Anda di halaman 1dari 97

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keberhasilan pembangunan suatu negara dapat dilihat dari taraf hidup
dan peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) atau Angka Harapan Hidup
(AHH). Namun disisi lain, peningkatan UHH ini dalap mengakibatkan
terjadinya transisi epidemiologi dalam bidang kesehatan akibat peningkatan
angka kesakitan karena penyakit degeratif. Perubahan demografi ini disebabkan
oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan menurunnya angka
kematian serta menurunnya angka kelahiran (Kemenkes, 2013).
Lansia atau lanjut usia adalah tahap dimana seseorang mengalami
penurunan fungsi fisiologis tubuh akibat proses degeneratif (penuaan) seperti
kulit yang keriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan otot, daya lihat,
daya dengar, kemampuan berbagai rasa (senses), dan penurunan fungsi berbagai
organ termasuk apa yang terjadi terhadap fungsi homeostatis glukosa, sehingga
lansia rentan terkena penyakit degeneratif dan nondegeneratif (Suviani, 2014).
Lansia merupakan seorang dewasa sehat yang mengalami proses perubahan
menjadi seorang yang lemah dan rentan yang diakibatkan karena berkurangnya
sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan
terhadap berbagai penyakit dan kematian (Efendi,2013). Lanjut usia (lansia)
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan
(Azizah,2011). Salah satu penyakit degeneratif yang sering muncul pada lansia
yaitu Diabetes Melitus (DM).
Beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa lansia
adalah tahap lanjut yang mengalami perubahan menjadi lemah dan rentan akibat
proses degenerative yang mengakibatkan menurunnya kemampuan-
kemampuan tubuh yang menyebabkan mudahnya lansia terkena penyakit.
Lansia memiliki masalah kesehatan yang umum, baik secara fisik
maupun secara psikologis. Masalah kesehatan yang banyak dialami oleh lansia
saat ini adalah Diabetes Mellitus dan nyeri sendi, sedangkan masalah psikologis
yang muncul pada lansia, terutama lansia yang tinggal di panti wredha, adalah
masalah kesepian.
Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolik menahun yang
diakibatkan pankreas yang tidak dapat memproduksi insulin yang cukup atau
tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif. Insulin merupakan salah
satu hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah yang dapat
mengakibatkan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (Kemenkes RI,
2014). Diabetes Mellitus pada geriatri terjadi karena timbulnya resistensi
insulin pada usia lanjut yang disebabkan oleh 4 faktor : pertama adanya
perubahan komposisi tubuh, turunnya aktivitas fisik, perubahan pola makan
pada usia lanjut yang disebabkan oleh berkurangnya gigi, dan perubahan
neurohormonal, khususnya Insulin Like Growth Factor-1 (IGF-1) dan
dehydroepandrosteron (DHtAS) plasma (Tamher,2011).
DM merupakan penyakit yang memiliki komplikasi terbanyak. Hal ini
berkaitan dengan kadar gula darah yang terus meningkat, sehingga
mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah, saraf, dan struktur internal
lainnya. Salah satu komplikasi yang paling sering muncul pada pasien dengan
DM adalah retinopati dan kaki diabetes. Kaki diabetes disebabkan oleh kurang
lancarnya peredaran darah ke daerah kaki yang menyebabkan kaki yang kebas,
kesemutan, dan kaku (Tamher,2011). Sirkulasi darah yang tidak lancar kadang
tidak diindahkan oleh para penderita DM karena dianggap tidak mengganggu
aktivitas, akan tetapi jika hal ini terus dibiarkan akan lebih memperparah
sirkulasi darah ke perifer (Rusandi dkk, 2016).
Nyeri sendi adalah penyakit yang ditandai serangan mendadak dan
berulang dari artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal,
yang terkumpul di dalam sendi yang diakibatkan oleh tingginya kadar asam urat
di dalam darah (hiperurisemia) (Rokim, 2009). Nyeri sendi merupakan kasus
panjang yang sangat sering diujikan. Biasanya terdapat banyak tanda-tanda
fisik. Insiden puncak dari nyeri sendi terjadi pada umur dekade ke empat, dan
penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki-laki (Akhtyo,
2009). Dampak yang dapat ditimbulkan dapat mengancam jiwa penderitanya
atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan. Hal tersebut dapat berdampak
lebih jauh menjadi keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan
tidur (Kisworo, 2008).
Masalah psikologis yang biasa muncul pada lansia adalah kesepian.
Kesepian adalah kegelisahan subyektid yang dirasakan dikarenakan
ketidakdekatan hubungan yang dimiliki oleh seseorang. Dampak psikologis
pada lansia memiki dampak yang lebih besar dibandingkan dengan usia mudia
dikarenakan kemampuan penyesuaian diri dan sosial lansia yang lebih sulit. Hal
tersebut dapat menyebabkan lansia merasa rendah diri dan merasa marah akan
keadaannya (Hurlock (1996) dalam Setiawan (2013)).
Ny. S di panti wredha Harapan Ibu wisma mawar dikaji pada tanggal 28
dan 28 November 2017. Hasil pengkajiannya adalah. Ny. S mengalami ketidak
efektifan manajemen diri karena kadar gula darah Ny. S sebesar 420 mg/dl yang
tidak diikuti oleh perilaku yang adaptif terhadap DM yang dimiliki. Selain itu
pihak panti wredha yang tidak membedakan jenis makanan dan porsi makanan
pada lansia yang memiliki diet khusus berperan cukup besar.
Hasil pengkajian lainnya, Ny. S merasakan nyeri pada lututnya sejak 7
bulan yang lalu ketika akan diangkat, hendak berdiri dan berjalan. Klien merasa
skala nyeri 4/10 dengan frekuensi hilang timbul. Sedangkan untuk masalah
psikologisnya, klien yang tidak memiliki inisiatif dalam berkomunikasi dengan
yang lainnya serta penglihatannya yang bermasalah memiliki peran penting
dalam munculnya masalah resiko kesepian.
Pengkajian yang dilakukan diatas dapat memunculkan masalah
keperawatan yakni ketidakefektifan manajemen diri berhubungan dengan
kurang dukungan sosial, nyeri kronis berhubungan dengan factor fisiologis, dan
resiko kesepian.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Keperawatan pada lansia pada Ny. S dengan masalah
keperawatan ketidakefektifan manajemen diri, nyeri kronis, dan resiko
kesepian.
2. Tujuan Khusus
Sasaran yang ingin dicapai penulis saat menyusun karya tulis ilmiah ini
adalah :
a. Melakukan pengkajian pada Ny. S dengan masalah keperawatan
ketidakefektifan manajemen diri, nyeri kronis, dan resiko kesepian.
b. Mendiagnosa masalah keperawatan pada Ny. S Melakukan pengkajian
pada Ny. S dengan masalah keperawatan ketidakefektifan manajemen
diri, nyeri kronis, dan resiko kesepian.
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada pada Ny. S Melakukan
pengkajian pada Ny. S dengan masalah keperawatan ketidakefektifan
manajemen diri, nyeri kronis, dan resiko kesepian.
d. Memberikan implementasi keperawatan pada pada Ny. S Melakukan
pengkajian pada Ny. S dengan masalah keperawatan ketidakefektifan
manajemen diri, nyeri kronis, dan resiko kesepian.
e. Mengevaluasi atas tindakan keperawatan yang dilakukan pada pada
Ny. S Melakukan pengkajian pada Ny. S dengan masalah keperawatan
ketidakefektifan manajemen diri, nyeri kronis, dan resiko kesepian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. LANSIA
1. Pengertian
Word Health Organization menyebut penduduk lansia adalah yang
berumur 60 tahun ke atas (Dewi,2014). Departemen Kesehatan RI
menyebutkan bahwa lansia adalah seorang laki-laki atau perempuan yang
berusia 60 tahun atau yang berkemampuan (potensial) maupun tidak lagi
berperan secara aktif dalam pembangunan (Depkes RI, 2008).
2. Klasifikasi
Klasifikasi Word Health Organization lansia (elderly) yang berusia
60-74 tahun, lansia tua (old) yang berusia 75-89 tahun, dan lansia sangat
tua (very old) yang berusia di atas 90 tahun (Dewi,2014).
3. Perubahan Fisik Lansia
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia menurut (Dewi,2014) adalah
sebagai berikut:
a. Sistem kardiovaskuler : kekuatan otot jantung menurun, katup jantung
menebal, kelistrikan jantung kurang efektif
b. Sistem muskuloskeletal : penurunan masa tulang, kartilago menipis
sehingga sendi menjadi kaku, masa otot berkurang.
c. Sistem integumen : elastisitas kulit menurun, kulit menipis.
d. Sistem urinaria : penurunan kapasitas kandung kemih, sering kencing.
4. Perubahan psikologis yang terjadi pada lansia (Kartinah, 2008)
a. Rasa tabu dan malu bila mempertahankan kehidupan seksual
b. Sikap keluarga yang tidak mendukung
c. Kelelahan dan kebosanan
d. Pasangan hidup yang telah meninggal
e. Kesepian
B. KETIDAKEFEKTIFAN MANAJEMEN DIRI
1. Pengertian
Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Diri adalah pola
pengaturan dan pengintegrasian ke dalam kebiasaan terapeutik hidup sehari-
hari untuk pengobatan penyakit dan sekuelanya yang tidak memuaskan
untuk memenuhi tujuan kesehatan spesifik (Herdman & Shigemi, 2015).
2. Intervensi
Health Education
Motivasi klien dalam peningkatan kesadaran diri akan diabetes mellitus:
a) Penyakit DM (komplikasi, diet khusus DM, farmakologi)
b) Foot care dan olahraga senam kaki
c) Pengenalan dan penanganan kondisi Hiperglikemi dan Hipoglikemi
d) Kolaborasi dengan pihak panti dalam pemberian makanan pada
lansia yang mempunyai masalah kesehatan khusus.

C. NYERI KRONIS
Nyeri kronis merupakan pengalaman sensorik dan emosional tidak
menyenangka dengan kerusakan jaringan actual atau potensial, atau
digambarkan sebagai suatu kerusakan (International Association for the study
of Pain, awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga
berat, terjadi konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung lebih dari tiga (>3) bulan (Herdman & Shigemi,
2015).
Intervensi (NIC) (Nurarif & Hardhi, 2015)
1. Pain Management
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor predisposisi.
b. Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon klien
e. Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
f. kurangi faktor presipitasi nyeri
g. pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan
inter personil)
h. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
i. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
j. Berikan analgesic untuk mengurangi nyeri
k. Evaluasi ketidakefetifan kontrol nyeri
l. Tingkatkan istirahat

2. Analgesic Administration
a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
b. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama
kali

D. RESIKO KESEPIAN
Kesepian adalah perasaan kehilangan dan ketidakpuasan karena
ketidaksesuaian antara hubungan sosial yang diinginkan dengan hubungan
sosial yang dimiliki. Kesepian dapat berupa emosi negative seperti depresi,
kecemasan, ketidakbahagiaan, ketidakpuasan, menyalahkan diri sendiri
(Anderson (1994) dalam Kartinah (2008)).
Factor yang mempengaruhi kesepian (Kartinah, 2008):
a. Usia
b. Status kesepian
c. Gender
d. Status sosial ekonomi
e. Pengkajian yang dilakukan untu mengkaji kesepian menggunakan UCLA
Loneliness Scale
No Pertanyaan Tidak Jarang Kadang Selalu
Pernah

1 Apakah anda pernah merasa


cocok dengan orang-orang
disekitar anda?
2 Apakah anda pernah merasa
tidak / kurang memiliki teman?
3 Apakah anda pernah merasa
tidak ada seorang pun yang dapat
diandalkan / anda mintai tolong?
4 Apakah anda pernah merasa
sendiri?
5 Apakah anda pernah merasa
menjadi bagian dari kelompok
teman-teman anda?
6 Apakah anda merasa bahwa anda
memiliki banyak persamaan
dengan orang-orang di sekitar
anda?
7 Apakah anda pernah merasa
bahwa anda tidak dekat dengan
siapapun?
8 Apakah anda pernah merasa
bahwa minat dan ide anda tidak
dibagikan dengan orang-orang di
sekitar anda?
9 Apakah anda pernah merasa
ramah / mudah bergaul dan
bersahabat?
10 Apakah anda pernah merasa
dekat dengan orang lain?
11 Apakah anda pernah merasa
ditinggalkan?
12 Apakah anda pernah merasa
hubungan anda dengan orang
lain tidak berarti?
13 Apakah anda pernah merasa tak
satupun orang mengerti anda
dengan baik?
14 Apakah anda pernah merasa
terasing dari orang lain?
15 Apakah anda dapat menemukan
teman / persahabatan ketika anda
menginginkannya?

16 Apakah anda merasa bahwa ada


seseorang yang benar-benar
dapat mengerti anda?
17 Apakah anda pernah merasa
malu?
18 Apakah anda pernah merasa
bahwa orang-orang banyak di
sekitar anda, tetapi tidak bersama
Anda?
19 Apakah anda merasa bahwa ada
orang yang dapat anda ajak
bicara (ngobrol) ?
20 Apakah anda merasa bahwa ada
orang yang dapat anda andalkan
/ dimintai tolong?
Keterangan :
Tidak kesepian : 20-34
Kesepian rendah : 35-49
Kesepian sedang : 50-64
Kesepian berat : 65-80
Intervensi
Terapi Kesenian
1. Lakukan art therapy yang disukai.
2. Lakukan TAK : art therapy
3. Ajak pasien untuk membangun hubungan
4. Motivasi untuk meningkatkan koping
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Nama lansia : Ny. S
2. Usia : 69 Tahun
3. Agama : Islam
4. Suku : Jawa
5. Jenis kelamin : Perempuan
6. Nama wisma : Mawar
7. Pendidikan : SD
8. Riwayat pekerjaan : Tidak bekerja
9. Status perkawinan : Janda
10. Pengasuh wisma : Ny. R
B. ALASAN BERADA DI PANTI

Ny. S mengatakan “Kulo teng mriki mergo mboten wonten sing


ngerumat mbak teng griyo. Kulo mboten gadah anak, suami sampun
meninggal. Kulo niku ngangkat anak e ponakan e piyambak mbak. Lah
pas sampun gede niku umah e kulo disuwun piyambake. Kulo nyuwun
setunggal kamar paling mburi niku mboten angsal mbak. Trus kulo
nderek anak angkate kulo niku teng Jakarta 10 tahun, mergo kulo
sampun sepuh, mripate mboten sumerep, kulo mboten kepenak kalih
anak kulo niku. Trus kulo nyuwun dilebetaken panti jompo mawon, kalih
anak kulo dilebetaken panti jompo 1 tahun teng Bongsari, niku mbayar
mbak, trus anak kulo di PHK, kulo melas kaleh anak kulo amargi mboten
gadah arto dadose kulo medal saking panti niku. Bibar niku kulo di
rumati mbak e kulo piyambak mbak, tapi 5 bulan kulo teng griyane
mbakke kulo, kulo disuwun golek umah dewek mbak, kulo nyuwun RT ne
mbakke kulo padosaken panti jompo gratis lah angsal teng mriki, dadose
kulo teng mriki kira-kira sampun sewulan”

(Saya disini karena tidak ada yang ngerawat di rumah mbak, saya tidak
punya anak, suami sudah meninggal. Saya itu mengangkat anak
keponakan sendiri mbak. Ketika sudah besar rumahnya diminta sama
anak saya. Saya minta kamar yang paling belakang juga tidak boleh.
Setelah itu saya diajak ke Jakarta sama anak angkat saya itu, 10 tahun
saya disana. Tapi karena saya semakin tua, mata tidak bisa melihat saya
takut merepotkan. Lalu saya minta dimasukan ke panti jompo saja,
kemudian anak saya memasukan saya ke panti jompo berbayar di
Bongsari selama 1 tahun. Setalah anak saya di PHK saya keluar dari panti
jompo itu karena kasihan sama anak saya yang harus bayar. Saya
kemudian tinggal sama kakak saya selama 5 bulan, tapi kakak saya
meminta saya untuk cari rumah lain saja. Saya minta ketua RT di daerah
kakak saya untuk cari panti jompo yang gratis dan menemukan panti
jompo ini)

C. DIMENSI BIOFISIK
1. Riwayat penyakit

Ny. S mengatakan “sikil tengen kulo niku lara mbak,mpun 2


wulanan mbak. diangkat niku sakit dadose kulo nek diangkat niku
dicekeli tapi dingge mlampah tesih saged. Sakit e pas bade ngadeg
kaleh mlampah dadose pas mlampah niku alon-alon mawon mbak.
Jarine nggih kaku sokan gringgingen, kaku ngoten” (kaki kanan
saya itu sakit mbak, sudah 2 bulanan, diangkat sakit jadi saya
pegangi kalau diangkat. Tapi untuk berjalan masih bisa. Jarinya juga
suka kesemutan, kaku gitu)

Klien merasakan nyeri dengan P (nyeri ketika Ny. S akan bangun


dari duduk, mulai berjalan, atau mengangkatnya), Q (nyeri cekot-
cekot), R (Petela dekstra), S (skala nyeri 4), T (hilang timbul).
Klien terlihat memegangi lutut sebelah kanan ketika hendak berdiri,
dan ketika mengangkat kaki kanan.

Pengkajian Nyeri:

P : Nyeri terasa ketika bangun dari duduk, mulai berjalan,


mengangkatnya

Q : Nyeri cekot-cekot

R : Patella dextra

S : Nyeri skala 4

T : Hilang timbul

2. Riwayat penyakit keluarga

Ny. S mengatakan “kulo mboten ngerti mbak bapak ibu kulo gadah
penyakit nopo, ning bojo kulo niku pernah kagungan tensi inggil
dangu trus meninggal amargi stroke. Mbak e kulo kalih mas kulo
nggih kulo mboten ngertos gadah tensi inggil kalih gula nopo
mboten ” (saya tidak tahu bapak ibu saya punya penyakit apa, tapi
suami saya pernah punya tensi tinggi dan meninggal karena stroke.
Saya juga tidak tahu apakah kakak-kakak saya punya penyakit gula
dan tensi tinggi atau tidak)

3. Riwayat pencegahan penyakit

Ny. S mengatakan “kulo unggal dinten niku mboten pernah pedot


senam mbak, mboten ngerti sing penting obah. Nggih teng kasur
mawon mbak. Kulo nggih nek dhahar niku cuma sepalih mawon.”
Saya setiap hari tidak pernah tidak senam mbak, yang penting gerak.
Senam di kasur saja mbak. Saya juga kalau makan nasinya cuma
setengah mbak)
4. Riwayat monitoring tekanan darah
No Hari/Tanggal TD

1. Senin, 20 Februari 2017 130/80 mmHg

2. Selasa, 21 Februari 2017 140/80 mmHg

3. Rabu, 22 Februari 2017 100/60 mmHg

4. Kamis, 23 Februari 2017 130/80 mmHg

5. Jum’at, 24 Februari 2017 120/80 mmHg

6. Sabtu, 25 Februari 2017 130/70 mmHg

7. Minggu, 26 Februari 2017 110/80 mmHg

8. Senin, 27 Februari 2017 120/80 mmHg

9. Selasa, 28 Februari 2017 130/70 mmHg

5. Riwayat vaksinasi

Ny. S mengatakan “sampun dangu mboten divaksin mbak, nggih pas


cilik niku divaksin.” (sudah lama tidak divaksin mbak, ketika kecil
saja divaksinnya)

Pengurus panti juga mengatakan “Tidak ada vaksinasi disini mbak.”

6. Skrining kesehatan yang dilakukan


Ny. S mengatakan “kulo niku mbiyen unggal wulan niku periksa
gula kolesterol kaliyan asam urat mbak, tapi bar kulo mboten saged
mersani mboten periksa malih. Teng mriki nggih diperiksa kaliyan
diparingi obat niku pas wonten sing praktek ngeten o mbak” (saya
dulu setiap bulan periksa gula, kolesterol dan asam urat mbak, tapi
sejak saya tidak bisa melihat saya tidak periksa lagi. Disini kalau
diperiksa sama dikasih obat itu pas ada yang praktik seperti ini
mbak)

Pengurus panti mengatakan, “setiap sebulan sekali dari puskesmas


kesini untuk meriksa mbah-mbahnya, mbak. Tapi biasanya kalau
ada mahasiswa yang kesini ya ndak kesini karena sudah ada
mahasiswa.”

7. Status gizi
- Berat Badan : 45 Kg
- Tinggi Badan : 149 cm
- Indeks Massa Tubuh : 45/(1,49)2= 20.27 (Normal)

8. Masalah kesehatan terkait status gizi


a. Masalah pada mulut

Ny. S mengatakan “untune kulo niki sampun goyang mbak, niki


sing andap goyang kaleh sing nduwur tengen setunggal kaleh
andap kiwo setunggal. Nggih kudu alon-alon nek maem soale
wedi copot trus getihen.” (gigi saya sudah goyang mbak, bagian
depan bawah dua, kanan atas satu kiri bawah satu. Jadi saya
pelan-pelan kalau makan karena takut copot dan berdarah)

Gigi Ny. S terlihat masih baik kondisinya, utuh, terlihat goyang


pada bagian yang ditunjuk, tidak terlihat sariawan)

b. Perubahan berat badan

Ny. S mengatakan “kulo niki tirose mundak bobote mbak,


alhamdulillah kerasan teng mriki” (sepertinya berat badan saya
naik mbak, alhamdulillah saya betah disini)

c. Masalah nutrisi
Ny. S mengatakan “kulo maem 3 kali sedinten mbak, tapi sekule
sepalih, kulo pendet segenggem. Lauke mboten mesti o mbak
kadang tempe nopo tahu kadang nggih telur, nek telur dadar
kulo teseh doyan ning telor godok niku kulo mboten purun.”
(saya makan 3 kali sehari mbak, tapi nasinya setengah, saya
ambil segenggam. Lauknya ngga mesti mbak kadang tempe atau
tahu, telur dadar saya masih suka tapi kalau telur rebus saya
tidak mau)

Ny. S terlihat makan bubur kacang hijau dan donat yang


diberikan oleh tamu di panti. Terlihat pula gelas yang berisi the
hangat.

9. Masalah kesehatan yang dialami saat ini

Ny. S mengatakan “sikile kulo niki loh mbak sakit diangkat niku
lara. Sikile kulo niki radi kaku mbak, sok jarine gringgingen ngoten.
Nek kulo niku mbak sederenge mbak e mriki kulo kadang nyicip pipis
e kulo trus dilepeh kumur nah pas niku rasane mpun mboten manis,
niku tandane gulane sampun mboten dhuwur, lah pas minggu wingi
niku kulo cicip meleh malah asin meleh. Pripun nggih mbak kulo
niku mpun ngati-ngati dhahare kulo mbak, sekule kulo sepalih tapi
ko ya tetep inggil.” (kaki saya ini loh mbak diangkat sakit. Kakinya
kau mbak, kadang kesemutan gitu. Ketika mbak belum kesini saya
itu suka nyicip rasa BAK saya trus dibuang dan kumur, saya rasanya
itu sudah asin mbak tapi minggu kemarin saya cicip lagi kok rasanya
manis lagi. Bagaimana ya mbak saya ini sudah menjaga makan saya,
nasi saya itu setengah tapi ko tetap tinggi ya mbak)

10. Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini

Ny. S mengatakan “kulo nek minum obat nggih obat saking mriki,
mboten ngertos niku obat nopo, obat e wonten kaleh. Ning kulo
gadhah maag mbak dadose kulo gadah obat maag pas sakit niku
kulo minumi tapi pas mboten keraos nggih mboten minum” (saya
minum obat dari sini, tidak tahu obat apa tapi obatnya ada dua. Saya
kan punya maag maag mbak jadi saya sedia obat maag disini kalau
sakit saya minum obat tapi kalau tidak terasa tidak saya minum)

Ny. S terlihat meminum obat Kalsium dan B kompleks yang


dibagikan oleh pihak panti wredha.

11. Tindakan spesifik yang dilakukan saat ini

Ny. S mengatakan “alhamdulillah mbak, teng mriki kulo mboten


nate sakit nopo pripun. Teng mriki kerasan mbak. Tapi nek misale
wonten nopo-nopo kulo matur Bu Kani. Nek sikile sakit ngoten nggih
kulo mboten paringi nopo-nopo, kulo pijeti piyambak mawon”
(alhamdulillah mbak, disini saya tidak pernah sakit atau bagaimana,
disini saya betah. Tapi kalau misal ada apa-apa saya bilang Bu Kani.
Kalau kaki sakit begini tidak saya kasih apa-apa, saya pijat sendiri
saja)

12. Status fungsional (AKS)


Aktivitas sehari- Penilaian Keterangan
hari
Mobilisasi Tergantung Ny. S berjalan
dengan tongkat
agar tidak
tertabrak barang
disekitarnya

Berpakaian Mandiri Ny. S dapat


berganti pakaian
dengan mandiri
tanpa bantuan
Makan dan minum Mandiri Ny. S dapat makan
dan minum
mandiri tanpa
bantuan

Toileting Mandiri Ny. S dapat BAK


dan BAB secara
mandiri di kamar
mandi

Mandi Mandiri Ny. S dapat mandi


dengan mandiri

Personal hygiene Mandiri Ny. S dapat


menahan BAK dan
BAB, namun
kadang
mengompol ketika
menuju ke toilet

Berdasarkan indek KATS, Ny. S dalam kategori ketergantungan


mandiri (KATZ B).

13. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari


a. Mobilisasi

Ny. S mengatakan “kulo niki mboten ketingal mbak, dadose


nggih ngagem tongkat niku kangge mlampah. Kulo niku pas
teng Jakarta pernah jatuh 10 kali mungkin mbak. Trus dengkule
niku abuh gede ngoten trus bengkak sampe sakniki kadang
sakit” (Saya tidak bisa melihat , mbak. Jadi saya pake tongkat
itu untuk jalan)

1) Berg Balance Scale


No
Data Keterangan Skor

1. Berdiri dari 4 : dapat berdiri tanpa bantuan 3


posisi duduk 3 : dapat berdiri dengan berpegangan
tangan
2 : dapat berdiri dengan berpegangan
tangan dengan beberapa kali
percobaan
1 : membutuhkan alat minimal untuk
berdiri atau menstabilkannya
0 : membutuhkan alat moderat hingga
maksimal untuk berdiri
2. Berdiri tanpa 4 : berdiri stabil 2 menit 4
bantuan 3 : berdiri 2 menit dengan supervisi
2 : berdiri 30 detik tanpa dibantu
1 : membutuhkan beberapa percobaan
untuk berdiri 30 detik tanpa dibantu
0 : tidak bisa berdiri 30 detik tanpa dibantu
3. Duduk tanpa 4 : dapat duduk stabil dan aman selama 2 4
bersandar menit
dengan kaki 3 : dapat duduk 2 menit dibawah supervise
bertumpu ke 2 : dapat duduk selama 30 detik
lantai 1 : dapat duduk 10 detik
0 : tidak dapat duduk tanpa bantu bantuan
selama 10 detik
4. Duduk dari 4 : dapat duduk dengan bantuan tangan 4
posisi berdiri yang minimal
3 : duduk dengan bertumpu dengan tangan
2 : menggunakan punggung kaki ketika
penurunan hendak duduk
1 : dapat duduk sendiri tapi dengan gerakan
turun yang tidak terkontrol
0 : butuh bantuan untuk duduk
5. Berpindah 4 : dapat berpindah dengan penggunaan 2
tempat tangan minimal
3 : dapat berpindah tangan dengan bantuan
tangan
2 : dapat berpindah dengan aba-aba verbal
dan/atau supervise
1 : butuh 1 untuk berpindah
0 : butuh 2 orang untuk membantu
berpindah
6. Berdiri tanpa 4 : dapat berdiri 10 detik 4
bantuan 3 : dapat berdiri 10 detik dengan supervisi
dengan mata 2 : dapat berdiri 3 detik
tertutup 1 : tidak dapat bediri selama 3 detik dengan
mata tertutup tapi dapat berdiri
dengan stabil dana man
0 : butuh bantuan untuk menjaga dari jatuh
7. Berdiri tanpa 4 : dapat merapatkan kaki tanpa bantuan 4
bantuan dan dapat berdiri 1 menit dengan
dengan kaki stabil
dirapatkan 3 : dapat merapatkan kaki tanpa bantuan
dan dapat berdiri 1 menit dengan
supervisi
2 : dapat merapatkan kaki tanpa bantuan
dan tidak dapat berdiri selama 30
detik
1 : butuh bantuan untuk merapatkan kaki
dan dapat berdiri dengan kaki rapat
15 detik
0 : butuh bantuan untuk merapatkan kaki
dan tidak dapat berdiri selama 15
detik
8. Menjangkau 4 : dapat menjangkau sejauh 25 cm 1
kayu/ 3 : dapat menjangkau sejauh 12 cm
sedotan 2 : dapat menjangkau sejauh 5 cm
dengan 1 : menjangkau tapi butuh supervisi
tangan lurus 0 : kehilangan keseimbangan ketika
ke depan mencoba/membutuhkan bantuan
pada posisi eksternal
berdiri
9. Mengambil 4 : dapat mengambil sandal/sepatu dengan 4
barang di baik dan mudah
lantai dari 3 : dapat mengambil sandal tapi butuh
posisi berdiri supervise
2 : tidak dapat menjangkau tapi
menjangkau 2-5 cm dari sandal dan
keseimbangan bagus
1 : tidak dapat menjangkau dan butuh
supervisi ketika mencoba
0 : tidak dapat mencoba/butuh bantuan
agar tidak kehilangan keseimbangan
10. Menengok ke 4 : menengok ke kanan dan ke kiri dan 4
belakang tumpuan badan baik
melewati 3 : menengok hanya ke kanan atau ke kiri
bahu kiri dan saja, tumpuannya kurang
kanan ketika 2 : menengok ke samping saja tapi tetap
berdiri seimbang
1 : butuh supervisi ketika menengok
0 : butuh bantuan untuk menjaga
keseimbangan atau jatuh
11. Berputar 360 4 : dapat berputar 360 derajat dalam 4 detik 4
derajat atau kurang
3 : dapat berputar 360 derajat satu sisi
dalam 4 detik atau kurang
2 : dapat berputar 360 derajat secara
perlahan
1 : butuh supervisi dalam jarak dekat atau
aba-aba verbal
0 : butuh bantuan ketika berbalik
12. Menempatka 4 : dapat berdiri sendiri dan stabil dan 1
n kaki menyelesaikan 8 langkah dalam 20
bergantian detik
pada anak 3 : dapat berdiri sendiri sendiri dan
tangga/ menyelesaikan 8 langkah lebih dari 8
bangku kecil langkah
ketika berdiri 2 : dapat menyelesaikan 4 langkah tanpa
alat tapi dengan supervise
1 : dapat menyelesaikan lebih dari 2
langkah dan membutuhkan bantuan
minimal
0 : butuh bantuan agar tidak jatuh atau
tidak bisa mencoba
13. Berdiri 4 : dapat menempatkan salah satu tumit 3
dengan satu kaki di depan kaki yang lainnya
kaki di depan tanpa dibantu dan dapat menahan 30
kaki lain detik
3 : dapat menempatkan salah satu kaki
depan di depan kakinya yang lain
tanpa dibantu dan menahannya 30
detik
2 : dapat mengambil langkah kecil tanpa
dibantu dan menahannya 30 detik
1 : butuh bantuan untuk melangkah tapi
dapat menahan 15 detik
0 : kehilangan keseimbangan ketika
melangkah atau berdiri
14. Berdiri 4 : dapat mengangkat kaki mandiri dan 3
dengan satu menahannya lebih dari 10 detik
kaki 3 : dapat mengangkat kaki mandiri dan
menahannya 5-10 detik
2 : dapat mengangkat kaki mandiri dan
menahannya 3 detik
1 : dapat mengangkat kaki tapi tidak dapat
menahan selama 3 detik tapi masih
dapat berdiri secara mandiri
0 : tidak dapat mencoba, butuh bantuan
untuk me
Total 45
Keterangan :
0-20 resiko tinggi jatuh/keseimbangan buruk
21-40 resiko jatuh medium/ keseimbangan cukup
41-56 resiko jatuh minim/keseimbangan baik
Hasil pengkajian Berg Balance Scale didapatkan bahwa Ny.
S bernilai 45 (resiko jatuh minum)
2) Morse Fall Scale
No. Pengkajian Skala NIlai

1. Riwayat jatuh : apakah lansia pernah Tidak 0 0


jatuh dalam tiga bulan terakhir? Ya 25
2. Diagnosa sekunder : apakah lansia Tidak 0 15
memiliki lebih dari satu penyakit? Ya 15
3. Alat bantu jalan: 0 15
- Bed rest/ dibantu perawat
- Kruk/ tongkat/ walker 15
- Berpegangan pada benda-benda 30
disekitar (kursi, lemari, meja)
4. Terapi intravena : apakah saat ini lansia Tidak 0 0
terpasang infuse? Ya 20

5. Gaya berjalan / cara berpindah : 0 0


- Normal/bed 20rest/immobile
(tidak dapat bergerak sendiri)
- Lemah (tidak bertenaga) 10
- Gangguan atau tidak normal 20
(pincang/diseret)
6. Status mental : 0 0
- Lansia menyadari kondisi dirinya
- Lansia mengalami keterbatasan 15
daya ingat
Total 30

Keterangan Keterangan :
Tidak ada resiko :0-24
Resiko rendah : 25-50
Resiko tinggi : >51
Ny. S memiliki resiko rendah jatuh
b. Berpakaian

Ny. S mengatakan “kulo ngagem pakaian piyambak mbak, kulo


unggal dinten gantos raosan, malahan kulo niku menawi bade
sholat gantos rumiyin mbak .” (saya pakai baju sendiri mbak,
saya setiap hari ganti baju, kalau mau sholat juga saya ganti
baju)

c. Makan dan minum

Ny. S mengatakan “kulo dahar piyambak mbak. Kulo mboten


saget ningali tapi kulo tesih saged dahar piyambak mbak.
Biasane dahar teng kasur mriki.” (saya makan sendiri mbak,
saya tidak bisa melihat tapi saya masih bisa makan sendiri. Saya
makan di kasur ini)

d. Toileting

Ny. S mengatakan “kulo mlampah piyambak teng kamar mandi,


pipis nopo BAB ngoten teng kamar mandi. Nggih grayang-
grayang mbak. Ning bengi kulo mboten wani teng kamar mandi,
biasane kulo pipis teng wadah bekas biscuit mangke kulo tutupi
nembe dibuang enjange.” (saya jalan sendiri ke kamar mandi
mbak, BAK atau BAB saya di kamar mandi. Ya saya meraba-
raba. Tapi kalau malam saya tidak berani ke kamar mandi, saya
BAK di wadah bekas biscuit nanti saya tutup baru dibuang
besok paginya)

e. Personal hygiene

Ny. S mengatakan “kulo potongi kuku kulo mbak ben mboten


dowo dowo niku loh mbak, tapi wingi niku potongan kukune
mboten ketemu mbak dadose kulo motongi kuku ngagem silet,
dadose getehan sedanten” (saya potong kuku saya mbak biar
tidak panjang-panjang mbak, tapi kemarin alatnya tidak ketemu
jadinya saya potong kuku pakai silet jadinya berdarah semua)

Kuku kaki Ny. S terlihat dipotong terlalu pendek, bekas darah


terlihat di hampir seluruh kuku kaki Ny. S

f. Mandi
Ny. S mengatakan “kulo unggal dinten esuk sore mandi mbak,
nek mandi nggeh disikat awake kulo, disabuni, sikat gigi
ngagem odol, keramas 3 dinten sepindah ning rambute kulo
unggal dinten kulo grujuk banyu mbak.” (saya setiap pagi sore
mandi mbak, kalau mandi ya disikat badannya, disabun, sikat
gigi pakai odol, keramas 3 hari sekali tapi setiap pagi rambut
saya siram pakai air mbak)

D. DIMENSI PSIKOLOGI
1. Status kognitif
The Short Portable Mental Status Quesionnaire (SPMSQ)
Jawaban
Pertanyaan
Betul Salah

1. Tanggal berapa hari ini? √

2. Hari apakah hari ini? √

3. Apa nama tempat ini? √

4. Berapa nomer telepon rumah anda? √

5. Berapa usia anda? √

6. Kapan anda lahir? (tgl/bln/thn) √


7. Siapa nama presiden sekarang? √

8. Siapa nama presiden sebelumnya? √

9. Siapa nama ibu anda? √

10. 5 + 6 adalah? √

Berdasarkan hasil pengkajian The Short Portable Mental Status


Quesionnaire (SPMSQ) didapatkan hasil bahwa Ny. S menjawab
benar 8 sehingga Ny. S tergolong dalam gangguan kognitif baik.

2. Perubahan yang timbul terkait status kognitif

Ny. S mengatakan dirinya kadang lupa tanggal dan waktu sebuah


peristiwa sejak dirinya tidak bisa melihat. Misalnya Ny. S lupa kapan
suaminya meninggal dan kapan tepatnya dirinya menderita diabetes.

3. Dampak yang timbul terkait status kognitif

Ny. S kurang mampu mengingat kejadian jangka panjang yang


terjadi pada hidupnya, seperti kapan dibawa ke panti ini, Ny. S
sudah tidak mengingatnya.

4. Status depresi
The Geriatric Depression Scale (Yesavage & Brink, 1983)
No Pertanyaan Jawaba Jawaba Poin
n n klien
1. Apakah pada dasarnya anda puas dengan Tidak Ya 0
kehidupan anda?
2. Sudahkah anda meninggalkan aktivitas Ya Ya 0
dan minat anda?
3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda Ya Tidak 0
kosong?
4. Apakah anda sering bosan? Ya Tidak 0
5. Apakah anda mempunyai semangat setiap Tidak Ya 0
waktu?
6. Apakah anda takut sesuatu akan terjadi Ya Tidak 0
pada anda?
7. Apakah anda merasa bahagia disetiap Tidak Ya 0
waktu?
8. Apakah anda merasa jenuh? Ya Tidak 0
9. Apakah anda lebih suka tinggal dirumah Ya Ya 1
pada malam hari, daripada pergi
melakukan sesuatu yang baru?
10. Apakah anda merasa bahwa anda lebih Ya Tidak 0
banyak mengalami masalah dengan
ingatan anda daripada yang lainnya?
11. Apakah anda berfikir sangat Tidak Ya 0
menyenangkan hidup sekarang ini?
12. Apakah anda merasa tidak berguna saat Ya Tidak 0
ini?
13. Apakah anda merasa penuh berenergi saat Tidak Ya 0
ini?
14. Apakah anda saat ini sudah tidak ada Ya Tidak 0
harapan lagi?
15. Apakah anda berfikir banyak orang yang Ya Tidak 0
lebih baik dari anda?

Ket:
Nilai 1 poin untuk setiap respon yang cocok dengan jawaban ya dan
tidak setelah pertanyaan.
Berdasarkan Test Geriatric Depression Scale, Ny. S tidak
mengalami depresi dengan ditandai hasil tes yang bernilai 14.
5. Perubahan yang timbul terkait status depresi
Berdasarkan pengkajian SPMSQ yang dilakukan didapatkan bahwa
status mental Ny. S terdapat gangguan ringan.

6. Dampak yang timbul terkait status depresi

Ny. S merasa suka untuk diam saja kecuali ada yang mengajaknya
berbicara terlebih dahulu

7. Keadaan emosi
a. Anxietas
Ny. S mengatakan “Kadang kulo kepikiran kaleh lare kulo
ingkang teng Jakarta mba, soale mboten ngertos saniki kula teng
mriki dikirane kula takseh kaleh mbakyu kulo. Wedine anake
kulo niku madosi kulo. Kulo nggih kepikiran, kulo kan sampun
mboten saged mirsani 2 tahun mbak, kulo pengin mirsani maleh
mbak tapi pas wingi wonten operasi katarak gratis kulo mboten
saged nderek mergone gulane kulo inggil” (kadang saya
kepikiran anak saya yang di Jakarta mbak, karena dia tidak tahu
saya sekarang ada disini dia pikir saya masih ada di kakak saya.
Saya takut anak saya mencari saya. Saya juga kepikiran, saya
sudah tidak bisa melihat kira-kira sejak 2 tahun yang lalu, saya
ingin bisa melihat lagi tapi kemarin pas ada operasi katarak gratis
saya tidak bisa dioperasi karena gula saya tinggi)
b. Perubahan perilaku

Ny. S mengatakan dirinya tidak bisa tidur ketika malam ketika


dirinya terpikirkan anaknya.

c. Mood

Ny. S termasuk lansia yang aktif dalam kegiatan panti seperti


senam. Saat Ny. S mengatakan dirinya akan ikut ke depan kalau
ada yang mengajaknya keluar.

8. Kesepian
UCLA Loneliness Scale

No Pertanyaan Tidak Jarang Kadang Selalu


Pernah

1 Apakah anda pernah merasa √


cocok dengan orang-orang
disekitar anda?
2 Apakah anda pernah merasa √
tidak / kurang memiliki teman?
3 Apakah anda pernah merasa √
tidak ada seorang pun yang dapat
diandalkan / anda mintai tolong?
4 Apakah anda pernah merasa √
sendiri?
5 Apakah anda pernah merasa √
menjadi bagian dari kelompok
teman-teman anda?
6 Apakah anda merasa bahwa anda √
memiliki banyak persamaan
dengan orang-orang di sekitar
anda?
7 Apakah anda pernah merasa √
bahwa anda tidak dekat dengan
siapapun?
8 Apakah anda pernah merasa √
bahwa minat dan ide anda tidak
dibagikan dengan orang-orang di
sekitar anda?
9 Apakah anda pernah merasa √
ramah / mudah bergaul dan
bersahabat?
10 Apakah anda pernah merasa √
dekat dengan orang lain?
11 Apakah anda pernah merasa √
ditinggalkan?
12 Apakah anda pernah merasa √
hubungan anda dengan orang
lain tidak berarti?
13 Apakah anda pernah merasa tak √
satupun orang mengerti anda
dengan baik?
14 Apakah anda pernah merasa √
terasing dari orang lain?
15 Apakah anda dapat menemukan √
teman / persahabatan ketika anda
menginginkannya?

16 Apakah anda merasa bahwa ada √


seseorang yang benar-benar
dapat mengerti anda?
17 Apakah anda pernah merasa √
malu?
18 Apakah anda pernah merasa √
bahwa orang-orang banyak di
sekitar anda, tetapi tidak bersama
Anda?
19 Apakah anda merasa bahwa ada √
orang yang dapat anda ajak
bicara (ngobrol) ?
20 Apakah anda merasa bahwa ada √
orang yang dapat anda andalkan
/ dimintai tolong?
Keterangan :
Tidak kesepian : 20-34
Kesepian rendah : 35-49
Kesepian sedang : 50-64
Kesepian berat : 65-80
Total skor kesepian didapatkan 49 sehingga Ny. S mengalami
kesepian dengan tingkat rendah.

E. DIMENSI FISIK
1. Luas wisma

Luas tanah : 3.876 m2

Luas bangunan : 2.303 m2

2. Keadaan lingkungan di dalam wisma


a. Penerangan
Wisma Mawar memiliki 6 buah lampu yang masing-masing 20
watt sehingga wisma Mawar memiliki penerangan yang baik di
seluruh bagian wisma Mawar. Pada kamar mandi terdapat 1
lampu di setiap kamar mandi. Wisma Mawar memiliki
ventilasi udara yang baik karena memiliki jendela-jendela
sejumlah 18 buah yang tersebar di wisma Mawar. Jendela
tersebut juga memiliki dampak pencahayaan yang baik pada
siang hari.
b. Kebersihan dan kerapian
Setiap pagi pengurus wisma membersihkan ruangan wisma
Mawar dengan menyapu dan mengepel lantai. Selain itu,
penghuni setiapa wisma saling mengingatkan untuk menjaga
kebersihan dan kerapihan di dalam serta diluar wisma. Setiap
minggunya juga dilakukan kerja bakti untuk membersihkan
area panti oleh para penghuni dan pengasuh sehingga
kebersihan panti terbilang cukup baik. Hanya saja terdapat bau
yang kurang sedap yang ada di wisma Mawar bagian belakang,
dan tempat wudhu.
c. Pemisahan ruangan antara pria dan wanita
Sebanyak 42 penghuni di panti, 41 orang diantaranya berjenis
kelamin perempuan, hanya terdapat 1 orang laki-laki yang
ditempatkan di area belakang panti.
d. Sirkulasi udara
Sirkulasi udara di sekitar panti terbilang baik, karena terdapat
banyak jendela yang setiap paginya dibuka sehingga sirkulasi
udara di dalam dan di luar ruangan dapat berlangsung dengan
baik.
e. Keamanan
Keamanan di sekitar panti terbilang baik karena lantai yang
tidak licin dan terdapat pegangan di sepanjang ruangan hingga
kamar mandi yang dapat digunakan oleh penghuni untuk
berjalan. Selain itu, setelah dibersihkan dan di pel lantainya oleh
pengasuh, penghuni diminta untuk tetap pada tempat tidur
masing-masing hingga lantainya menjadi kering. Penghuni yang
membutuhkan alat bantu berjalan juga disediakan alat bantu
jalan oleh pihak panti.
f. Sumber air minum
Sumber air yang digunakan adalah sumur artetis. Keadaan air
jernih, bersih, dan tidak berbau.
g. Ruang berkumpul bersama
Ruang berkumpul di panti ada di aula yang terletak di bagian
depan wisma. Aula tersebut digunakan untuk kegiatan-kegiatan
dari dalam atau luar panti. Di aula terdapat kursi-kursi dan toilet.
Keadaan aula bersih dan rapi.
3. Keadaan lingkungan di luar wisma
a. Pemanfaatan halaman
Halaman wisma yang terbilang luas cukup bersih dan rapi, di
bagian depan panti rumput rutin dipotong pendek dan disapu
oleh pihak pengasuh atau penghuni. Terdapat pohon-pohon
yang ditanam disekitaran panti yang membuat suasana panti
sejuk dan teduh ketika siang hari. Akan tetapi di bagian samping
panti rumput cukup tinggi dan terdapat tempat pembakaran
sampah yang kadang berbau kurang sedap.
b. Pembuangan air limbah
Air limbah dari panti dibuang ke sungai kecil yang ada
disamping panti.
c. Pembuangan sampah
Sampah di panti dibakar pada pagi atau sore hari.
d. Sanitasi
Sanitasi di panti cukup baik, kamar mandi cukup bersih dengan
toilet duduk, air yang cukup, dan terdapat pintu. Jarak antara
WC dan sumber air +20 m.
e. Sumber pencemaran
Terdapat sebuah proyek jalan tol yang berada tepat di depan dan
disamping panti wredha sehingga ketika siang hari jalanan
berdebu. Tempat panti jauh dari pabrik maupun keramaian
seperti pasar atau mall akan tetapi terkadang terdapat suara
bising dari truk atau alat berat yang ada di proyek jalan tol.

F. DIMENSI SOSIAL
1. Hubungan lansia dengan lansia didalam wisma
Ny. S mengatakan “ Ya beberapa ada yang saya tahu namanya, tapi
saya tidak pernah berbicara kecuali saya diajak berbicara terlebih
dahulu mbak, saya ndak mau orang lain sakit hati karena saya. Ndak
papa aku disakiti hatinya sama orang tapi saya ndak mau nyakitin
hati orang lain.”

2. Hubungan antar lansia diluar wisma

Hubungan Ny. S dengan lansia diluar wisma hanya terjalin ketika


ada kegiatan yang dilaksanakan bersama-sama di ruang pertemuan
panti seperti senam, kerja bakti dan lainnya dan ketika Ny. S diajak
berbicara terlebih dahulu.

3. Hubungan lansia dengan anggota keluarga

Ny. S mengatakan “sejak 6 bulan lalu saya masuk sini anak saya
ndak pernah kesini kecuali kemaren ada adek sepupu yang mampir
kesini.”

4. Hubungan lansia dengan pengasuh wisma

Hubungan Ny. S dengan pengasuh wisma baik, Ny. S dan pengasuh


wisma terlihat berbincang-bincang.

5. Kegiatan organisasi sosial

Hasil wawancara dengan para lansia dan pengasuh panti yaitu pada
hari senin dan jumat terdapat senam pagi pada jam 08.00 WIB
sampai 09.00 WIB. Selasa kebaktian bagi lansia yang beragama
nasrani. Rabu kegiatan kerja bakti yang diselenggarakan di panti dan
sekitarnya. Kamis acara pembinaan agama islam bagi lansia yang
beragama islam. Sabtu biasanya acara bebas, biasanya diisi dengan
kegiatan karaoke.

G. DIMENSI TINGKAH LAKU


1. Pola makan
Ny. S mengatakan, “Kula nek dhahar sedinten niku 3 kali mbak, tapi
nasine mung sepaleh nek sedanten mboten telas. Nek lauke telur
goreng niku kulo gelem mbak, lauke biasane tempe tahu ngoten niku
tapi nek telur bunder niku kulo mboten purun. Kulo mboten wonten
pantangan nopo-nopo mbak paling nggih mboten dhahar manis-
manis, tapi nek enjang niku kulo minum teh manis saking mriki
mbak. Niki marga untu kulo oglek niki kulo nek maem niku alon-alon
mbak, wedi copot. Kulo seneng dhahar jajan seng saking tamu
mbak, biasane kacang ijo, donat, nopo mawon”.

(saya makan sehari itu 3 kali mbak, nasinya setengah saja, lauknya
tahu tempe mbak, kalau lauk telur goreng saya mau tapi kalau telur
bulat saya tidak mau. Saya tidak ada pantangan makan hanya tidak
makan yang manis-manis, hanya saya minum the hangat manis yang
diberikan dari panti. Karena gigi saya goyang jadi saya kalau makan
itu pelan-pelan mbak, takut copot. Saya suka makan jajan yang
dikasih tamu, seperti kacang hijau, donat, apa saja).

Klien pada hari rabu dicek GDS dengan hasil 526 mg/dl.

2. Pola tidur

Ny. S mengatakan “kulo nek ndalu niku mboten saged tilem mbak,
biasane niku rencang-rencang nek bar magrib niku sampun podo
tilem tapi kulo mboten saged tilem ngantosan sepi. Kulo mboten
ngertos jam pinten kulo tilem tapi biasane sampun sepi banget mbak.
Pernah jam 12 niku kulo dereng tilem. Tapi nek sampun tilem nggeh
angler ngantos enjang jam 3 niku sampun melek malih mbak. Nek
siang niku nggih tilem meleh mbak, jam 12 niku kulo sarean ngoten

(saya kalau malam tidak bisa tidur mbak, biasanya itu teman-teman
saya itu habis magrib sudah siap-siap tidur tapi saya sampai sepi itu
belum bisa tidur mbak, pernah sampe jam 12 belum tidur juga. Tapi
kalau sudah tidur ya nyenyak sampai pagi. Kalau siang saya juga
tidur lagi mbak, jam 12 gitu saya istirahat).

3. Pola eliminasi

Ny. S mengatakan “kulo niku mboten saged ngampet pipis mbak,


kulo nggih tirose saged ngampet eh kok malah sampun mrembes
ngoten teng sikil mbak. Tapi nek BAB kulo saged ngampet mbak.
Nek dalu niku kulo tangi ngge pipis mbak, saged setunggal dalu niku
6-8 kali. Biasane kulo mboten wani kan mbak teng mburi biasane
kulo pipis teng wadah biscuit niki trus ditutupi ngoten ben mboten
mambu. Margine kulo wedhi mbak, nek tibo mboten wonten sing
nulungi”

(saya itu bisa nahan BAK mbak, sepertinya saya bisa nahan tapi kok
ternyata sudah ngalir di paha. Tapi kalau BAB saya bisa nahan
mbak. Kalau malam itu saya bangun untuk BAK, setiap malam bisa
6-7 kali bangun. Biasanya saya tidak berani ke kamar mandi malam
hari jadi saya BAK di tempat biscuit lalu saya tutup agar tidak bau.
Itu karena saya takut jatuh nanti tidak ada yang membantu).

4. Kebiasaan buruk lansia

Ny. S tidak memiliki kebiasaan buruk seperti merokok, memakai


obat-obatan yang terlarang, minum-minuman keras dan lainnya.

5. Pelaksanaan pengobatan

Pelaksanaan pengobatan dilakukan setiap sebulan sekali oleh pihak


puskesmas.

6. Kegiatan olahraga

Ny. S mengatakan “Disini ada senam seminggu dua kali mbak, saya
kadang ikut kalau ada yang ngajak mbak.”
7. Rekreasi

Ny. S mengatakan “rekreasi teng pundi mbak, lah kulo niki jarang
teng ngajengan o mbak, paling niku teng kasur kalehan teng kamar
mandi. Dolan teng tempate rencange teng mawar mawon kulo
mboten nate mbak, teng anggrek nggih mboten nate”

(rekreasi kemana mbak, saya saja jarang ke depan, paling di kasur


sama kamar mandi saja. Main ke tempatnya teman di ruang mawar
saja saya tidak pernah, ke ruang anggrek juga tidak pernah)

8. Pengambilan keputusan

Ny. S mengatakan “Nek keputusan kangge kulo piyambak ya


diputuske dewe, nek kangge panti ngeh pengurus panti mawon.”

(kalau keputusan untuk saya sendiri ya saya putuskan sendiri tapi


kalau untuk panti ya biar panti saja

H. DIMENSI SISTEM KESEHATAN


1. Perilaku mencari pelayanan kesehatan

Pengasuh panti mengatakan “Pelayanan kesehatan di panti bekerja


sama dengan puskesmas pembantu di wilayah sekitar.”.

2. Sistem pelayanan kesehatan


a. Fasilitas kesehatan yang tersedia
Panti wredha tidak memiliki fasilitas kesehatan yang memadai,
panti wredha hanya memiliki obat-obatan seperti obat penurun
panas, obat gatal, kalsium, dan vitamin C. Panti wredha
memiliki alat tensi meter, thermometer, pengukur GDS,
pengukur berat badan. Satu bulan sekali di panti wredha
mengadakan posyandu lansia yang bekerja sama dengan
puskesmas terdekat.
b. Jumlah tenaga kesehatan
Panti wredha tidak memiliki tenaga kesehatan yang selalu ada
di panti, akan tetapi ada pengasuh yang selalu berada di panti.

c. Tindakan pencegahan terhadap penyakit

Tidak ada pencegahan secara spesifik yang dilakukan di panti.


Makanan diberikan kepada lansia tanpa ada perbedaan termasuk
pada lansia dengan diet khusus. Akan tetapi, terdapat posyandu
lansia yang dilakukan di panti.

d. Jenis pelayanan kesehatan yang tersedia


Posyandu lansia di panti menyediakan pengukuran tekanan
darah, pemberian obat pada lansia yang sakit dan lain-lain.
e. Frekuensi kegiatan pelayanan kesehatan
Kegiatan pelayanan kesehatan secara rutin dilakukan sebulan
sekali atau ketika terdapat mahasiswa yang sedang melakukan
kegiatan praktik di panti wredha. Akan tetapi tidak ada
pemeriksaan khusus diabetes secara rutin dari pihak puskesmas.

I. PEMERIKSAAN FISIK

Hasil pemeriksaan fisik pada Ny. S

No Bagian/ Hasil Pemeriksaan Masalah


region Kep.
yang
Muncul
1. Kepala Inspeksi -
- Bentuk mesosepal
- Kepala kanan dan kiri simetris
- Kulit kepala tidak berketombe, rambut
sedikit berminyak
- Warna kulit kepala tidak pucat
- Tidak ada lesi
- Penyebaran rambut merata
- Warna rambut putih
- Rambut lurus, pendek
Palpasi
- Tidak ada edema
- Tidak ada luka dan perdarahan
- Tidak ada nyeri tekan
2. Wajah Terlihat pipi yang mulai mengendur, kelopak -
/Muka mata dan bagian bawah mata mengendur
3. Mata Inspeksi
- Konjuntiva anemis
- Mata kanan dan kiri simetris
- Sklera putih tidak ikterik
- Tidak ada lesi
- Tidak ada edema
- Pergerakan bola mata normal
- Reflex pupil terhadap cahaya normal
- Terdapat katarak
- Penyebaran bulu mata merata
- Warna kelopak mata terlihat lebih hitam
dari kulit sekitar, terlihat mengendur
- Sering mengeluarkan kotoran mata
Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan
- Tidak ada benjolan
- Mata teraba lunak
4. Telinga Inspeksi
- Telinga kanan dan kiri simetris
- Telinga bersih
- Tidak ada cairan yang keluar dari lubang
telinga
- Tidak ada serumen pada telinga dan lesi
- Pendengaran seimbang antara kanan dan
kiri
- Pendengaran masih baik
Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan
- Tidak ada edema
5. Mulut Gigi bersih
dan Gigi Mukosa bibir lembab
6. Leher Inspeksi
- Tidak ada edema
- Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid
- Tidak ada jaringan parut
- Tidak ada gangguan menelan
- Tidak ada pembesaran JVP
Palpasi
- Tidak ada masa yang teraba
- Tidak ada edema
- Tidak ada nyeri tekan
7. Dada Inspeksi
- Tidak ada retraksi dinding dada
- Tidak ada penggunaan otot bantu
pernapasan
Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan
- Tidak ada nyeri tekan pada tulang belakang
dan rusuk
- Taktil fremitus dextra lebih jelas daripada
sinistra
Perkusi
- Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi
- Terdengar bunyi vesikuler
- tidak ada ronchi basah kasar
- tidak ada wheezing
- tidak ada crackles
8. Jantung Inspeksi :
- Ictus cordis tidak tampak.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan di sekitar jantung
- Teraba ictus cordis di ICS V linea
midklavikula kiri.
Perkusi :
- Terdengar suara pekak pada area jantung.
Auskultasi :
Bunyi jantung I lebih besar dari bunyi jantung
II
9. Abdome Inspeksi :
n - Perut cembung, warna kulit kuning
langsat merata, tidak ada lesi.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan, tidak ada tahanan
pada abdomen.
Perkusi :
- Terdengar suara timpani pada seluruh
bagian abdomen.
Auskultasi :
Frekuensi bising usus 11 kali/menit
10. Ekstrem Inspeksi :
itas Atas - Ekstremitas atas berfungsi dengan baik,
tidak ada lesi turgor kulit kurang elastis
Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan
- CRT : > 2 detik
- kekuatan otot kanan 5, kiri 5
11. Ekstrem Inspeksi :
itas - Ekstremitas bawah berfungsi dengan baik
Bawah - Patela sebelah kiri terkadang terasa nyeri
- Patella kanan nyeri ketika disentuh, hendak
berjalan, dan hendak berdiri
Palpasi :
- Tidak ada edema
- CRT : > 2 detik
- kekuatan otot kanan 4, kiri 4.
II. ANALISA DATA
No Hari/Tanggal Data Fokus Diagnosa
Keperawatan
1. Selasa, 21 DS : Ketidakefektian
Februari 2017 - Kula nek dhahar sedinten niku 3 kali mbak, tapi nasine mung manajemen
10.30 WIB sepaleh nek sedanten mboten telas. Nek lauke telur goreng niku kulo kesehatan diri
gelem mbak, lauke biasane tempe tahu ngoten niku tapi nek telur pada Ny. S
bunder niku kulo mboten purun. Kulo mboten wonten pantangan berhubungan
nopo-nopo mbak paling nggih mboten dhahar manis-manis, tapi nek dengan kurang
enjang niku kulo minum teh manis saking mriki mbak. dukungan sosial
- Sikile kulo niki radi kaku mbak, sok jarine gringgingen ngoten (00078).
- Kulo niku nek dalu tangi pipis 6-7 kali
DO :
- Ny. S terlihat makan bubur kacang hijau dan donat yang diberikan
oleh tamu di panti
- Terlihat pula gelas yang berisi the hangat.
- GDS 526 mg/dl
- Klien tinggal di panti sejak 10 bulan yang lalu
- Panti wredha tidak memiliki tenaga kesehatan yang selalu ada di
panti
- Makanan diberikan kepada lansia tanpa ada perbedaan termasuk
pada lansia dengan diet khusus
- Tidak ada pemeriksaan khusus diabetes secara rutin dari pihak
puskesmas
2. Selasa, 21 DS : Nyeri kronis
Februari 2017 - sikil tengen kulo niku lara mbak, sampun 2 wulanan diangkat niku pada Ny. S
10.30 WIB sakit dadose kulo nek diangkat niku dicekeli tapi dingge mlampah berhubungan
tesih saged. Sakit e pas bade ngadeg kaleh mlampah dadose pas dengan faktor
mlampah niku alon-alon mawon mbak usia (faktor
- Nek sikile sakit ngoten nggih kulo mboten paringi nopo-nopo, kulo fisiologis
pijeti piyambak mawon Kerusakan
- P : Nyeri terasa ketika bangun dari duduk, mulai berjalan, sendi) (00133)
mengangkatnya
Q : Nyeri cekot-cekot
R : Patella dextra
S : Nyeri skala 4
T : Hilang timbul
DO :
- Klien terlihat memegangi lutut sebelah kanan ketika hendak berdiri
dan ketika mengangkat kaki kanan
- Usia klien 69 tahun
- kekuatan otot kanan 4.
3. Rabu, 22 DS : Resiko kesepian
Februari 2017 - Ya beberapa ada yang saya tahu namanya, tapi saya tidak pernah (00054)
09.00 WIB berbicara kecuali saya diajak berbicara terlebih dahulu mbak, saya
ndak mau orang lain sakit hati karena saya. Ndak papa aku disakiti
hatinya sama orang tapi saya ndak mau nyakitin hati orang lain
- Hubungan Ny. S dengan lansia diluar wisma hanya terjalin ketika ada
kegiatan yang dilaksanakan bersama-sama di ruang pertemuan panti
seperti senam, kerja bakti dan lainnya
- sejak 6 bulan lalu saya masuk sini anak saya ndak pernah kesini
kecuali kemaren ada adek sepupu yang mampir kesini
- kulo sampun mboten saged mirsani 2 tahun mbak
- kulo niki jarang teng ngajengan o mbak, paling niku teng kasur
kalehan teng kamar mandi. Dolan teng tempate rencange teng mawar
mawon kulo mboten nate mbak, teng anggrek nggih mboten nate
DO :
- Usia klien 69 tahun
- Sudah tinggal di panti selama 10 bulan
- Hasil UCLA loneliness scale 49 kategori rendah
- Terdapat katarak

III. PRIORITAS MASALAH


No Dx. Prioritas Pembenaran
Keperawatan
1. Ketidakefektian High Ny. S mengatakan sudah mulai mengurangi makan, akan tetapi dilihat dari kesehariannya ia
manajemen priority masih mengkonsumsi makanan manis seperti bubur kacang ijo dan juga teh manis. Ny.S
kesehatan diri mengetahui dirinya memiliki DM tapi dirinya tidak melakukan diet yang seharusnya
pada Ny. S dilakukan oleh klien dengan DM Sehingga dapat dikatakan manajemen kesehatan diri Ny.
berhubungan S tidak efektif. Petugas kesehatan yang tidak berada di panti membuat tidak ada pengawasan
dengan kurang dalam pembuatan makanan dan diet untuk lansia yang membutuhkan diet khusus seperti
dukungan sosial lansia dengan DM.
(00078). Manajemen kesehatan diri yang tidak efektif jika terus menerus terjadi dapat menyebabkan
dampak buruk bagi klien, salah satunya peningkatan kadar gula darah yang tidak stabil dapat
menyebabkan komplikasi yang lebih banyak, seperti kaki diabetes, hiperglikemi, dll.
sehingga perlu adanya penatalaksanaan khusus dalam mengurangi masalah ini. Salah satu
yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan senam kaki diabetes. Senam kaki diabetes
adalah latihan yang dilakukan dengan tujuan melancarkan sirkulasi darah ke ekstrimitas
bawah. Senam disarankan dilakukan dengan intensitas moderat (60-70 maksimum heart
rate), durasi 30-60 menit, dengan frekuensi 3-5 kali per minggu (American Diabetes
Association, 2003 dalam Ruben, Julia & Michael, 2016).
2. Nyeri kronis Medium Ny. S mengatakan nyeri pada lutut sebelah kanan ketika akan berdiri, diangkat dan akan
pada Ny. S priority berjalan. Nyeri yang dirasakan dapat mengakibatkan aktivitas sehari-hari klien terganggu.
berhubungan Hal tersebut dapat diberikan penatalaksanaan dengan pijat sendi yang dapat mengurangi
dengan faktor nyeri pada lutut. Titik-titik pijat sendi akan memperlancar peredaran darah dan mengurangi
usia (faktor rasa nyeri yang dirasakan klien. Hal tersebut dapat berakibat pada aktivitas sehari-hari klien
fisiologis tidak terganggu.
Kerusakan sendi)
(00133)
3. Resiko Kesepian Low Ny. S mengatakan dirinya tidak berbicara dengan penghuni panti lain kecuali diajak
(00054) priority berbicara. Dirinya mengatakan tidak ingin menyakiti orang lain karena perbuatan dan
ucapannya. Ny. S juga memiliki masalah penglihatan sehingga Ny. S tidak memiliki
memiliki hiburan selama ada di panti ditambah dirinya yang enggan untuk memulai
berkomunikasi dengan penghuni panti lainnya membuat Ny. S mengalami resiko kesepian.
Masalah keperawatan resiko kesepian yang dialami oleh Ny. S ini dapat dikurangi dengan
memberikan penatalaksanaan pemberian art therapy kepada klien. Art therapy yang
dilakukan kepada klien akan memberikan kegiatan yang positif kepada klien agar klien
memiliki kegiatan selama di panti dan tidak merasa kesepian.
IV. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnose Kep. Tujuan Kode Intervensi
Umum Khusus NIC

1. Ketidakefektian Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan 5510 Health Education


manajemen tindakan keperawatan keperawatan selama 7 x 30 Motivasi klien dalam peningkatan
kesehatan diri selama 90 hari, masalah menit, dukungan sosial kesadaran diri akan diabetes mellitus:
pada Ny. S ketidakefektifan klien baik dengan kriteria 1. Penyakit DM (komplikasi, diet
berhubungan manajemen kesehatan hasil : khusus DM, farmakologi)
dengan diri dapat teratasi - Klien dapat memahami 2. Foot care dan olahraga senam kaki
kompleksitas dengan kriteria hasil : mengenai penyakit 3. Pengenalan dan penanganan
regimen - Adanya dukungan dari Diabetes Melitus dan kondisi Hiperglikemi dan
terapeutik dan pihak panti mengenai dan penanganannya. Hipoglikemi
kurang perbedaan makanan - Klien dapat 4. Kolaborasi dengan pihak panti
dukungan sosial pada lansia yang memeragakan minimal dalam pemberian makanan pada
(00078). mempunyai penyakit 7 dari 10 gerakan lansia yang mempunyai masalah
khusus. senam kaki diabetes kesehatan khusus.
- Kaki klien tidak terasa
kaku dan kesemutan
- Klien dapat mengatur
pola makan sesuai
dengan diit DM
- Klien mengalami
penurunan kadar gula
darah dari 560 menjadi
minimal 490 gr/dL
2. Nyeri kronis Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan 1400 Pain Manajement
berhubungan tindakan keperawatan keperawatan selama 7 x 30 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan faktor selama 30 hari, nyeri menit, nyeri klien dapat komprehensif termasuk lokasi,
usia (faktor klien berkurang dengan berkurang dengan kriteria karakteristik, durasi, frekuensi,
fisiologis kriteria hasil: hasil: kualitas dan faktor presipitasi.
Kerusakan - Klien merasa - Skala berkurang dari 2. Observasi reaksi non verbal dan
sendi) (00133) nyaman skala 4 menjadi 2 ketidaknyamanan.
- Ekspresi wajah tidak 3. Monitor vital sign
mengernyit ketika akan 4. Anjurkan klien untuk
berdiri dan berjalan meminimalkan gerakan
5. Berikan penjelasan mengenai terapi
farmakologis dan non farmakologis
(pijat sendi, pijat sendi dan tarik
nafas dalam).
3. Resiko Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan 4330 Terapi Kesenian
Kesepian tindakan keperawatan keperawatan selama 7 x 30 1. Lakukan art therapy yang disukai.
(00054) selama 90 hari menit diharapkan halangan 2. Lakukan TAK : art therapy
diharapkan kesepian lingkungan tidur klien 3. Ajak pasien untuk membangun
klien menurun dengan dapat teratasi dengan hubungan
kriteria hasil : kriteria hasil : 4. Motivasi untuk meningkatkan
- Klien memiliki - Klien dapat mengikuti koping
kegiatan yang dapat art therapy
dilakukan di panti - Nilai kesepian klien
wredha menurun dari 49
menjadi 40
- Klien dapat secara
mandiri dapat
melakukan art therapy
sesuai jadwal
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan manajemen diri berhubungan dengan kurang dukungan sosial
No Waktu Dx Tujuan Implementasi Evaluasi formatif
Keperawatan Umum Khusus
1 Rabu, 22 Ketidakefektian Setelah Setelah dilakukan - Memberikan S:
Februari manajemen dilakukan tindakan pendidikan Ny. S berkata, “nggih mbak
2017 kesehatan diri tindakan keperawatan kesehatan tentang kulo paham sanget nopo
09.00- pada Ny. S keperawatan selama 7 x 30 Diabetes Melitus sing dijelasaken.”
09.30 berhubungan selama 90 hari, menit, dukungan komplikasi, diet O:
WIB dengan kurang masalah khusus DM) - Klien tampak
sosial klien baik
- Memberikan mendekatkan telinga ke
dukungan ketidakefektifan dengan kriteria penjelasan perawat dan terlihat
sosial (0007). manajemen hasil : mengenai foot care mendengarkan dengan
kesehatan diri - Klien dapat dan senam kaki seksama
dapat teratasi memahami diabetes - Klien dapat
dengan kriteria mengenai - Memberikan menyebutkan kembali
hasil : penyakit penjelasan komplikasi dan diet
- Adanya Diabetes mengenai tanda DM
dukungan Melitus dan dan hipoglikemia dan - Klien dapat
dari pihak penanganannya. hiperglikemia menjelaskan kembali
panti - Klien dapat mengenai foot care dan
senam kaki diabetes
mengenai memeragakan
beserta tujuannya
perbedaan minimal 7 dari - Klien dapat
makanan 10 gerakan mendemonstrasikan 3
pada lansia senam kaki dari 10 gerakan senam
yang diabetes kaki yang diajarkan
mempunyai - Kaki klien tidak - Klien dapat
penyakit terasa kaku dan menyebutkan tanda dan
khusus. kesemutan gejala hipoglikemia
- Klien dapat dan hiperglikemia
mengatur pola A : Masalah tidak teratasi
P : Lanjutkan intervensi
makan sesuai
Health Education
dengan diit DM Motivasi klien dalam
- Klien peningkatan kesadaran
mengalami diri akan diabetes
penurunan mellitus:
kadar gula 1. Penyakit DM
darah dari 560 (komplikasi, diet
menjadi khusus DM,
minimal 490 farmakologi)
gr/dL 2. Foot care dan
olahraga senam kaki
3. Pengenalan dan
penanganan kondisi
Hiperglikemi dan
Hipoglikemi
4. Kolaborasi dengan
pihak panti dalam
pemberian makanan
pada lansia yang
mempunyai masalah
kesehatan khusus.
2 Kamis, Ketidakefektian Setelah Setelah dilakukan - Memberikan S : ‘wau enjang kulo
23 manajemen dilakukan tindakan pendidikan latian senam mbak,
Februari kesehatan diri tindakan keperawatan kesehatan DM kepenak sikile mboten
2017 pada Ny. S keperawatan selama 7 x 30 (farmakologi) radi kaku, kulo ngerti
09.00- berhubungan selama 90 hari, menit, dukungan - Mengajarkan mbak, niki kulo gadah
09.30 dengan kurang masalah sosial klien baik kaleh obat gulo, mangke
WIB senam kaki
dukungan ketidakefektifan dengan kriteria diabetes kulo unjuk’
sosial (0007) manajemen hasil : O:
kesehatan diri - Klien dapat - Klien terlihat paham
dapat teratasi memahami dan terlihat
dengan kriteria mengenai mendekatkan telinga
hasil : penyakit ke perawat ketika
Adanya Diabetes menjelaskan
dukungan dari Melitus dan dan - Klien dapat
pihak panti penanganannya. memeragakan 3 dari
mengenai - Klien dapat 10 gerakan dengan
perbedaan memeragakan urut
makanan pada minimal 7 dari - Klien terlihat
10 gerakan memperlihatkan obat
lansia yang
senam kaki diabetes yang
mempunyai diabetes dimiliki
penyakit - Kaki klien tidak A : masalah tidak teratasi
khusus. terasa kaku dan P:
kesemutan Lanjutkan intervensi
- Klien dapat Health Education
mengatur pola Motivasi klien dalam
makan sesuai peningkatan kesadaran
dengan diit DM diri akan diabetes
- Klien mellitus:
mengalami
penurunan 1. Penyakit DM
kadar gula (komplikasi, diet
darah dari 560 khusus DM,
menjadi farmakologi)
minimal 490 2. Foot care dan
gr/dL olahraga senam kaki
3. Pengenalan dan
penanganan kondisi
Hiperglikemi dan
Hipoglikemi
4. Kolaborasi dengan
pihak panti dalam
pemberian makanan
pada lansia yang
mempunyai masalah
kesehatan khusus.
3 Senin, Ketidakefektian Setelah Setelah dilakukan - Memberikan S : ‘nggih mbak, enjang
27 manajemen dilakukan tindakan penjelasan
Februari kesehatan diri
kulo senam malih, ning
tindakan keperawatan kembali mengenai
2017 pada Ny. S keperawatan selama 7 x 30 nggeh mboten apal apal
09.00- diet khusus DM
berhubungan selama 90 hari, menit, dukungan
09.30 (pengurangan mbak, wau kulo ngunjuk
dengan kurang masalah sosial klien baik
WIB makanan manis,
dukungan ketidakefektifan dengan kriteria sekedik teh manis mbak’
sosial (0007) pengurangan
manajemen hasil :
karbohidrat) O:
kesehatan diri - Klien dapat
dapat teratasi memahami - Melakukan senam - Klien terlihat
dengan kriteria mengenai diabetes
mengangguk-angguk
hasil : penyakit
Adanya Diabetes - Mengolaborasikan - Klien dapat
dukungan dari Melitus dan dan dengan pihak memeragakan 5 dari
pihak panti penanganannya. panti mengenai
mengenai - Klien dapat diet khusus lansia 10 gerakan senam
perbedaan memeragakan dengan DM kaki diabetes
makanan pada minimal 7 dari
10 gerakan - Pihak panti
lansia yang
senam kaki
mempunyai mengurangi nasi pada
diabetes
penyakit - Kaki klien tidak klien dengan DM
khusus. terasa kaku dan
A : masalah tidak teratasi
kesemutan
- Klien dapat P Lanjutkan intervensi
mengatur pola Health Education
makan sesuai Motivasi klien dalam
dengan diit DM peningkatan kesadaran
- Klien diri akan diabetes
mengalami mellitus:
penurunan 1. Penyakit DM
kadar gula (komplikasi, diet
darah dari 560 khusus DM,
farmakologi)
menjadi
2. Foot care dan
minimal 490 olahraga senam kaki
gr/dL 3. Pengenalan dan
penanganan kondisi
Hiperglikemi dan
Hipoglikemi
4. Kolaborasi dengan
pihak panti dalam
pemberian makanan
pada lansia yang
mempunyai masalah
kesehatan khusus.
4 Selasa, Ketidakefektian Setelah Setelah dilakukan - Mengajarkan S : ‘sampun rada apal
28 manajemen dilakukan tindakan senam kaki
kesehatan diri
mbak, nek esuk tak
Februari tindakan keperawatan diabetes
2017 pada Ny. S keperawatan selama 7 x 30 - Meminta pihak senam sak ingete mbak,
berhubungan selama 90 hari, menit, dukungan
09.00- panti untuk bibar diajari mbak e
dengan kurang masalah sosial klien baik
09.30 mengurangi nasi
dukungan ketidakefektifan dengan kriteria ngirangi sekul kaliyan
WIB sosial (0007) pada klien dengan
manajemen hasil :
DM dhaharan niko kulo dadi
kesehatan diri - Klien dapat
dapat teratasi memahami ngurang-ngurangi dhahar
dengan kriteria mengenai
mbak, tapi teseh minum
hasil : penyakit
Adanya Diabetes teh anget mbak’
dukungan dari Melitus dan dan
O
pihak panti penanganannya.
mengenai - Klien dapat - Terlihat gelas teh
perbedaan memeragakan
hangat
makanan pada minimal 7 dari
10 gerakan - Klien dapat
lansia yang
senam kaki
mempunyai memeragakan 4 dari
diabetes
penyakit - Kaki klien tidak 10 gerakan yang telah
khusus. terasa kaku dan
diajarkan dengan urut
kesemutan
- Klien dapat - Terlihat makanan
mengatur pola
ringan dan tidak
makan sesuai
dengan diet DM dimakan oleh klien
- Klien
A : Masalah tidak teratasi
mengalami
penurunan P:
kadar gula Lanjutkan intervensi
darah dari 560 Health Education
menjadi Motivasi klien dalam
minimal 490 peningkatan kesadaran
gr/dL diri akan diabetes
mellitus:
1. Penyakit DM
(komplikasi, diet
khusus DM,
farmakologi)
2. Foot care dan
olahraga senam kaki
3. Pengenalan dan
penanganan kondisi
Hiperglikemi dan
Hipoglikemi
Kolaborasi dengan pihak
panti dalam pemberian
makanan pada lansia
yang mempunyai
masalah kesehatan
khusus.
5 Kamis, Ketidakefektian Setelah Setelah dilakukan - Motivasi klien S : ‘kulo dari dulu nek
2 Maret manajemen dilakukan tindakan untuk melakukan
kesehatan diri
mboten minum toya teh
2017 tindakan keperawatan diet yang telah
09.00- pada Ny. S keperawatan selama 7 x 30 dianjurkan niku awane lemes mbak,
berhubungan selama 90 hari, menit, dukungan -
09.30 Melakukan senam dadose kulo minum teh
dengan kurang masalah sosial klien baik
WIB kaki diabetes
dukungan ketidakefektifan dengan kriteria terus nek enjang. Nggih
sosial (0007) manajemen hasil :
pengen gulone mboten
kesehatan diri - Klien dapat
dapat teratasi memahami inggil sanget tapi kok
dengan kriteria mengenai
lemes’
hasil : penyakit
Adanya Diabetes O:
dukungan dari Melitus dan dan
- Terlihat teh di meja
pihak panti penanganannya.
mengenai - Klien dapat klien
perbedaan memeragakan
- Klien dapat
makanan pada minimal 7 dari
10 gerakan menyebutkan dengan
lansia yang
mempunyai senam kaki benar tujuan senam
penyakit diabetes
kaki diabetes
khusus. - Kaki klien tidak
terasa kaku dan - klien tampak makan
kesemutan
setengah porsi yang
- Klien dapat
mengatur pola diberikan panti
makan sesuai
- klien dapat
dengan diit DM
- Klien menyebutkan dan
mengalami memeragakan 6 dari
penurunan
kadar gula 10 gerakan senam
darah dari 560 kaki diabetes
menjadi
A : masalah tidak teratasi
minimal 490
gr/dL P:
Lanjutkan intervensi
Health Education
Motivasi klien dalam
peningkatan kesadaran
diri akan diabetes
mellitus:
1. Penyakit DM
(komplikasi, diet
khusus DM,
farmakologi)
2. Foot care dan
olahraga senam kaki
3. Pengenalan dan
penanganan kondisi
Hiperglikemi dan
Hipoglikemi
4. Kolaborasi dengan
pihak panti dalam
pemberian makanan
pada lansia yang
mempunyai masalah
kesehatan khusus.
6 Jumat, 3 Ketidakefektian Setelah Setelah dilakukan - Memeragakan S : ‘iya mbak, sakniki
Maret manajemen dilakukan tindakan senam kaki kulo inget malih pripun
2017 kesehatan diri tindakan keperawatan diabetes carane merawat kaki,
09.00- pada Ny. S keperawatan selama 7 x 30 - Memberikan soale sampun sepuh
berhubungan selama 90 hari, menit, dukungan dadose lupa lupa ingat
09.30 penjelasan
kembali mengenai mbak hahaha’
dengan kurang masalah sosial klien baik
dukungan ketidakefektifan dengan kriteria O:
sosial (0007) foot care
manajemen hasil : - Klien terlihat
kesehatan diri - Klien dapat mengeringkan
dapat teratasi memahami kakinya dengan
dengan kriteria mengenai handuk halus
hasil : penyakit - Klien dapat
Adanya Diabetes memeragakan 4 dari
dukungan dari Melitus dan dan 10 gerakan senam
pihak panti penanganannya. kaki diabetes
mengenai A : Masalah tidak teratasi
perbedaan - Klien dapat P:
makanan pada memeragakan Lanjutkan intervensi
lansia yang minimal 7 dari Health Education
mempunyai 10 gerakan Motivasi klien dalam
senam kaki peningkatan kesadaran
penyakit
diabetes diri akan diabetes
khusus.
- Kaki klien tidak mellitus:
terasa kaku dan 1. Penyakit DM
kesemutan (komplikasi, diet
- Klien dapat khusus DM,
mengatur pola farmakologi)
makan sesuai 2. Foot care dan
dengan diit DM olahraga senam kaki
- Klien 3. Pengenalan dan
mengalami penanganan kondisi
penurunan Hiperglikemi dan
kadar gula Hipoglikemi
4. Kolaborasi dengan
darah dari 560
pihak panti dalam
menjadi pemberian makanan
minimal 490 pada lansia yang
gr/dL mempunyai masalah
kesehatan khusus.
7 Sabtu, 4 Ketidakefektian Setelah Setelah dilakukan - Melakukan senam S : ‘nggih mbak, kulo
Maret manajemen dilakukan tindakan kaki diabetes paham’
2017 kesehatan diri tindakan keperawatan - Mengajarkan O:
09.00- pada Ny. S keperawatan selama 7 x 30 kembali mengenai - Klien tampak
berhubungan selama 90 hari, menit, dukungan mengangguk-angguk
gejala
09.30 dengan kurang masalah sosial klien baik hiperglikemia dan - Klien tampak
WIB dukungan ketidakefektifan dengan kriteria hipoglikemia mendengarkan
sosial (0007) manajemen hasil : dengan seksama
kesehatan diri - Klien dapat - Klien dapat
dapat teratasi memahami memeragakan 5 dari
dengan kriteria mengenai 10 gerakan senam
hasil : penyakit kaki diabetes dengan
Adanya Diabetes urut dan benar
dukungan dari Melitus dan dan - GDS : 502 mg/dl
pihak panti penanganannya. A : masalah tidak teratasi
mengenai - Klien dapat P : Rencana tindak lanjut
perbedaan memeragakan 1. Anjurkan klien
makanan pada minimal 7 dari melakukan senam
10 gerakan kaki diabetes minimal
lansia yang
senam kaki 4 kali dalam
mempunyai diabetes seminggu
penyakit - Kaki klien tidak 2. Anjurkan klien
khusus. terasa kaku dan mengatur pola makan
kesemutan sesuai diet
- Klien dapat 3. Anjurkan klien rutin
mengatur pola mengontrol gula
makan sesuai darah
dengan diit DM
- Klien
mengalami
penurunan
kadar gula
darah dari 560
menjadi
minimal 490
gr/dL

2. Nyeri kronis berhubungan dengan pada Ny. S berhubungan dengan faktor usia (faktor fisiologis Kerusakan sendi)
(00133)
No Waktu Dx Tujuan Implementasi Evaluasi formatif
Keperawatan Umum Khusus
1 Rabu, Nyeri kronis Setelah Setelah dilakukan - Mengkaji nyeri S:
22 berhubungan dilakukan tindakan - Mengobservasi ‘P : sakit nek bade ngadeg
Februari dengan pada tindakan keperawatan respon nonverbal kaleh nek bade mlampah
2017 Ny. S keperawatan selama 7 x 30 - Memonitor tanda Q : rasane cekot-cekot
10.00- berhubungan selama 30 hari, menit, nyeri klien vital R : teng lutut tengen mbak
10.30 dengan faktor nyeri klien dapat berkurang - Menganjurkan S : 4/10 mbak
WIB usia (faktor berkurang dengan kriteria klien T : nggeh kadang sakit sokan
fisiologis dengan kriteria hasil: mengurangi mboten’
Kerusakan hasil: - Skala aktivitas O:
sendi) - Klien berkurang dari - Mengajarkan - RR : 20 kali/menit
(00133) merasa skala 4 pijat sendi - TD : 130/80 mmHg
nyaman menjadi 2 - CRT >2detik
- Ekspresi - R : 37C
wajah tidak - Terlihat mengernyit
mengernyit ketika akan bangun dari
ketika akan duduk
berdiri dan - Klien dapat
berjalan menyebutkan manfaat
pijat sendi
A : Masalah tidak teratasi
P : lanjutkan intervensi
Pain Manajement
1. Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif
2. Observasi reaksi non
verbal.
3. Monitor vital sign
4. Anjurkan klien untuk
meminimalkan gerakan
5. Berikan penjelasan
mengenai terapi
farmakologis dan non
farmakologis (pijat sendi,
pijat sendi dan tarik nafas
dalam).
2 Kamis, Nyeri kronis Setelah Setelah dilakukan - Mengkaji nyeri S:
23 berhubungan dilakukan tindakan - Mengkaji tanda ‘P : sakit nek bade ngadeg
Februari dengan pada tindakan keperawatan vital kaleh nek bade mlampah
2017 Ny. S keperawatan selama 7 x 30 - Menngobservasi Q : rasane cekot-cekot
10.00- berhubungan selama 30 hari, menit, nyeri klien non verbal R : teng lutut tengen mbak
10.30 dengan faktor nyeri klien dapat berkurang - Mengajarkan S : 4/10 mbak
WIB usia (faktor berkurang dengan kriteria terapi T : nggeh kadang sakit sokan
fisiologis hasil: mboten’
Kerusakan dengan kriteria - Skala farmakologi : O:
sendi) hasil: berkurang dari obat kalsium - RR : 21 kali/menit
(00133) - Klien skala 4 - Mengajarkan - TD : 130/80 mmHg
merasa menjadi 2 pijat sendi - CRT >2detik
nyaman - Ekspresi - R : 37C
wajah tidak - Terlihat mengernyit
mengernyit ketika akan bangun dari
ketika akan duduk
berdiri dan A : Masalah tidak teratasi
berjalan P : lanjutkan intervensi
Pain Manajement
1. Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif
2. Observasi reaksi non
verbal.
3. Monitor vital sign
4. Anjurkan klien untuk
meminimalkan gerakan

3 Senin, Nyeri kronis Setelah Setelah dilakukan - Mengkaji nyeri S:


27 berhubungan dilakukan tindakan - Mengkaji tanda ‘P : sakit nek bade ngadeg
Februari dengan pada tindakan keperawatan vital kaleh nek bade mlampah
2017 Ny. S keperawatan selama 7 x 30 - Menngobservasi Q : rasane cekot-cekot
10.00- berhubungan selama 30 hari, menit, nyeri klien non verbal R : teng lutut tengen mbak
10.30 dengan faktor nyeri klien dapat berkurang - Mengajarkan S : 4/10 mbak
WIB usia (faktor berkurang dengan kriteria terapi T : nggeh kadang sakit sokan
fisiologis hasil: mboten’
Kerusakan dengan kriteria - Skala farmakologi : O:
sendi) hasil: berkurang dari obat kalsium - RR : 20 kali/menit
(00133) - Klien skala 4 Mengajarkan pijat - TD : 120/80 mmHg
merasa menjadi 2 sendi - CRT >2detik
nyaman - Ekspresi - R : 36,5C
wajah tidak A : Masalah tidak teratasi
mengernyit P : lanjutkan intervensi
ketika akan Pain Manajement
berdiri dan 1. Lakukan pengkajian
berjalan nyeri secara
komprehensif
2. Observasi reaksi non
verbal.
3. Monitor vital sign
4. Anjurkan klien untuk
meminimalkan gerakan
5. Berikan penjelasan
mengenai terapi
farmakologis dan non
farmakologis (pijat sendi,
pijat sendi dan tarik nafas
dalam).
4 Selasa, Nyeri kronis Setelah Setelah dilakukan - Mengkaji nyeri S:
28 berhubungan dilakukan tindakan - Mengkaji tanda ‘P : sakit nek bade ngadeg
Februari dengan pada tindakan keperawatan vital kaleh nek bade mlampah
2017 Ny. S keperawatan selama 7 x 30 - Menngobservasi Q : rasane cekot-cekot
10.00- berhubungan selama 30 hari, menit, nyeri klien non verbal R : teng lutut tengen mbak
dengan faktor nyeri klien dapat berkurang S : 4/10 mbak
10.30 usia (faktor berkurang dengan kriteria - Mengajarkan T : nggeh kadang sakit sokan
WIB fisiologis dengan kriteria hasil: terapi mboten’
Kerusakan hasil: - Skala farmakologi : O:
sendi) - Klien berkurang dari obat kalsium - RR : 22 kali/menit
(00133) merasa skala 4 - TD : 130/70 mmHg
nyaman menjadi 2 - CRT >2detik
- Ekspresi Mengajarkan pijat - R : 36,5C
wajah tidak sendi - Terlihat memegangi
mengernyit lutut
ketika akan - Klien dapat
berdiri dan menyebutkan manfaat
berjalan pijat sendi
A : Masalah tidak teratasi
P : lanjutkan intervensi
Pain Manajement
1. Lakukan
pengkajian
nyeri secara
komprehensif
2. Observasi reaksi non
verbal.
3. Monitor vital sign
4. Anjurkan klien untuk
meminimalkan gerakan
5. Berikan penjelasan
mengenai terapi
farmakologis dan non
farmakologis (pijat sendi,
pijat sendi dan tarik nafas
dalam).
5 Kamis, Nyeri kronis Setelah Setelah dilakukan - Mengkaji nyeri S:
2 Maret berhubungan dilakukan tindakan - Mengkaji tanda ‘P : mpun radi mboten sakit
2017 dengan pada tindakan keperawatan vital mbak
10.00- Ny. S keperawatan selama 7 x 30 - Menngobservasi Q : rasane cekot-cekot nek
10.30 berhubungan selama 30 hari, menit, nyeri klien non verbal sakit
WIB dengan faktor nyeri klien dapat berkurang - Mengajarkan R : teng lutut tengen mbak
usia (faktor berkurang dengan kriteria terapi S : 3/10 mbak
fisiologis dengan kriteria hasil: farmakologi : T : nggeh kadang sakit sokan
Kerusakan hasil: - Skala obat kalsium mboten’
sendi) - Klien berkurang dari - Mengajarkan O:
(00133) merasa skala 4 pijat sendi - RR : 20 kali/menit
nyaman menjadi 2 - TD : 120/70 mmHg
- Ekspresi - CRT >2detik
wajah tidak - R : 36,5C
mengernyit - Terlihat memegangi
ketika akan lutut
berdiri dan A : Masalah tidak teratasi
berjalan P : lanjutkan intervensi
Pain Manajement
1. Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif
2. Observasi reaksi non
verbal.
3. Monitor vital sign
4. Anjurkan klien untuk
meminimalkan gerakan
5. Berikan penjelasan
mengenai terapi
farmakologis dan non
farmakologis (pijat sendi,
pijat sendi dan tarik nafas
dalam).
6 Jumat, 3 Nyeri kronis Setelah Setelah dilakukan - Mengkaji nyeri S:
Maret berhubungan dilakukan tindakan - Mengkaji tanda ‘P : sampun kepenak mbak
2017 dengan pada tindakan keperawatan vital Q : radi cekot-cekot
10.00- Ny. S keperawatan selama 7 x 30 - Menngobservasi R : teng lutut tengen mbak
10.30 berhubungan selama 30 hari, menit, nyeri klien non verbal S : 3/10 mbak
WIB dengan faktor nyeri klien dapat berkurang - Mengajarkan T : nggeh kadang sakit sokan
usia (faktor berkurang dengan kriteria terapi mboten’
fisiologis dengan kriteria hasil: farmakologi : O:
Kerusakan hasil: - Skala obat kalsium - RR : 20 kali/menit
sendi) - Klien berkurang dari - Mengajarkan - TD : 130/80 mmHg
(00133) merasa skala 4 pijat sendi - CRT >2detik
nyaman menjadi 2 - R : 37C
- Ekspresi A : Masalah tidak teratasi
wajah tidak P : lanjutkan intervensi
mengernyit Pain Manajement
ketika akan 1. Lakukan pengkajian
berdiri dan nyeri secara
berjalan komprehensif
2. Observasi reaksi non
verbal.
3. Monitor vital sign
4. Anjurkan klien untuk
meminimalkan gerakan
5. Berikan penjelasan
mengenai terapi
farmakologis dan non
farmakologis (pijat sendi,
pijat sendi dan tarik nafas
dalam).
7 Sabtu, 4 Nyeri kronis Setelah Setelah dilakukan - Mengkaji nyeri S:
Maret berhubungan dilakukan tindakan - Mengkaji tanda ‘P sampun penak mbak
2017 dengan pada tindakan keperawatan vital Q : rasane cekot-cekot
10.00- Ny. S keperawatan selama 7 x 30 - Menngobservasi R : teng lutut tengen mbak
10.30 berhubungan selama 30 hari, menit, nyeri klien non verbal S : 2/10 mbak
WIB dengan faktor nyeri klien dapat berkurang - Mengajarkan T : nggeh kadang sakit sokan
usia (faktor berkurang dengan kriteria terapi mboten’
fisiologis dengan kriteria hasil: farmakologi : O:
Kerusakan hasil: - Skala obat kalsium - RR : 20 kali/menit
sendi) - Klien berkurang dari - Mengajarkan - TD : 110/80 mmHg
(00133) merasa skala 4 pijat sendi - CRT >2detik
nyaman menjadi 2 - R : 36,7C
- Ekspresi - Tidak terlihat
wajah tidak mengernyit
mengernyit A : Masalah tidak teratasi
ketika akan P : rencana tindak lanjut
berdiri dan 1. Anjurkan klien untuk
berjalan melakuan pijat sendi
secara berkala
2. Anjurkan klien
melakukan pijat
sendi secara berkala

3. Resiko kesepian (00054)


No Waktu Dx Tujuan Implementasi Evaluasi formatif
Keperawatan Umum Khusus
1 Rabu, 22 Resiko Setelah Setelah dilakukan - Meningkatkan S:
Februari Kesepian dilakukan tindakan koping ‘mung mbak e sing
2017 10.00- (00054) tindakan keperawatan - Melakukan ngajak kulo gawe
10.30 WIB keperawatan selama 7 x 30 terapi kesenian : kembang, senang
selama 90 hari menit diharapkan membuat bunga mbak’
diharapkan halangan flanel O:
kesepian klien lingkungan tidur - Klien tampak
menurun klien dapat teratasi tersenyum
dengan kriteria dengan kriteria - Klien bercerita
hasil : hasil : kepada perawat
- Klien - Klien dapat
memiliki mengikuti art A : masalah tidak
kegiatan therapy teratasi
yang dapat - Nilai kesepian P : lanjutkan intervensi
dilakukan di klien menurun
panti dari 49 Terapi Kesenian
wredha menjadi 40 1. Lakukan art
- Klien dapat therapy yang
secara mandiri disukai.
dapat 2. Lakukan TAK : art
melakukan art therapy
therapy sesuai 3. Ajak pasien untuk
jadwal membangun
hubungan
4. Motivasi untuk
meningkatkan
koping
2 Kamis, 23 Resiko Setelah Setelah dilakukan - Melakukan S:
Februari Kesepian dilakukan tindakan terapi kesenian ‘kulo emang mboten
2017 10.00- (00054) tindakan keperawatan gelang mirsani mbak, tapi kulo
10.30 WIB keperawatan selama 7 x 30 - Memotivasi saged meraba
selama 90 hari menit diharapkan klien untuk bolongane’
diharapkan halangan mengobrol O:
kesepian klien lingkungan tidur - Klien tampak
menurun klien dapat teratasi tersenyum
dengan kriteria dengan kriteria - Klien tampak
hasil : hasil : mengobrol dengan
- Klien - Klien dapat Ny. M
memiliki mengikuti art
kegiatan therapy A : masalah tidak
yang dapat - Nilai kesepian teratasi
dilakukan di klien menurun P : lanjutkan intervensi
panti dari 49
wredha menjadi 40 Terapi Kesenian
- Klien dapat 1. Lakukan art
secara mandiri therapy yang
dapat disukai.
melakukan art 2. Lakukan TAK : art
therapy sesuai therapy
jadwal 3. Ajak pasien untuk
membangun
hubungan
4. Motivasi untuk
meningkatkan
koping
3 Senin, 27 Resiko Setelah Setelah dilakukan - Melakukan S:
Februari Kesepian dilakukan tindakan terapi kesenian ‘seneng mbak, mangke
2017 10.00- (00054) tindakan keperawatan membuat bunga meleh nggih, kulo niku
10.30 WIB keperawatan selama 7 x 30 - Memotivasi pengen ngrungoke
selama 90 hari menit diharapkan klien untuk radio mbak, tapi kulo
diharapkan halangan berkomunikasi wedi teng jobone’
kesepian klien lingkungan tidur dengan lansia O:
menurun klien dapat teratasi lain - Klien tampak
dengan kriteria dengan kriteria - Memotivasi tersenyum
hasil : hasil : klien untuk - Klien bercerita
- Klien - Klien dapat meningkatkan kepada perawat
memiliki mengikuti art koping - Klien
kegiatan therapy berkomunikasi
yang dapat - Nilai kesepian dengan Ny. J
dilakukan di klien menurun
panti dari 49 A : masalah tidak
wredha menjadi 40 teratasi
- Klien dapat P : lanjutkan intervensi
secara mandiri
dapat Terapi Kesenian
melakukan art 1. Lakukan art
therapy sesuai therapy yang
jadwal disukai.
2. Lakukan TAK : art
therapy
3. Ajak pasien untuk
membangun
hubungan
4. Motivasi untuk
meningkatkan
koping
4 Selasa, 28 Resiko Setelah Setelah dilakukan - Melakukan S:
Februari Kesepian dilakukan tindakan terapi kesenian ‘wau kulo ngobrol
2017 10.00- (00054) tindakan keperawatan gelang kaliyan mbah M
10.30 keperawatan selama 7 x 30 - Memotivasi O:
Resiko selama 90 hari menit diharapkan klien - Klien tampak
Kesepian diharapkan halangan berkomunikasi berbicara dengan
(00054)WIB kesepian klien lingkungan tidur dengan lansia Ny. M
menurun klien dapat teratasi lain - Klien bercerita
dengan kriteria dengan kriteria kepada perawat
hasil : hasil : - Klien tampak
- Klien - Klien dapat antusias mengikuti
memiliki mengikuti art terapi
kegiatan therapy
yang dapat - Nilai kesepian A : masalah tidak
dilakukan di klien menurun teratasi
panti dari 49 P : lanjutkan intervensi
wredha menjadi 40
- Klien dapat Terapi Kesenian
secara mandiri 1. Lakukan art
dapat therapy yang
melakukan art disukai.
therapy sesuai 2. Lakukan TAK : art
jadwal therapy
3. Ajak pasien untuk
membangun
hubungan
4. Motivasi untuk
meningkatkan
koping
5 Kamis, 2 Resiko Setelah Setelah dilakukan - Melakukan S:
Maret 2017 Kesepian dilakukan tindakan terapi kesenian ‘duh mbak mboten
10.00-10.30 (00054) tindakan keperawatan flannel bunga usah mawon’
WIB keperawatan selama 7 x 30 - Memotivasi O:
selama 90 hari menit diharapkan klien untuk - Klien menolak
diharapkan halangan berkomunikasi untuk
kesepian klien lingkungan tidur dengan lansia berkomunikasi
menurun klien dapat teratasi dari wisma dengan lansia dari
dengan kriteria dengan kriteria anggrek wisma anggrek
hasil : hasil : - Klien tampak
- Klien - Klien dapat antusias dengan
memiliki mengikuti art terapi kesenian
kegiatan therapy - Klien bercerita
yang dapat - Nilai kesepian kepada perawat
dilakukan di klien menurun
panti dari 49 A : masalah tidak
wredha menjadi 40 teratasi
- Klien dapat
secara mandiri P : lanjutkan intervensi
dapat Terapi Kesenian
melakukan art 1. Lakukan art
therapy sesuai therapy yang
jadwal disukai.
2. Lakukan TAK : art
therapy
3. Ajak pasien untuk
membangun
hubungan
4. Motivasi untuk
meningkatkan
koping
6 Jumat, 3 Resiko Setelah Setelah dilakukan - Melakukan S:
Maret 2017 Kesepian dilakukan tindakan terapi kesenian ‘seneng mbak, kaleh
10.00-10.30 (00054) tindakan keperawatan gelang rencange’
WIB keperawatan selama 7 x 30 - Memotivasi klie O:
selama 90 hari menit diharapkan untuk - Klien tampak
diharapkan halangan mendengarkan mendengarkan
kesepian klien lingkungan tidur radio di aula radio berbahasa
menurun klien dapat teratasi jawa
dengan kriteria dengan kriteria - Klien bercerita
hasil : hasil : kepada perawat
- Klien - Klien terbuka
memiliki
kegiatan - Klien dapat - Klien terlihat
yang dapat mengikuti art mengobrol dengan
dilakukan di therapy Ny. P
panti - Nilai kesepian
wredha klien menurun A : masalah tidak
dari 49 teratasi
menjadi 40 P : lanjutkan intervensi
- Klien dapat
secara mandiri Terapi Kesenian
dapat 1. Lakukan art
melakukan art therapy yang
therapy sesuai disukai.
jadwal 2. Lakukan TAK : art
therapy
3. Ajak pasien untuk
membangun
hubungan
4. Motivasi untuk
meningkatkan
koping
7 Sabtu, 4 Resiko Setelah Setelah dilakukan - Melakukan S:
Maret 2017 Kesepian dilakukan tindakan terapi ‘sampun dangu mbak
10.00-10.30 (00054) tindakan keperawatan kulo mboten mirengke
WIB keperawatan selama 7 x 30 radio, dadosen seneng’
selama 90 hari menit diharapkan O:
diharapkan halangan - Klien tampak
kesepian klien lingkungan tidur mendengarkan
menurun klien dapat teratasi
dengan kriteria dengan kriteria radio berbahasa
hasil : hasil : jawa
- Klien - Klien dapat - Klien bercerita
memiliki mengikuti art kepada perawat
kegiatan therapy - Klien terbuka
yang dapat - Nilai kesepian - Klien antusias
dilakukan di klien menurun terapi sambal
panti dari 49 mendengarkan
wredha menjadi 40 radio
- Klien dapat - Klien terlihat
secara mandiri mengobrol dengan
dapat Ny. S
melakukan art - UCLA loneliness
therapy sesuai score 43
jadwal
A : masalah tidak
teratasi
P : rencana tindak
lanjut
1. Anjurkan klien
melakukan art
therapy secara
mandiri minimal
satu minggu 1 kali
2. Anjurkan klien
berbincang dengan
lansia lain
3. Motivasi klien
untuk melakukan
kegiatan yang
disuka

VII. EVALUASI SUMATIF


No Diagnosa keperawatan Evaluasi sumatif

1 Ketidakefektian manajemen kesehatan diri S:


pada Ny. S berhubungan dengan kompleksitas
regimen terapeutik dan kurang dukungan sosial Ny. S berkata “kulo sampun paham ingkang mbak maksud, kulo sampun
(00078). mboten minum teh manis malih nek enjang, kulo nggih mung nyicip maeman
sing diparingi panti utawa tamu. Kulo unggal dinten latihan senam kaki terus
mbak, rutin, ben mboten kaku”
O:
- Klien dapat menyebutkan tujuan senam kaki
- Klien terlihat memahami mengenai penjelasan hiperglikemia dan
hipoglikemia
- Klien dapat melakukan gerakan senam kaki diabetes 5 dari 10 gerakan
secara urut dan benar
- Terlihat teh manis di meja Ny.S
- GDS :502 mg/dl
A : masalah tidak teratasi
P:
4. Anjurkan klien melakukan senam kaki diabetes minimal 4 kali dalam
seminggu
5. Anjurkan klien mengatur pola makan sesuai diet
6. Anjurkan klien rutin mengontrol gula darah
2 Nyeri kronis berhubungan dengan pada Ny. S :
S berhubungan dengan faktor usia (faktor
fisiologis Kerusakan sendi) (00133)
Ny.S berkata “alhamdulillah mbak, sampun lumayan mboten radi sakit
malih, tapi nggih tetep nek bade ngadek radi sengkring ngoten o mbak. Tapi
mpun mboten sakit banget
- P : klien mengatakan nyeri ketika akan berdiri
Q : nyeri cekot-cekot
R : patella dekstra
S : skala nyeri 2/10
T : hilang timbul”
O:
- Klien tidak terlihat mengernyit akan hendak berjalan akan tetapi masih
mengeryit ketika akan bangun dari bangun dan masih memegangi lutut
kanan
- TD 110/80 mmHg
- RR 20 kali/menit
- T 36,5C
- CRT >2 detik
A : masalah teratasi
P : berikan rencana tindak lanjut
3. Anjurkan klien untuk melakuan pijat sendi secara berkala
4. Anjurkan klien melakukan pijat sendi secara berkala
3 Resiko kesepian (00054) S:
Ny. S berkata “aku seneng mbak wonten ndamel gelang kaliyan bros niki
mbak, wonten mbak-mbake, mbah M mbah M nggih nderek”
O:
- Klien terlihat mengikuti art therapy dengan baik
- Klien terlihat antusias meskipun harus meraba-raba
- Skor UCLA loneliness scale klien menjadi 43 (kategori kesepian
sedang)
A : masalah tidak teratasi
P : berikan rencana tindak lanjut
4. Anjurkan klien melakukan art therapy secara mandiri minimal satu
minggu 1 kali
5. Anjurkan klien berbincang dengan lansia lain
6. Motivasi klien untuk melakukan kegiatan yang disuka

VIII. RENCANA TINDAK LANJUT

Nama Lansia/wisma : Ny. S/Mawar

Alamat : Semarang

Anggota Masalah keperawatan Intervensi yang telah dilakukan Rencana tindak lanjut (RTL) Paraf
wisma
Ny. S Ketidakefektifan Memberikan health education kepada 1. Anjurkan klien melakukan RY
manajemen diri klien mengenai diabetes mellitus: senam kaki diabetes minimal 4
berhubungan dengan kali dalam seminggu
1. Penyakit DM (definisi, tanda
kurangnya dukungan 2. Anjurkan klien mengatur pola
gejala, factor resiko, factor
sosial makan sesuai diet
penyebab)
3. Anjurkan klien rutin
2. Foot care dan empat pilar DM:
mengontrol gula darah
- edukasi
- diet
- olahraga
- obat/farmakologi
3. kolaborasi dengan pihak panti
dalam pemberian makanan pada
lansia yang memiliki diet
khusus
Nyeri kronis 1. Melakukan pengkajian nyeri 1. Anjurkan klien untuk melakuan RY
berhubungan dengan secara komprehensif termasuk pijat sendi secara berkala
faktor usia (faktor lokasi, karakteristik, durasi, 2. Anjurkan klien melakukan pijat
sendi secara berkala
fisiologis Kerusakan frekuensi, kualitas dan faktor
sendi) (00133) presipitasi.
2. Mengobservasi reaksi non
verbal dan ketidaknyamanan.
3. Memonitor vital sign
4. Menganjurkan klien untuk
meningkatkan istirahat dan tidur
5. Menjelaskan kepada klien
terkait manajemen nyeri
farmakologis dan non
farmakologis (pijat sendi, pijat
sendi, tarik nafas dalam).
Resiko kesepian 1. Melakukan art therapy yang disukai 1. Anjurkan klien melakukan art RY
pasien therapy secara mandiri minimal
2. Mengajak pasien untuk membangun satu minggu 1 kali
komunikasi 2. Anjurkan klien berbincang
3. Mengajarkan modifikasi perilaku dengan lansia lain
4. Memotivasi untuk meningkatkan 3. Motivasi klien untuk melakukan
koping kegiatan yang disuka
BAB IV

PEMBAHASAN

Masalah keperawatan yang dimiliki oleh Ny. S adalah ketidakefektifan


manajemen diri berhubungan dengan kurang dukungan sosial, nyeri kronis
berhubungan dengan factor fisiologis, dan resiko kesepian. Dari 3 masalah
keperawatan yang muncul, dilakukan intervensi keperawatan dilakukan kepada Ny.
S selama 7 hari yang dimulai pada tanggal 22 Februari dan berakhir pada tanggal
4 Maret 2017. Pada rentang waktu tersebut Ny.S diberikan intervensi sesuai dengan
referensi terbaru dan dilakukan evaluasi setiap harinya.

A. Ketidakefektifan manajemen diri berhubungan dengan kurang dukungan


sosial
Masalah keperawatan ketidakefektifan manajemen diri
berhubungan dengan kurang dukungan sosial diangkat berdasarkan dengan
hasil pengkajian yang dilakukan pada hari Selasa 21 Februari 2017 yang
didapatkan hasil klien yang memiliki kebiasaan polyuria sebanyak 6-7 kali
setiap malamnya, jari kaki terasa kaku dan kesemutan, dan GDS 526 mg/dl.
Selain itu terdapat data yang menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan jenis
makanan pada lansia yang memiliki diet khusus, tidak adanya anjuran atau
edukasi dari pihak panti untuk mengurangi konsumsi makanan pada lansia
dengan diet khusus mengindikasikan terdapat kurangnya dukungan yang
diberikan oleh pihak panti terhadap diet khusus lansia.
Salah satu intervensi yang diberikan kepada Ny. S untuk
mengurangi kaku yang ada di jari kaki dan mengurangi resiko kaki diabetes
adalah diberikan senam kaki diabetes. Senam kaki diabetes adalah latihan
yang bertujuan untuk meningkatkan aliran darah, pelebaran kapiler,
meningkatkan jumlah reseptor insulin yang berhubungan dengan penurunan
glukosa darah (Soegondo (2007) dalam Sunaryo dan Sudiro (2013)). Senam
kaki diabetes ini dilakukan dengan intensitas moderat, dengan durasi 30-60
menit, frekuensi 3-5 kali per minggu, dengan tidak lebih dari 2 hari berturut-
turu (American Diabetes Association (2003) dalam Ruben dkk (2016)).
Senam kaki pada pada Ny. S dilakukan 7 hari pada tanggal 22,23,27
dan 28 Februari serta 2,3,4 Maret 2017. Senam kaki dilakukan pada minggu
pertama dan minggu kedua. Setelah dilakukan 7 hari intervensi senam kaki
dan didukung oleh diet yang cukup pada lansia dengan DM terdapat
perubahan penurunan tingkat Gula Darah Sewaktu (GDS). Hal tersebut
dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Tingkat GDS
530

520

510

500

490
GDS Pre intervensi GDS Post intervensi

Tingkat GDS

Grafik 1. Tingkat GDS pre-post intervensi senam kaki

Grafik 1 menunjukan bahwa sebelum diberikan intervensi senam


kaki diabetes, GDS Ny. S adalah 526 mg/dl, kemudian setelah dilakukan
intervensi senam kaki diabetes terdapat penurunan GDS menjadi 502 mg/dl.
Hasil tersebut senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Ruben dkk
dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Senam Kaki Diabetes terhadap
Perubahan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Wilayah Kerja Puskesmas Enemawira”. Pada penelitian tersebut, terdapat
pengaruh senam kaki terhadap penurunan gula darah.
Nilai kadar gula darah yang lebih rendah ini disebabkan oleh
perbaikan gula darah yang terjadi setelah senam kaki diabetes (Ruben,
2016). Aktivitas fisik yang dilakukan secara kontinu dan teratur akan
mengakibatkan kebutuhan energi meningkat, hal tersebut kemudian
meningkatkan aktivitas otot yang menyebabkan pemakaian glukosa darah
yang meningkat. Hal tersebut kemudian yang menyebabkan penurunan
GDS terjadi (Yanuar (2011) dalam Ruben dkk (2016)).
Hasil post GDS ini dipengaruhi oleh hal lain yakni diet yang di
lakukan oleh Ny. S selama 7 hari, klien yang sudah mengurangi porsi makan
yang dimakan juga memiliki peran penting dalam menurunkan kadar GDS,
hanya saja klien masih belum bisa mengurangi konsumsi minuman teh
manis di pagi hari. Hal tersebut yang bisa menyebabkan penurunan glukosa
darah yang tidak signifikan.

B. Nyeri kronis berhubungan dengan factor fisiologis kerusakan sendi


Masalah keperawatan nyeri kronis berhubungan dengan factor
fisiologis kerusakan sendi muncul ketika dilakukan pengkajian pada hari
Rabu 22 Februari 2017. Ny. S mengeluh lutut kanannya merasa sakit ketika
diangkat, akan berjalan dan hendak berdiri dengan skala 4 dari 10, sensasi
cekat-cekot dengan frekuensi hilang timbul. Pengkajian nyeri secara non
verbal juga didapatkan Ny. S terlihat mengernyit ketika akan berdiri dan
berjalan, serta terlihat memegangi lutut kanannya. Umur klien yang berusai
69 tahun menyebabkan secara fisiologis lutut dan persendian semakin
menurun fungsinya sehingga menyebabkan etiologi masalah keperawatan
ini adalah factor fisiologis kerusakan sendi.
Salah satu intervensi dalam menyelesaikan masalah keperawatan ini
adalah dengan melakukan pijat pijat sendi. Pijat pijat sendi dilakukan
dengan menekan area-area di sekitar kaki. Pijat sendi dilakukan dalam 7 hari
hari pada tanggal 22,23,27,28 Februari dan 2,3,4 Maret 2017. Dari
pelaksanaan intervensi pijat sendi tersebut terdapat penurunan skala nyeri
yang dirasakan oleh Ny. S
Skala Nyeri
5
4
3
2
1
0
Pre intervensi akupresur Post intervensi akupresur

Skala Nyeri

Grafik 2. Skala Nyeri Pre-post Intervensi Pijat sendi


Grafik 2 menunjukan mengenai skala nyeri sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi pijat pijat sendi. Sebelum dilakukan intervensi, klien
mengeluhkan nyeri pada skala 4/10, setelah diberikan intervensi berkurang
menjadi 2/10. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Atkins
et al (2013) yang menjelaskan tentang penelitian pijat untuk mengurangi
nyeri lutut. Pada penelitian Atkins et al menjelaskan bahwa responden yang
mengikuti pijat dapat menurunkan nyeri pada lutut, memiliki kemampuan
yang baik turun dari tangga, memakai kaos kaki, naik ke atas kasur, dan
tidur di tempat tidur. Hal tersebut dikarenakan peredaran darah yang lebih
lancer paska dipijat.

C. Resiko kesepian
Resiko kesepian didapatkan ketika dilakukan pengkajian pada
tanggal 22 Februari 2017. Hasil pengkajian didapatkan klien yang tidak bisa
melihat menjadi enggan untuk berkomunikasi dengan orang lain, minimnya
memulai komunikasi dengan lansia lain, skor UCLA 48, tidak adanya
koping yang efektif membuat munculnya diagnose keperawatan resiko
kesepian. salah satu intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut dengan melakukan terapi kesenian (art therapy). Pelaksanaan
intervensi dilakukan selama 7 hari untuk mengurangi tingkat kesepian yang
dialami klien. Intervensi terapi kesenian ini memiliki pengaruh dalam
menurunkan tingkat kesepian.

UCLA Loneliness Score


50

48

46

44

42

40
Pre intervensi Post intervensi

UCLA Loneliness Score

Grafik. 3 UCLA loneliness score pre-post terapi kesenian


Grafik 3 menunjukan UCLA loneliness score sebelum dan sesudah
dilakukan terapi kesenian. Sebelum dilakukan terapi kesenian UCLA
loneliness score bernilai 48 dan setelah dilakukan terapi bernilai 43. Hal
tersebut selaras dengan laporan yang dibuat oleh Cutler (2012) yang
menyebutkan bahwa kegiatan yang dilakukan bersama-sama dengan orang
yang lansia merasa nyaman dan lansia menyukai kegiatan tersebut akan
membuat lansia melupakan perasaan tidak berdaya dan kesepian. Hal
tersebut karena lansia merasa terdistraksi dan merasa dirinya masih
memiliki kegiatan yang diminati (Cutler, 2012).
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Klien memiliki masalah keperawatan ketidakefektifan manajemen diri,
nyeri kronis, dan resiko kesepian
2. Masalah keperawatan ketidakefektifan manajemen diri berhubungan
dengan kurangnya dukungan sosial tidak teratasi. Akan tetapi, terdapat
penurunan GDS sebelum dan sesudah diberikan intervensi yaitu yang
sebelumnya sebesar 526 mg/dl menjadi 502 mg/dl.
3. Masalah keperawatan nyeri kronis berhubungan dengan faktor usia
(faktor fisiologis Kerusakan sendi) tidak teratasi. Akan tetapi terjadi
penurunan skala nyeri sebelum dan sesudah diberika intervensi yaitu
sebelum diberikan intervensi skala 4 menjadi skala 2 setelah diberikan
intervensi.
4. Masalah keperawatan resiko kesepian tidak teratasi. Akan tetapi
terdapat penurunan skala kesepian sebelum dan sesudah dilakukannya
intervensi yaitu sebelum diberikan intervensi 49 (kategori rendah)
menjadi 43 (kategori rendah).

B. Saran
1. Bagi lansia
lansia diharapkan dapat melakukan secara mandiri terapi-terapi yang
telah diajarkan secara terus menerus
2. Bagi mahasiswa praktik selanjutnya
Mahasiswa yang sedang praktik selanjutnya diharapkan dapat
mengidentifikasi masalah keperawatan yang dialami oleh klien dan
dapat memberikan intervensi yang tepat kepada klien. Mahasiswa juga
diharapkan dapat memfasilitasi lansia yang ada di Panti Wredha dengan
mengadakan kegiatan-kegiatan di panti
3. Bagi pengasuh panti wredha
Pengasuh panti wredha diharapkan dapat membedakan jenis makanan
yang diberikan kepada klien dengan diet khusus seperti klien dengan
DM. pengasuh juga diharapkan dapat lebih tanggap dalam memberikan
pelayanan kepada lansia di panti wredha
4. Pengurus panti wredha
Pengurus panti wredha diharapkan dapat meningkatkan fasilitas-
fasilitas kesehatan yang tersedia di panti wredha. Pengurus juga
diharapkan dapat melakukan advokasi kepada puskesmas terdekat untuk
rutin melakukan posyandu lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Atkins et al. 2013. The effects of self-massage on osteoarthritis of the knee: a


randomized control trial. International Jornal of Therapeutic Massage and
Bodywork Volume 6 Number 1 March 2013

Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta:


Graha Ilmu

Cutler, David. 2012. Tackling Loneliness in Older Age – The Role of the Age.
Campaign to End Loneliness Connection in Older Age. Baring Foundation

Dewi, Sofia Rhosma. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Ed.1. Yogyakarta:
Deepublish.

Efendi & Makhfudli.(2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas.Jakarta: Salemba


Medika

Herdman, Heather, Shigemi Khamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi &


Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta : EGC

Kartinah. Sudaryanto, Agus. 2008. Masalah Psikososial pada Lanjut Usia. Berita
Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697. Vol 1 no 1Juni 2008 93-96

Kemenkes RI. 2013. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI:
Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. ISSN 2088-270X. Jakarta

Kemenkes RI. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI 2014. 2014. p.
2.
Kisworo,bambang.2008.Nyeri-Sendi Akibat Rematik. Tersedia
http://www.suaramerdeka.com
Nur’arif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta :
Mediaction
Rokim. 2009. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. AR-Ruzz Media :
Yogyakarta.
Ruben dkk. 2016. Pengaruh Senam Kaki Diabetes terhadap Perubahan Kadar Gula
Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas
Enemawira. eJournal Keperawatan (eKp) Volume 4 Nomer 1 Mei 2016

Sunaryo, T dan Sudiro (2013) Pengaruh Senam Diabetik Terhadap Penurunan


Resiko Ulkus Kaki Diabetik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Perkumpulan Diabetik. http://poltekkes-solo.ac.id Di akses tanggal 5
Januari 2017.Rusandi dkk. 2015. Pengaruh Senam Kaki Diabetes terhadap
Tingkat Sensitivitas Kaki dan Kadar Glukosa Darah pada Penderita
Diabetes Mellitus di Kelurahan Banyuraden Sleman. Media Ilmu
Kesehatan Volume 4 No 1 April 2015

Suviani, Ni Wayan dkk. 2014. Pengaruh Pemberian Aroma Terapi Lavender


(Lavandula Angustifolia) Terhadap Penurunan Hipertensi Pada Lansia Di
Desa Cemagi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Prodi S1
Keperawatan, Stikes Bina Usada Bali

Tamher & Noorkasiani. 2011. Kesehatan Usia Lanjut dengan pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai