Anda di halaman 1dari 13

AKTUALISASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR MELALUI GERAKAN LITERASI SEKOLAH

43
UNTUK MENYIAPKAN GENERASI UNGGUL DAN BERBUDI PEKERTI

PENDEKATAN SAINTIFIK DAN KONTEKSTUAL DALAM


PEMBELAJARAN LITERASI SAINS DI SEKOLAH DASAR

Erna Noviyanti
Universitas Islam Sultan Agung
Jln. Raya Kaligawe Km.4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 Fax. (024) 6582455
Email: ernanoviyanti@gmail.com Hp: 085 726 826 706

Abstrak

Pembelajaran sains di sekolah dasar cakupannya masih teoretis dan kurang mengaitkan materi dengan
penerapan konsep dalam kehidupan sehari-hari di bidang pengembangan teknologi, masyarakat, dan
lingkungan sekitar. Materi sains dipandang berupa kumpulan teori yang harus dihafalkan saja. Padahal
hakikatnya, pembelajaran sains memiliki peranan penting dalam memberikan pengalaman kepada
siswa ditinjau dari dimensi sains sebagai pengetahuan, proses dan produk, penerapan atau aplikasi,
serta sarana pengembangan sikap dan nilai-nilai ilmiah. Hal ini menjadi salah satu penyebab capaian
kemampuan literasi sains siswa Indonesia berada di bawah skor rata-rata Internasional berdasarkan
TIMSS. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran sains belum terpenuhi,
sehingga perlu adanya penanaman literasi sains selama pembelajaran sejak di sekolah dasar.
Penanaman literasi sains dalam pembelajaran melalui pengaitan materi dengan konteks kehidupan
sehari-hari, sehingga siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat diterapkan dari satu
permasalahan ke permasalahan lain. Penulisan karya tulis ini bertujuan memaparkan tentang
bagaimana melaksanakan pembelajaran berliterasi sains dengan pendekatan saintifik dan kontekstual
untuk siswa sekolah dasar. Metode yang digunakan adalah analisa data sekunder yang diperoleh dari
kajian pustaka berupa buku, artikel, internet, dan jurnal sehingga dihasilkan kesimpulan. Hasil
pembahasan yaitu peranan pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran dengan
kurikulum 2013 untuk menanamkan literasi sains siswa sekolah dasar.

Kata kunci: Pendekatan Saintifik, kontekstual, dan literasi sains

Abstract

Learning science in primary school coverage is still theoretical and less material associate with the
application of the concept in daily life in the development of technology, society, and environment.
Science material is deemed a collection of theories to memorize it. Yet the fact is, science learning has
an important role in providing experiences to students in terms of dimensions of science as
knowledge, processes and products, application or applications, as well as means of developing the
attitudes and values of science. This has led to the achievement of students' science literacy Indonesia
was below the average score of the International based on data from TIMSS. Therefore, it can be
concluded that the science learning goals have not been met, so the need for the planting of scientific
literacy for learning since elementary school. Planting scientific literacy in learning through creative
association with the context of life everyday, so that students have the knowledge and skills that can
be applied from one problem to another problem. Writing this paper aims to describe how to
implement a berliterasi learning science with scientific and contextual approach to elementary school
students. The method used is theanalysis of secondary data obtained from the study of literature in the
form of books, articles, internet, and journals so that the resulting conclusions. Results of the
discussion is the role of scientific and contextual approach in learning the curriculum in 2013 to
instill scientific literacy of primary school students.

Keywords: Scientific approach, contextual, and science literacy

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 15 MARET 2017


AKTUALISASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR MELALUI GERAKAN LITERASI SEKOLAH
44
UNTUK MENYIAPKAN GENERASI UNGGUL DAN BERBUDI PEKERTI

PENDAHULUAN
Pembelajaran sains di sekolah
dasar/madrasah ibtidaiyah cakupannya
masih sederhana dan teoretis, sehingga
kurang mengaitkan materi dengan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Permasalahan sehari-hari tentunya ada
banyak hal, antara lain: teknologi,
masyarakat, dan lingkungan sekitar. Materi
sains dipandang berupa kumpulan teori
yang harus dihafalkan saja. Padahal
hakikatnya, pembelajaran sains memiliki
peranan penting dalam memberikan
pengalaman kepada siswa ditinjau dari
dimensi sains sebagai pengetahuan, proses
dan produk, penerapan atau aplikasi, serta
Sumber: Rahmawati (2016)
sarana pengembangan sikap dan nilai-nilai
ilmiah. Hal ini menjadi salah satu Gambar 1 Contoh tipe soal yang dapat
penyebab capaian kemampuan literasi dikerjakan siswa Indonesia
sains siswa Indonesia berada di bawah skor Namun, jika soal dikembangkan
rata-rata Internasional berdasarkan data dengan beberapa sumber, siswa Indonesia
PISA dan TIMSS. Berdasarkan hasil tidak bisa menjawabnya. Misalnya:
laporan Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS)
2015 yang baru dikuti untuk siswa kelas 4
sekolah dasar Indonesia memperoleh poin
397 dengan rangking 45 dari 48 negara.
Menurut Rahmawati, peneliti dari
Pusat Penelitian dan Pendidikan
(Puspendik) Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) dalam
seminar Hasil Penilaian Pendidikan untuk
Kebijakan (Rabu, 14/12/16) menyatakan
bahwa siswa Indonesia secara umum
lemah di semua aspek konten dan kognitif
untuk sains, namun ada hal sudah dikuasai
dan perlu penguatan. Hal yang sudah Sumber: Rahmawati (2016)
dikuasai siswa Indonesia adalah soal-soal Gambar 2 Contoh tipe soal yang tidak bisa
bersifat rutin, komputasi sederhana, dan dikerjakan siswa Indonesia
pengukur pengetakan fakta yang
berkonteks kehidupan sehari-hari.
Misalnya: Kotak manakah yang berisi Dengan adanya kelemahan tersebut,
gambar yang dapat bertelur? diperlukan penguatan mengintegrasikan
informasi, menarik simpulan, dan
mengeneralisasi pengetahuan yang dimiliki
ke hal lain dengan membiasakan dalam

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 15 MARET 2017


AKTUALISASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR MELALUI GERAKAN LITERASI SEKOLAH
45
UNTUK MENYIAPKAN GENERASI UNGGUL DAN BERBUDI PEKERTI

pembelajaran. Stimulasi yang diberikan adaptif terhadap perkembangan zaman.


sejak dini dari pra sekolah dapat berupa Oleh karena itu, perlu adanya penanaman
stimulasi untuk kemampuan numerasi dan literasi sains dalam pembelajaran melalui
literasi (seperti: membacakan dongeng dan pengaitan materi dengan konteks
menyanyi bersama tentang alfabet). Dari kehidupan sehari-hari, dan pendekatan
angket orang tua TIMSS diperoleh 27% ilmiah untuk mencari tahu sehingga siswa
orang tua siswa Indonesia yang melakukan memiliki pengetahuan dan keterampilan
aktifitas tersebut, sedangkan rata-rata yang dapat diterapkan dari satu
Internasional 44%. Selain itu, kemampuan permasalahan ke permasalahan lain.
pemahaman guru terhadap perubahan Penanaman literasi sains perlu
kurikulum juga menjadi faktor pencapaian dilakukan dengan harapan memberikan
skor TIMSS. wadah bagi siswa untuk mempelajari diri
Penelitian TIMSS menjelaskan sendiri, lingkungan sekitar, dan
bahwa masih ada 12,18% dari sampel mengaplikasikan pengetahuan untuk
sekolah yang gurunya mengalami kesulitan memecahkan permasalahan bertujuan
atau belum paham dengan penerapan memenuhi kebutuhan sehari-hari melalui
pembelajaran pada perubahan kurikulum. proses penemuan. Siswa yang memiliki
Menurut survei guru Indonesia telah literasi sains dengan baik, diharapkan
mengajarkan seluruh topik yaitu 23 topik memiliki kompetensi sikap, kompetensi
tes sains TIMSS, persentasenya lebih pengetahuan, dan kompetensi keterampilan
tinggi dari sejumlah negara top dengan berfikir dan bertindak produktif
performence (74%) seperti China 55%, dan kreatif untuk mempersiapkan
Hongkong 52%, dan Singapura 40%. Ini menghadapi tantangan abad 21. Siswa juga
membuktikan bahwa implemented perlu dibiasakan dengan soal-soal
curriculum tidak selaras dengan attained pemecahan masalah dengan sumber yang
curriculum (Rahmawati, 2016). beragam. Sehingga siap untuk menghadapi
Selain TIMSS, siswa Indonesia juga soal-soal yang diujikan dalam TIMSS
mengikuti penilaian Programme for maupun PISA.
International Student Assessment (PISA). Penanaman literasi sains ini sejalan
Menurut hasil survei PISA (Kemendikbud, dengan diterapkannya kurikulum 2013
2016) untuk siswa kelas 9/10 atau yang pelaksanaan pembelajarannya dengan
setingkat SMP dengan usia sekitar 15 pendekatan ilmiah (pendekatan saintifik)
tahun s/d 15 tahun 11 bulan diperoleh yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-
bahwa penguasaan sains mendapat hari secara kontekstual. Kesemuanya ini
rangking 62 dari 70 negara. Peringkat ini dikemas dalam pembelajaran tematik
lebih baik dari tahun 2012 mendapat terintegrasi sehingga sumber-sumbernya
peringkat 64 dari 65 negara. Skor rata-rata beragam dan lebih menyeluruh. Oleh
untuk PISA 2015 yaitu 403, sedangkan karena itu, dari permasalahan tersebut,
PISA 2012 yaitu 382. penulisan ini bertujuan memaparkan
Hasil penilaian TIMSS dan PISA tentang bagaimana melaksanakan
dapat disimpulkan bahwa hakikat pembelajaran berliterasi sains dengan
pembelajaran sains belum terpenuhi. pendekatan saintifik dan kontekstual untuk
Pembelajaran sains bertujuan siswa sekolah dasar.
menumbuhkan kemampuan berfikir logis,
kreatif, memecahkan masalah dengan
kritis, menguasai teknologi, dan berfikir

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 15 MARET 2017


AKTUALISASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR MELALUI GERAKAN LITERASI SEKOLAH
46
UNTUK MENYIAPKAN GENERASI UNGGUL DAN BERBUDI PEKERTI

KAJIAN PUSTAKA yang bertujuan untuk meningkatkan


kemampuan siswa khususnya bidang sains.
Literasi Sains
Literasi sains menurut PISA yang Hakikat dan Pembelajaran Sains
dikutip oleh Zuriyani (2012) menyatakan Rizema (2013) mengungkapkan
bahwa kemampuan menggunakan bahwa hakikat sains didefinisikan menjadi
pengetahuan sains, mengidentifikasi empat dimensi, yaitu: sains sebagai
pertanyaan, dan menarik kesimpulan pengetahuan; sains sebagai proses atau
berdasarkan bukti-bukti dalam rangka metode dan produk; sains sebagai
memahami serta membuat keputusan penerapan (aplikasi); dan sains sebagai
berkenaan dengan alam dan perubahan sarana untuk mengembangkan sikap dan
yang dilakukan terhadap alam melalui nilai tertentu.
aktivitas manusia. Begitu pentingnya Sains sebagai pengetahuan
manusia memiliki literasi sains yang baik mempelajari dan menjelaskan fenomena
untuk bersikap terkait isu-isu sains sebagai alam secara empiris. Sains sebagai proses
manusia yang reflektif yang berhubungan atau atau metode dan produk memiliki
dengan penyelidikan ilmiah, teknologi maksud yaitu penggunaan metode ilmiah
terhadap masyarakat dan lingkungan. terhadap fenomena alam akan diperoleh
Sebagaimana yang disebutkan oleh produk sains yang kebenarannya tentatif.
Chiappetta, Fillman, dan Sethna (1991) Sains sebagai aplikasi, maksudnya adalah
bahwa sains memiliki peranan sebagai: sains dapat digunakan untuk menjelaskan,
batang tubuh pengetahuan, cara mengolah, memanfaatkan, dan
menyelidiki, cara berfikir, dan interaksi mengembangkan teknologi. Sains sebagai
sains-teknologi dengan masyarakat. sarana untuk mengembangkan sikap dan
Penilaian literasi sains pada taraf nilaitertentu, antara lain: religius, bekerja
Internasional untuk siswa kelas 4 sekolah sama, objektif, terbuka, jujur, dan
dasar (four grade) yang baru saja diikuti tanggung jawab.
adalah TIMSS 2015. Kerangka penilaian Hakikat sains diwujudkan dalam
sains terdiri dari dua domain, yaitu domain pembelajaran sains. pembelajaran sains
konten dan domain kognitif. Domain menurut Carin & Sund (Rizema, 2013)
konten meliputi: Life Science 45%, memiliki karakteristik sebagai berikut: (1)
Physical Science 35%, dan Earth Science siswa dilibatkan secara aktif dalam
20%. Domain kognitif meliputi: Knowing pembelajaran yang menggunakan metode
(Pengetahuan) 40%, Applying (Penerapan) ilmiah; (2) siswa dilibatkan dalam
40%, dan Reasoning (Penalaran) 20%. pencarian jawaban tentang persoalan
Sebagai acuan selain TIMSS untuk four dalam masyarakat dan teknologi; (3) siswa
grade juga mengacu pada PISA yang dilatih “belajar dengan berbuat” kemudian
tingkatannya untuk siswa kelas 9/10 yang direfleksikan; (4) siswa diarahkan pada
membagi literasi menjadi 4 aspek, yaitu pemahaman produk atau materi ajar
aspek konten, aspek proses/kompetensi, melalui aktifitas membaca, menulis,dan
aspek konteks, dan aspek sikap. Tujuan mengunjungi tempat tertentu
keikutsertaan dalam penilaian ini adalah (menggunakan panca indera).
untuk mendapatkan informasi mengenai
kemampuan siswa Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara di dunia. Ini
dijadikan acuan penyusunan kebijakan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 15 MARET 2017


AKTUALISASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR MELALUI GERAKAN LITERASI SEKOLAH
47
UNTUK MENYIAPKAN GENERASI UNGGUL DAN BERBUDI PEKERTI

Pendekatan Saintifik pada Penerapan mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip


Kurikulum 2013 melalui tahapan-tahapan mengamati
Penerapan kurikulum 2013 telah (mengidentifikasi untuk menemukan
dilakukan secara bertahap untuk sekolah masalah), merumuskan masalah,
dasar. Proses pembelajarannya mencakup mengajukan/merumuskan hipotesis,
tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan mengumpulkan data dengan berbagai
keterampilan. Hasil pembelajarannya teknik, menganalisis data, menarik
diharapkan dapat membentuk siswa yang kesimpulan dan mengkomunikasikan
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif konsep, hukum atau prinsip yang
melalui penguatan ketiga ranah yang ditemukan (Hosnan, 2014). Pendekatan
terintegrasi sesuai pada gambar berikut. saintifik ini berhubungan dengan
keterampilan proses dan ilmiah. Dalam
pendekatan saintifik mengajak siswa untuk
terlibat aktif dalam pembelajaran untuk
mencari tahu dari berbagai sumber
dimanapun dan kapanpun, sehingga tidak
hanya mendapat informasi dari guru yang
sifatnya searah. Pendekatan saintifik atau
pendekatan ilmiah dapat dilakukan dalam
berbagai strategi pembelajaran, antara lain
discovery, inquiry, project based learning,
problem based learning, STM (sains,
teknologi, masyarakat), dan eksperimen.
Sumber: Hosnan (2014) Menurut Hosnan (2014) strategi-strategi
pembelajaran dalam menerapkan
Gambar 3 Hubungan ketiga ranah belajar
pendekatan saintifik memiliki prinsip-
dengan hasil belajar
prinsip sebagai berikut: (1) pembelajaran
Materi yang diajarkan mencakup berpusat pada siswa; (2) pembelajaran
ketiga ranah, yaitu ranah sikap bertujuan membentuk student self concept; (3)
supaya siswa “tahu mengapa”, ranah pembelajaran terhindar dari verbalisme; (4)
pengetahuan bertujuan supaya siswa “tahu pembelajaran memberikan kesempatan
apa”, dan ranah psikomotor bertujuan pada siswa untuk mengasimilasi dan
supaya siswa “tahu bagaimana”. Ketiga mengakomodasi konsep, hukum, dan
ranah dalam pembelajaran disesuaikan prinsip; (5) pembelajaran mendorong
dengan kata kerja operasional pada terjadinya peningkatan kemampuan
taksonomi bloom. Ketiga ranah ini berpikir siswa; (6) pembelajaran
memberikan keseimbangan antara meningkatkan motivasi belajar siswa dan
kemampuan menjadikan manusia yang motivasi mengajar guru; (7) memberikan
baik (soft skills) dan manusia yang kesempatan kepada siswa untuk melatih
memiliki kecakapan dan pengetahuan kemampuan dalam komunikasi; dan (8)
untuk hidup secara layak (hard skill) dari adanya proses validasi terhadap konsep,
siswa. hukum, dan prinsip yang dikonstruksi
Untuk mengimplementasikan siswa dalam struktur kognitifnya.
kurikulum 2013 pada siswa sekolah dasar Kegiatan pembelajaran dengan
diperlukan suatu pendekatan yang relevan, pendekatan saintifik (Hosnan, 2014) yaitu:
yaitu pendekatan saintifik. Pendekatan (1) mengamati (observing) meliputi,
saintifik dirancang supaya siswa aktif

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 15 MARET 2017


AKTUALISASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR MELALUI GERAKAN LITERASI SEKOLAH
48
UNTUK MENYIAPKAN GENERASI UNGGUL DAN BERBUDI PEKERTI

melihat, mengamati, membaca, telah diketahui dengan peristiwa yang ada


mendengar, menyimak (tanpa atau dengan di sekitarnya.
alat); (2) menanya (questioning) meliputi, Definisi pembelajaran kontekstual
mengajukan pertanyaan dari yang fakta menurut Hosnan (2014) adalah konsep
sampai ke yang bersifat hipotesis, diawali belajar yang mana guru menghadirkan
dengan bimbingan guru sampai dengan dunia nyata ke dalam kelas dan
mandiri (menjadi suatu kebiasaan); (3) membimbing siswa membuat hubungan
pengumpulan data (experimenting) keterkaitan antara pengetahuan yang ia
meliputi, menentukan data yang diperlukan miliki dengan penerapannya dalam
dari pertanyaan yang diajukan, kehidupan sehari-hari, namun siswa
menentukan sumber data (benda, memperoleh pengetahuannya tidak secara
dokumen, buku, dan percobaan); (4) langsung banyak tetapi bertahap dan
mengasosiasi (associating) meliputi, terbatas dari pengkontruksian sendiri
menganalisis data dengan membuat sebagai bekal untuk memecahkan masalah
kategori, menentukan hubungan data, dan dalam kehidupan sehari-hari. Dari definisi
menyimpulkan hasil analisis data; (5) pembelajaran kontekstual yang telah
mengomunikasikan (communicating) disampaikan Hosnan, dapat dipahami
meliputi, menyampaikan hasil bahwa pembelajaran kontekstual menuntut
konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, siswa aktif dan termotivasi, adanya
diagram, bagan, gambar atau media interaksi antara siswa dengan guru sebagai
lainnya. pengelola kelas-siswa dengan siswa karena
Sedangkan aktivitas guru dalam bekerja sama dalam tim untuk menemukan
pembelajaran untuk menerapkan sesuatu yang baru-siswa dengan berbagai
pendekatan saintifik antara lain: (1) sumber belajar sesuai kebutuhan dan
menyediakan sumber belajar; (2) mengajak menggunakan panca indera yang
siswa berinteraksi dengan sumber belajar kesemuanya dikemas untuk memberikan
dengan cara penugasan; (3) mengajukan pengalaman belajar yang bermakna (siswa
pertanyaan dengan tujuan supaya siswa mengetahui tujuan belajar).
memikirkan hasil interaksinya; (4) Menurut Depdiknas (Rizema, 2013)
memantau persepsi dan proses berfikir menjelaskan bahwa pembelajaran
siswa; (5) mendorong siswa berdiskusi dan kontekstual memiliki 7 komponen utama,
mengkomunikasikan hasil diskusinya; (6) yaitu konstruktivisme (constructivism),
mengkonfirmasi pemahaman siswa; dan menemukan (inquiry), bertanya
(7) membimbing siswa merefleksikan (questioning), masyarakat belajar
pengalaman belajar. (community learning), pemodelan
Pembelajaran Kontekstual (modelling), dan penilaian autentik
Siswa sekolah dasar dalam berfikir (authentic asessment).
berada pada taraf operasional konkret, Pertama, konstruktivisme
sehingga dalam belajar membutuhkan mengarahkan pada keterlibatan siswa
sarana yang konkret yang ada di secara aktif (mental) dalam membangun
lingkungan sekitar untuk lebih memahami pengetahuannya yang dilandasi oleh
materi yang diajarkan oleh guru. Hal ini pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
sejalan dengan hasil penelitian John Kedua, menemukan merupakan bagian
Dewey (Hosnan, 2014) yang menjelaskan inti, karena pengetahuan yang dimiliki
bahwa siswa akan belajar dengan baik jika siswa didasarkan pada kegiatan
apa yang dipelajari terkait dengan apayang menemukan baik sendiri maupun

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 15 MARET 2017


AKTUALISASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR MELALUI GERAKAN LITERASI SEKOLAH
49
UNTUK MENYIAPKAN GENERASI UNGGUL DAN BERBUDI PEKERTI

terbimbing. Ketiga, bertanya merupakan PEMBAHASAN


strategi yang penting, karena melalui Adanya pemberlakuan kurikulum
pertanyaan dari guru dapat membimbing 2013 merupakan penyempurnaan pada
dan mengarahkan siswa untukmenemukan beberapa hal, yaitu standar isi, standar
setiap materi yang dipelajari. Keempat, proses, standar kompetensi lulusan, dan
masyarakat belajar merupakan standar penilaian. Hal ini tentu berdampak
pembelajaran yang diperoleh dengan cara pada penggunaan pendekatan yang
kerjasama dan berdiskusi dengan teman diterapkan oleh guru untuk melaksanakan
lain atau sumber lain. Kelima, pemodelan pembelajaran. Pendekatan tersebut yang
adalah memperagakan sesuatu sebagai telah dicanangkan pemerintah adalah
contoh yang dapat ditiru oleh siswa. pendekatan saintifik (pendekatan ilmiah).
Keenam, refleksi, guru memberikan Pemilihan pendekatan tersebut bukan tanpa
kesempatan kepada siswa di akhir alasan, tentu telah melalui analisa dan
pembelajaran untuk merenungkan atau evaluasi yang mendalam. Salah satu
mengingat apa yang telah dipelajari. faktornya adalah perolehan skor dan
Ketujuh, penilaian autentik atau penilaian peringkat literasi siswa Indonesia dalam
yang sebenarnya/nyata, meliputi penilaian laporan TIMSS dan PISA yang kurang
tugas yang relevan dan kontekstual serta memuaskan dibandingkan dengan negara-
penilaian proses dan hasil belajar. negara lain. Melihat demikian, pantas
kiranya perlu penyempurnaan kurikulum
yang disesuaikan dengan kebutuhan di
METODE PENELITIAN
tengah-tengah perkembangan zaman,
Penulisan ini berisi gagasan masyarakat, teknologi, dan ilmu
pentingnya penanaman literasi sains sejak pengetahuan, serta sosial budaya. Akan
dini, di sekolah dasar perlu dikembangkan tetapi, tidak semua guru siap belajar dan
pembelajaran yang memuat literasi sains mengerti betul tentang perubahan
yang sesuai dengan hakikat sains yang kurikulum tersebut. Oleh karena itu,
dikemas dalam bentuk kurikulum 2013 melalui tulisan ini diharapkan dapat
dengan pendekatan saintifik yang menambah wawasan dan memantapkan
kontekstual dengan siswa sekolah dasar. dalam menerapkan kurikulum 2013 pada
selain itu perlunya mengetahui peranan pembelajaran di sekolah dasar.
kurikulum 2013 dengan pendekatan
saintifik dan kontekstual untuk Standar kompetensi lulusan kurikulum
menanamkan literasi sains siswa sekolah 2013 diturunkan dari kebutuhan,
dasar. sedangkan standar isi diturunkan dari
standar kompetensi lulusan melalui
Pengumpulan Data kompetensi inti yang bebas mata pelajaran.
Data yang dikumpulkan adalah data Artinya, semua mata pelajaran diikat oleh
sekunder yang diperoleh dari kajian kompetensi inti (tiap kelas). Mata pelajaran
pustaka berupa buku, artikel, internet, dan diturunkan dari kompetensi yang ingin
jurnal hingga dihasilkan kesimpulan. dicapai dengan berkontribusi pada
pembentukan sikap, pengetahuan, dan
Pengolahan dan Analisis Data keterampilan.
Pengolahan dan analisis data Standar kompetensi lulusan untuk
dilakukan secara kualitatif dan kumulatif sekolah dasar meliputi: (1) sikap yaitu
dengan penjabaran deskriptif. memiliki perilaku yang mencerminkan
sikaporang beriman, berakhlak mulia,

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 15 MARET 2017


AKTUALISASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR MELALUI GERAKAN LITERASI SEKOLAH
50
UNTUK MENYIAPKAN GENERASI UNGGUL DAN BERBUDI PEKERTI

berilmu, percaya diri, dan keterampilan melalui interaksi secara


bertanggungjawab dalam berinteraksi langsung dengan sumber belajar
secara efektif dengan lingkungan sosial kontekstual yang ada di lingkungan sekitar
dan alam di lingkungan rumah, sekolah, siswa yang dirancang sesuai silabus dan
dan tempat bermain; (2) pengetahuan yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
memiliki pengetahuan faktual berdasarkan KI 3 dan KI 4 ini dikembangkan secara
rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, bersama dalam pembelajaran untuk
teknologi, seni, dan budaya dalam mengembangkan secara tidak langsung KD
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, pada KI 1 dan KI 2. Ini berarti dalam
kenegaraan, dan peradaban terkait pembelajaran untuk menempuh KD pada
fenomena dan kejadian di lingkungan KI 3 dan KI 4 pada mata pelajaran dan
rumah, sekolah, dan tempat bermain; dan kegiatan pembelajaran secara tidak
(3) keterampilan yaitu memiliki langsung mengembangkan KD pada KI 1
kemampuan pikir dan tindak yang dan KI 2 dengan memasukkan nilai dan
produktif dan kreatif dalam ranah abstrak sikap sebagai proses pengembangan moral
dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan dan perilaku.
kepadanya. Sumber belajar kontekstual yang ada
Kompetensi inti (KI) untuk sekolah di lingkungan sekitar siswa dapat
dasar meliputi: (1) KI 1 tentang religius dimanfaatkan untuk sebagai media
yaitu menerima, menghargai, dan pembelajaran dengan memberikan
menjalankan ajaran agama yang dianutnya; pengalaman langsung dan memanfaatkan
(2) KI 2 tentang sikap sosial yaitu memiliki panca indera. Semakin banyak alat indera
perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, yang digunakan untuk menerima dan
santun, peduli, dan percaya diri dalam mengolah informasi semakin besar
berinteraksi dengan keluarga, teman, kemungkinan informasi dimengerti dan
tetangga, dan guru; (3) KI 3 tentang diingat. Pengalaman langsung merupakan
pengetahuan yaitu memahami pengetahuan pembelajaran paling bermakna mengenain
faktual dengan cara mengamati informasi yang terkandung di dalamnya,
(mendengar, melihat, menbaca) dan sehingga melibatkan indera penglihatan,
menanya berdasarkan rasa ingin tahu pendengaran, perasaan, penciuman, dan
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan peraba atau dikenal belajar dengan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang melakukan (learning by doing).
dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat Pembelajaran yang memberikan
bermain; (4) KI 4 tentang keterampilan pengalaman langsung secara kontekstual
yaitu menyajikan pengetahuan faktual sesuai dengan karakteristik siswa SD yaitu
dalam bahasa yang jelas, logis, dan operasional konkret. Edgar Dale (Arsyad,
sistematis, dalam karya yang estetis dalam 2014) menggambarkan kerucut
gerakan yang mencerminkan anak sehat, pengalaman sebagai berikut.
dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.
Pembelajaran yang menyangkut
kompetensi dasar (KD) yang
dikembangkan dari KI 3 dan KI 4 dapat
dilakukan secara langsung, artinya siswa
mengembangkan pengetahuan dan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 15 MARET 2017


AKTUALISASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR MELALUI GERAKAN LITERASI SEKOLAH
51
UNTUK MENYIAPKAN GENERASI UNGGUL DAN BERBUDI PEKERTI

mengembangkan sikap jujur, teliti, terbuka,


disiplin, kerja keras, kemampuan
menerapkan prosedur, dan dapat berfikir
deduktif dan induktif dalam membuat
kesimpulan.
Kelima, mengomunikasikan, berarti
menyampaikan hasil yang telah diperoleh
setelah dianalisa. Kegiatan ini memupuk
sikap jujur, teliti, toleransi, santun, berfikir
sistematis, dapat mengungkapkan pendapat
dengan singkat dan jelas, serta
mengembangkan kemampuan berbahasa
dengan baik dan benar.
Dari lima pendekatan saintifik
tersebut, perlu kiranya diselaraskan dengan
Sumber: Arsyad (2014) pembelajaran kontekstual supaya siswa
dapat belajar sendiri untuk lebih bermakna
Gambar 4 Kerucut Pengalaman Edgar Dale dan belajar mengaitkan apa yang telah
diketahui dengan apa yang ada di sekitanya
(lingkungan sosial dan alam di lingkungan
Kesemua pengalaman belajar
rumah, sekolah, dan tempat bermain).
memberi dampak terhadap aspek sikap,
Maka dalam pembelajaran perlu dilatih
pengetahuan, dan keterampilan. Aspek
untuk peka terhadaap isu-isu yang ada
sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada
khususnya berkaitan dengan KD pada sains
domain Kurikulum 2013 terkait dengan
untuk pemecahan masalah, mengarahkan
langkah-langkah pendekatan saintifik dan
siswa untuk belajar aktif dan terkendali,
kompetensi yang dikembangkan.
dan belajar bersama. Keterlibatan siswa
Penjelasannya sebagai berikut.
belajar aktif ini sesuai dengan hasil
Pertama, mengamati. Kegiatan penelitian Pramita (2016) yang
pengamatan dapat melatih kesungguhan, membuktikan bahwa pembelajaran dengan
ketelitian dalam mencari informasi yang pendekatan kontekstual memuat tujuh
relevan. komponen mampu membuat siswa terlibat
Kedua, menanya. Kegiatan bertanya aktif dalam kegiatan belajar mengajar di
dapat mengembangkan kreativitas, rasa kelas. Selain itu pembelajaran kontekstual
ingin tahu, dan merumuskan pertanyaan. dapat membantu siswa memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari
Ketiga, mengumpulkan informasi. tersebut sejalan dengan hasil penelitian
Dalam kegiatan pengumpulan informasi Jackson & Bostic (Pramita, 2016) yang
dapat dilakukan dengan eksperimen, menyimpulkan bahwa pemahaman
membaca, mengamati, dan wawancara pemecahan masalah meningkat dengan
sehingga memupuk sikap teliti, jujur, pembelajaran kontekstual dan realistis.
menghargai pendapat orang lain, dan Selain itu pendekatan kontekstual yang
belajar berkomunikasi dengan narasumber disampaikan melalui perpaduan dengan
dan teman. pendekatan, strategi, dan model
Keempat, mengasosiasikan dengan pembelajaran yang lain sesuai dengan
mengolah informasi. Kegiatan ini dapat kebutuhan siswa (Hesti, 2014). Sehingga

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 15 MARET 2017


AKTUALISASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR MELALUI GERAKAN LITERASI SEKOLAH
52
UNTUK MENYIAPKAN GENERASI UNGGUL DAN BERBUDI PEKERTI

ada berbagai pendekatan, strategi, dan efektif terhadap menulis karangan narasi
model pembelajaran dengan kebutuhan dibandingkan pendekatan teacher
siswa, kesesuaian materi, dan pemilihan centered. Pendekatan saintifik tentunya
media pembelajaran,khususnya dalam dapat memberikan dampak positif terhadap
bidang sains. pembelajaran daripada pembelajaran
Penerapan pendekatan saintifik konvensional monoton yang berpusat pada
mengajak siswa untuk mencari tahu, guru dan kurang melibatkan siswa dalam
belajar menganalisa, dan kegiatan pembelajaran.
mengkomunikasikan apa yang sudah Tidak hanya pelaksanaan
diperoleh dalam belajar. Supaya lebih pembelajarannya tetapi juga penilaian
memudahkan siswa dalam memahami apa autentik melalui tes dan nontes (tertulis-
yang dipelajari, perlu pendekatan lisan, pengamatan kinerja, pengukuran
kontekstual dalam pembelajaran. Siswa sikap, penilaian hasil karya berupa tugas,
dapat mempelajari beragam sumber belajar proyek, produk, portopolio, penilaian diri,
di sekitarnya dengan metode ilmiah yang penilaian antarteman, dan catatan/jurnal
dilakukan secara berkelompok. Hal ini guru. Penilaian diarahkan untuk mengukur
diharapkan dapat membekali siswa dengan pencapaian kompetensi yaitu Kompetensi
pengalaman belajar yang bermakna. Siswa Dasar pada KI 3 dan KI 4. Penilaian
tahu “mengapa mempelajari materi berdasarkan acuan kriteria pada indikator,
tersebut dan dapat dikaitkan dengan “apakah siswa dapat menguasai indikator
kehidupan sehari-hari yang cakupannya tersebut?” kemudian dianalisa disesuaikan
tidak hanya satu bidang sains tetapi juga KD yang telah dimiliki dan belum dimiliki.
bidang ilmu lain dengan sumber beragam”. Dari analisa tersebut diketahui kekurangan
Pendekatan saintifik dapat dilakukan maupun kelebihan siswa untuk
melalui inkuiri, discovery, problem based ditindaklanjuti melalui program remidi
learning dan sebagainya yang menuntut ataupun pengayaan pada pembelajaran
penggunaan metode ilmiah. Penerapan berikutnya. Penilaian bukan menentukan
salah satu artikel tentang pembelajaran posisi siswa dalam satu kelas, karena
melalui pendekatan saintifik yang penggunaan penilaian autentik menghargai
disampaikan oleh Deden (2015) karakteristik setiap siswa.
menyatakan bahwa penggunaan Jika dikaji dari sudut pandang literasi
pendekatan saintifik melalui pembelajaran sains pada TIMSS yang memiliki dua
inkuiri akan sangat tepat, di mana tahapan- domain yaitu domain kognitif
tahapan pada pendekatan ini akan (pengetahuan 40%, penerapan 40%, dan
meningkatkan sikap, pengetahuan, dan penalaran 20%) yang memuat domain
keterampilan siswa sesuai dengan standar konten (life science 45%, physical science
kompetensi lulusan untuk siswa SD. 35%, dan earth science 20%) tampaknya
Pendekatan saintifik yang didukung memiliki keselarasan dengan pendekatan
dengan pembelajaran inkuiri siswa akan saintifik dan kontekstual pada
lebih tertarik untuk belajar, dengan konsep pembelajaran untuk kurikulum 2013. Pada
menemukan sendiri maka siswa juga dapat domain kognitif tentang pengetahuan yang
lebih mengingat materi yang dibahas memiliki bobot cukup banyak merupakan
dalam proses kegiatan belajar mengajar. pengetahuan dasar siswa berupa fakta dan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh konsep; cakupannya yaitu mengingat,
(Astuti, 2015) membuktikan bahwa mendefinisikan, mendeskripsikan,
penerapan pendekatan saintifik lebih mengilustrasikan dengan contoh, dan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 15 MARET 2017


AKTUALISASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR MELALUI GERAKAN LITERASI SEKOLAH
53
UNTUK MENYIAPKAN GENERASI UNGGUL DAN BERBUDI PEKERTI

mendemonstrasikan pengetahuan dari


instrumen ilmiah. Selanjutnya, pada
domain kognitif tentang penerapan Kurikulum
mencakup aplikasi langsung dari Pendekatan saintifik
2013
pengetahuan dalam situasi sederhana;
Kontekstual
cakupannya yaitu mengklasifikasikan,
menggunakan model, mengaitkan,
menafsirkan informasi, mencari solusi, dan
KI 1, 2, 3
menjelaskan. Terakhir, domain kognitif
KI 1 dan 2 memupuk KI
tentang penalaran ilmiah bertujuan 3 dan 4 dan 4
memecahkan masalah; cakupannya yaitu
menganalisa, mengitegrasikan,
memprediksi, merancang, menarik Hakikat pembelajaran sains
kesimpulan, membuat generalisasi,
mengevaluasi, dan membenarkan. Cakupan
pada domain kognitif tersebut sesuai
dengan kata kerja operasional untuk aspek Literasi sains (KI 3 dan 4)
kognitif pada taksonomi bloom. Kata kerja
operasional di domain kognitif dapat
terwujud melalui kegiatan ilmiah dalam Gambar 5 Peranan pendekatan saintifik
pendekatan saintifik. Sedangkan domain dan kontekstual (Kurikulum 2013) -
konten merupakan muatan pada domain Literasi Sains
kognitif dapat dilihat dari sumber, media, Pada gambar dapat dipahami bahwa
dan bahan yang kontekstual sesuai dengan dalam penerapan kurikulum 2013
life science physical science dan earth didalamnya memuat pendekatan saintifik
science dan disesuaikan dengan KD pada dan kontekstual yang diwujudkan dalam
KI 3 dan KI 4. pembelajaran dengan mengacu empat
Penggunaan pendekatan saintifik dan Kompetensi Inti (KI) khususnya pada
kontekstual pada pembelajaran untuk bidang sains (mata pelajaran IPA).
kurikulum 2013 diharapkan dapat Pembelajaran ini sesuai dengan hakikat
mencapai tujuan dari hakekat pembelajaran pembelajaran sains dengan KI 3 dan KI 4
itu sendiri yaitu sains sebagai pengetahuan; diajarkan dalam pembelajaran langsung,
sains sebagai proses atau metode dan sedangkan KI 1 dan KI 2 tidak langsung
produk; sains sebagai penerapan (aplikasi); sehingga terintegrasi pada pembelajaran KI
dan sains sebagai sarana untuk 3 dan KI 4. Manfaat dari pembelajaran
mengembangkan sikap dan nilai tertentu. tersebut adalah pemupukan literasi sains
Dengan terwujudnya hal tersebut, literasi pada setiap siswa SD yang dinilai
sains akan terpupuk pada setiap siswa berdasarkan KI 3 dan KI 4.
secara bertahap untuk setiap tingkat atau
jenjang melalui pembiasaan yang
SIMPULAN DAN SARAN
berkelanjutan.
Simpulan dari penelitian ini yaitu
Setelah membahan mengenai
pengimplementasian kurikulum 2013
kurikulum 2013, pendekatan saintifik,
untuk pembelajaran melalui pendekatan
pembelajaran kontekstual, hakikat
saintifik dan kontekstual memiliki peranan
pembelajaran sains, dan literasi sains maka
penting dalam mengembangkan sikap
dapat digambarkan sebagai berikut.
ilmiah dan pembelajaran bermakna untuk

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 15 MARET 2017


AKTUALISASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR MELALUI GERAKAN LITERASI SEKOLAH
54
UNTUK MENYIAPKAN GENERASI UNGGUL DAN BERBUDI PEKERTI

memupuk benih-benih literasi sains siswa Hesti, Rimbawan Hardiyanto dkk. 2014.
di sekolah dasar. Penerapan Pendekatan
Saran yang dapat disampaikan yaitu Kontekstual dalam Pembelajaran
bagi praktisi pendidikan untuk Tematik (Skripsi). Lampung:
memantapkan diri dalam menerapkan PGSD FKIP Universitas
kurikulum 2013 dalam pembelajaran di Lampung.
sekolah masing-masing dan bagi peneliti
untuk menindaklanjuti makalah ini sebagai Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik
acuan menganalisa kesesuaian buku-buku dan Kontekstualdalam
di SD dengan pendekatan saintifik dan Pembelajaran Abad 21. Bogor:
kontekstual serta berliterasi sains. Ghalia Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA IEA. 2011. TIMSS and Pirls, Science


Arsyad, Azhar. 2014. Media Pembelajaran Achievement Eight Grade. Lynch
(Edisi Revisi). Jakarta: Rajawali School of Education, Boston
Pers. College. Tersedia:
timssandpirls.bc.edu/data-release-
2011/pdf/Overview-TIMSS-and-
Astuti, Dwi. 2015. Efektivitas Pendekatan PIRLS-2011-Achievement.pdf.
Saintifik Terhadap Keterampilan diakses Selasa, 03 Desember
Menulis Karangan Narasi di Kelas 2013. 08.40 am.
IV SD Jomblangan, Bantul
(Skripsi). Yogyakarta: PGSD FIP
Universitas Negeri Yogyakarta. Kemendikbud. 2016. “Hasil Survei PISA:
Peningkatan Capaian Indonesia
Termasuk Empat Besar”. Badan
Chiappetta, E. L., Fillman, D. A., & penelitian dan pengembangan.
Sethna, G. H. 1991. ”A Terbit pada 06 Desember 2016.
Quantitative Analysis of High
School Chemistry Textbooks for
Scientific Literacy Themes and Pramita, Mitra dkk. 2016. Implementasi
Expository Learning Aids”. Desain Pembelajaran pada
Journal of research in science Kurikulum 2013 dengan
teaching. 28 (10): 939-951. Pendekatan Kontekstual. Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian,
dan Pengembangan. Volume 1
Deden. 2015. Penerapan Pendekatan nomor 3 bulan Maret 2016 (289-
Saintifik dengan Menggunakan 296). Tersedia Online EISSN:
Model Pembelajaran Inkuiri pada 2502-471X
Mata Pelajaran Ekonomi.
Prosiding Seminar Nasional 9
Mei 2015 Universitas Negeri Rahmawati. 2016. Hasil TIMSS, Inilah
Surabaya. Hlm.98-107. Kelemahan Siswa Indonesia.
Pusat Penelitian dan Pendidikan
(Puspendik) Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 15 MARET 2017


AKTUALISASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR MELALUI GERAKAN LITERASI SEKOLAH
55
UNTUK MENYIAPKAN GENERASI UNGGUL DAN BERBUDI PEKERTI

(Kemendikbud) dalam seminar


Hasil Penilaian Pendidikan untuk
Kebijakan, Rabu
(14/12/16).Metro siantar.com.
Kamis, 15 Des 2016 - 16:13 WIB

Rizema, Sitiatava P. 2013. Desain Belajar


Mengajar Kreatif Berbasis Sains.
Yogyakarta: Diva Press

Zuriyani, E. 2012. Literasi Sains dan


Pendidikan. . Tersedia:

http://sumsel.kemenag.go.id/file/fi
le/TULISAN/wagj1343099486.pd
f. (17 Maret 2014)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 15 MARET 2017

Anda mungkin juga menyukai