Anda di halaman 1dari 180

PEMBAHASAN TO 5

OPTIMAPREP
BATCH FEBRUARI 2015
Office Address:
Jl Padang no 5, Manggarai, Setiabudi, Jakarta Selatan
(Belakang Pasaraya Manggarai)
Phone Number : 021 8317064
Pin BB 2A8E2925
WA 081380385694
Medan :
Jl. Setiabudi No. 65 G, Medan
Phone Number : 061 8229229 dr. Widya, dr. Eno, dr. Yolina
Pin BB : 24BF7CD2 dr. Cemara, dr. Ayu
dr. Hendra
www.optimaprep.com
Bahan Bacaan Assesment Kompetensi Lulusan
UKDI Februari 2014
Kebijakan JKN
• a. Undang-Undang
• - UU No. 40 Tahun 2004 Tentang SJSN
• - UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
• - UU No. 24 Tahun 2011 Tentang BPJS
• b. Peraturan Pemerintah
• - PP No. 101 Tahun 2012 Tentang Penerimaan Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
• c. Peraturan Presiden
• - Perpres 32 Tahun 2014 Tentang Pemanfaatan Dana Kapitasi
• - Perpres No. 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan
• - Perpres No. 111 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Perpres No. 12 Tahun 2003 Jamkes
• d. Peraturan Menteri Kesehatan
• - PMK 19 Tahun 2014 Penggunaan Dana Kapitasi
• - PMK No. 69 Tentang Tarif Pelayanan Kesehatan Program JKN
• - PMK No. 71 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan pada KJN
Manual Penyelenggaraan Praktik
• - Buku Penyelengaraan Praktik Kedokteran
• - Manual Komunikasi – KKI
• - Manual Persetujuan Tindakan Medik
• - Manual Rekam Medis
Formularium Nasional
Kode Etik Kedokteran Indonesia
Juklak Assessment Dokter

http://www.idionline.org/2014/05/bahan-bacaan-assesment-kompetensi-lulusan-ukdi-februari-2014-2/
1. Jaminan Kesehatan Nasional

BPJS Kesehatan Pemerintah

Kendali Biaya & kualitas Yankes


Regulasi Sistem Pelayanan
Kesehatan (rujukan, dll)
Regulasi (standarisasi)
Kualitas Yankes, Obat, Alkes
Regulator
Regulasi Tarif Pelayanan
Kesehatan,
Single payer, regulated, equity
Memberi Pelayanan
Peserta Fasilitas
Jaminan Kes Mencari Pelayanan Kesehatan
Sistem Rujukan
Jaminan Kesehatan Nasional (1)
Perpres No.12/2013 ttg JKN pasal 1
Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

Perpres No.12/2013 ttg JKN pasal 2,3,4


1. Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan; dan
2. Bukan PBI Jaminan Kesehatan : Pekerja Penerima Upah, Pekerja Bukan
Kepesertaan

Penerima Upah, Bukan Pekerja dan anggota keluarganya

Perpres No.12/2013 ttg JKN Pasal 6


1. Tahap pertama mulai tanggal 1 Januari 2014 adalah: PBI Jaminan Kesehatan,
Peserta Askes, Peserta jaminan pemeliharaan kesehatan Jamsostek, dan
Peserta ASABRI
2. Tahap Kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai peserta
BPJS Kesehatan paling lambat 1 Januari 2019
1.Bantuan Iuran BPJS
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
yang selanjutnya disebut PBI Jaminan
Kesehatan adalah
• Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu
sebagai peserta program jaminan kesehatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 101 TAHUN 2012
• Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan
– Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya;
– Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota
keluarganya
– bukan Pekerja dan anggota keluarganya
• Pekerja Penerima • Bukan Pekerja
Upah – investor
– Pegawai Negeri Sipil – Pemberi Kerja
– Anggota TNI – penerima pensiun
– Anggota Polri – Veteran
– Pejabat Negara – Perintis Kemerdekaan
– Pegawai Pemerintah Non
Pegawai Negeri
– pegawai swasta

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN
2.Promotif dan preventif
Manfaat pelayanan promotif dan preventif
meliputi
pemberian pelayanan:
a. penyuluhan kesehatan perorangan;
b. imunisasi dasar;
c. keluarga berencana; dan
d. skrining kesehatan.
Pasal 21
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN
3. Tidak dijamin BPJS
Pelayanan kesehatan yang • pelayanan kesehatan yang
tidak dijamin meliputi: dilakukan di luar negeri;
• pelayanan kesehatan yang • pelayanan kesehatan untuk
dilakukan tanpa melalui tujuan estetik;
prosedur • pelayanan untuk mengatasi
• pelayanan kesehatan yang infertilitas;
dilakukan di Fasilitas • pelayanan meratakan gigi
Kesehatan yang tidak (ortodonsi);
bekerjasama dengan BPJS • gangguankesehatan/penyak
• pelayanan kesehatan yang it akibat ketergantungan
telah dijamin oleh program obat dan/atau alkohol
jaminan kecelakaan kerja
• gangguan kesehatan akibat • alat kontrasepsi, kosmetik,
sengaja menyakiti diri makanan bayi, dan susu;
sendiri, atau akibat • perbekalan kesehatan
melakukan hobi yang rumah tangga;
membahayakan diri sendiri; • pelayanan kesehatan
• Pengobatan komplementer, akibat bencana pada masa
alternatif dan tradisional, tanggap darurat, kejadian
termasuk akupuntur, shin luar biasa/wabah
she, chiropractic
• pengobatan dan tindakan
medis yang dikategorikan
sebagai percobaan
Rawat inap yang dijamin
ruang perawatan kelas III bagi: perawatan kelas I bagi:
• 1. Peserta PBI Jaminan • Pejabat Negara dan anggota
Kesehatan; dan keluarganya;
• 2. Peserta Pekerja Bukan • Pegawai Negeri Sipil dan
Penerima Upah dan Peserta penerima pensiun pegawai
bukan Pekerja dengan iuran negeri sipil golongan ruang
untuk Manfaat pelayanan di III dan golongan ruang IV
ruang perawatan kelas III. beserta anggota keluarganya;
ruang perawatan kelas II bagi: • Anggota TNI dan penerima
• Pegawai Negeri Sipil dan pensiun Anggota TNI yang
penerima pensiun Pegawai setara Pegawai Negeri Sipil
Negeri Sipil golongan ruang I golongan ruang III dan
dan golongan ruang II beserta golongan ruang IV beserta
anggota keluarganya; anggota keluarganya
4.Pelayanan kesehatan
• BPJS Kesehatan melakukan pembayaran kepada
Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan
berdasarkan cara Indonesian Case Based
Groups(INACBG’s)
• Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama adalah
pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non
spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat jalan dan
rawat inap
• Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan adalah
upaya pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat
spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi rawat
jalan tingkat lanjutan
5. Persyaratan peserta BPJS
Persyaratan Umum • Peserta wajib menyetujui
• Peserta wajib memiliki penggunaan informasi
identitas sebagai Peserta tentang kesehatan dan
BPJS Kesehatan. pelayanan kesehatan
• Peserta wajib terdaftar di yang diterimanya oleh
1 (satu) Fasilitas BPJS Kesehatan
Kesehatan tingkat • Rawat Inap Tingkat
pertama. Lanjutan Persyaratan
• Untuk pertama kali setiap mendapatkan Pelayanan
Peserta didaftarkan oleh – Menyerahkan surat rujukan
dari Fasilitas Kesehatan
BPJS Kesehatan pada satu tingkat pertama atau
Fasilitas Kesehatan Fasilitas Kesehatan lain
tingkat pertama
6. Tarif Standar BPJS
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2013
7. Metode pembayaran dokter
• JC Robinson, 2001:”There are many
mechanisms for paying physicians, some are
good and some are bad. The worst are fee for
service, capitation and salary”
• Salary • Kapitasi
– Dokter menerima – Pembayaran di muka
pembayaran yang nilainya (prospective) nilai tetap
tetap untuk jam kerja (fixed fee) per peserta
tertentu secara periodik per bulan. Dokter dibayar
• Fee For Service berdasarkan jumlah
peserta yang mendaftar
– Dokter dibayar kepadanya
berdasarkan jumlah atau
jenis pelayanan yang • Case-Based
diberikan kepada pasien Reimbursement
– Dokter mendapat bayaran
yang sudah ditentukan
sebelumnya (prospective)
per kasus atau per episode
penyakit
METODE MEMBAYAR DOKTER LAYANAN PRIMER DALAM ERA JKN
PENGURUS BESAR IKATAN DOKTER INDONESIA JAKARTA, 2013
8. Mengakhiri Hubungan dokter pasien

• Dokter tidak boleh mengakhiri hubungan


dengan pasien apabila pasien mengeluh
tentang pelayanan kedokteran yang diberikan
• Hubungan profesional dokter pasien dapat
berakhir apabila pasien melakukan kekerasan

PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEDOKTERAN YANG BAIK DI INDONESIA


KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA Jakarta 2006
9. Pencabutan STR
• Dalam rangka pembinaan dan pengawasan,
Ketua KKI dapat mencabut STR dokter atau
STR dokter gigi apabila:
a. atas rekomendasi MKDKI;
b. tidak mampu menjalankan praktik
kedokteran.

PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEDOKTERAN YANG BAIK DI INDONESIA


KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA Jakarta 2006
10-11. Persetujuan tindakan
• persetujuan tindakan Suatu persetujuan dianggap
kedokteran adalah sah apabila:
• pernyataan sepihak a. Pasien telah diberi
pasien atau yang sah penjelasan/ informasi
mewakilinya yangisinya b. Pasien atau yang sah
berupa persetujuan atas mewakilinya dalam
rencana tindakan keadaan cakap
kedokteran (kompeten) untuk
• setelah menerima memberikan
informasi yang cukup keputusan/persetujuan.
untuk dapat membuat c. Persetujuan harus
persetujuan atau diberikan secara
penolakan sukarela.
• Persetujuan meliputi berbagai aspek pada
hubungan antara dokter dan pasien,
diantaranya:
– Kerahasiaan dan pengungkapan informasi
– Pemeriksaan skrining
– Pendidikan
– Penelitian

MANUAL PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN


KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA Jakarta 2006
12. Tenaga kesehatan
• Tenaga kesehatan yang – Tenaga kesehatan
diatur dalam Pasal 2 ayat masyarakat meliputi
epidemiolog kesehatan,
(2) sampai dengan ayat (8) entomolog kesehatan,
Peraturan Pemerintah mikrobiolog kesehatan,
Nomor 32 Tahun 1996 penyuluh kesehatan,
tentang Tenaga Kesehatan Administrator kesehatan dan
terdiri dari : sanitarian;
– Tenaga medis meliputi dokter – Tenaga gizi meliputi
dan dokter gigi; nutrisionis dan dietisien;
– Tenaga keperawatan meliputi
perawat dan bidan;
– Tenaga kefarmasian meliputi
apoteker, analis farmasi dan
asisten apoteker;
– Tenaga keterapian fisik
meliputi fisioterapis,
okupasiterapis dan terapis
wicara;
– Tenaga keteknisian medis
meliputi radiografer,
radioterapis, teknisi gigi,
teknisi elektromedis,
analis kesehatan,
refraksionis optisien,
othotik prostetik, teknisi
tranfusi dan perekam
medis;
MANUAL REKAM MEDIK
KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA Jakarta 2006
13. Rekam Medik
• Isi Rekam Medis • Dokumen, merupakan
• Catatan, merupakan kelengkapan dari catatan
uraian tentang identitas tersebut, antara lain foto
pasien, pemeriksaan rontgen, hasil
pasien, diagnosis, laboratorium dan
pengobatan, tindakan keterangan lain sesuai
dan pelayanan lain baik dengan kompetensi
dilakukan oleh dokter keilmuannya.
dan dokter gigi maupun
tenaga kesehatan lainnya
sesuai dengan
kompetensinya.
MANUAL REKAM MEDIK
KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA Jakarta 2006
14. Manfaat komunikasi efektif
Berdasarkan hasil penelitian, • Meningkatkan keberhasilan
manfaat komunikasi efektif diagnosis terapi dan
dokter-pasien di antaranya: tindakan medis.
• Meningkatkan kepuasan • Meningkatkan kepercayaan
pasien dalam menerima diri dan ketegaran pada
pelayanan medis dari pasien fase terminal dalam
dokter atau institusi menghadapi penyakitnya.
pelayanan medis.
• Meningkatkan kepercayaan
pasien kepada dokter yang
merupakan dasar hubungan
dokter-pasien yang baik.

MANUAL KOMUNIKASI EFEKTIF


KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA Jakarta 2006
15. Cara pengambilan sampel
Cara sampling Random Keterangan
Simple Random Sampling pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata/tingkatan yang ada dalam populasi itu

Stratified Sampling Penentuan tingkat berdasarkan karakteristik tertentu. Misalnya :


menurut usia, pendidikan, golongan pangkat, dan sebagainya

Cluster Sampling disebut juga sebagai teknik sampling daerah. Teknik ini digunakan
apabila populasi tersebar dalam beberapa daerah, propinsi, kabupaten,
kecamatan, dan seterusnya

Cara sampling Non-Random Keterangan


Systematical Sampling anggota sampel dipilh berdasarkan urutan tertentu. Misalnya setiap
kelipatan 10 atau 100 dari daftar pegawai disuatu kantor, pengambilan
sampel hanya nomor genap atau yang ganjil saja.
Porpusive Sampling sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya.

Snowball Sampling Dari sampel yang sedikit tersebut peneliti mencari informasi sampel lain
dari yang dijadikan sampel terdahulu, sehingga makin lama jumlah
sampelnya makin banyak
Quota Sampling anggota sampel pada suatu tingkat dipilih dengan jumlah tertentu
(kuota) dengan ciri-ciri tertentu
Convenience sampling mengambil sampel secara sembarang (kapanpun dan dimanapun
menemukan) asal memenuhi syarat sebagai sampel dari populasi
tertentu
optimized by optima
Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta : Bumi aksara.
When population is small,
homogeneous & readily
available. All subsets of the
frame are given an equal
probability.

The frame organized into


separate "strata." Each stratum
is then sampled as an
independent sub-population,
out of which individual
elements can be randomly
selected
In this technique, the total
population is divided into these
groups (or clusters) and
a simple random sample of the
groups is selected (two stage)
Ex. Area
sampling or geographical
cluster sampling
16. Uji Hipotesis

* : Uji Parametrik; Tanda panah ke bawah : Uji alternatif jika parametrik tidak
terpenuhi
Korelasi
• Metode untuk mencari hubungan antara 2 variabel
numerik
• Tidak mengenal variabel bebas dan tergantung →
menunjukan hubungan antara 2 variabel numerik
• Langkah:
– Menggambar scatter plot atau diagram baur
– Bila terdapat hubungan linear, hitung koefisien korelasi
– Hasil perhitungan: koefisien korelasi pearson (r) → korelasi
mutlak: nilai r=1 (nyaris tidak pernah ada dalam fenomena
biologis)
– Tafsiran nilai r
• Baik : r > 0,8
• Sedang : r = 0,6 – 0,79
• Lemah : r = 0,4 – 0,59
• Sangat lemah : r < 0,4
Sudigdo. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. 2011
17. Case Fatality Rate (CFR)
• Rumus CFR:
jumlah kematian karena penyakit X x 100%
Jmlh seluruh penderita penyakit X
Case Fatality Rate (CFR)
Dusun Jmlh Nama Yang sakit Yang Yang
penduduk Desa Dirawat Meninggal
Desa 1 100 Mata air 25 - -
Desa 2 150 Mata hati 38 5 1
Desa 3 100 Mata kaki 12 - -
Desa 4 50 Mata Sapi 10 6 2

• CFR desa 1 = (0/25) x 100% = 0%


• CFR desa 2 = (1/38) x 100% = 2.6%
• CFR desa 3 = (0/12) x 100% = 0%
• CFR desa 4 = (2/10) x 100% = 20%
18. Ukuran dalam Epidemiologi
Insidens Rate (IR)
• Insidens : jumlah kasus baru yang timbul pada suatu
periode waktu dalam populasi tertentu gambaran
tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang
ditemukan pada suatu waktu tertentu di suatu kelompok
masyarakat
• Contoh : Pada suatu daerah dengan jumlah penduduk tgl 1
Juli 2005 sebanyak 100.000 orang semua rentan terhadap
penyakit diare ditemukan laporan penderita baru sebagai
berikut bulan januari 50 orang, Maret 100 orang, Juni
150 orang, September 10 orang dan Desember 90 orang

• IR = ( 50+ 100+150+10 +90) /100.000 X 100 % = 0,4 %


Ukuran dalam Epidemiologi
Attack rate (AR)
• Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan
pada suatu saat dibandingkan dengan jumlah penduduk
yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang
sama dalam % atau permil.
• Contoh: Dari 500 orang murid yang tercatat pada SD X
ternyata 100 orang tiba-tiba menderita muntaber
setelah makan nasi bungkus di kantin sekolah
• AR = 100 / 500 X 100% = 20 %
• AR hanya dignkan pada kelompok masyarakat terbatas
dan periode terbatas,misalnya KLB.
Ukuran dalam Epidemiologi
Prevalens rate
• Gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang
ditemukan pada jangka waktu tertentu disekelompok masyarakat
tertentu.
• Ada dua Prevalen:
Period Prevalence
• Contoh : Pada suatu daerah penduduk pada 1 juli 2005 100.000
orang, dilaporkan keadaan penyakit A sbb: Januari 50 kasus lama dan
100 kasus baru, Maret 75 kasus lama dan 75 kasus baru, Juli 25 kasus
lama dan 75 kasus baru; September 50 kasus lama dan 50 kasus
baru, dan Desember 200 kasus lama dan 200 kasus baru.
• Period Prevalens rate :
(50+100)+(75+75)+(25+75)+(50+50)+(200+200) /100.000 X 100 % =
0,9 %
Ukuran dalam Epidemiologi
Point Prevalence Rate
• Jumlah penderita lama dan baru pada satu
saat, dibagi dengan jumlah penduduk saat
itu dalam persen atau permil.
• Contoh: Satu sekolah dengan murid 100
orang, kemarin 5 orang menderita penyakit
campak, dan hari ini 5 orang lainnya
menderita penyakit campak
• Point Prevalence rate = 10/100 x 1000 ‰=
100 ‰
19. Kecelakaan Kerja
• Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang
terjadi dalam hubungan kerja, termasuk
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari
rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya,
dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan
kerja.
Teori Kecelakaan Kerja
• Salah satu teori untuk • Teori Frank E. Bird Petersen
menjelaskan terjadinya • Teori manajemen yang
kecelakaan kerja yang berisikan lima faktor dalam
diusulkan oleh H.W. urutan suatu kecelakaan,
Heinrich “teori Domino antara lain :
Heinrich” – Manajemen kurang control
• Kecelakaan terdiri atas lima – Sumber penyebab utama
faktor yang saling – penyebab langsung
berhubungan, yaitu : (1) – Kontak peristiwa
kondisi kerja, (2) kelalaian – Kerugian gangguan (tubuh
manusia, (3) tindakan tidak maupun harta benda)
aman, (4) kecelakaan, dan
(5) cedera.
Human Error (James Reason, 1990)

Defenses

Unsafe Acts

Preconditions ACCIDENT

Line
Management
Active & Latent
Failures
Decision
makers
Active failures
Latent failures
Latent failures
Latent failures
Teori Frank E. Bird Petersen
20. UU no. 40 tahun 2004
• Perusahaan jaminan kesehatan yang termasuk
menjadi BPJS
– PT Asuransi Kesehatan Indonesia (PT Askes
Persero),
– PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek
Persero)
– Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (PT ASABRI)
– PT Dana Tabungan Dan Asuransi Pegawai Negeri
(PT TASPEN).
21. Dewan Jaminan Sosial Nasional
dalam UU no. 40 tahun 2004
• Bertanggung jawab pada presiden
– Bertugas melakukan penelitian terkait penyelenggaraan jamina
sosial
– mengusulkan kebijakan investasi Dana Jaminan Sosial Nasional
– mengusulkan anggaran jaminan sosial bagi penerima banturan
iuran dan tersedianya anggaran operasional kepada pemerintah
• Diangkat dan diberhentikan oleh presiden
• Memiliki wewenang dalam monitoring dan evaluasi
penyelenggaraan program jaminan sosial
• Terdiri dari unsur pemerintah, tokoh/ahli yang memahami
bidang jaminan sosial, organisasi pemberi kerja, dan
organisasi pekerja.
• Ketua berasal dari unsur pemerintah
22. BPJS (UU no. 24 thn 2011 pasal 5 &
6)
• BPJS terdiri dari:
– BPJS Kesehatan: menyelenggarakan program
jaminan kesehatan.
– BPJS Ketenagakerjaan, menyelenggarakan
program:
• jaminan kecelakaan kerja;
• jaminan hari tua;
• jaminan pensiun; dan
• jaminan kematian.
23. Pemberian Pelayanan (UU
Kesehatan no. 36 thn 2009)
PASAL 52
1) Pelayanan kesehatan terdiri atas:
– pelayanan kesehatan perseorangan; dan
– pelayanan kesehatan masyarakat.
2) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.
PASAL 53
1) Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan
perseorangan dan keluarga.
2) Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
penyakit suatu kelompok dan masyarakat.
Pelayanan Kesehatan (UU Kesehatan
no. 36 thn 2009)
• Pelayanan kesehatan promotif: lebih mengutamakan
kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.
• Pelayanan kesehatan preventif: kegiatan pencegahan
terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.
• Pelayanan kesehatan kuratif: kegiatan pengobatan yang
ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit,
atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita
dapat terjaga seoptimal mungkin.
• Pelayanan kesehatan rehabilitatif: kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat
sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota
masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.
24. Perlindungan Pasien (UU
Kesehatan no. 36 thn 2009)
PASAL 56
1) Setiap orang berhak menerima atau menolak
sebagian atau seluruh tindakan pertolongan
yang akan diberikan kepadanya setelah
menerima dan memahami informasi mengenai
tindakan tersebut secara lengkap.
2) Hak menerima atau menolak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku pada:
– penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara
cepat menular ke dalam masyarakat yang lebih luas;
– keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri; atau
– gangguan mental berat.
25. Perlindungan Pasien (UU
Kesehatan no. 36 thn 2009)
PASAL 57
1) Setiap orang berhak atas rahasia kondisi
kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan
kepada penyelenggara pelayanan kesehatan.
2) Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi
kesehatan pribadi tidak berlaku dalam hal:
– perintah undang-undang;
– perintah pengadilan;
– izin yang bersangkutan;
– kepentingan masyarakat; atau
– kepentingan orang tersebut.
26. (UU Kesehatan no. 36 thn 2009)
PASAL 64
1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan dapat dilakukan melalui transplantasi
organ dan/atau jaringan tubuh, implan obat
dan/atau alat kesehatan, bedah plastik dan
rekonstruksi, serta penggunaan sel punca.
2) Transplantasi organ /jaringan tubuh dilakukan
hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang
untuk dikomersialkan.
3) Organ /jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan
dengan dalih apapun.
(UU Kesehatan no. 36 thn 2009)
PASAL 65
1)Transplantasi organ/ jaringan tubuh hanya dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dan dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan tertentu.
2)Pengambilan organ/jaringan tubuh dari seorang donor
harus memperhatikan kesehatan pendonor yang
bersangkutan dan mendapat persetujuan pendonor
dan/atau ahli waris atau keluarganya.
PASAL 123
1)Pada tubuh yang telah terbukti mati batang otak dapat
dilakukan tindakan pemanfaatan organ sebagai donor untuk
kepentingan transplantasi organ
2.2 Elemen-elemen dalam Model Proses Komunikasi

27. Model proses komunikasi


Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana
dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan
oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003).
(Schermerhorn, Hunt & Osborn;1994)
Model proses komunikasi digambarkan Schermerhorn, Hunt & Osborn (1994)
sebagai berikut:

Source Receiver
Sends Message Receives

Intended Encodes Decodes Perceived


meaning meaning
Channel

Feedback

Noise
· Physical
distraction
· Semantic problems
· Cultural
differences
· Absence of

Sumber : Schermerhorn, Hunt & Osborn (1994)

Sumber (source) atau kadang disebut juga pengirim pesan adalah orang yang
• Sumber (source) : orang yang menyampaikan pemikiran atau informasi
yang dimilikinya.
– bertanggungjawab menerjemahkan ide (encoding) menjadi sesuatu
suatu pesan baik verbal, tulisan, dan atau non verbal, atau kombinasi.
• Disampaikan melalui saluran (channel) yang sesuai
• Pesan diterima oleh receiver yang akan menerjemahkan pesan (decoding)
berdasarkan batasan pengertian yang dimiliki.
• Bisa terjadi kesenjangan antara yang dimaksud source dengan yang
dimengerti receiver o.k. adanya penghambat (noise).
• Penghambat : perbedaan sudut pandang, pengetahuan atau pengalaman,
perbedaan budaya, masalah bahasa, dan lainnya.
• Umpan balik/ feedback penting sebagai proses klarifikasi untuk
menghindari salah interpretasi.
• Dalam hubungan dokter-pasien, baik dokter maupun pasien dapat
berperan sebagai source dan receiver secara bergantian  komunikasi 2
arah
28. Simpati dan Empati
• Empati merupakan perasaan yang mampu
menempatkan kita dalam sudut pandang pasien yang
menghadapi masalah/ keluhan yang dialami.
• Empati menempatkan kita secara obyektif dan
memungkinkan kita memberikan tanggapan yang tepat
pada pasien mengenai ketakutan dan kekhawatirannya
tanpa perlu terseret dalam perasaan subyektif dan
emosi yang mengganggu penilaian kita.
• Simpati menjadikan dokter yang seharusnya
memberikan penilaian obyektif menjadi terganggu
karena adanya unsur emosi yang menguasai.
Refleksi Isi & Perasaan
• Refleksi isi: dokter merangkum dan
mengungkapkan kembali inti pembicaraan
pasien. Hal ini dilakukan untuk
mengkonfirmasi informasi yang diterima dari
pasien ke dokter
• Refleksi perasaan: dokter mengungkapkan
perasaan, kekhawatiran, ketakutan, serta
harapan pasien mengenai kondisinya
29. Five Star Doctor (WHO)
• Penyedia Pelayanan Kesehatan & Perawatan (Care provider)
– melakukan pelayanan medis secara komprehensif dan holistik karena pasien
adalah bagian tak terpisahkan dari keluarga, komunitas, lingkungannya.
– menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi,
komprehensif, kontinu, dan personal dalam jangka waktu panjang dalam
wujud hubungan profesional dokter-pasien yang saling menghargai dan
mempercayai
• Pengambil Keputusan (Decision-maker)
– Mampu membuat keputusan klinis yg ilmiah dan empatik (pengobatan,
pemeriksaan penunjang, dll) berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan
mempertimbangkan harapan pasien, nilai etika, “cost effectiveness” untuk
kepentingan pasien sepenuhnya.
• Komunikator (Communicator)
– Mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang efektif
sehingga memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan
kesehatan serta memicu perubahan pola pikir menuju hidup sehat dan
mandiri kepada pasien dan komunitasnya
Five Star Doctor (WHO)
• Pemimpin Masyarakat (Community leader)
– memperoleh kepercayaan dari komunitas yang dilayaninya,
menselaraskan kebutuhan kesehatan individu dan
komunitasnya, memberikan nasihat kepada komunitas,
melakukan kegaiatan atas nama masyarakat dan menjadi
panutan masyaraka
• Pengelola Manajemen (Manager)
– Berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di
dalam maupun di luar sistem kesehatan sehingga mampu
memenuhi kebutuhan pasien dan komunitasnya
berdasarkan data kesehatan yang ada.
– Menjadi dokter yang cakap memimpin sarana kesehatan
30. Perpres 12 thn 2013 ttg Jaminan
Kesehatan
PASAL 25
Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin meliputi:
• pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur
sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku
• pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang
tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus
gawat darurat
• pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan
kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan
kerja atau hubungan kerja
• pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri
• pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik
• pelayanan untuk mengatasi infertilitas dengan Manfaat Jaminan
Kesehatan yang diberikan
Perpres 12 thn 2013 ttg Jaminan
Kesehatan
PASAL 25
Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin meliputi:
• pelayanan meratakan gigi (ortodonsi)
• gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau
alkohol
• gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat
melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri
• pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk
akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif
berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology
assessment)
• pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan
(eksperimen)
• alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu
• perbekalan kesehatan rumah tangga
• pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian
luar biasa/wabah; dan biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan
dengan Manfaat Jaminan Kesehatan yang diberikan.
31. Komunikasi efektif
• Tujuan komunikasi efektif dokter-pasiennya:
– mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk
dokter, lebih memberikan dukungan pada pasien, shg lebih efektif &
efisien bagi keduanya
• Disease centered communication style /doctor centered
communication style.
– Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha
menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik
mengenai tanda dan gejala-gejala.
• Illness centered communication style/ patient centered
communication style.
– Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang
penyakitnya yang secara individu merupakan pengalaman unik.
– Termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya, apa yang
menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya.
32. Kesehatan ibu, bayi, dan anak
(UU Kesehatan no. 36 thn 2009)
PASAL 130
• Pemerintah wajib memberikan imunisasi
lengkap kepada setiap bayi dan anak.
Perpres 12 thn 2013 ttg Jaminan
Kesehatan
PASAL 21
• Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi:
– penyuluhan kesehatan perorangan  faktor risiko penyakit &
perilaku hidup bersih & sehat
– imunisasi dasar;
– keluarga berencana; dan
– skrining kesehatan.
• Pelayanan imunisasi dasar meliputi Baccile Calmett Guerin
(BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B (DPT- HB),
Polio, dan Campak.
• Pelayanan keluarga berencana meliputi konseling,
kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi bekerja sama
dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana.
33. Hubungan sesama dokter
• KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
• Pasal 18
• Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya
sebagaimana ia sendiriingin diperlakukan.
• Pasal 19
• Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien
dari teman sejawat,kecuali dengan persetujuan
keduanya atau berdasarkan prosedur yang etis.
34. Kegawatdaruratan
• Hubungan Dokter - Pasien dalam Keadaan Gawat
Darurat
• Hubungan dokter-pasien dalam keadaan gawat darurat
sering merupakan hubungan yang spesifik. Dalam
keadaan biasa (bukan keadan gawat darurat) maka
hubungan dokter– pasien didasarkan atas kesepakatan
kedua belah pihak, yaitu pasien dengan bebas dapat
menentukan dokter yang akan dimintai bantuannya
(didapati azas voluntarisme).
• Demikian pula dalam kunjungan berikutnya, kewajiban
yang timbul pada dokter berdasarkan pada hubungan
yang telah terjadi sebelumnya (pre-existing
relationship). Dalam keadaan darurat hal di atas dapat
tidak ada dan azas voluntarisme dari keduabelah pihak
juga tidak terpenuhi
• Apabila seseorang bersedia menolong orang lain
dalam keadaan darurat, maka ia harus
melakukannya hingga tuntas dalam arti ada pihak
lain yang melanjutkan pertolongan itu atau
korban tidak memerlukan pertolongan lagi.
• Dalam hal pertolongan tidak dilakukan dengan
tuntas maka pihak penolong dapat digugat
karena dianggap mencampuri/ menghalangi
kesempatan korban untuk memperoleh
pertolongan lain (loss of chance).
35. Penanganan dengan risiko
• Pasal 5 : Perbuatan Melemahkan Psikis
maupun Fisik.
• Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang
mungkin melemahkan daya tahan psikis
maupun fisik, wajib memperoleh persetujuan
pasien/ keluarganya dan hanya diberikan
untuk kepentingan dan kebaikan pasien
tersebut.
36. Rekam Medis
A. Pengobatan Pasien
• Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk
merencanakan dan menganalisis penyakit serta merencanakan
pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang harus diberikan
kepada pasien.
B. Peningkatan Kualitas Pelayanan
• Membuat Rekam Medis bagi penyelenggaraan praktik kedokteran
dengan jelas dan lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan
untuk melindungi tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan
masyarakat yang optimal.
C. Pendidikan dan Penelitian
• Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan kronologis
penyakit, pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis,
bermanfaat untuk bahan informasi bagi perkembangan pengajaran
dan penelitian di bidang profesi kedokteran dan kedokteran gigi.
D. Pembiayaan
• Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk
menetapkan pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana
kesehatan. Catatan tersebut dapat dipakai sebagai bukti
pembiayaan kepada pasien.
E. Statistik Kesehatan
• Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan,
khususnya untuk mempelajari perkembangan kesehatan
masyarakat dan untuk menentukan jumlah penderita pada
penyakit-penyakit tertentu.
F. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik
• Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga
bermanfaat dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik.
37-38. Komunikasi dokter-pasien
• Di dalam komunikasi dokter-pasien, ada dua
sesi yang penting, yaitu sesi pengumpulan
informasi yang di dalamnya terdapat proses
anamnesis, dan sesi penyampaian informasi.
Tanpa penggalian informasi yang akurat,
dokter dapat terjerumus ke dalam sesi
penyampaian informasi (termasuk nasihat,
sugesti atau motivasi dan konseling) secara
prematur. Akibatnya pasien tidak melakukan
sesuai anjuran dokter.
Ada empat langkah yang terangkum dalam
satu kata untuk melakukan komunikasi, yaitu
SAJI (Poernomo, Ieda SS, Program Family
Health Nutrition, Depkes RI, 1999).
• S = Salam
• A = Ajak Bicara
• J = Jelaskan
• I = Ingatkan
39-40. Kewajiban dan hak dokter
Sebagaimana lazimnya suatu perikatan, perjanjian medik pun
memberikan hak dan kewajiban bagi dokter. Dalam Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, hak dan
kewajiban dokter atau dokter gigi terdapat dalam paragraf 6, yaitu;
Kewajiban Dokter/Dokter Gigi
a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai
keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;
c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien,
bahkan juga setelah pasien meninggal dunia;
d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali
bila ia yakin ada orang lain yang bertugas mampu melakukannya;
e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran atau kedokteran gigi.
Hak Dokter/Dokter Gigi
– memperoleh perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional;
– memberikan pelayanan medis menurut standar
profesi dan standar prosedur operasional;
– memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari
pasien atau keluarganya; dan
– menerima imbalan jasa.
41. Etik Kedokteran
• Kaidah dasar moral terdiri atas:
1. Autonomy: pasien dapat mengambil keputusan
sendiri & dijamin kerahasiaan medisnya → dasar
informed consent & kerahasiaan medis
2. Nonmaleficence (Do No Harm): tidak dengan
sengaja melakukan tindakan yang malah
merugikan/invasif tanpa ada hasilnya → dasar agar
tidak terjadi kelalaian medis
3. Beneficence: mengambil langkah yang bermanfaat,
untuk mencegah atau menghilangkan sakit
4. Justice: perlakuan yang sama untuk kasus yang sama
42. Komunikasi Dokter-Pasien
• Komunikasi dokter pasien harus dilandasi
dengan rasa empati
• Rasa empati yang tumpul dapat menyebabkan
berkurangnya informasi yang didapat
• Pada kasus ini seorang wanita tampak cemas
dan ragu-ragu. Melihat hal tersebut,
seharusnya seorang dokter memberikan
kenyamanan dan menanyakan apakah masih
ada yang ignin ditanyakan.
43. Hubungan dokter-pasien
• Hubungan antara dokter dengan pasien yang
seimbang atau setara dalam ilmu hukum disebut
hubungan kontraktual.
• Hubungan kontraktual atau kontrak terapeutik
terjadi karena para pihak, yaitu dokter dan pasien
masing-masing diyakini mempunyai kebebasan
dan mempunyai kedudukan yang setara.
• Kedua belah pihak lalu mengadakan suatu
perikatan atau perjanjian di mana masing-masing
pihak harus melaksanakan peranan atau
fungsinya satu terhadap yang lain. Peranan
tersebut berupa hak dan kewajiban.
44. Rahasia Kedokteran
• Physician may not disclose any medical
information revealed by a patient or discovered
by a physician in connection with the treatment
of a patient (American Medical Association)
• Hippocratic Oath : ” Apapun yang saya lihat
dengar atau lihat, tentang kehidupan seseorang
yang tidak patut disebarluaskan, tidak akan saya
ungkapkan, karena saya harus merahasiakannya”
• Diatur dalam PP. No. 10 Tahun 1966 tentang
wajib simpan rahasia kedokteran, dan dapat
dipidana dengan Pasal 322 KUHP jika dilanggar
45. Keterampilan Berkomunikasi
Keterampilan berkomunikasi berlandaskan empat unsur yang merupakan
inti komunikasi:
- Sumber (yang menyampaikan informasi). Siapa dia? Seberapa luas/dalam
pengetahuannya tentang informasi yang disampaikannya?
- Isi pesan (apa yang disampaikan). Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu
disesuaikan dengan tujuan komunikasi, media penyampaian,
penerimanya.
- Media yang digunakan. Apakah hanya berbicara? Apakah percakapan
dilakukan secara tatap muka atau melalui telepon, menggunakan lembar
lipat, buklet, vcd, peraga).
- Penerima (yang diberi informasi). Bagaimana karakternya? Apa
kepentingannya? (langsung, tidak langsung). Keempat unsur ini masih
perlu dilengkapi dengan umpan balik. Dokter sebagai sumber atau
pengirim pesan harus mencari tahu hasil komunikasinya (apa yang
dimengerti pasien?).
46. Pemberian Informasi Medis
Menyadari bahwa tidak semua pasien dapat
memahami informasi dari dokter, di samping
kemungkinan pasien sendiri tidak mampu
mengemukakan keluhannya karena keadaannya tidak
memungkinkan, perlu diperhatikan adanya 4 kelompok
pasien yang tidak perlu mendapat informasi secara
langsung, yaitu:
• Pasien yang diberi pengobatan dengan placebo yaitu
merupakan senyawa farmakologis tidak aktif yang
digunakan sebagai obat untuk pembanding atau
sugesti (suggestif-therapeuticum).
• Pasien yang akan dirugikan jika mendengar informasi
tersebut, misalnya karena kondisinya tidak
memungkinkan untuk mendengarkan informasi yang
dikhawatirkan dapat membahayakan kesehatannya.
• Pasien yang sakit jiwa dengan tingkat gangguan
yang sudah tidak memungkinkan untuk
berkomunikasi (cara berpikirnya tidak realistis,
tidak bisa mendengar karena terperangkap oleh
pemikirannya sendiri; menarik diri dari
lingkungan dan mungkin hidup dalam dunia
angannya sendiri, sulit kontak atau berkomunikasi
dengan orang lain; tidak peduli pada dirinya
sendiri maupun orang lain/lingkungan, tidak
peduli pada tampilannya, tidak merawat diri;
mpikirnya tidak jelas, tidak logis; afeksi sukar atau
tidak tersentuh).
• Pasien yang belum dewasa. Seseorang dikatakan
cakap-hukum apabila ia pria atau wanita telah
berumur 21 tahun, atau bagi pria apabila belum
berumur 21 tahun tetapi telah menikah. Pasal
1330 KUH Perdata, menyatakan bahwa seseorang
yang tidak cakap untuk membuat persetujuan
adalah orang yang belum dewasa. Menurut KUH
Perdata Pasal 1330, belum dewasa adalah belum
berumur 21 tahun dan belum menikah.
Permenkes tersebut menyatakan umur 21 tahun
sebagai usia dewasa.
47. Kewajiban Pasal 10
(penghormatan hak-hak pasien dan sejawat)
• Seorang dokter wajib menghormati hak-hak
pasien, teman sejawatnya, dan tenaga
kesehatan lainnya, serta wajib menjaga
kepercayaan pasien

• Pada kasus ini dokter menghargai autonomy


pasien, karena pasien masih dalam kondisi
sadar dan dapat dimintai keterangan.
48. Kewajiban Pasal 3
(kemandirian profesi)
• Pasal 3 :Kemandirian profesi
– Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang
dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang
mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian
profesi
• Pada bagian penjelasan pasal 3, butir kedua:
– Melibatkan diri secara langsung atau tidak langsung dalam
segala bentuk kegiatan yang bertujuan untuk
mempromosikan atau mengiklankan dirinya, barang
dan/atau jasa sebagaimana dimaksud pasal 3, cakupan
pasal butir 1 dan 2 di atas guna kepentingan dan
keuntungan pribadinya, sejawat/pihak lain kelompoknya
49. Kewajiban Pasal 6
(bijak dalam penemuan baru)
• Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati
dalam mengumumkan atau menerapkan
setiap penemuan tekhnik atau pengobatan
baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-
hal yang dapat menimbulkan keresahan
masyarakat
• Pada bagian penjelasan diterangkan:
– Hanya dibenarkan mempublikasikan temuan
tersebut pada media ilmia profesi, dan penelitian
sudah lolos kajian etik.
50. Kewajiban Pasal 12
(pelayanan kesehatan holistik)
• Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter
wajib memperhatikan keseluruhan aspek
pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan paliatif), baik fisik maupun psiko
sosial-kulturan pasiennya, serta berusaha
menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat
• Pada penjelasan pasal 12
– Dalam aspek preventif dokter harus bertindak sebagai
pemberi pelayanan, pendidikan kesehatan, dan
perlindungan pencegahan supaya klien dan
keluarganya dapat tetap sehat, terhindar dari
risiko/sumber penyakit
51. Kewajiban Pasal 18
(menjunjung tinggi kesejawatan)
• Setiap dokter wajib memperlakukan teman
sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
• Penjelasan pada pasal 18
– Setiap dokter wajib berupaya untuk mencegah dan
tidak memulai terjadinya konik etikolegal di dalam
dan/atau antar profesi dalam bentuk apapun serta
dilarang bertengkar dengan sejawat pada saat tugas
profesi
– Setiap dokter dilarang memberikan komentar negatif
tentang sejawat lain pada saat di depan
pasien/keluarganya.
52. Kewajiban pasal 17
(pertolongan darurat)
• Setiap dokter wajib melakukan pertolongan
darurat sebagai suatu wujud tugas
perikemanusiaan, kecuali bila dia yakin ada orang
lain bersedia dan mampu memberikannya.
• Penjelasan pada pasal 17
– Jika terdapat kasus yang membutuhkan gawat
darurat, maka dokter dapat menghentikan layanannya
pada pasien lain yang non-gawat darurat atau gawat
darurat dengan kondisi saat itu memiliki prioritas
secara pertimbangan medik lebih rendah dari saat ini.
53. Kewajiban pasal 4
(memuji diri)
• Setiap dokter wajib menghindarkan diri dari
perbuatan yang bersifat memuji diri
• Penjelasan
– Dilarang menggunakan gelar yang bukan hak-nya
– Mencantumkan gelar profesor dan akademik atau
sebutan keanggotan profesi yang tidak berhubungan
dengan pelayanan medis pada papan praktek, kertas
resep, atau atribut praktik lainnya
– Mengiklankan diri sebagai yang terbaik
– Masih diperkenankan membuat iklan di media cetak
sebagai pengenalan awal praktek, pengumunan cuti
praktek.
54. Kewajiban Pasal 3
(kemandirian profesi)
• Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang
dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang
mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian
profesi
• Penjelasan pada pasal 3
– Dalam kehadirannya pada temu ilmiah, dokter
dilarang untuk mengikatkan diri untuk
mempromosikan/meresepkan barang/ produk dan
jasa tertentu, apapun bentuk bantuan sponsorshipnya
– Dokter dapat menerima bantuan dari pihak sponsor
untuk keperluan keikutsertaan dalam temu ilmiah
mencakup pendaftaran, akomodasi dan transportasi
sewajarnya sesuai kode etik masing-masing.
55. Rekam Medis
• Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik
kedokteran wajib menyimpan kerahasiaan yang menyangkut riwayat
penyakit pasien yang tertuang dalam rekam medis.
• Rahasia kedokteran tersebut dapat dibuka hanya untuk kepentingan
pasien untuk memenuhi permintaan aparat penegak hukum (hakim
majelis), permintaan pasien sendiri atau berdasarkan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
• Berikut ini adalah manfaat dari rekam medis:
– alat komunikasi (informasi) dan dasar pengobatan bagi dokter, dokter
gigi dalam memberikan pelayanan medis.
– Masukan untuk menyusun laporan epidemiologi penyakit dan
demografi (data sosial pasien) serta sistem informasi manajemen
rumah sakit
– Masukan untuk menghitung biaya pelayanan
– Bahan untuk statistik kesehatan
– Sebagai bahan/pendidikan dan penelitian data
56. Mengakhiri hubungan profesional
dengan pasien
• Dokter tidak boleh mengakhiri hubungan dengan pasien
apabila pasien mengeluh tentang pelayanan kedokteran
yang diberikan. Termasuk apabila pasien mengeluh tentang
tagihan pembiayaan jasa layanan atau terapi yang
diberikan. Hubungan profesional dokter pasien dapat
berakhir apabila pasien melakukan kekerasan.
• Dokter harus menjelaskan kepada pasien secara lisan atau
tertulis, alasan mengakhiri hubungan profesional dengan
pasien tersebut. Walau demikian dokter tidak boleh
menerlantarkan pasien tersebut. Dokter bertanggung
jawab untuk mencarikan dokter penggganti. Selanjutnya
ringkasan salinan rekam medis pasien diberikan pada
dokter pengganti.
57. Asuhan klinis yang baik
Asuhan klinis yang baik meliputi:
• Menilai keadaan pasien yang adekuat berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik, apabila diperlukan
juga melakukan pemeriksaan tambahan yang sesuai;
• Melakukan atau merencanakan pemeriksaan lanjutan,
dan melakukan terapi apabila diperlukan;
• Melakukan tindakan yang tepat;
• Melakukan tindakan segera apabila diperlukan; dan
• Merujuk pasien kepada dokter lain yang sesuai, bila
ada indikasi
58-59. Autonomy
• Merupakan prinsip kaidah dasar etik untuk
memiliki hak menentukan nasibnya sendiri
• Pada kasus ini hanya pasien yang boleh
memberitahukan kondisi medisnya kepada
suami atau dokter diberikan izin oleh pasien
untuk menerangkan kondisinya kepada suami
60. Kewajiban Pasal 5
(perbuatan melemahkan fisik atau psikis)
• Setiap dokter terhadap pasien yang sedang menderita
sakit wajib menyampaikan informasi yang dapat
melemahkan kondisi psikis pasien secara patut, teliti
dan hati-hati dengan perkataan yang tepat.
• Dalam rangka menimbulkan dan/atau menjaga rasa
percaya diri pasien, dokter seyogyanya dilarang
berbohong kepada pasiennya yang menderita penyakit
berat/parah, kecacatan atau gangguan kualitas hidup
tetapi boleh menahan sebagian informasi yang dapat
melemahkan psikis pasien dan/atau fisiknya.
61. Asas
Praktik
Kedokteran

• Berdasarkan
pedoman
penyelangg
araan
praktik
kedokteran
Bab II Pasal
(1)
62. STR Sementara
63. Persyaratan RS kelas D Pratama
• Persyaratan yang harus dipenuhi bagi Fasilitas
Kesehatan Tingkat pertama, khususnya untuk
Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara,
yaitu:
– Surat Ijin Operasional
– Surat Ijin Praktik (SIP) tenaga kesehatan yang
berpraktik
– Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan
– Perjanjian Kerjasama dengan jejaring jika diperlukan
– Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang
terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional
• PMK No.71 Thn 2013 mengenai Pelayanan Kesehatan pada JKN
Bagian Kedua tentang Persyaratan, Seleksi, dan Kredensialing
64. Asuhan Klinis yang Baik

• Pedoman Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Indonesia Bab V mengenai Asuhan


Klinis yang baik
65. Kelalaian Medis
• Tipe medical error berdasarkan aspek teknis
dibedakan atas :
– Error of omission, yaitu tidak melakukan tindakan
yang seharusnya dilakukan. Tipe error ini contohnya
adalah keterlambatan dalam penanganan pasien atau
tidak meresepkan obat untuk indikasi yang jelas.
– Error of commission, yaitu melakukan tindakan yang
seharusnya tidak dilakukan. Tipe error ini contohnya
adalah kesalahan dalam memutuskan pilihan terapi
dengan memberikan obat yang salah, atau obat
diberikan melalui cara yang salah.
KONSTRUKSI MEDIS DAN HUKUM

UNDERLYING PERJALANAN PENYAKIT DAN


DISEASE KOMPLIKASI

NO
ERROR ACCEPTABLE
RISKS ADVERSE
UNFORESEEABLE EVENTS
RISKS

PREVENTABLE
PREVENTABLE
ACTIVE ERRORS ADVERSE
ADVERSE EVENTS
EVENTS
LATENT
ERRORS (Error of planning &
error of execution) NEGLIGENT
ADVERSE EVENTS
DUTY + BREACH OF DUTY (KELALAIAN MEDIS)
+ DAMAGE
+ CAUSAL
MEDICAL ERRORS
DILIHAT DARI KONTRIBUSINYA
• LATENT ERRORS
– CENDERUNG BERADA DI LUAR KENDALI OPERATOR GARIS
DEPAN; SEPERTI DESAIN BURUK, INSTALASI TAK TEPAT,
PEMELIHARAAN BURUK, KESALAHAN KEPUTUSAN
MANAJEMEN, STRUKTUR ORGANISASI YG BURUK
• ACTIVE ERROR
– KESALAHAN PADA TINGKAT OPERATOR GARIS DEPAN

TIDAK SEMUA ERRORS MENGAKIBATKAN ADVERSE EVENTS


KELALAIAN MEDIK
• JENIS MALPRAKTEK TERSERING
• BUKAN KESENGAJAAN
• TIDAK MELAKUKAN YG SEHARUSNYA
DILAKUKAN, MELAKUKAN YG SEHARUSNYA
TIDAK DILAKUKAN OLEH ORANG2 YG
SEKUALIFIKASI PADA SITUASI DAN KONDISI YG
IDENTIK
SYARAT KELALAIAN (4D)

• DUTY (Duty of care)


– KEWAJIBAN PROFESI
– KEWAJIBAN KONTRAK DG PASIEN
• DERELICTION / BREACH OF DUTY
– PELANGGARAN KEWAJIBAN TSB
• DAMAGES
– CEDERA, MATI ATAU KERUGIAN
• DIRECT CAUSALSHIP
– HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT, SETIDAKNYA PROXIMATE
CAUSE
BENTUK KELALAIAN

• MALFEASANCE
– MELAKUKAN TINDAKAN YG MELANGGAR HUKUM (UNLAWFUL /
IMPROPER)
– SEJAJAR DENGAN ERROR OF PLANNING
– MIS. TINDAKAN MEDIS TANPA INDIKASI
• MISFEASANCE
– IMPROPER PERFORMANCE YG AKIBATKAN CEDERA
– SEJAJAR DENGAN ERROR OF EXECUTION
– MIS. TINDAKAN MEDIS TAK SESUAI PROSEDUR
• NONFEASANCE
– TIDAK MELAKUKAN TINDAKAN YG MERUPAKAN KEWAJIBAN
66. UU No.24 thn 2011 ttg BPJS
67. Kendali Mutu dan Biaya BPJS

• PMK No.71 Thn 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan pada JKN Bab VI
mengenai Kendali Mutu dan Kendali Biaya
68. PERMENKES No 71 Tahun 2013
Pasal 24 tentang Pelayanan Kesehatan pada JKN

1) Pelayanan obat, Alat Kesehatan, dan bahan medis habis


pakai pada Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan
merupakan salah satu komponen yang dibayarkan dalam
paket INA CBGs.
2) Dalam hal obat yang dibutuhkan sesuai indikasi medis pada
Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan tidak tercantum
dalam Formularium Nasional, dapat digunakan obat lain
berdasarkan persetujuan Komite Medik dan kepala/direktur
rumah sakit.

Biaya tidak dapat ditagihkan tersendiri kepada BPJS Kesehatan


serta tidak dapat dibebankan kepada Peserta.
PERMENKES nomor 71 tahun 2013
tentang Pelayanan Kesehatan pada JKN
Pasal 25

1. BPJS Kesehatan menjamin kebutuhan obat program


rujuk balik melalui Apotek atau depo farmasi Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan.
2. Obat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayar
BPJS Kesehatan di luar biaya kapitasi.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur pelayanan
obat program rujuk balik diatur dengan Peraturan BPJS
Kesehatan.
68. Pelayanan Obat rujuk balik
Dilayani dan ditagihkan oleh Apotek atau Depo
Farmasi Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
Daftar Obat Program Rujuk Balik ditetapkan oleh
BPJS Kesehatan
Klaim secara kolektif dari Apotek atau Depo
Farmasi
Tagihan Fee For Service dengan Faktor pelayanan
dan embalage sesuai SE Menkes No.31 Tahun 2014
CAKUPAN PROGRAM RUJUK BALIK

A. JENIS PENYAKIT (SESUAI DENGAN SE MENKES HK/MENKES/31/I/2014)


1. DIABETES MELLITUS 6. EPILEPS
2. HIPERTENSI 7. SCHIZOPHRENIA
3. JANTUNG 8. STROKE
4. ASTMA 9. SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS (SLE)
5. PPOK 10. SIROSIS HEPATITIS

B. OBAT PROGRAM RUJUK BALIK


1. OBAT UTAMA, YAITU OBAT KRONIS YANG DIRESEPKAN OLEH DOKTER
SPESIALIS/SUB SPESIALIS DI FASKES TINGKAT LANJUTAN
2. OBAT TAMBAHAN, YAITU OBAT YANG MUTLAK DIBERIKAN BERSAMA OBAT
UTAMA DAN DIRESEPKAN OLEH DOKTER SPESIALIS/SUB SPESIALIS DI FASKES
TINGKAT LANJUTAN UNTUK MENGATASI PENYAKIT PENYERTA ATAU
MENGURANGI EFEK SAMPING AKIBAT OBAT UTAMA.
MEKANISME PROGRAM RUJUK BALIK

IDENTIFIKASI PENDAFTARAN PELAYANAN


PESERTA PRB PESERTA PRB PRB

 PENDAFTARAN PRB  DILAKUKAN DI FASKES


• PESERTA YANG TINGKAT PERTAMA
MENDERITA PENYAKIT DILAKUKAN DI POJOK PRB
TEMPAT PESETA
KRONIS (9 PENYAKIT DGN MENUNJUKKAN:
TERDAFTAR
CAKUPAN PRB) a. KARTU IDENTITAS
 DOKTER LAYANAN PRIMER
• KONDISI TELAH PESERTA MELAKUKAN
DITETAPKAN STABIL b. SRB a. PEMERIKSAAN
OLEH DOKTER c. SEP b. MEMBERIKAN RESEP
SPESIALIS/SUB d. LEMBAR /SALINAN c. MENCATAT PADA BUKU
SPESIALIS RESEP KONTROL PRB
• MENUNJUKKAN  PESERTA MENGISI  OBAT DIAMBIL DI
SURAT RUJUKAN FORMULIR PENDAFTARAN APOTEK/DEPO FARMASI
BALIK (SRB) PESERTA PRB PRB YANG BEKERJA SAMA
 PESERTA MENERIMA BUKU DENGAN BPJS KESEHATAN
KONTROL PESERTA PRB
69. Prevalence Ratio (PR)
Prevalence Ratio in Cross-Sectional Study
• Prevalence of an event/outcome in one group of
subjects/individuals (with exposure to the
disease/outcome) relative to another group (without
exposure to the disease/outcome)
Ya Tidak Jumlah

15 35 50
Ya
Tidak 20 30 50

35 65 100

RP:
RP:
15/(15+35) = 0.75
a/(a+b) : c/(c+d)
20/(20+30)
70. Occupancy rate
• Produktivitas DLP terkait langsung dengan
waktu efektif yang tersedia untuk melayani
pasien. Sebagaimana profesi lainnya, DLP
bekerja 40 jam per minggu, atau 8 jam per
hari sepanjang hari kerja setahun.
• Dengan memperhitungkan jumlah hari libur
nasional, Sabtu/Minggu, cuti tahunan, maka
waktu kerja DLP adalah sekitar 2.268
jam/tahun
• Pada tabel berikut ini disajikan kegiatan rutin DLP dalam
memanfaatkan 2.268 jam waktu kerjanya dengan proporsi
waktu yang ideal, yaitu 80% untuk tatap muka melayani
pasien (peserta baru, kasus baru, kasus lama, edukasi,
tindakan medik, dan kunjungan rumah), dan 20% untuk
kegiatan lain.
• Dengan proporsi waktu tersebut DLP dapat melayani 7.180
kunjungan atau sekitar 28 kunjungan per hari dengan
variasi waktu tatap muka yang berbeda.
• Produktivitas ini dipengaruhi oleh keterampilan, cara kerja,
standar sarana dan perangkat kerja, serta dukungan dari
tim kerja DLP.
• Potensi produktivitas seorang DLP dalam setahun adalah
sekitar 7.180 kunjungan (dibulatkan menjadi 7.200
kunjungan). Angka ini disebut 1 full time equivalent atau 1
FTE.
• Occupancy rate atau angka akupansi DLP adalah
persentase jumlah kunjungan yang dilayani DLP dalam 1
tahun terhadap potensi produktivitasnya dalam kerja
penuh waktu selama 1 tahun (1 FTE).
• Seorang DLP mempunyai 1500 peserta JKN. Dengan asumsi angka
kunjungan populasi tersebut adalah 3 kali/peserta-tahun, maka
perkiraan kunjungan setahun adalah 1500 x 3 = 4.500 kunjungan.
• 1 FTE untuk seorang DLP adalah 7.180 kunjungan, maka angka kesibukan
DLP adalah 4.500/7.180 x 100%
reflection-on-presentation-2-sampling.html

71. Pengambilan Sample


Cara pengambilan sampel
Cara sampling Random Keterangan
Simple Random Sampling pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata/tingkatan yang ada dalam populasi itu

Stratified Sampling Penentuan tingkat berdasarkan karakteristik tertentu. Misalnya :


menurut usia, pendidikan, golongan pangkat, dan sebagainya

Cluster Sampling disebut juga sebagai teknik sampling daerah. Teknik ini digunakan
apabila populasi tersebar dalam beberapa daerah, propinsi, kabupaten,
kecamatan, dan seterusnya

Cara sampling Non-Random Keterangan


Systematical Sampling anggota sampel dipilh berdasarkan urutan tertentu. Misalnya setiap
kelipatan 10 atau 100 dari daftar pegawai disuatu kantor, pengambilan
sampel hanya nomor genap atau yang ganjil saja.
Porpusive Sampling sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya.

Snowball Sampling Dari sampel yang sedikit tersebut peneliti mencari informasi sampel lain
dari yang dijadikan sampel terdahulu, sehingga makin lama jumlah
sampelnya makin banyak
Quota Sampling anggota sampel pada suatu tingkat dipilih dengan jumlah tertentu
(kuota) dengan ciri-ciri tertentu
Convenience sampling mengambil sampel secara sembarang (kapanpun dan dimanapun
menemukan) asal memenuhi syarat sebagai sampel dari populasi
tertentu
optimized by optima
Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta : Bumi aksara.
When population is small,
homogeneous & readily
available. All subsets of the
frame are given an equal
probability.

The frame organized into


separate "strata." Each stratum
is then sampled as an
independent sub-population,
out of which individual
elements can be randomly
selected
In this technique, the total
population is divided into these
groups (or clusters) and
a simple random sample of the
groups is selected (two stage)
Ex. Area
sampling or geographical
cluster sampling
72. Pengujian hipotesis
Pengujian Hipotesis secara statistiska memerlukan
pembentukan Hipotesis Nol (H0) dan Hipotesis Alternatif
(H1).
• Hipotesis Nol (H0):
– Pernyataan yang menjadi dasar pembanding
– Secara matematik, Hipotesis Nol (H0) ditulis dalam bentuk
persamaan (“=”) H0 harus menyatakan tidak ada perbedaan
atau tidak ada hubungan
• Hipotesis Alternatif (H1):
– Pernyataan yang menjadi altenatif H0
– Secara matematik, Hipotesis Alternatif (H1):ditulis dalam
bentuk pertidak-samaan (“≠. <, >”)
– H1 menyatakan ada perbedaan atau ada hubungan
73. Uji Hipotesis dengan Mean
Tunggal
• Pengujian ini dibedakan atas dua jenis yaitu :
Uji dua ujung ( two tailed test)
Uji satu ujung ( one tailed test).

• Pada kedua jenis statisik uji tersebut masing-


masing dapat dilakukan dengan dua kondisi yaitu
 dengan nilai variansi populasi yang diketahui
atau tidak diketahui.
Terdapat tiga macam bentuk pengujian hipotesis. Adapun jenis uji
mana yang akan dipakai tergantung pada bunyi kalimat hipotesis.
Berikut 3 macam bentuk pengujian hipotesis tersebut:

• Uji Dua Pihak (Two Tail Test)


Uji dua pihak digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi “sama
dengan” dan hipotesis alternatif (Ha) berbunyi “tidak sama dengan”
(Ho = ; Ha ≠).

• Uji Pihak Kiri (One tailed left sided)


Uji pihak kiri digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi “lebih
besar atau sama dengan” dan hipotesis alternatif (Ha) berbunyi
“lebih kecil” (Ho ≥; Ha <).

• Uji Pihak Kanan (One tailed right sided)


Uji pihak kanan digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi
“lebih kecil atau sama dengan” dan hipotesis alternatif (Ha)
berbunyi “lebih besar” (Ho ≤; Ha >).
74. Hazard
• Modern Hazard dan Traditional Hazard merupakan bentuk
dari environmental health hazard yang kedua penyebabnya
bersumber dari alam dan antropogenik (human-caused).
– Modern hazard: asap rokok, transportasi, polusi dari industri,
polusi udara luar, penyalahgunaan bahan-bahan kimia, mesin-
mesin industry, pola makan yang tidak seimbang
– Traditional hazard: vector penyakit, agen infeksius, perumahan
dan persinggahan yang tidak layak, sanitasi dan higienitas air
yang buruk, polusi udara dalam ruang dari kegiatan memasak,
malnutrisi, satwa liar dan berbahaya, hama pertanian
– Psychosocial hazard: stress, bully, kekerasan di tempat kerja,
pelecehan seksual
75. Jenis Data Berdasarkan Sifatnya
Jenis Data Keterangan
Kualitatif data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data
kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data
misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau
observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip)

Teknik Keterangan
Kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan.
Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis
menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika
Nominal data yang diperoleh melalui pengelompokkan obyek berdasarkan kategori
tertentu. Contoh: laki-laki dan perempuan
Ordinal data yang berasal dari suatu objek atau kategori yang telah disusun secara
berjenjang menurut besarnya. Contoh: miskin, menengah, kaya
Numerik Terdapat informasi peringkat yang lengkap dan dapat di ukur.
Interval = tidak memiliki nilai 0 mutlak  suhu
Rasio = memiliki nilai 0 mutlak  kadar obat

optimized by optima
Sastroasmoro S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Sagung Seto. Jakarta: 2002.
Data

Kategori Numerik

Diskret Kontinu

Nominal Ordinal Didapat dari Didapat dari


perhitungan pengukuran
Hanya Membedakan Membedakan
Gender urutan/tingkatan
Sembuh / tak sembuh Contoh:
Hidup / mati Interval Ratio
Baik, sedang, buruk
Gol. darah (O, A, B, AB)
Stadium penyakit : • Perbedaan besaran (ada nilai nol
Status perkawinan mutlak)
I, II, III, IV dan jarak
(Tak ada nilai nol -Berat badan
mutlak
-Tinggi badan
- Suhu badan
- Denyut jantung
76. Aliran Filsafat
• Logika: Suatu dasar untuk memperoleh pengetahuan yang benar, sebab
tanpa logika penalaran tidak mugnkin dilakukan, dan tanpa penalaran
pengetahuan tidak akan dibenarkan. Dasar penalaran logika ada dua yaitu
penalaran logika deduktif dan penalaran logika induktif
• Deduksi: kegiatan berpikir dengan kerangka pikir dari pernyataan yang
bersifat umum ditarik kearah kesimpulan yang lebih bersifat khusus, atau
penarikan kesimpulan dari dalil atau hukum menuju contoh-contoh
• Induksi: cara berpikir untuk menarik kesimpulan dari kasus khusus atau
contoh menuju kasus umum atau dalil atau hukum atau kesimpulan
hukum
• Verikfikasi: salah satu cara pengujian hipotesis yang tujuan utamanya
adalah untuk menemukan teori-teori, prinsip-prinsip, generalisasi, dan
hukum-hukum
• Empiris: salah satu aliran yang menekankan peranan pengalaman dalam
memperoleh pengetahuan serta pengalaman itu sendiri dan mengecilkan
peranan akal
77. Uji Klinis Obat
• Efficacy: Respon maksimal yang dihasilkan suatu obat.
Efficacy tergantung pada jumlah kompleks obat-reseptor
yang terbentuk dan efisiensi reseptor yang diaktifkan dalam
menghasilkan suatu kerja seluler
• Efektivitas: untuk menilai perlu diperhatikan seberapa baik
intervensi tersebut, kemampuannya untuk menyaring dan
mendiagnosis penyakit secara akurat, intervensi tersebut
memberi keuntungan bagi masyarakat
• Efisiensi: suatu ukuran yang menunjukkan hubungan antara
hasil-hasil yang dicapai oleh suatu intervensi atau program
terhadap sumber-sumber yang dikeluarkan
• Reliabilitas: dapat diandalkan, dalam proses pengukuran
berarti hasil pengukuran akan sama atau hampir sama
apabila dilakukan berulang kali
Regulasi Perijinan Obat Baru
Perijinan obat baru harus melewati uji praklinis (hewan coba) dan
uji kinis sebagai berikut :
1. Fase I. Uji fase I dilakukan terhadap probandus sehat, kecuali untuk
sitotoksik. Uji ini bertujuan untuk menentukan metabolisme obat,
mencari rentang dosis aman, mengidentifikasi reaksi toksik.
2. Fase II. Uji fase II dilakukan terhadap sejumlah kecil pasien. Uji ini
bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi
farmakokinetika, efek samping relatif, informasi efikasi obat,
penentuan dosis harian dan regimen.
3. Fase III. Uji fase III dilakukan terhadap sejumlah besar pasien, 500-
3000. Uji ini bertujuan untuk evaluasi efikasi dan toksisitas obat,
umumnya desain penelitian yang digunakan adalah randomized
clinical trial.

Pedoman dasar uji klinis


78. Kaidah Dasar bioetika
 Bertolak dari Childress & Beauchamp yang
memaparkan adanya 4 kaidah dasar moral
(KDM atau moral principle/principle-based
ethics atau ethical guidelines) dalam ”buku
suci”nya The Principles of Biomedical Ethics
(1994)

yakni beneficence, non-maleficence, justice


dan autonomy.

kemudian ditinjau melalui etika sehingga


merupakan maxim (kaidah dasar) yang
berlaku normatif ketika dokter menghadapi
kasus kongkrit di klinik
The pati ent’ s contexts f or pri ma f aci e’ s choi ce
(Agus Purw adi anto, 2004)

Gener albenef it Ele ct iv e,educat ed,


r esult ,most of br ead- winner ,mat ur e
people, per son

Benefic enc e Autonomy

Non Jus tic e


T ime
malefic enc e
Vuln er able s,
emer gency,lif e >1per son,ot her s
YL-BLOK 1- 2010
simila r it y, communit y /
savin g,min or
Autonomy
• Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat
keputusan sendiri. Autonomi bermaksud menghendaki, menyetujui,
membenarkan, membela, dan membiarkan pasien demi dirinya sendiri.

• Kaidah Autonomi mempunyai prinsip – prinsip sebagai berikut:


– Menghargai hak menentukan nasib sendiri
– Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan
– Berterus terang menghargai privasi
– Menjaga rahasia pasien
– Menghargai rasionalitas pasien
– Melaksanakan Informed Consent
– Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
– Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien
– Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan,
termasuk keluarga pasien sendiri
– Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non
emergensi
– Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien
– Mejaga hubungan atau kontrak
79. Prinsip Kedokteran Keluarga
• Standar Pelayanan Paripurna (standard of comprehensive of
care)
– Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang yang bersifat
paripurna (comprehensive), yaitu termasuk pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan
proteksi khusus (preventive & spesific protection), pemulihan
kesehatan (curative), pencegahan kecacatan (disability limitation) dan
rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan
kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika kedokteran
• Standar Pelayanan Medis (standard of medical care)
– Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan
medis yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara lege artis
(Dimulai dari anamnesis, pemeriksaan, komunikasi hasil pemeriksaan
hingga edukasi)

STANDAR PROFESI DOKTER KELUARGA. Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia. 2006


Prinsip Kedokteran Keluarga
• Standar Pelayanan Menyeluruh (standard of holistic of care)
– Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaitu
peduli bahwa pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri
dari fisik, mental, sosial dan spiritual, serta berkehidupan di tengah
lingkungan fisik dan sosialnya
• Standar Pelayanan Terpadu (standard of integration of care)
– Bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan antara dokter dengan
pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan
kemitraan lintas program dengan berbagai institusi yang menunjang
pelayanan kedokteran, baik dari formal maupun informal
• Standar Pelayanan Bersinambung (standard of continuum care)
– Melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif efisien, proaktif
dan terus menerus demi kesehatan pasien
80. Kaidah Dasar Moral
• Beneficience
– Individu berkewajiban melalukan hal yang baik
sebagai kebalikan dari hal yang membahayakan.
– Kewajiban moral untuk bertindak demi
keuntungan dan kebaikan orang lain.
• Non-maleficence
– Tidak berbuat jahat atau merugikan
– Harus mencegah atau mengurangi kerugian
– Melakukan atau meningkatkan kebaikan
Kaidah Dasar Moral
• Justice
– Individu memiliki hak untuk diperlakukan setara,
adil antara hak dan kewajiban, serta berhak
mendapatkan pelayanan sesuai dengan haknya.
• Pada tiap orang dengan porsi yang sama
• Pada tiap orang sesuai kebutuhan
• Pada tiap orang sesuai usaha
• Sesuai bobot individu atau jasa
81. Informed Consent
• PermenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU no 29 th 2004
Pasal 45 serta Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI tahun
2008:

“maka Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran


yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah
mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut”

• Pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi sebelum


dimintakan persetujuan tindakan kedokteran adalah:
– Dalam keadaan gawat darurat (emergency), dimana dokter harus
segera bertindak untuk menyelamatkan jiwa.
– Keadaan emosi pasien yang sangat labil sehingga ia tidak bisa
menghadapi situasi dirinya.

optimized by optima
82. Rekam Medis
• Dalam Pasal 47 ayat (1) UU Praktek Kedokteran bahwa dokumen rekam medis
milik dokter, doktek gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam
medis milik pasien.

• Dalam Pasal 48 UU Praktek Kedokteran.


– Ayat (1) setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktek kedokteran wajib
menyimpan rahasia kedokteran;
– Ayat (2) rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien,
memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum,
permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang – undangan.

• Permenkes Rekam Medis Pasal 11 ayat (2) yang menyatakan “pimpinan sarana
pelayanan kesehatan dapat menjelaskan” isi rekam medis secara tertulis atau
langsung kepada pemohon tanpa izin pasien berdasarkan peraturan perundang-
undangan
• Penyidik dapat meminta kopi rekam medis pada sarana pelayanan kesehatan yang
menyimpannya, untuk melengkapi alat bukti yang diperlukan dalam perkara
hukum (pidana).
83. Etika Klinis
• Medical Indication
(terkait prosedur diagnostik dan terapi yang sesuai … dari sisi etik
kaidah yang digunakan adalah beneficence dan nonmaleficence)
• Patient Preferrence
(terkait nilai dan penilaian pasien tentang manfaat dan beban yang
akan diterimanya … cerminan kaidah otonomi)
• Quality of Life
(aktualisasi salah satu tujuan kedokteran :memperbaiki, menjaga atau
meningkatkan kualitas hidup insani … terkait dengan beneficence,
nonmaleficence & otonomi)
• Contextual Features
(menyangkut aspek non medis yang mempengaruhi pembuatan
keputusan, spt faktor keluarga, ekonomi, budaya … kaidah terkait
justice)

Etika Klinis
(Jonsen, siegler & winslade, 2002)
84. Calgary Cambridge
Calgary Cambridge
85. Relative risk
• Risiko munculnya penyakit pada populasi yang
terpajan risiko (relatif terhadap populasi yang tidak terpajan risiko)
86. Foodborne illness
• Yang dimaksud dengan foodborne illness/ poisoning
ialah timbulnya sindroma klinik disebabkan karena
memakan makanan tertentu. Tujuan dari penyelidikan
yang dilakukan oleh petugas kesehatan meliputi:
– Identifikasi macam makanan/ minuman yang tersangka
mengandung racun atau mikroorganisme patogen.
– Menjelaskan/ mengetahui keterangan tentang penyebab
sakit atau (causative agents) dan sumbernya.
– Menentukan faktor-faktor yang menunjang/
mempengaruhi terjadinya peristiwa keracunan.
– Mencegah terjadinya peristiwa yang sama dikemudian
hari.
87. Klasifikasi Kasus
Klasifikasi kasus menurut kriteria pemeriksaan klinis, epidemiologis, dan laboratoris

Klasifikasi kasus Kriteria


Kasus suspek (suspected Tanda dan gejala klinis cocok dengan penyakit, terdapat bukti
case, syndromic case) epidemiologi, tetapi tidak terdapat bukti laboratorium yang
menunjukkan tengah atau telah terjadi infeksi (bukti laboratorium
negatif, tidak ada, atau belum ada) The definition of a possible case
has high sensitivity and low specificity. It allows
for detection of most cases but some false positives cases will be
included into this category.

Kasus mungkin (probable Tanda dan gejala klinis cocok dengan penyakit, terdapat bukti
case, presumptive case) epidemiologis, terdapat bukti laboratorium yang mengarah tetapi
belum pasti, yang menunjukkan tengah atau telah terjadi infeksi

Kasus pasti (confirmed Terdapat bukti pasti laboratorium (serologis, biokimia, bakteriologis,
case, definite case) virologis, parasitologis) bahwa tengah atau telah terjadi infeksi, dengan
atau tanpa kehadiran tanda, gejala klinis, atau bukti epidemiologis

Sumber: Bres (1986)


Suspected H5N1 case
A person presenting with unexplained acute lower respiratory illness with
fever (>38 ºC ) and cough, shortness of breath or difficulty breathing.

AND
One or more of the following exposures in the 7 days prior to symptom
onset:
• Close contact (within 1 m) with a person who is a suspected, probable, or
confirmed H5N1 case;
• Exposure to poultry or wild birds or their remains or to environments
contaminated by their faeces in an area where H5N1 infections in animals
or humans have been suspected or confirmed in the last month;
• Consumption of raw or undercooked poultry products in an area where
H5N1 infections in animals or humans have been suspected or confirmed
in the last month;
• Close contact with a confirmed H5N1 infected animal other than poultry
or wild birds (e.g. cat or pig);
• Handling samples (animal or human) suspected of containing H5N1 virus
in a laboratory or other setting.
Probable H5N1 case (WHO)
1. A person meeting the criteria for a suspected case

AND 
One of the following additional criteria:
– infiltrates or evidence of an acute pneumonia on chest
radiograph plus evidence of respiratory failure (hypoxemia,
severe tachypnea) OR
– positive laboratory confirmation of an influenza A infection
but insufficient laboratory evidence for H5N1 infection.
2. A person dying of an unexplained acute respiratory
illness who is considered to be epidemiologically
linked by time, place, and exposure to a probable or
confirmed H5N1 case.
Confirmed H5N1 case (WHO)
A person meeting the criteria for a suspected or probable case 
AND

One of the following positive results conducted in a national, regional
or international influenza laboratory whose H5N1 test results are
accepted by WHO as confirmatory:
• Isolation of an H5N1 virus;
• Positive H5 PCR results from tests using two different PCR targets
• A fourfold or greater rise in neutralization antibody titer for H5N1
based on testing of an acute serum specimen (collected 7 days or
less after symptom onset) and a convalescent serum specimen. The
convalescent neutralizing antibody titer must also be 1:80 or
higher;
• A microneutralization antibody titer for H5N1 of 1:80 or greater in a
single serum specimen collected at day 14 or later after symptom
onset and a positive result using a different serological assay
88. Stratified Random Sampling
• Probability sampling • Non-probability
– Simple random sampling sampling
– Systematic random – Consecutive sampling
sampling – Convenient sampling
– Stratified random – Pusposive sampling
sampling
– Cluster ampling
Stratified Random Sampling
Systematic random Dari seluruh subjek yang dapat dipilih, setiap subjek
sampling nomor ke sekian dipilih sebagai sampel. Apabila kita ingin
mengambil 1/n dari populasi, maka tiap pasien nomor
ke-n dipilih sebagai sampel .
Cluster random Proses penarikan sampel secara acak pada kelompok
sampling individu yang terjadi seacara alamiah, misalnya
berdasarkan wilayah (kota, kecamatan, kabupaten). Sangat
efisien untuk populasi yang luas.
Simple random Menghitung terlebih dahulu jumlah subjek dalam populasi
sampling (terjangkau) yang akan dipilih sampelnya. Kemudian tiap
subjek diberi nomor, dan dipilih sebagian dari merekan
dengan bantuan tabel random.
Stratified random Subyek penelitian dikelompokkan berdasarkan
sampling karakteristik (misal usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan)
tertentu sesuai dengan proporsi yang terdapat dalam
populasi
Stratified Random Sampling
Consecutive sampling Semua subjek yang datang dan memenuhi
kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian
sampai jumlah subjek yang diperlukan
terpenuhi.

Convenient sampling Sampel diambil tanpa sistematika tertentu, tidak


terikat tempat dan waktu (sampel dapat diambil
di mana pun dan kapan pun)
When population is small,
homogeneous & readily
available. All subsets of the
frame are given an equal
probability.

The frame organized into


separate "strata." Each stratum
is then sampled as an
independent sub-population,
out of which individual
elements can be randomly
selected
In this technique, the total
population is divided into these
groups (or clusters) and
a simple random sample of the
groups is selected (two stage)
Ex. Area
sampling or geographical
cluster sampling
89. Uji Hipotesis
• Variabel Kategorik vs Numerik
– Kategorik : Memiliki kategori variabel. Nominal (kategori
sederajat, cth laki-laki-perempuan)/Ordinal (kategori
bertingkat, cth baik-sedang-buruk)
– Numerik : Dalam angka numerik, rasio (memiliki nilai nol
alami, cth tinggi badan)/interval (tidak memiliki nilai nol
alami, cth suhu)
• Hipotesis Komparatif vs Korelatif
– Komparatif : perbedaan/hubungan (cth. Apakah
terdapat/hubungan antara kadar gula darah dengan jenis
pengobatam?)
– Korelasi : Cth. Berapa besar korelasi antara kadar
trigliserida dan kadar gula darah?
Uji Hipotesis
• Skala Pengukuran
– Komparatif : Dianggap skala kategorikal bila kedua variabel
kategorik. Skala numerik jika salah satu variabel numerik
– Korelatif : Dianggap skala kategorikal bila salah satu
variabel kategorik. Skala numerik jika kedua variabel
numerik
• Berpasangan vs Tidak Berpasangan
– Berpasangan : Dua atau lebih kelompok data berasal dari
subyek yang sama atau yang berbeda tapi telah dilakukan
matching
– Tidak berpasangan : Data berasal dari kelompok subyek
yang berbeda, tanpa matching
Uji Hipotesis
• Apakah terdapat hubungan antara jenis pemberian
suplementasi (Fe, Zn, kombinasi keduanya) dengan
kadar Hb (g/dL)?
– Variabel yang dihubungkan: jenis suplementasi (kategorik)
dengan kadar Hb (numerik)
– Jenis hipotesis: komparatif (kata “membandingkan”
mengacu pada hipotesis komparatif
– Skala variabel: numerik
– Berpasangan/tidak berpasangan: tidak berpasangan
– Jumlah kelompok: tiga kelompok (kelompok fe vs
kelompok Zn vs kelompok Fe-Zn)
Uji Hipotesis
Komparatif, numerik, tidak berpasangan, tiga kelompok
90. Uji Hipotesis
• Hubungan perilaku hidup bersih sehat (variabel bebas)
dengan angka infeksi kecacingan (variabel terikat).
• Dengan menggunakan skor perilaku hidup bersih sehat:
1-100, dan infeksi kecacingan dengan standar ada infeksi
atau tidak.
– Variabel yang dihubungkan: skor perilaku hidup bersih (numerik)
dengan kejadian kecacingan (kategorik)
– Jenis hipotesis: komparatif (kata “hubungan” mengacu pada
hipotesis komparatif
– Skala variabel: numerik
– Berpasangan/tidak berpasangan: tidak berpasangan
– Jumlah kelompok: 2 kelompok
Uji Hipotesis Bivariat
Korelatif, numerik
91. Audit Maternal-Perinatal (AMP)
• Audit Maternal-Perinatal (AMP) merupakan salah satu
upaya dari patient safety
• Audit maternal perinatal merupakan kegiatan death
and case follow up.
– kegiatan untuk menelusuri sebab kesakitan dan kematian
ibu dan perinatal untuk menentukan hubungan antara
faktor penyebab yang dapat dicegah dan
kesakitan/kematian yang terjadi  shg mencegah
kesakitan dan kematian dimasa yang akan datang.
• ruang lingkup wilayah dibatasi pada kabupaten/kota,
sebagai unit efektif yang mempunyai kemampuan
pelayan obstetrik-perinatal dan didukung oleh
pelayanan KIA sampai ketingkat masyarakat.
Audit Maternal-Perinatal (AMP)
• Dari kegiatan ini dapat ditentukan:
– Sebab dan faktor-faktor terkaitan dalam kesakitan/kematian ibu
dan perinatal
– Dimana dan mengapa berbagai sistem program gagal dalam
mencegah kematian
– Jenis intervensi dan pembinaan yang diperlukan
• Audit maternal perinatal juga dapat berfungsi sebagai alat
pemantauan dan sistem rujukan, maka diperlukan
– Pengisian rekam medis yang lengkap dengan benar di semua
tingkat pelayanan kesehatan
– Pelacakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas (cth
bidan desa) dengan cara otopsi verbal, yaitu wawancara kepada
keluagga atau orang lain mengenai perjalanan penyakit
Audit Maternal-Perinatal (AMP)
• Metoda pelaksanaan AMP
– Penyelenggaran pertemuan dilakukan teratur sesuai kebutuhan
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota bersama dengan RS
kabupaten/kota
– Kasus yang dibahas dapat berasal dari RS kabupaten/kota atau
puskesmas (kasus meninggal/kasus menarik)
• Pembahasan ini dilakukan oleh Tim AMP Kabupaten/Kota yang sudah
terbentuk dengan berazaskan No Name, No Shame, No Blame dan No
Pro Justicia.
– Audit yang dilaksanakan lebih bersifat mengkaji riwayat
penanganan kasus sejak dari :
• Timbulnya gejala pertama dan penanganan oleh keluarga /tenaga
kesehatan dirumah
• Proses rujukan yang terjadi
• Siapa saja yang memberikan pertolongan dan apa saja yang telah
dilakukan
• Hasil akhir  meninggal/dapat dipertahankan hidup.
Audit Maternal-Perinatal (AMP)
• Dari pengkajian tersebut diperoleh indikasi dimana
letak kesalahan/kelemahan dalam penanganan kasus.
• Hal ini memberi gambaran kepada pengelola program
KIA dalam menentukan apa yang perlu dilakukan untuk
mencegah kesakitan/kematian ibu/perinatal yang tidak
perlu terjadi.
• Pertemuan ini bersifat pertemuan menyelesaikan
masalah dan tidak bertujuan menyalahkan, atau
memberi sanksi salah satu pihak
• Dilakukan pembuatan laporan bulanan oleh RS
kabupaten /kota/puskesmas ke dinas kesehatan
kabupaten/kota
92. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien
• Komponen Komunikasi efektif dokter-pasien:
– Sikap profesional:
• S= Salam
• A= ajak bicara
• J=jelaskan
• I= Ingatkan
– Mendengarkan aktif
– Empati
– Komunikasi non Verbal
• Ekspresi wajah
• Eye contact
• Gerakan tubuh
• Isyarat tangan
• Penampilan
• Sentuhan
• Isyarat vokal
Mendengarkan Aktif

Pengertian
Merupakan proses pengiriman kembali
pesan, baik mengenai apa yang telah
disampaikan maupun emosi-emosi
yang melibatkannya.

.
Mendengarkan Aktif

Tujuan
Tujuan mendengarkan aktif, tidak semata-
mata mengulangi kata-kata yang
disampaikan LAWAN BICARA, tetapi dapat
menyampaikan kembali pesan secara
keseluruhan -- verbal maupun non-verbal–
isi maupun perasaan yang melingkupinya.
Teknik Mendengarkan Aktif
• Merefleksikan kembali isi
Merefleksikan kembali apa yang telah
disampaikan oleh klien. Hal ini juga berfungsi
memberikan perhatian yang lebih besar pada
klien, sehingga klien termotivasi untuk
menyampaikan masalahnya.
• Merefleksikan kembali perasaan.
• Menanyakan kembali
93. Rahasia Pasien
94. Patient safety
NEAR MISS
Adalah tindakan yg dapat mencederai pasien,
tetapi tidak mengakibatkan cedera karena
faktor kebetulan, pencegahan atau mitigasi
ERRORS
VIOLATION Setiap cedera yang lebih disebabkan oleh
manajemen medis drpd akibat penyakitnya

ADVERSE
EVENTS

UNPREVENTABLE

ACCEPTABLE UNFORESEEABLE DISEASE /


RISKS RISKS COMPLICATION
• Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah suatu sistem di
Rumah Sakit yang mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
• Insiden Keselamatan Pasien: setiap kejadian atau situasi
yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
harm (penyakit, cedera, cacat, kematian, dll) yang tidak
seharusnya terjadi
• Kejadian Tidak Diharapkan (KTD): suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera tidak diharapkan pada pasien
karena suatu tindakan (commission) atau karena tidak
bertindak (omission) ketimbang karena “underlying
disease” atau kondisi pasien.
95. Kaidah Dasar Modal
Kriteria Justice
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang
sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban,
sanksi) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan
kompeten
14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alas an
tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social,
dsb
96. BPJS ketenagakerjaan
• UU no 24 thn 2011
• BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan
program:
– jaminan kecelakaan kerja;
– jaminan hari tua;
– jaminan pensiun; dan
– jaminan kematian.
97. Formulir untuk pengurusan STR
• Formulir 1A: Pendaftaran ujian kompetensi dan
registrasi baru
• Formulir 1B: Surat pernyataan akan mematuhi
etika profesi
• Formulir 1C: Surat perubahan kompetensi dan
registrasi ulang
• Formulir 1D: Surat permohonan penerbitan STR
Sumber:
http://www.kki.go.id/index.php/subMenu/1087
98. Jenis Literatur
Jenis Literatur Definisi
Literature review Menelaah point-point penting dari pengetahuan terkini termasuk penemuan-penemuan
substantif untuk topik tertentu
Review the critical points of current knowledge including substantive findings as well as theoretical
and methodological contributions to a particular topic
Cohort study Analisa faktor risiko, dengan mengikuti kelompok yang tidak/belum menderita penyakit dengan
faktor risiko dan tidak dengan faktor risiko.
An analysis of risk factors and follows a group of people who do not have the disease, and uses
correlations to determine the absolute risk of subject contraction
Clinical practice Pedoman dengan tujuan untuk memandu membuat keputusan dan kriteria terkait diagnosis,
guidelines manajemen, dan penatalaksanaan pada area spesifik pelayanan kesehatan
Document with the aim of guiding decisions and criteria regarding diagnosis, management, and
treatment in specific areas of healthcare
Case report study Laporan detail mengenai gejala, tanda, diagnosis, tatalaksana, dan follow-up dari pasien secara
individual.
Detailed report of the symptoms, signs, diagnosis, treatment, and follow-up of an individual
patient a demographic profile of the patient and describe an unusual or novel occurrence
Randomized Merupakan studi intervensi, yaitu suatu penelitian eksperimental terencana yang dilakukan pada
Controlled Trial manusia dan dilakukan secara random. Peneliti memberikan perlakukan pada subyek penelitian,
kemudian efek perlakuan diukur dan dianalisis
A study in which people are allocated at random (by chance alone) to receive one of several clinical
interventions. Compare the outcomes after the participants receive the interventions
99. Peraturan KKI no.7 tahun 2012
• Dokter WNI lulusan luar negeri wajib
mengikuti internsip sebagai bagian dari
program adaptasi WNI lulusan luar negeri.
100. JPK – Tenaga Kerja
• Hak-hak Peserta Program JPK:
– Memperoleh kesempatan yang sama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
optimal dan menyeluruh, sesuai kebutuhan dengan standar pelayanan yang
ditetapkan, kecuali pelayanan khusus seperti kacamata, gigi palsu, mata palsu, alat
bantu dengar, alat Bantu gerak tangan dan kaki hanya diberikan kepada tenaga kerja
dan tidak diberikan kepada anggota keluarganya
– Bagi Tenaga Kerja berkeluarga peserta tanggungan yang diikutkan terdiri dari suami/istri
beserta 3 orang anak dengan usia maksimum 21 tahun dan belum menikah
– Memilih fasilitas kesehatan diutamakan dalam wilayah yang sesuai atau mendekati
dengan tempat tinggal
– Dalam keadaan Emergensi peserta dapat langsung meminta pertolongan pada Pelaksana
Pelayanan Kesehatan (PPK) yang ditunjuk oleh PT Jamsostek (Persero) ataupun tidak.
– Peserta berhak mengganti fasilitas kesehatan rawat jalan Tingkat I bila dalam Kartu
Pemeliharaan Kesehatan pilihan fasilitas kesehatan tidak sesuai lagi dan hanya diizinkan
setelah 6 (enam) bulan memilih fasilitas kesehatan rawat jalan Tingkat I, kecuali pindah
domisili.
– Peserta berhak menuliskan atau melaporkan keluhan bila tidak puas terhadap
penyelenggaraan JPK dengan memakai formulir JPK yang disediakan diperusahaan
tempat tenaga kerja bekerja, atau PT. JAMSOSTEK (Persero) setempat.
– Tenaga kerja/istri tenaga kerja berhak atas pertolongan persalinan kesatu, kedua dan
ketiga.
– Tenaga kerja yang sudah mempunyai 3 orang anak sebelum menjadi peserta program
JPK, tidak berhak lagi untuk mendapatkan pertolongan persalinan.
• Kewajiban Peserta Program JPK
– Menyelesaikan Prosedur administrasi, antara lain mengisi
formulir Daftar Susunan Keluarga (Formulir Jamsostek 1a)
– Menandatangani Kartu Pemeliharaan Kesehatan (KPK)
– Memiliki Kartu Pemeliharaan Kesehatan (KPK) sebagai bukti diri
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
– Mengikuti prosedur pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan
– Segera melaporkan kepada PT JAMSOSTEK (Persero) bilamana
terjadi perubahan anggota keluarga misalnya: status lajang
menjadi kawin, penambahan anak, anak sudah menikah dan
atau anak berusia 21 tahun. Begitu pula sebaliknya apabila
status dari berkeluarga menjadi lajang
– Segera melaporkan kepada Kantor PT JAMSOSTEK (Persero)
apabila Kartu Pemeliharaan Kesehatan (KPK) milik peserta
hilang/rusak untuk mendapatkan penggantian dengan
membawa surat keterangan dari perusahaan atau bilamana
masa berlaku kartu sudah habis
– Bila tidak menjadi peserta lagi maka KPK dikembalikan ke
perusahaan
Hal yang tidak menjadi tanggungan JPK
• 1. Peserta
– Dalam hal tidak mentaati ketentuan yang berlaku yang
telah ditetapkan oleh Badan Penyelenggara
– Akibat langsung bencana alam, peperangan dan lain-
lain
– Cidera yang diakibatkan oleh perbuatan sendiri,
misalnya percobaan bunuh diri, tindakan melawan
hukum
– Olah raga tertentu yang membahayakan seperti:
terbang layang, menyelam, balap mobil/motor,
mendaki gunung, tinju, panjat tebing, arum jeram
– Tenaga kerja yang pada permulaan kepesertaannya
sudah mempunyai 3 (tiga) anak atau lebih, tidak
berhak mendapatkan pertolongan persalinan
• 2. Pelayanan Kesehatan
– Pelayanan kesehatan diluar fasilitas yang ditunjuk oleh Badan Penyelenggara JPK, kecuali
kasus emergensi dan bila harus rawat inap, ditanggung maksimal 7 hari perawatan sesuai
standar rawat inap yang telah ditetapkan
– Imunisasi kecuali Imunisasi dasar pada bayi
– General Check Up/Check Up/Regular Check Up (termasuk papsmear)
– Pemeriksaan, pengobatan, perawatan di luar negeri
– Penyakit yang disebabkan oleh penggunaan alkohol/narkotik
– Penyakit Kanker (terhitung sejak tegaknya diagnosa)
– Penyakit atau cidera yang timbul dari atau berhubungan dengan tugas pekerjaan
(Occupational diseases/accident)
– Sexual transmited diseases termasuk AIDS RELATED COMPLEX
– Pengguguran kandungan tanpa indikasi medis termasuk kesengajaan
– Kelainan congential/herediter/bawaan yang memerlukan pengobatan seumur hidup,
seperti: debil, embesil, mongoloid, cretinism, thalasemia, haemophilia, retardasi mental,
autis
– Pelayanan untuk Persalinan ke 4 (empat) dan seterusnya termasuk segala sesuatu yang
berhubungan dengan proses kehamilan pada persalinan tersebut
– Pelayanan khusus (Kacamata, gigi palsu, prothesa mata, alat bantu dengar, prothesa
anggota gerak) hilang/rusak sebelum waktunya tidak diganti
– Khusus akibat kecelakaan kerja tidak menjadi tanggung jawab Penyelenggara JPK
– Haemodialisa termasuk tindakan penyambungan pembuluh darah untuk hemodialisa
– Operasi jantung berserta tindakan-tindakan termasuk pemasangan dan pengadaan alat
pacu jantung, kateterisasi jantung termasuk obat-obatan
– Katerisasi jantung sebagai tindakan Therapeutik (pengobatan)
– Transpalantasi organ tubuh misalnya transplantasi sumsum tulang
– Pemeriksaan-pemeriksaan dengan menggunakan peralatan canggih/baru yang belum
termasuk dalam daftar JPK, antara lain: MRI (Magnetic Resonance Immaging), DSA (Digital
Substraction Arteriography), TORCH (Toxoplasma, Rubella, CMV, Herpes)
– Pemeriksaan dan tindakan untuk mendapatkan kesuburan termasuk bayi tabung
• 3. Obat-obatan:
– Semua obat/vitamin yang tidak ada kaitannya dengan penyakit
– Obat-obatan kosmetik untuk kecantikan termasuk operasi keloid yang bukan atas
indikasi medis
– Obat-obatan berupa makanan seperti susu untuk bayi dan sebagainya
– Obat-obatan gosok sepeti kayu putih dan sejenisnya
– Obat-obatan lain seperti: verban, plester, gause stril
– Pengobatan untuk mendapatkan kesuburan termasuk bayi tabung dan obat-obatan
kanker
• 4. Pembiayaan:
– Biaya perjalanan dari dan ke tempat berobat
– Biaya perjalanan untuk mengurus kelengkapan administrasi kepesertaan, jaminan rawat
dan klaim
– Biaya perjalanan untuk memperoleh perawatan/pengobatan di Rumah sakit yang
ditunjuk.
– Biaya perawatan emergensi lebih dari 7 (hari) diluar fasilitas yang sudah ditunjuk oleh
Badan Penyelenggara JPK
– Biaya Perawatan dan obat untuk penyakit lebih dari 60 hari/kasus/tahun sudah termasuk
perawatan khusus (ICU, ICCU, HCU, HCB, ICU, PICU) pada penyakit tertentu sehingga
memerlukan perawatan khusus lebih dari 20 hari/kasus/tahun
– Biaya tindakan medik super spesialistik
– Batas waktu pengajuan klaim paling lama 3 (tiga) bulan setelah perusahaan melunasi
tunggakan iuran, selebihnya akan ditolak
Sumber: http://www.bpjs.info/program/Jaminan_Pemeliharaan_Kesehatan-19/

Anda mungkin juga menyukai