PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keberhasilan pembangunan suatu negara dapat dilihat dari taraf hidup
dan peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) atau Angka Harapan Hidup
(AHH). Namun disisi lain, peningkatan UHH ini dalap mengakibatkan
terjadinya transisi epidemiologi dalam bidang kesehatan akibat peningkatan
angka kesakitan karena penyakit degeratif. Perubahan demografi ini disebabkan
oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan menurunnya angka
kematian serta menurunnya angka kelahiran (Kemenkes, 2013).
Lansia atau lanjut usia adalah tahap dimana seseorang mengalami
penurunan fungsi fisiologis tubuh akibat proses degeneratif (penuaan) seperti
kulit yang keriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan otot, daya lihat,
daya dengar, kemampuan berbagai rasa (senses), dan penurunan fungsi berbagai
organ termasuk apa yang terjadi terhadap fungsi homeostatis glukosa, sehingga
lansia rentan terkena penyakit degeneratif dan nondegeneratif (Suviani, 2014).
Lansia merupakan seorang dewasa sehat yang mengalami proses perubahan
menjadi seorang yang lemah dan rentan yang diakibatkan karena berkurangnya
sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan
terhadap berbagai penyakit dan kematian (Efendi,2013). Lanjut usia (lansia)
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan
(Azizah,2011). Salah satu penyakit degeneratif yang sering muncul pada lansia
yaitu Diabetes Melitus (DM).
Beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa lansia
adalah tahap lanjut yang mengalami perubahan menjadi lemah dan rentan akibat
proses degenerative yang mengakibatkan menurunnya kemampuan-
kemampuan tubuh yang menyebabkan mudahnya lansia terkena penyakit.
Lansia memiliki masalah kesehatan yang umum, baik secara fisik
maupun secara psikologis. Masalah kesehatan yang banyak dialami oleh lansia
saat ini adalah Diabetes Mellitus dan nyeri sendi, sedangkan masalah psikologis
yang muncul pada lansia, terutama lansia yang tinggal di panti wredha, adalah
masalah kesepian.
Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolik menahun yang
diakibatkan pankreas yang tidak dapat memproduksi insulin yang cukup atau
tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif. Insulin merupakan salah
satu hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah yang dapat
mengakibatkan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (Kemenkes RI,
2014). Diabetes Mellitus pada geriatri terjadi karena timbulnya resistensi
insulin pada usia lanjut yang disebabkan oleh 4 faktor : pertama adanya
perubahan komposisi tubuh, turunnya aktivitas fisik, perubahan pola makan
pada usia lanjut yang disebabkan oleh berkurangnya gigi, dan perubahan
neurohormonal, khususnya Insulin Like Growth Factor-1 (IGF-1) dan
dehydroepandrosteron (DHtAS) plasma (Tamher,2011).
DM merupakan penyakit yang memiliki komplikasi terbanyak. Hal ini
berkaitan dengan kadar gula darah yang terus meningkat, sehingga
mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah, saraf, dan struktur internal
lainnya. Salah satu komplikasi yang paling sering muncul pada pasien dengan
DM adalah retinopati dan kaki diabetes. Kaki diabetes disebabkan oleh kurang
lancarnya peredaran darah ke daerah kaki yang menyebabkan kaki yang kebas,
kesemutan, dan kaku (Tamher,2011). Sirkulasi darah yang tidak lancar kadang
tidak diindahkan oleh para penderita DM karena dianggap tidak mengganggu
aktivitas, akan tetapi jika hal ini terus dibiarkan akan lebih memperparah
sirkulasi darah ke perifer (Rusandi dkk, 2016).
Nyeri sendi adalah penyakit yang ditandai serangan mendadak dan
berulang dari artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal,
yang terkumpul di dalam sendi yang diakibatkan oleh tingginya kadar asam urat
di dalam darah (hiperurisemia) (Rokim, 2009). Nyeri sendi merupakan kasus
panjang yang sangat sering diujikan. Biasanya terdapat banyak tanda-tanda
fisik. Insiden puncak dari nyeri sendi terjadi pada umur dekade ke empat, dan
penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki-laki (Akhtyo,
2009). Dampak yang dapat ditimbulkan dapat mengancam jiwa penderitanya
atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan. Hal tersebut dapat berdampak
lebih jauh menjadi keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan
tidur (Kisworo, 2008).
Masalah psikologis yang biasa muncul pada lansia adalah kesepian.
Kesepian adalah kegelisahan subyektid yang dirasakan dikarenakan
ketidakdekatan hubungan yang dimiliki oleh seseorang. Dampak psikologis
pada lansia memiki dampak yang lebih besar dibandingkan dengan usia mudia
dikarenakan kemampuan penyesuaian diri dan sosial lansia yang lebih sulit. Hal
tersebut dapat menyebabkan lansia merasa rendah diri dan merasa marah akan
keadaannya (Hurlock (1996) dalam Setiawan (2013)).
Ny. S di panti wredha Harapan Ibu wisma mawar dikaji pada tanggal 28
dan 28 November 2017. Hasil pengkajiannya adalah. Ny. S mengalami ketidak
efektifan manajemen diri karena kadar gula darah Ny. S sebesar 420 mg/dl yang
tidak diikuti oleh perilaku yang adaptif terhadap DM yang dimiliki. Selain itu
pihak panti wredha yang tidak membedakan jenis makanan dan porsi makanan
pada lansia yang memiliki diet khusus berperan cukup besar.
Hasil pengkajian lainnya, Ny. S merasakan nyeri pada lututnya sejak 7
bulan yang lalu ketika akan diangkat, hendak berdiri dan berjalan. Klien merasa
skala nyeri 4/10 dengan frekuensi hilang timbul. Sedangkan untuk masalah
psikologisnya, klien yang tidak memiliki inisiatif dalam berkomunikasi dengan
yang lainnya serta penglihatannya yang bermasalah memiliki peran penting
dalam munculnya masalah resiko kesepian.
Pengkajian yang dilakukan diatas dapat memunculkan masalah
keperawatan yakni ketidakefektifan manajemen diri berhubungan dengan
kurang dukungan sosial, nyeri kronis berhubungan dengan factor fisiologis, dan
resiko kesepian.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Keperawatan pada lansia pada Ny. S dengan masalah
keperawatan ketidakefektifan manajemen diri, nyeri kronis, dan resiko
kesepian.
2. Tujuan Khusus
Sasaran yang ingin dicapai penulis saat menyusun karya tulis ilmiah ini
adalah :
a. Melakukan pengkajian pada Ny. S dengan masalah keperawatan
ketidakefektifan manajemen diri, nyeri kronis, dan resiko kesepian.
b. Mendiagnosa masalah keperawatan pada Ny. S Melakukan pengkajian
pada Ny. S dengan masalah keperawatan ketidakefektifan manajemen
diri, nyeri kronis, dan resiko kesepian.
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada pada Ny. S Melakukan
pengkajian pada Ny. S dengan masalah keperawatan ketidakefektifan
manajemen diri, nyeri kronis, dan resiko kesepian.
d. Memberikan implementasi keperawatan pada pada Ny. S Melakukan
pengkajian pada Ny. S dengan masalah keperawatan ketidakefektifan
manajemen diri, nyeri kronis, dan resiko kesepian.
e. Mengevaluasi atas tindakan keperawatan yang dilakukan pada pada
Ny. S Melakukan pengkajian pada Ny. S dengan masalah keperawatan
ketidakefektifan manajemen diri, nyeri kronis, dan resiko kesepian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANSIA
1. Pengertian
Word Health Organization menyebut penduduk lansia adalah yang
berumur 60 tahun ke atas (Dewi,2014). Departemen Kesehatan RI
menyebutkan bahwa lansia adalah seorang laki-laki atau perempuan yang
berusia 60 tahun atau yang berkemampuan (potensial) maupun tidak lagi
berperan secara aktif dalam pembangunan (Depkes RI, 2008).
2. Klasifikasi
Klasifikasi Word Health Organization lansia (elderly) yang berusia
60-74 tahun, lansia tua (old) yang berusia 75-89 tahun, dan lansia sangat
tua (very old) yang berusia di atas 90 tahun (Dewi,2014).
3. Perubahan Fisik Lansia
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia menurut (Dewi,2014) adalah
sebagai berikut:
a. Sistem kardiovaskuler : kekuatan otot jantung menurun, katup jantung
menebal, kelistrikan jantung kurang efektif
b. Sistem muskuloskeletal : penurunan masa tulang, kartilago menipis
sehingga sendi menjadi kaku, masa otot berkurang.
c. Sistem integumen : elastisitas kulit menurun, kulit menipis.
d. Sistem urinaria : penurunan kapasitas kandung kemih, sering kencing.
4. Perubahan psikologis yang terjadi pada lansia (Kartinah, 2008)
a. Rasa tabu dan malu bila mempertahankan kehidupan seksual
b. Sikap keluarga yang tidak mendukung
c. Kelelahan dan kebosanan
d. Pasangan hidup yang telah meninggal
e. Kesepian
B. KETIDAKEFEKTIFAN MANAJEMEN DIRI
1. Pengertian
Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Diri adalah pola
pengaturan dan pengintegrasian ke dalam kebiasaan terapeutik hidup sehari-
hari untuk pengobatan penyakit dan sekuelanya yang tidak memuaskan
untuk memenuhi tujuan kesehatan spesifik (Herdman & Shigemi, 2015).
2. Intervensi
Health Education
Motivasi klien dalam peningkatan kesadaran diri akan diabetes mellitus:
a) Penyakit DM (komplikasi, diet khusus DM, farmakologi)
b) Foot care dan olahraga senam kaki
c) Pengenalan dan penanganan kondisi Hiperglikemi dan Hipoglikemi
d) Kolaborasi dengan pihak panti dalam pemberian makanan pada
lansia yang mempunyai masalah kesehatan khusus.
C. NYERI KRONIS
Nyeri kronis merupakan pengalaman sensorik dan emosional tidak
menyenangka dengan kerusakan jaringan actual atau potensial, atau
digambarkan sebagai suatu kerusakan (International Association for the study
of Pain, awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga
berat, terjadi konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung lebih dari tiga (>3) bulan (Herdman & Shigemi,
2015).
Intervensi (NIC) (Nurarif & Hardhi, 2015)
1. Pain Management
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor predisposisi.
b. Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon klien
e. Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
f. kurangi faktor presipitasi nyeri
g. pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan
inter personil)
h. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
i. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
j. Berikan analgesic untuk mengurangi nyeri
k. Evaluasi ketidakefetifan kontrol nyeri
l. Tingkatkan istirahat
2. Analgesic Administration
a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
b. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama
kali
D. RESIKO KESEPIAN
Kesepian adalah perasaan kehilangan dan ketidakpuasan karena
ketidaksesuaian antara hubungan sosial yang diinginkan dengan hubungan
sosial yang dimiliki. Kesepian dapat berupa emosi negative seperti depresi,
kecemasan, ketidakbahagiaan, ketidakpuasan, menyalahkan diri sendiri
(Anderson (1994) dalam Kartinah (2008)).
Factor yang mempengaruhi kesepian (Kartinah, 2008):
a. Usia
b. Status kesepian
c. Gender
d. Status sosial ekonomi
e. Pengkajian yang dilakukan untu mengkaji kesepian menggunakan UCLA
Loneliness Scale
No Pertanyaan Tidak Jarang Kadang Selalu
Pernah
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Nama lansia : Ny. S
2. Usia : 69 Tahun
3. Agama : Islam
4. Suku : Jawa
5. Jenis kelamin : Perempuan
6. Nama wisma : Mawar
7. Pendidikan : SD
8. Riwayat pekerjaan : Tidak bekerja
9. Status perkawinan : Janda
10. Pengasuh wisma : Ny. R
B. ALASAN BERADA DI PANTI
(Saya disini karena tidak ada yang ngerawat di rumah mbak, saya tidak
punya anak, suami sudah meninggal. Saya itu mengangkat anak
keponakan sendiri mbak. Ketika sudah besar rumahnya diminta sama
anak saya. Saya minta kamar yang paling belakang juga tidak boleh.
Setelah itu saya diajak ke Jakarta sama anak angkat saya itu, 10 tahun
saya disana. Tapi karena saya semakin tua, mata tidak bisa melihat saya
takut merepotkan. Lalu saya minta dimasukan ke panti jompo saja,
kemudian anak saya memasukan saya ke panti jompo berbayar di
Bongsari selama 1 tahun. Setalah anak saya di PHK saya keluar dari panti
jompo itu karena kasihan sama anak saya yang harus bayar. Saya
kemudian tinggal sama kakak saya selama 5 bulan, tapi kakak saya
meminta saya untuk cari rumah lain saja. Saya minta ketua RT di daerah
kakak saya untuk cari panti jompo yang gratis dan menemukan panti
jompo ini)
C. DIMENSI BIOFISIK
1. Riwayat penyakit
Pengkajian Nyeri:
Q : Nyeri cekot-cekot
R : Patella dextra
S : Nyeri skala 4
T : Hilang timbul
Ny. S mengatakan “kulo mboten ngerti mbak bapak ibu kulo gadah
penyakit nopo, ning bojo kulo niku pernah kagungan tensi inggil
dangu trus meninggal amargi stroke. Mbak e kulo kalih mas kulo
nggih kulo mboten ngertos gadah tensi inggil kalih gula nopo
mboten ” (saya tidak tahu bapak ibu saya punya penyakit apa, tapi
suami saya pernah punya tensi tinggi dan meninggal karena stroke.
Saya juga tidak tahu apakah kakak-kakak saya punya penyakit gula
dan tensi tinggi atau tidak)
5. Riwayat vaksinasi
7. Status gizi
- Berat Badan : 45 Kg
- Tinggi Badan : 149 cm
- Indeks Massa Tubuh : 45/(1,49)2= 20.27 (Normal)
c. Masalah nutrisi
Ny. S mengatakan “kulo maem 3 kali sedinten mbak, tapi sekule
sepalih, kulo pendet segenggem. Lauke mboten mesti o mbak
kadang tempe nopo tahu kadang nggih telur, nek telur dadar
kulo teseh doyan ning telor godok niku kulo mboten purun.”
(saya makan 3 kali sehari mbak, tapi nasinya setengah, saya
ambil segenggam. Lauknya ngga mesti mbak kadang tempe atau
tahu, telur dadar saya masih suka tapi kalau telur rebus saya
tidak mau)
Ny. S mengatakan “sikile kulo niki loh mbak sakit diangkat niku
lara. Sikile kulo niki radi kaku mbak, sok jarine gringgingen ngoten.
Nek kulo niku mbak sederenge mbak e mriki kulo kadang nyicip pipis
e kulo trus dilepeh kumur nah pas niku rasane mpun mboten manis,
niku tandane gulane sampun mboten dhuwur, lah pas minggu wingi
niku kulo cicip meleh malah asin meleh. Pripun nggih mbak kulo
niku mpun ngati-ngati dhahare kulo mbak, sekule kulo sepalih tapi
ko ya tetep inggil.” (kaki saya ini loh mbak diangkat sakit. Kakinya
kau mbak, kadang kesemutan gitu. Ketika mbak belum kesini saya
itu suka nyicip rasa BAK saya trus dibuang dan kumur, saya rasanya
itu sudah asin mbak tapi minggu kemarin saya cicip lagi kok rasanya
manis lagi. Bagaimana ya mbak saya ini sudah menjaga makan saya,
nasi saya itu setengah tapi ko tetap tinggi ya mbak)
Ny. S mengatakan “kulo nek minum obat nggih obat saking mriki,
mboten ngertos niku obat nopo, obat e wonten kaleh. Ning kulo
gadhah maag mbak dadose kulo gadah obat maag pas sakit niku
kulo minumi tapi pas mboten keraos nggih mboten minum” (saya
minum obat dari sini, tidak tahu obat apa tapi obatnya ada dua. Saya
kan punya maag maag mbak jadi saya sedia obat maag disini kalau
sakit saya minum obat tapi kalau tidak terasa tidak saya minum)
Keterangan Keterangan :
Tidak ada resiko :0-24
Resiko rendah : 25-50
Resiko tinggi : >51
Ny. S memiliki resiko rendah jatuh
b. Berpakaian
d. Toileting
e. Personal hygiene
f. Mandi
Ny. S mengatakan “kulo unggal dinten esuk sore mandi mbak,
nek mandi nggeh disikat awake kulo, disabuni, sikat gigi
ngagem odol, keramas 3 dinten sepindah ning rambute kulo
unggal dinten kulo grujuk banyu mbak.” (saya setiap pagi sore
mandi mbak, kalau mandi ya disikat badannya, disabun, sikat
gigi pakai odol, keramas 3 hari sekali tapi setiap pagi rambut
saya siram pakai air mbak)
D. DIMENSI PSIKOLOGI
1. Status kognitif
The Short Portable Mental Status Quesionnaire (SPMSQ)
Jawaban
Pertanyaan
Betul Salah
10. 5 + 6 adalah? √
4. Status depresi
The Geriatric Depression Scale (Yesavage & Brink, 1983)
No Pertanyaan Jawaba Jawaba Poin
n n klien
1. Apakah pada dasarnya anda puas dengan Tidak Ya 0
kehidupan anda?
2. Sudahkah anda meninggalkan aktivitas Ya Ya 0
dan minat anda?
3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda Ya Tidak 0
kosong?
4. Apakah anda sering bosan? Ya Tidak 0
5. Apakah anda mempunyai semangat setiap Tidak Ya 0
waktu?
6. Apakah anda takut sesuatu akan terjadi Ya Tidak 0
pada anda?
7. Apakah anda merasa bahagia disetiap Tidak Ya 0
waktu?
8. Apakah anda merasa jenuh? Ya Tidak 0
9. Apakah anda lebih suka tinggal dirumah Ya Ya 1
pada malam hari, daripada pergi
melakukan sesuatu yang baru?
10. Apakah anda merasa bahwa anda lebih Ya Tidak 0
banyak mengalami masalah dengan
ingatan anda daripada yang lainnya?
11. Apakah anda berfikir sangat Tidak Ya 0
menyenangkan hidup sekarang ini?
12. Apakah anda merasa tidak berguna saat Ya Tidak 0
ini?
13. Apakah anda merasa penuh berenergi saat Tidak Ya 0
ini?
14. Apakah anda saat ini sudah tidak ada Ya Tidak 0
harapan lagi?
15. Apakah anda berfikir banyak orang yang Ya Tidak 0
lebih baik dari anda?
Ket:
Nilai 1 poin untuk setiap respon yang cocok dengan jawaban ya dan
tidak setelah pertanyaan.
Berdasarkan Test Geriatric Depression Scale, Ny. S tidak
mengalami depresi dengan ditandai hasil tes yang bernilai 14.
5. Perubahan yang timbul terkait status depresi
Berdasarkan pengkajian SPMSQ yang dilakukan didapatkan bahwa
status mental Ny. S terdapat gangguan ringan.
Ny. S merasa suka untuk diam saja kecuali ada yang mengajaknya
berbicara terlebih dahulu
7. Keadaan emosi
a. Anxietas
Ny. S mengatakan “Kadang kulo kepikiran kaleh lare kulo
ingkang teng Jakarta mba, soale mboten ngertos saniki kula teng
mriki dikirane kula takseh kaleh mbakyu kulo. Wedine anake
kulo niku madosi kulo. Kulo nggih kepikiran, kulo kan sampun
mboten saged mirsani 2 tahun mbak, kulo pengin mirsani maleh
mbak tapi pas wingi wonten operasi katarak gratis kulo mboten
saged nderek mergone gulane kulo inggil” (kadang saya
kepikiran anak saya yang di Jakarta mbak, karena dia tidak tahu
saya sekarang ada disini dia pikir saya masih ada di kakak saya.
Saya takut anak saya mencari saya. Saya juga kepikiran, saya
sudah tidak bisa melihat kira-kira sejak 2 tahun yang lalu, saya
ingin bisa melihat lagi tapi kemarin pas ada operasi katarak gratis
saya tidak bisa dioperasi karena gula saya tinggi)
b. Perubahan perilaku
c. Mood
8. Kesepian
UCLA Loneliness Scale
E. DIMENSI FISIK
1. Luas wisma
F. DIMENSI SOSIAL
1. Hubungan lansia dengan lansia didalam wisma
Ny. S mengatakan “ Ya beberapa ada yang saya tahu namanya, tapi
saya tidak pernah berbicara kecuali saya diajak berbicara terlebih
dahulu mbak, saya ndak mau orang lain sakit hati karena saya. Ndak
papa aku disakiti hatinya sama orang tapi saya ndak mau nyakitin
hati orang lain.”
Ny. S mengatakan “sejak 6 bulan lalu saya masuk sini anak saya
ndak pernah kesini kecuali kemaren ada adek sepupu yang mampir
kesini.”
Hasil wawancara dengan para lansia dan pengasuh panti yaitu pada
hari senin dan jumat terdapat senam pagi pada jam 08.00 WIB
sampai 09.00 WIB. Selasa kebaktian bagi lansia yang beragama
nasrani. Rabu kegiatan kerja bakti yang diselenggarakan di panti dan
sekitarnya. Kamis acara pembinaan agama islam bagi lansia yang
beragama islam. Sabtu biasanya acara bebas, biasanya diisi dengan
kegiatan karaoke.
(saya makan sehari itu 3 kali mbak, nasinya setengah saja, lauknya
tahu tempe mbak, kalau lauk telur goreng saya mau tapi kalau telur
bulat saya tidak mau. Saya tidak ada pantangan makan hanya tidak
makan yang manis-manis, hanya saya minum the hangat manis yang
diberikan dari panti. Karena gigi saya goyang jadi saya kalau makan
itu pelan-pelan mbak, takut copot. Saya suka makan jajan yang
dikasih tamu, seperti kacang hijau, donat, apa saja).
Klien pada hari rabu dicek GDS dengan hasil 526 mg/dl.
2. Pola tidur
Ny. S mengatakan “kulo nek ndalu niku mboten saged tilem mbak,
biasane niku rencang-rencang nek bar magrib niku sampun podo
tilem tapi kulo mboten saged tilem ngantosan sepi. Kulo mboten
ngertos jam pinten kulo tilem tapi biasane sampun sepi banget mbak.
Pernah jam 12 niku kulo dereng tilem. Tapi nek sampun tilem nggeh
angler ngantos enjang jam 3 niku sampun melek malih mbak. Nek
siang niku nggih tilem meleh mbak, jam 12 niku kulo sarean ngoten
”
(saya kalau malam tidak bisa tidur mbak, biasanya itu teman-teman
saya itu habis magrib sudah siap-siap tidur tapi saya sampai sepi itu
belum bisa tidur mbak, pernah sampe jam 12 belum tidur juga. Tapi
kalau sudah tidur ya nyenyak sampai pagi. Kalau siang saya juga
tidur lagi mbak, jam 12 gitu saya istirahat).
3. Pola eliminasi
(saya itu bisa nahan BAK mbak, sepertinya saya bisa nahan tapi kok
ternyata sudah ngalir di paha. Tapi kalau BAB saya bisa nahan
mbak. Kalau malam itu saya bangun untuk BAK, setiap malam bisa
6-7 kali bangun. Biasanya saya tidak berani ke kamar mandi malam
hari jadi saya BAK di tempat biscuit lalu saya tutup agar tidak bau.
Itu karena saya takut jatuh nanti tidak ada yang membantu).
5. Pelaksanaan pengobatan
6. Kegiatan olahraga
Ny. S mengatakan “Disini ada senam seminggu dua kali mbak, saya
kadang ikut kalau ada yang ngajak mbak.”
7. Rekreasi
Ny. S mengatakan “rekreasi teng pundi mbak, lah kulo niki jarang
teng ngajengan o mbak, paling niku teng kasur kalehan teng kamar
mandi. Dolan teng tempate rencange teng mawar mawon kulo
mboten nate mbak, teng anggrek nggih mboten nate”
8. Pengambilan keputusan
I. PEMERIKSAAN FISIK
2. Nyeri kronis berhubungan dengan pada Ny. S berhubungan dengan faktor usia (faktor fisiologis Kerusakan sendi)
(00133)
No Waktu Dx Tujuan Implementasi Evaluasi formatif
Keperawatan Umum Khusus
1 Rabu, Nyeri kronis Setelah Setelah dilakukan - Mengkaji nyeri S:
22 berhubungan dilakukan tindakan - Mengobservasi ‘P : sakit nek bade ngadeg
Februari dengan pada tindakan keperawatan respon nonverbal kaleh nek bade mlampah
2017 Ny. S keperawatan selama 7 x 30 - Memonitor tanda Q : rasane cekot-cekot
10.00- berhubungan selama 30 hari, menit, nyeri klien vital R : teng lutut tengen mbak
10.30 dengan faktor nyeri klien dapat berkurang - Menganjurkan S : 4/10 mbak
WIB usia (faktor berkurang dengan kriteria klien T : nggeh kadang sakit sokan
fisiologis dengan kriteria hasil: mengurangi mboten’
Kerusakan hasil: - Skala aktivitas O:
sendi) - Klien berkurang dari - Mengajarkan - RR : 20 kali/menit
(00133) merasa skala 4 pijat sendi - TD : 130/80 mmHg
nyaman menjadi 2 - CRT >2detik
- Ekspresi - R : 37C
wajah tidak - Terlihat mengernyit
mengernyit ketika akan bangun dari
ketika akan duduk
berdiri dan - Klien dapat
berjalan menyebutkan manfaat
pijat sendi
A : Masalah tidak teratasi
P : lanjutkan intervensi
Pain Manajement
1. Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif
2. Observasi reaksi non
verbal.
3. Monitor vital sign
4. Anjurkan klien untuk
meminimalkan gerakan
5. Berikan penjelasan
mengenai terapi
farmakologis dan non
farmakologis (pijat sendi,
pijat sendi dan tarik nafas
dalam).
2 Kamis, Nyeri kronis Setelah Setelah dilakukan - Mengkaji nyeri S:
23 berhubungan dilakukan tindakan - Mengkaji tanda ‘P : sakit nek bade ngadeg
Februari dengan pada tindakan keperawatan vital kaleh nek bade mlampah
2017 Ny. S keperawatan selama 7 x 30 - Menngobservasi Q : rasane cekot-cekot
10.00- berhubungan selama 30 hari, menit, nyeri klien non verbal R : teng lutut tengen mbak
10.30 dengan faktor nyeri klien dapat berkurang - Mengajarkan S : 4/10 mbak
WIB usia (faktor berkurang dengan kriteria terapi T : nggeh kadang sakit sokan
fisiologis hasil: mboten’
Kerusakan dengan kriteria - Skala farmakologi : O:
sendi) hasil: berkurang dari obat kalsium - RR : 21 kali/menit
(00133) - Klien skala 4 - Mengajarkan - TD : 130/80 mmHg
merasa menjadi 2 pijat sendi - CRT >2detik
nyaman - Ekspresi - R : 37C
wajah tidak - Terlihat mengernyit
mengernyit ketika akan bangun dari
ketika akan duduk
berdiri dan A : Masalah tidak teratasi
berjalan P : lanjutkan intervensi
Pain Manajement
1. Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif
2. Observasi reaksi non
verbal.
3. Monitor vital sign
4. Anjurkan klien untuk
meminimalkan gerakan
Alamat : Semarang
Anggota Masalah keperawatan Intervensi yang telah dilakukan Rencana tindak lanjut (RTL) Paraf
wisma
Ny. S Ketidakefektifan Memberikan health education kepada 1. Anjurkan klien melakukan RY
manajemen diri klien mengenai diabetes mellitus: senam kaki diabetes minimal 4
berhubungan dengan kali dalam seminggu
1. Penyakit DM (definisi, tanda
kurangnya dukungan 2. Anjurkan klien mengatur pola
gejala, factor resiko, factor
sosial makan sesuai diet
penyebab)
3. Anjurkan klien rutin
2. Foot care dan empat pilar DM:
mengontrol gula darah
- edukasi
- diet
- olahraga
- obat/farmakologi
3. kolaborasi dengan pihak panti
dalam pemberian makanan pada
lansia yang memiliki diet
khusus
Nyeri kronis 1. Melakukan pengkajian nyeri 1. Anjurkan klien untuk melakuan RY
berhubungan dengan secara komprehensif termasuk pijat sendi secara berkala
faktor usia (faktor lokasi, karakteristik, durasi, 2. Anjurkan klien melakukan pijat
sendi secara berkala
fisiologis Kerusakan frekuensi, kualitas dan faktor
sendi) (00133) presipitasi.
2. Mengobservasi reaksi non
verbal dan ketidaknyamanan.
3. Memonitor vital sign
4. Menganjurkan klien untuk
meningkatkan istirahat dan tidur
5. Menjelaskan kepada klien
terkait manajemen nyeri
farmakologis dan non
farmakologis (pijat sendi, pijat
sendi, tarik nafas dalam).
Resiko kesepian 1. Melakukan art therapy yang disukai 1. Anjurkan klien melakukan art RY
pasien therapy secara mandiri minimal
2. Mengajak pasien untuk membangun satu minggu 1 kali
komunikasi 2. Anjurkan klien berbincang
3. Mengajarkan modifikasi perilaku dengan lansia lain
4. Memotivasi untuk meningkatkan 3. Motivasi klien untuk melakukan
koping kegiatan yang disuka
BAB IV
PEMBAHASAN
Tingkat GDS
530
520
510
500
490
GDS Pre intervensi GDS Post intervensi
Tingkat GDS
Skala Nyeri
C. Resiko kesepian
Resiko kesepian didapatkan ketika dilakukan pengkajian pada
tanggal 22 Februari 2017. Hasil pengkajian didapatkan klien yang tidak bisa
melihat menjadi enggan untuk berkomunikasi dengan orang lain, minimnya
memulai komunikasi dengan lansia lain, skor UCLA 48, tidak adanya
koping yang efektif membuat munculnya diagnose keperawatan resiko
kesepian. salah satu intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut dengan melakukan terapi kesenian (art therapy). Pelaksanaan
intervensi dilakukan selama 7 hari untuk mengurangi tingkat kesepian yang
dialami klien. Intervensi terapi kesenian ini memiliki pengaruh dalam
menurunkan tingkat kesepian.
48
46
44
42
40
Pre intervensi Post intervensi
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Klien memiliki masalah keperawatan ketidakefektifan manajemen diri,
nyeri kronis, dan resiko kesepian
2. Masalah keperawatan ketidakefektifan manajemen diri berhubungan
dengan kurangnya dukungan sosial tidak teratasi. Akan tetapi, terdapat
penurunan GDS sebelum dan sesudah diberikan intervensi yaitu yang
sebelumnya sebesar 526 mg/dl menjadi 502 mg/dl.
3. Masalah keperawatan nyeri kronis berhubungan dengan faktor usia
(faktor fisiologis Kerusakan sendi) tidak teratasi. Akan tetapi terjadi
penurunan skala nyeri sebelum dan sesudah diberika intervensi yaitu
sebelum diberikan intervensi skala 4 menjadi skala 2 setelah diberikan
intervensi.
4. Masalah keperawatan resiko kesepian tidak teratasi. Akan tetapi
terdapat penurunan skala kesepian sebelum dan sesudah dilakukannya
intervensi yaitu sebelum diberikan intervensi 49 (kategori rendah)
menjadi 43 (kategori rendah).
B. Saran
1. Bagi lansia
lansia diharapkan dapat melakukan secara mandiri terapi-terapi yang
telah diajarkan secara terus menerus
2. Bagi mahasiswa praktik selanjutnya
Mahasiswa yang sedang praktik selanjutnya diharapkan dapat
mengidentifikasi masalah keperawatan yang dialami oleh klien dan
dapat memberikan intervensi yang tepat kepada klien. Mahasiswa juga
diharapkan dapat memfasilitasi lansia yang ada di Panti Wredha dengan
mengadakan kegiatan-kegiatan di panti
3. Bagi pengasuh panti wredha
Pengasuh panti wredha diharapkan dapat membedakan jenis makanan
yang diberikan kepada klien dengan diet khusus seperti klien dengan
DM. pengasuh juga diharapkan dapat lebih tanggap dalam memberikan
pelayanan kepada lansia di panti wredha
4. Pengurus panti wredha
Pengurus panti wredha diharapkan dapat meningkatkan fasilitas-
fasilitas kesehatan yang tersedia di panti wredha. Pengurus juga
diharapkan dapat melakukan advokasi kepada puskesmas terdekat untuk
rutin melakukan posyandu lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Cutler, David. 2012. Tackling Loneliness in Older Age – The Role of the Age.
Campaign to End Loneliness Connection in Older Age. Baring Foundation
Dewi, Sofia Rhosma. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Ed.1. Yogyakarta:
Deepublish.
Kartinah. Sudaryanto, Agus. 2008. Masalah Psikososial pada Lanjut Usia. Berita
Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697. Vol 1 no 1Juni 2008 93-96
Kemenkes RI. 2013. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI:
Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. ISSN 2088-270X. Jakarta
Kemenkes RI. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI 2014. 2014. p.
2.
Kisworo,bambang.2008.Nyeri-Sendi Akibat Rematik. Tersedia
http://www.suaramerdeka.com
Nur’arif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta :
Mediaction
Rokim. 2009. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. AR-Ruzz Media :
Yogyakarta.
Ruben dkk. 2016. Pengaruh Senam Kaki Diabetes terhadap Perubahan Kadar Gula
Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas
Enemawira. eJournal Keperawatan (eKp) Volume 4 Nomer 1 Mei 2016
Tamher & Noorkasiani. 2011. Kesehatan Usia Lanjut dengan pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika