Di Susun Oleh:
Kelompok 6
1. Hasanah (14201.06.14016)
2. Holidatul Qoriah (14201.06.14018)
3. Juairiyah (14201.06.140--)
4. Susilowati (14201.06.140--)
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2016
HALAMAN PENGESAHAN
MAKALAH
Mengetahui,
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala
limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi besar
yakni Nabi Muhammad SAW.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di STIKES
Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul “KONSEP DASAR
NEOPLASMA MATA” dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok pesantren
Zainul Hasan Genggong
2. Ns. Iin Aini Isnawaty, S.Kep.,M.Kes. sebagai ketua STIKES Hafshawaty Zainul
Hasan Genggong
3. Achmad Kusyairi, S.Kep.Ns.,M.Kep. sebagai Ketua Prodi S1 Keperawatan
4. Ns. Eka Afdi, S.Kep. sebagai dosen pembimbing Mata Ajar Sistem persepsi sensori
5. Ns. Nafolion Nur Rahmat S.Kep. sebagai Dosen Wali S1 Keperawatan Tingkat 2
6. Santi Damayanti, A.md. selaku panitia Perpustakaan
7. Teman-teman kelompok sebagai anggota penyusun makalah ini
Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna. Oleh karena itu kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak
dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halama Judul
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2.9 Apa saja pengkajian yang harus dilakukan pada Neoplasma mata?
1.2.10 Apa saja pemeriksaan fisik yang harus dilakukan pada penderita Neoplasma mata?
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui materi tentang Neoplasma mata
1.3 Manfaat
1.3.1. Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini bagi Institusi pendidikan kesehatan adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan mahasiswa sebagai peserta didik dalam menelaah suatu fenomena
kesehatan yang spesifik tentang Neoplasma mata.
1.3.2 Bagi Profesi Keperawatan
Makalah ini bagi masyarakat adalah sebagai penambah wawasan terhadap
fenomena kesehatan yang saat ini menjadi momok tersendiri di kalangan
masyarakat ini.
1.3.3 Bagi Mahasiswa
Manfaat makalah ini bagi mahasiswa baik menyusun maupun pembaca adalah
untuk menambah wawasan terhadap seluk beluk tentang Neoplasma mata.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 DEFINISI
Neoplasma secara harfiah berarti pertumbuhan baru. Suatu neoplasma, sesuai definisi
Wllis adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak
terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal serta terus demikian walaupun
rangsngan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti. Hal mendasar tetang asal
neoplasma adalah hilangnya responsivitas terhadap faktor pengendali pertumbuhan yang
normal. Neoplasma adalah sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus
menerus secara tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak
berguna bagi tubuh (Kumar, 2007).
Tumor pada mata juga disebut tumor orbita. Tumor orbita adalah tumor yang
menyerang rongga orbita (tempat bola mata) sehingga merusak jaringan lunak mata,
sperti otot mata, saraf mata, dan kelenjar air mata. Tumor orbita jarang ditemukan dan
dapat berasal dari dinding orbita, isi orbita, sinus dan sekelilingnya.
Tumor kelopak mata serupa tumor lain di kulit. Bisa benigna ataupun maligna.
Pemajanan terhadap sinar ultraviolet dianggap bertanggung jawab untuk terjadinya
karsinoma kelopak mata (Smeltzer,2001).
2.3 ETIOLOGI
1. Faktor genetik
2. Sinar ultraviolet
3. Infeksi virus papiloma
4. Kelainan metabolism
5. Mutasi gen
6. Penyakit vaskuler
7. Inflamasi intra okuler
8. Trauma
2.4 KLASIFIKASI
1. Tumor palpebra
a. Tumor jinak palpebra
Tumor jinak palpebra sangat umum dan frekuensinya bertambah dengan semakin
meningkatnya usia. Kebanyakan mudah dikenali di klinik, dan eksisi dilakukan
dengan alasan kosmetik. Meskipun begitu seringkali lesi ganas sulit dikenali
secara klinik, dan biopsy harus selalu dilakukan jika ada kecurigaan keganasan.
1) Nevus
Nevus melanositik di palpebra adalah tumor jinak biasa dengan struktur
patologik yang sama dengan nevus di tempat lain. Nevus ini biasanya
congenital namun mungkin relative kurang berpigmen saat lahir dan makin
membesar dan tambah gelap pada masa remaja. Banyak yang tidak pernah
mendapat pigmen yang jelas terlihat, dan banyak yang mirip papiloma
jinak. Nevus jarang menjadi ganas. Nevus dapat dihilangkan dengan eksisi
cukur jika dikehendaki demi alasan kosmetik.
2) Papiloma
Papiloma adalah tumor palpebra yang paling umum. Ada dua jenisnya :
papiloma skuamosa dan keratosis seboreika (papiloma sel basala, verruca
senilis). Pada keduanya, bagian pusat fibrovaskuler menembus epitel
permukaan yang menebal (akantotik dan hiperkeratotik) memberinya
tampilan papillomatosa. Keratosis seboreika terdapat pada usia
pertengahan dan orang tua. Permukaanya verukosa dan sering berpigmen
karena melanin mengumpul dalam keratosit.
3) Molluscum Contagiosum
Lesi khas untuk kelainan yang luar biasa ini adalah sebuah perumbuhan
kecil berumbilikus sentral, simetris dan gepeng sepanjang tepian palpebra.
Kondisi ini disebabkan oleh virus besar dan dapat menimbulkan
konjungtivitis, bahkan keratitis, jika lesi itu masuk ke ruang konjungtiva.
Penyembuhan umumnya dicapai dengan kuretase,kauter, atau eksisi.
4) Xanthelasma
Xanthelasma adalah kelainan umum yang terdapat pada permukaan
anterior palpebra, umunya bilateral di dekat sudut medial mata. Lesi itu
tampak bercak kuning berkerut pada kulit dan paling sering terlihat pada
orang tua. Xanthelasma merupakan endapan lipid didalam histiosit pada
dermis palpebra. Evaluasi klinik terhadap kadar lipid serum diindikasian,
namun jarang ditemukan kelainan.
Pengobatan diindikasikan demi alasan kosmetik. Lesi tertentu dapat
dieksisi, lesi kecil kadang-kadang dapat dikaunter, rekurensi tidak jarang
terjadi setelah pembuangan.
5) Hemangioma
Tumor vaskuler congenital paling umum di palpebra adalah hemangioma
kapiler, terdiri atas kapiler-kapiler dan sel-sel endotel yang berproliferasi,
hemangioma ini timbul saat lahir atau tidak lama sesudah lahir, bertumbuh
cepat, dan umunya berinvolusi spontan menjelang usia 7 tahun. Jika
superficial, lesi tampak merah terang (nevus “strawberry”); lesi yang lebih
dalam tampak kebiruan atau ungu.
Jenis hemangioma kedua adalah hemangioma kavernosa, berupa saluran-
saluran vaskuler besar berlapiskan endotel dengan otot polos pada
dindingnya. Jenis ini timbul dalam perkembangan, bukan congenital dan
cenderung muncul setelah decade pertama. Berbeda dari hemangioma
kapiler, umunya tidak mengalami regresi.
b. Tumor ganas primer dari palpebra
1) Karsinoma
Karsinoma sel basal dan sel skuamosa adalah tumor mata ganas paling umum.
Tumor-tumor ini paling sering terdapat pada orang bercorak kulit terang atau
kuning langsat yang terpajan menahun terhadap sinar matahari. 95%
karsinoma palpebra adalah dari jenis sel basal, sisa 5% terdiri atas karsinoma
sel skuamosa dan karsinoma kelenjar meibom.
Pengobatan semua karsinoma ini adalah eksisi total, yang akan berhasil sangat
baik dengan mengontrol tepian irisan operasi dengan potongan beku. Banyak
di antara tumor ganas ini dan banyak tumor jinak memilikigambaran serupa,
biasanys diperlukan biopsy untuk menegakkan diagnosis yang benar.
1. Karsinoma sel basal
Karsinoma sel basal umumnya tumbuh lambat dan tanpa sakit, berupa
nodul yang tidak atau dapat berulkus. Karsinoma ini secara perlahan
menyusupi ke jaringan sekitar namun tidak bermetastasis. Satu jenis jarang
karsinoma sel basal morphea atau “bersklerosis” cenderung meluas secara
diam-diam dan tersembunyi dan merusak dibawah permukaan. Kadang-
kadang menimbulkan ektropion, entropion, retraksi atau lekukan kulit
diatasnya, atau kehilangan bulu mata.
2. Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa juga tumbuh lambat dan tanpa rasa sakit,
seringkali berawal sebagai sebuah nodul hiperkeratotik, yang dapat
berulkus. Tumor radang jinak seperti keratokanthosa sangat mirip
karsinoma. Diagnosis tepat tergantung pada biopsy. Seperti karsinoma sel
basal, tumor ini dapat menyusup dan mengikis jaringan sekitarnya, mereka
dapat pula menyebar ke limfonodus regional melalui system limfatik.
3. Karsinoma kelenjar sebasea
Karsinoma kelenjar sebasea paling sring muncul dari kelenjar meibom dan
kelenjar zeis, namun dapat pula muncul dalam kelenjar sebasea alis mata
atau karunkulum, separuhnya mirip lesi dan kelainan radang jinak seperti
chalazion dan blepharitis menahun. Karsinoma ini lebih agresif dari
karsinoma sel skuamosa, sering meluas ke dalam orbita, memasuki
pembuluh limfe dan bermetastasis.
2. Tumor orbita primer
a. Hemangioma kapiler
Hemangioma kapiler merupakan tumor jinak yang sering ditemukan dan kadang-
kadang mengenai kelopak mata dan orbita. Lesi superficial tampak kemerahan
(nevus strawberry) dan lesi yang terletak dalam tampak kebiruan. Lesi cenderung
membesar dengan cepat selama tahun pertama kehidupan dan mengecil secara
lambat selama 6-7 bulan. Lesi di dalam orbita dapat menyebabkan strabismus atau
proptosis. Keterlibatan kelopak mata dapat mencetuskan astigmatisme atau
sumbatan penglihatan sehingga terjadi ambliopia.
b. Hemangioma kavernosa
Hemangioma kavernosa bersifat jinak, tumbuh lambat, dan biasanya menjadi
simtomatik pada usia pertengahan. Sebagian besar timbul pada wanita.
Hemangioma ini biasanya terdapat didalam corong otot, menimbulkan proptosis
aksialis, hiperopia. Tidak seperti hemangioma kapiler,
c. Rabdomiosarkoma
Rabdomiosarkoma adalah tumor ganas primer orbita yang paling sering terjadi
pada anak-anak. Tumor muncul sebelum usia 10 tahun, dan ditandai oleh
pertumbuhan yang cepat. Tumor dapat menghancurkan tulang orbita didekatnya
dan menyebar ke otak.
2.5 PATOFISIOLOGI
Tumor orbita dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik yang
diyakini ikut berpengaruh terhadap tumbuhnya tumor. Sebagian besar tumor orbita pada
anak-anak bersifat jinak dan karena perkembangan abnormal. Tumor ganas pada anak-
anak jarang, tetapi bila ada akan menyebabkan pertumbuhan tumor yang cepat dan
prognosisnya jelek.
Tumor orbita meningkatkan volume intraokular dan mempengaruhi massa. Meskipun
massa secara histologis jinak, itu dapat menggangu pada struktur orbital atau yang
berdekatan dengan mata. Dan bisa juga dianggap ganas apabila mengenai struktur
anatomis. Ketajaman visual atau kompromi lapangan, diplopia, gangguan motilitas luar
mata, atau kelainan pupil dapat terjadi dari invasi atau kompresi isi intraorbital sekunder
untuk tumor pada atau perdarahan. Tidak berfungsinya katub mata atau disfungsi
kelenjar lakrimal dapat menyebabkan keratopati eksposur, keratitis, dan penipisan
kornea.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastases dengan invasi tumor melalui
nervus optikus ke otak, melalui sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan
metastases jauh ke sumsung tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak
kuning mengkilat, dapat menonjol kedalam badan kaca. Di permukaan terdapat
neufaskularisasi dan pendarahan. Warna iris tidak normal.
PATHWAY
neoplasma
Metastasis
trauma Perjalanan
penyakit
Melalui sclera ke
jaringan orbita menuju
otak Ansietas
Penurunan visus
Mendesak saraf
dan lapang
optikus & okulomoorik
pandang
Meningkatkan
volume intraokuler
Resiko Penurunan
Cidera fungsi
Mengganggu struktur orbita /
penglihatan
struktur mata
Gangguan Persepsi
Visual
Gangguan proptosis
motilitas luar
mata
Gangguan
citra tubuh
Resiko infeksi Disfunfsi katub
mata
2.7 PENATALAKSANAAN
Terapi medis disesuaikan dengan diagnosis yang diperoleh dengan biopsy atau eksisi.
Situasi tertentu tidak memerlukan biopsy atau eksisi untuk memulai perawatan. Kondisi
seperti selulitis orbita sering diperlukan secara medis dengan berbagai atimkro agen.
Intervensi bedah diperlukan jika tidak ada respon terhadap pengobatan atau memburuk
klinis terbukti pada pemeriksaan pseudotumor biasanya ditangani secara medis dengan
steroid sistemik. Hemangioma kapiler juga dapat diobati dengan non-surgical, seperti
suntikan steroid. Pengobatan yang diberikan pada tumor tidaklah sama, tergantung dari
jenis tumor dan stadium saat tumor ditemukan.
Insisi untuk mencapai surgical space tersebut melalui orbitotomy anterior dan
orbitotomy lateral. Lesi orbita dapat meliputi lebih dari satu ruang sehingga
membutuhkan kombinasi dari beberapa pendekatan. Ekssentrasi dapat dipertimbangkan
didalam penanganan tumor yang meluas dari sinus, wajah, palpebra, konjungtiva atau
ruang intrakranial. Apabila terjadi eksisi atau pembedahan, akan dilakukan perawatan
dirumah sakit yaitu :
1. Tirah baring dan aktifitas dibatasi agar pasien tidak mengalami komplikasi
pada bagian tubuh lain. Tirah baring dilaksankan kurang lebih 5 hari setelah
operasi atau tergantung pada kebutuhan klien.
2. Bila keuda mata dibalut, perlu bantuan orang lain dalam memenuhi
kebutuhannya untuk mencegah cidera
3. Jika terdapat gelombang udara didalam mata, posisi yang dianjurkan harus
dipertahankan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada
robekan retina
4. Pasien tidak boleh terbaring terungkup
5. Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk memepermudah pemeriksaan pasca
operasi (atropin).
2.9 KOMPLIKASI
1. Glaukoma, adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih
tinggi daripada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan
kebutaan
2. Keratitis ulseratif, yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya
destruksi (kerusakan ) pada bagian epitel kornea. Keratitis merupakan kelainan akibat
terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi
keruh.
BAB 3
3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari landasan dalam proses keperawatan untuk
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentan masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan.
Masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan tumor orbita antara lain:
3.3 INTERVENSI
1. Gangguan persepsi sensori:
a. Tujuan:
Klien melaporkan atau memeragakan kemampuan yang lebih baik untuk proses
rangsang penglihatan dan mengomunikasikan perubahan visual.
b. Criteria hasil:
Pasien mendiskusikan dampak kehilangan penglihatan terhadap gaya
hidup
Pasien mengungkapkan perasaan aman, nyaman dan terlindungi
Pasien mempertahan kan terhadap orang, tempat dan waktu
Pasien menunjukkan perhatian terhadap lingkungan eksternal
Pasien mendapatkan kembali fungsi penglihatannya
c. Interveni:
1. berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang
kehilangan penglihatan.
2. sediakan lingkungan yang aman dengan menyingkirkan furniture yang
berlebihan diruang pasien.
3. bila pasien buta saat masuk rumah sakit, berikan kesempatan kepada pasien
untuk secara langsung menata ruangannya.
4. lakukan modifikasi lingkungan untuk memaksimalkan penglihatan yang
dimiliki pasien.
5. bila pasien mengalami diplopia, tutup satu mata untuk memperbaiki perbaikan
ganda.
6. selalu perkenalkan diri andaatau beri tahu keberadaab anda saat memasuki
ruangan pasien, dan beritahu pasien saat akan meninggalkan ruangan.
7. anjurkan anggota keluarga dan teman-teman pasien untuk mengunjungi pasien
dan membawa benda yang familier.
8. Bila pasien telah menjalani pembedahan mata, berikan perawatan yang tepat,
sesuai indikasi.
9. Berikan dan pantau keefektifan obat yang diprogramkan.
10. Berikan pendidikan kesehatan kepada pasien.
2. Nyeri akut:
a. Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan nyeri pasien
berkurang.
b. Criteria hasil:
Skala nyeri berkurang
Pasien tidak meringis menahan nyeri
Ttv dalam batas normal
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
c. Intervensi:
1. Observasi skala nyeri
2. Gunakan teknik komunikasi terapeotik
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman
4. Batasi pengunjung
5. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic untuk
mengurangi nyeri
3. Risiko infeksi:
a. Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan resiko
infeksi akan berkurang.
b. Criteria hasil:
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Jumlah leokosit dalam batas normal
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
c. Intervensi:
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2. Pertahankan teknik isolasi
3. Batasi pengunjung bila perlu
4. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
5. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
6. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
7. Anjurkan untuk banyak istirahat
8. Ajarakan menghindari infeksi
9. Kolaborasi dengan tim medis
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tumor pada mata juga disebut tumor orbita. Tumor orbita adalah tumor yang
menyerang rongga orbita (tempat bola mata) sehingga merusak jaringan lunak mata,
sperti otot mata, saraf mata, dan kelenjar air mata. Tumor orbita jarang ditemukan dan
dapat berasal dari dinding orbita, isi orbita, sinus dan sekelilingnya.
Tumor kelopak mata serupa tumor lain di kulit. Bisa benigna ataupun maligna.
Pemajanan terhadap sinar ultraviolet dianggap bertanggung jawab untuk terjadinya
karsinoma kelopak mata (Smeltzer,2001).
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa sebaiknya memperdalam perawatan pasien
neoplasma mata agar dapat membantu klien untuk mencapai kesembuhan dan pengobatan dan agar
mahasiswa lebih paham tentang pengertian, pencegahan, pengobatan serta cara-cara perawatannya
sehingga dapat membarikan pendidikan ksehatan kepada pasien dan keluarga.
.
DAFTAR PUSTAKA
Kumar, vinay. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, ed 7, volume 1 Jakarta : EGC