Anda di halaman 1dari 4

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF


PADA REMAJA DI SUKOHARJO, JAWA TENGAH
Esha Putriningtyas Setiawan, dr. M. Shoim Dasuki, M. Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Latar Belakang: Kebutuhan gizi remaja relatif besar, karena dibutuhkan dalam
pertumbuhan dan perkembangan, baik zat gizi makro maupun mikro, terutama asupan protein
yang berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak. Saat ini prevalensi kekurangan
asupan protein di Jawa Tengah paling banyak terjadi pada kelompok umur 13 - 18 tahun (52,
4%) yang akan memengaruhi kemampuan kognitif remaja.

Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara asupan protein dengan kemampuan kognitif
pada remaja di Sukoharjo Jawa Tengah

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan


desain case control dengan teknik sampling menggunakan purposive sampling. Besar sampel
sebanyak 46 orang remaja, yaitu 23 orang dengan kognitif baik dan 23 orang dengn kognitif
buruk. Pengumpulan data yang dilakukan untuk data asupan protein menggunakan
menggunakan instrument Semi Quantitative Food Frequency Questioner (SQ-FFQ) dan data
kemampuan kognitif menggunakan tes Standard Progressive Matrices (SPM). Pengolahan
data serta analisis data dilakukan dengan mengunakan SPSS 20. 0 dengan uji analisis Chi-
Square.

Hasil: Dari hasil analisis Chi-Square didapatkan nilai significancy (p) adalah 0,039 yang
menunjukan adanya hubungan antara asupan protein dengan kemampuan kognitif. Selain itu
didapatkan nilai odds ratio (OR) 4,29 yang menunjukkan bahwa responden yang
mendapatkan asupan protein kurang mempunyai risiko 4, 3 kali lebih besar akan memiliki
kemampuan kognitif buruk.

Kesimpulan : Terdapatnya hubungan asupan protein dengan kemampuan kogntif pada


remaja di Sukoharjo, Jawa Tengah.

Kata Kunci : Protein, Kognitif, Remaja


ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN INTAKE WITH PROTEIN IN ADOLESCENT


COGNITIVE ABILITIES IN SUKOHARJO,
CENTRAL JAVA

Esha Putriningtyas Setiawan, dr. M. Shoim Dasuki, M. Kes


Faculty of Medicine, University of Muhammadiyah Surakarta

Background: The nutritional needs of adolescents is relatively large, as needed for growth
and development, both macro and micro nutrients, especially protein intake that influence the
cognitive development of children. Currently the prevalence of protein intake in Central Java,
is most prevalent in the age group 13-18 years (52. 4%), which will affect the cognitive
abilities of a teenager.

Aim/Goal: To determine the relationship between protein intake with cognitive ability in
adolescents in Sukoharjo, Central Java

Methode: This research is an analytic observational with case control design approach by
using purposive sampling technique sampling. A sample size of 46 teenagers, at 23 people
with good cognitive and 23 people with less cognitive bad. The data collection is done to the
data using a protein intake using instrumental Semi Quantitative Food Frequency
Questionnaire (SQ-FFQ) and data using a cognitive ability test Standard Progressive Matrices
(SPM). Data processing and data analysis was performed using the SPSS 20. 0 by Chi-Square
test analysis.

Result: From the analysis of Chi-Square values obtained significancy (p) is 0. 039 which
shows the relationship between protein intake with cognitive ability. In addition it obtained
the value of the odds ratio (OR) 4. 29 indicating that respondents who get less protein intake
had a 4. 3 times greater risk would have worse cognitive abilities.

Conclusion : Of relationship with the ability kogntif protein intake in adolescents in


Sukoharjo, Central Java.

Key word : Protein, cognitive, Adolescence


Pendahuluan
Remaja merupakan aset bangsa dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa
yang akan menentukan masa depan bangsa dan negara kita. Menurut WHO masa remaja
adalah bila anak telah mencapai 10-19 tahun (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Masa ini
merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan
percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. Adapun masalah gizi pada
remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat misalnya penurunan
konsentrasi belajar (Pratiwi, 2013).
Kebutuhan gizi remaja relatif besar, karena masih mengalami pertumbuhan.
Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya,
sehingga diperlukan asupan gizi yang lebih banyak. Dalam tubuh terdapat asupan zat gizi
baik makro maupun mikro berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak. Asupan
gizi yang berkaitan dengan perkembangan kognitif anak salah satunya protein (Depkes
Jakarta I, 2012).
Kebutuhan protein meningkat pada masa remaja, karena proses pertumbuhannya
yang sedang terjadi. Sejalan dengan manfaat protein sebagai zat gizi yang berperan dalam
pertumbuhan, perkembangan, maka dibutuhkan 15% - 20%. Dan perkembangan kognitif
merupakan aspek perkembangan yang muncul dan berkembang pesat ketika masa usia
dini karena 50% potensi kognitif terbentuk pada empat tahun pertama kehidupan
(Setyaningrum, 2014).
Prevalansi kekurangan asupan protein di Jawa Tengah paling banyak terjadi pada
kelompok umur 13-18 tahun (52, 4%), sedangkan yang paling sedikit adalah pada
kelompok umur0 - 59 bulan (27, 7%). Berdasarkan dari jenis kelamin, penduduk berjenis
kelamin perempuan lebih banyak mengalami kekurangan protein (44, 5%) dibanding laki-
laki (35, 5%). Kekurangan protein berdasarkan tempat tinggal, penduduk yang tinggal
dipenduduk pedesaan lebih banyak kekurangan protein (42, 6%) dibanding didaerah
perkotaan (37, 1%) (Santoso, et al., 2014).
Kemampuan kognitif merupakan pertumbuhan dan pematangan dari semua jenis
proses berpikir termasuk menerima, mengingat, konsep formasi, penyelesaian masalah,
penggambaran, dan pertimbangan. Perkembangan kognitif merupakan perkembangan
kemampuan berpikir manusia, termasuk perhatian, daya ingat, penalaran, kreativitas, dan
bahasa. Sebesar 50% potensi kognitif anak sudah terbentuk pada usia 4 tahun dan
mencapai 80% saat berumur 8 tahun dari total kecerdasan yang akan dicapai pada usia 18
tahun (Papalia, et al., 2007; Setyaningrum, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Jian (2006) menyatakan bahwa penelitian tersebut
ada hubungan kemampuan kognitif dikaitkan dengan asupan makronutrien pada orang
dewasa muda dan setengah baya sehat. Lalu penelitian yang di lakukan oleh Hakim
(2014) menyatakan bahwa penelitian tersebut ada hubungan antara asupan protein dengan
prestasi belajar siswa SMP Al-Azhar Palu. Dan pada penelitian yang dilakukan oleh
Fithia (2011) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status gizi anak
dengan kemampuankognitif anak sekolah dasar di daerahendemis GAKI. Perbedaan
penelitian yang di lakukan peneliti adalah lebih di khususkan kepada asupan proteinnya
saja dan dihubungkan dengan kemampuan kognitif karena prestasi belajar merupakan
bagian dari kemampuan kogntif.
Melihat beberapa teori di atas yang menggambarkan adanya hubungan antara
asupan protein dengan kemampuan kognitif pada remaja. Maka dari itu, peneliti
bermaksud melakukan penelitian tentang hubungan antara asupan protein dengan
kemampuan kognitif pada remaja. Sehingga dapat memberikan pengetahuan kebutuhan
protein pentingnya bagi tubuh.
Metode Penelitian

Anda mungkin juga menyukai