CIAMIS
5. KAB. GARUT

35. KPKNL CIREBON CIREBON 1. KOTA CIREBON


2. KAB. CIREBON
3. KAB. INDRAMAYU
4. KAB. MAJALENGKA
. 5. KAB. KUNINGAN

36. KPKNL SUKABUMI SUKABUMI I. KOTA SUKABUMI


2. KAB. SUKABUMI
3. KAB. CIANJUR

37, KPKNL SEMARANG SEMARANG 1. KOTA SEMARANG


2. KAB. SEMARANG
3. KOTA SALATIGA
4. KAB. DEMAK
5. KAB. GROBOGAN

38. KPKNL SURAKARTA SURAKARTA 1. KOTA SURAKARTA


2. KAB. BOYOLALI
3. KAB. KARANGANYAR
4. KAB. KLATEN
5. KAB. SUKOHARJO
6. KAB, SRAGEN
7. KAB. WONOGIRI

39, KPKNL KUDUS KUDUS 1. KAB. KUDUS


2. KAB. PATI
3. KAB. JEPARA.
4. KAB. BLORA
5. KAB. REMBANG .

40. KPKNL PEKALONGAN PEKALONGAN 1. KOTA PEKALONGAN


2. KAB. PEKALONGAN
3. KAB. BATANG
4. KAB. KENDAL
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-7-

NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA


(1) (2) (3) (4)
41. KPKNL TEGAL TEGAL . 1. KOTA TEGAL
2. KAB. TEGAL
3. KAB. BREBES
4. KAB. PEMALANG

42. KPKNL YOGYAKARTA YOGYAKARTA 1. KOTA YOGYAKARTA


2. KAB. BANTUL
3. KAB. GUNUNG KIDUL
4. KAB. SLEMAN
5. KAB. KULON PROGO

43. KPKNL MAGELANG MAGELANG 1. KOTA MAGELANG


2. KAB. MAGELANG
3. KAB. PURWOREJO
4. KAB. TEMANGGUNG
5. KAB. WONOSOBO

44. KPKNL PURWOKERTO PURWOKERTO 1. KAB. BANYUMAS


2. KAB. BANJARNEGARA
3. KAB. PURBALINGGA
4. KAB. KEBUMEN
5. KAB. CILACAP

45. KPKNL SURABAYA SURABAYA 1. KOTA SURABAYA .


2. KAB. GRESIK

46. KPKNL SIDOARJO SIDOARJO 1. KAB. SIDOARJO


2. KOTA MOJOKERTO
3. KAB. MOJOKERTO
4. KOTA PASURUAN
5. KAB. PASURUAN

47. KPKNL MALANG MALANG 1. KOTA MALANG


2. KAB. MALANG
3. KAB. LUMAJANG
4. KOTA BATU

48. KPKNL JEMBER JEMBER 1. KAB. JEMBER


2. KAB. BANYUWANGI
3. KAB. BONDOWOSO
4. KOTA. PROBOLINGGO
5. KAB. PROBOLINGGO
6. KAB. SITUBONDO
MENTERI KEUANGAN
FlEPUBLIK INDONESIA
-8-

NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA

CU 2i (3 ) (4)
49. KPKNL PAMEKASAN PAMEKASAN 1. KAB. PAMEKASAN
2. KAB. BANGKALAN
3. KAB. SAMPANG
4. KAB. SUMENEP

50. KPKNL MADIUN MADIUN 1. KOTA MADIUN


2. KAB. MADIUN
3. KAB. MAGETAN
.4. KAB. NGAWI
5. KAB. PONOROGO
6. KAB. PACITAN

51. KPKNL BOJONEGORO BOJONEGORO 1. KAB. BOJONEGORO


2. KAB. LAMONGAN
3. KAB. TUBAN
4. KAB. NGANJUK

52. KPKNL KEDIRI KEDIRI 1. KOTA KEDIRI


2. KAB. KEDIRI
3. KOTA BLITAR
4. KAB. BLITAR
' 5. KAB. JOMBANG
6. KAB. TULUNGAGUNG
7. KAB. TRENGGALEK

53. KPKNL PONTIANAK PONTIANAK 1. KOTA PONTIANAK


2. KAB. PONTIANAK
3. KAB. KUBU RAYA
4. KAB. KETAPANG
5. KAB. KAYONG UTARA

54. KPKNL SINGKAWANG SINGKAWANG, 1. KOTA SINGKAWANG
2. KAB. SAMBAS
3. KAB. BENGKAYANG

55. KPKNL SANGGAU SANGGAU 1. KAB. SANGGAU


2. KAB, SEKADAU
3. KAB. LANDAK
4. KAB. SINTANG
5. KAB. MELAWI
6. KAB. KAPUAS HULU
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-9-

NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA


( 1 ) (2) (3 ) (4)
56. KPKNL PALANGKARAYA PALANGKARAYA 1. KOTA PALANGKARAYA
2. KAB. KAPUAS
3. KAB. PULANG PISAU
4. KAB, KATINGAN
5. KAB. GUNUNG MAS
6. KAB. BARITO UTARA
7. KAB. BARITO SELATAN
. 8. KAB. BARITO TIMUR
9. KAB. MURUNG RAYA

57. KPKNL PANGKALAN BUN PANGKALAN BUN 1. KAB. KOTAWARINGIN BARAT


2. KAB. KOTAWARINGIN TIMUR
3. 'CAB. LAMANDAU
4. KAB. SUKAMARA
5. KAB, SERUYAN

58. KPKNL BANJARMASIN BANJARMASIN 1. KOTA BANJARMASIN


2. • KAB. BANJAR
3. MAR. BARITO KUALA
4. KAB. TANAH LAUT
5. KAB. BANJARBARU

59. KPKNL BARABAI BARABAI 1. MAR. HULU SUNGAI TENGAH


2. KAB. HULU SUNGAI SELATAN
3. KAB. HULU SUNGAI UTARA
4. MAR. KOTA BARU
5. KAB. TABALONG
6. KAB. TAPIN
7. MAR. BALANGAN
8. KAB. TANAH BUMBU

60. KPKNL BALIKPAPAN BALIKPAPAN 1. KOTA BALIKPAPAN


2. MAR. PASIR
3. KAB. PENAJAM PASER UTARA

61. KPKNL SAMARINDA SAMARINDA KOTA SAMARINDA

62. KPKNL TENGGARONG TENGGARONG 1. KAB. KUTAI KARTANEGARA


2. KAB. KUTAI BARAT
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 10 -

NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA

(1) (2) (3 _ (4)


63. KPKNL TARAKAN TARAKAN 1. KOTA TARAKAN
2. KAB. BERAU
, . 3. KAB. BULUNGAN
4. KAB. MALINAU
5. KAB. NUNUKAN
. 6. KAB. TANA TIDUNG
64. KPKNL BONTANG ' BONTANG 1. KOTA BONTANG
2. KAB. KUTAI TIMUR
65. KPKNL DENPASAR DENPASAR 1. KOTA DENPASAR
2. KAB. BADUNG
3. KAB. GIANYAR
4. KAB. KLUNGKUNG
5. KAB. TABANAN
66. KPKNL SINGARAJA SINGARAJA - 1. KAB. BULELENG
2. KAB, BANGLI
3. KAB. JEMBRANA
4. KAB. KARANGASEM
67. KPKNL MATARAM MATARAM 1. KOTA MATARAM
2. KAB. LOMBOK BARAT
3. KAB. LOMBOK TENGAH
4. KAB. LOMBOK TIMUR
5. KAB. LOMBOK UTARA
68. KPKNL BIMA BIMA 1. KOTA BIMA -
2. KAB. BIMA
3. KAB. DOMPU
4. KAB. SUMBAWA
5, KAB. SUMBAWA BARAT
69. KPKNL KUPANG KUPANG 1. KOTA KUPANG
2. KAB. KUPANG
3. KAB. BELU
4. KAB. ALOR
5. KAB. SUMBA BARAT
6. KAB. SUMBA TENGAH
7. KAB. SUMBA BARAT DAYA
8. KAB. SUMBA TIMUR
9. KAB. TIMOR TENGAH
SELATAN
10.KAB. TIMOR TENGAH UTARA
11.KAB. ROTE NDAO
12.KAB. SABU PAIJUA
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 11 -

NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA


(1) (2) (3 ) (4)
70. KPKNL MAUMERE MAUMERE 1. KAB. SIKKA
2. KAB, LEMBATA
3. KAB. ENDE
4. KAB. FLORES TIMUR
5. KAB. MANGGARAI

6. KAB. MANGGARAI BARAT
7. KAB. NGADA
8. KAB. NAGEKEO
9. KAB. MANGGARAI TIMUR

71. KPKNL MAMUJU MAMUJU 1. KAB. MAMUJU


2. KAB. MAMUJU UTARA
3. KAB. MAJENE
4. KAB. POLEWALI MANDAR
' 5. KAB. MAMASA

72. KPKNL MAKASSAR MAKASSAR 1. KOTA MAKASSAR


. 2. KAB. BANTAENG
3. KAB. BULUKUMBA
4. KAB. GOWA
5. KAB. JENEPONTO
6. KAB. MAROS
7. KAB. PANGKAJENE
KEPULAUAN
8. KAB. SELAYAR
9. KAB. SINJAI
10.KAB. TAKALAR

73. KPKNL PARE PARE PARE PARE 1. KOTA PARE PARE


2. KAB. BARRU
3. KAB. PINRANG
4. KAB. SIDENRENG RAPPANG
5. KAB. SOPPENG
• 6. KAB. WAJO
7. KAB. BONE
,
74. KPKNL PALOPO PALOPO 1. KOTA PALOPO
2. KAB. LUWU
3. KAB. LUWU UTARA
4. KAB. LUWU TIMUR
5. KAB. TANA TORAJA
6. KAB. TORAJA UTARA
7. KAB. ENREKANG
MENTEF11 KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 12 -

NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA


(1) (2) (3) (4)
75. KPKNL KENDARI KENDARI 1. KOTA KENDARI
2. KAB. KOLAKA
3. KAB. KOLAKA UTARA
4. KAB. KONAWE
5. KAB. KONAWE SELATAN
6. KAB. KONAWE UTARA.
7. KAB. BOMBANA
8. KOTA BAU BAU
9. KAB. BUTON
10.KAB. BUTON UTARA
11.KAB. MUNA
12.KAB. WAKATOBI

76. KPKNL MANADO MANADO 1. KOTA MANADO


- 2. KAB. MINAHASA
3, KAB. MINAHASA UTARA
4. KAB. MINAHASA TENGGARA
5. KAB. MINAHASA SELATAN
6. KAB. BOLAANG MONGONDOW
7. KAB. BOLAANG MONGONDOW
UTARA
8. KAB. BOLAANG MONGONDOW
TIMUR
9. KAB. BOLAANG MONGONDOW
SELATAN
10.KOTA BITUNG
11.KOTA TOMOHON
12.KOTA KOTAMOBAGU
13.KAB. KEPULAUAN SANGIHE
14.KAB. KEPULAUAN TALAUD
15.KAB. SIAU TAGULANDANG
BIARO -

77. KPKNL GORONTALO GORONTALO 1. KOTA GORONTALO


, 2. KAB. GORONTALO
3. KAB. GORONTALO UTARA
4. KAB. BOALEMO
5. KAB. BONE BOLANGO
6. KAB. POHUWATO
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 13 -

NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA


( 1) (2) (3 ) (4)
78. KPKNL PALU PALU . 1. KOTA PALU
2. KAB. BUOL
3. KAB. TOLI TOLI
4. KAB. DONGGALA
5. KAB. PARIGI MOUTONG
6. KAB. MOROWALI
7. KAB. BANGGAI
8. KAB. BANGGAI KEPULAUAN
9. KAB. POSO
10.KAB. TOJO UNA UNA
11.KAB. SIGI

79. KPKNL TERNATE TERNATE 1. KOTA TERNATE


2. KAB. HALMAHERA TENGAH
3. KAB. HALMAHERA BARAT
4. KAB. HALMAHERA TIMUR
5. KAB. HALMAHERA SELATAN
• 6. KAB. HALMAHERA UTARA
7. KOTA TIDORE KEPULAUAN
8. KAB. KEPULAUAN SULA
9. K.A.B. KEPULAUAN MOROTAI

80. KPKNL AMBON AMBON 1. KOTA AMBON


2. KAB. MALUKU TENGGARA
BARAT
3. KAB. MALUKU TENGAH
4. KAB. MALUKU TENGGARA
5. KAB. MALUKU BARAT DAYA
6. KOTA TUAL
7. KAB. BURU
8. KAB. BURU SELATAN
9. KAB. SERAM BAGIAN BARAT
10.KAB. SERAM BAGIAN TIMUR
11.KAB. KEPULAUAN ARU
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 14 -

NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA


.„ .

81. KPKNL JAYAPURA JAYAPURA 1. KOTA JAYAPURA


2. KAB. JAYAPURA
3. KAB. JAYAWIJAYA
4. KAB. MERAUKE
5. KAB. PUNCAKJAYA
• 6. KAB. SARMI
7. KAB. KEEROM
8. KAB. YAHUKIMO
9. KAB. PEGUNUNGAN BINTANG
10 . KAB . TO LIKARA
11. KAB. BOVEN DIGOEL
12.KAB. MAPPI
13.KAB. ASMAT
82. KPKNL SORONG SORONG 1. KOTA SORONG
2. KAB. SORONG
3. KAB. SORONG SELATAN
4. KAB. FAK FAK
83. KPKNL MANOKWARI MANOKWARI 1. K.A.B. MANOKWARI
2. KAB. TELUK BINTUNI
3. KAB. KAIMANA
84. KPKNL TIMIKA TIMIKA 1. KAB. MIMIKA
• 2. KAB. NABIRE
' 3. KAB. PANIAI
85. KPKNL BIAK BIAK 1. KAB. BIAK NUMFOR
2. KAB. SUPIORI
3. KAB. YAPEN WAROPEN
4. KAB. WAROPEN
1

MENTERI KEUANGAN
Salinas sisuaid:i gan:: inya
a:::ya
\asl REPUBLIK INDONESIA,
KEPALA BI
--. ;,
. ,,,.,..!--':!)-re.
( ttcl.
KEPALA . 7 -AN-.T.,32 : KEIVI ■ TERIAN '
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
--__ ._. --__tikim
-7-.. -....
GIARTO_ •-.t•,.;:-,. . , , ,.."
,

NIP 1959 204,1- )-


,.... ,.,.,, 8 40g.100-
o . A .I..
.--=....---..-.::::
.
Fu
cn a

oz,

C)

g
-
z

aka

P.

w
CD
z z
0 w
-I
(7) Z

Cal cD
(0
1
ro
• Z z 5
z 0.
z¢ Z
(7) z
w 0 >-
zz 19-
a0
0
w z
WZ
< z
J (9 Z
w < <
Z CD
W
ww w
2 Et >- Er) z
a_ (..7
WZ

0
z

5
z
Cl) a
6z
<
z
›-

Anda mungkin juga menyukai