Anda di halaman 1dari 71

BENDAHARA PEMBANTU PENERIMAAN

:
No.Dokume
32/SOP/ADM/429.114.26/201
n
6
SOP No. Revisi : 0
Tgl.Terbit : 07 Juni 2016
Halaman :1/2

UPTD dr. NI PUTU AYU RAHMAWATI


PUSKESMAS NIP. 19710303 200312 2 005

PURWOHARJO
1. Pengertian Bendahara penerimaan adalah bendahara yang mengelola pendapatan yang
masuk Puskesmas
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan Program petugas dalam mengelola pendapatan yang
masuk ke puskesmas
3. Kebijakan Surat Keterangan Plt Kepala Puskesmas Purwoharjo NO 188.4/ 599.A /
429.114.26/2016 Tentang Audit penilaian kinerja pengelola keuangan
4. Referensi Panduan Puskesmas Purwoharjo Tentang Pengelolaan Anggaran, Penggunaan
Anggaran, Pembukuan Anggaran.
5. Prosedur Bendahara Penerimaan melakukan penata usahaan penerimaan berdasarkan SKP
daerah/ SKR,STS, DAN Surat Tanda Bukti Pembayaran/ Bukti Lain yang sah,
daripenata usahaan ini bendahara penerima menghasilkan:
a. Buku kas umum penerimaan
b. Buku kas harian
c. Buku kas perjenis rekening
d. LKK
e. Buku berita acra penutupan kas
f. Laporan penutupan kas
g. Register penutupan kas
Di Samping itu, bila SKPD mempunyai Bendahara penerima pembantu maka
bendahara penerima akan menerima SPJ penerima pembantu. SPJ terbentuk
kemudian diverivikasi,evaluasi, analisis untuk di jadikan sebagai bahan
penyusunan pertanggung jawaban penerima.
6. Unit Terkait 1. Bendahara Penerimaan
2. PPK SKPD
3. Penguna Aanggaran
4. Bendahara Umum Daerah
7. Dokumen a. Buku kas umum penerimaan
terkait b. Buku kas harian
c. Buku kas perjenis rekening
d. LKK
e. Buku berita acra penutupan kas
f. Laporan penutupan kas
g. Register penutupan kas

8. Rekaman
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
historis
perubahan

PENYETORAN KE KAS DAERAH


SOP No.Dokume :
n 32/SOP/ADM/429.114.26/201
6
No. Revisi : 0
Tgl.Terbit : 07 Juni 2016
Halaman :1/ 2

UPTD dr. NI PUTU AYU RAHMAWATI


PUSKESMAS NIP. 19710303 200312 2 005

PURWOHARJO
1. Pengertian Penyetoran adalah cara untuk menyetorkan hasil penerimaan puskesmas untuk
disetorkan melalui bank yang ditunjuk oleh pemerintah daerah Berupa STS (Surat
Tanda Setor)
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan penyetoran yang benar
3. Kebijakan Surat Keterangan Plt Kepala Puskesmas Purwoharjo NO 188.4/ 599.A /
429.114.26/2016 Tentang Audit penilaian kinerja pengelola keuangan
4. Referensi Panduan Puskesmas Purwoharjo Tentang Pengelolaan Anggaran Perda N0 12
Tahun 2013
5. Prosedur 1. Petugas menerima tanda setoran dari petugas UPP (Unit Pembayaran Pasien)
2. Petugas Memeriksa dan mengecek ulang semua setoran
3. Petugas Membuat STS (Surat Tanda Setor) yang ditanda tangani oleh kepala
Puskesmas
4. Petugas membuat tanda setor ke bank yang ditunjuk oleh pemerintah daerah
5. Petugas melakukan penyetoran ke bank yang ditunjuk oleh pemerintah daerah
6. Petugas mendapat tanda bukti setoran dari bank tersebut
7. Petugas melakukan sms kepada Benahara Penerimaan Dinas kesehatan
8. Petugas menyimpan STS tersebut untuk dijadikan bahan pelaporan setiap
bulannya
6. Unit Terkait Bendahara Penerimaan, Bank jatim, Kas Daerah (BPKAD)
7. Dokumen BUku setoran harian perekening,STS (Surat Tanda Setoran)
terkait
8. Rekaman
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
historis
perubahan
PELAPORAN KE BENDAHARA PENERIMAAN
:
No.Dokume
32/SOP/ADM/429.114.26/201
n
6
SOP No. Revisi : 0
Tgl.Terbit : 07 Juni 2016
Halaman : 1/2

UPTD dr. NI PUTU AYU RAHMAWATI


PUSKESMAS NIP. 19710303 200312 2 005

PURWOHARJO
1. Pengertian Pelaporan adalah cara untuk melaporkan hasil peneimaan puskesmas ke
Bendahara Penenerimaan Dinas Kesehatan
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan pelaporan yang tepat dan benar
3. Kebijakan Surat Keterangan Plt Kepala Puskesmas Purwoharjo NO 188.4/ 599.A /
429.114.26/2016 Tentang Audit penilaian kinerja pengelola keuangan
4. Referensi Panduan Puskesmas Purwoharjo Tentang, Pengelolaan Anggaran, Penggunaan
Anggaran, Pembukuan Anggaran Perda N0 12 Tahun 2013
5. Prosedur 1. Petugas merekap semua STS pada tiap bulannya
2. Petugas melakukan pengecekan semua STS yang sudah disetor
3. Petugas membuat laporan berupa :
a. Buku kas umum penerimaan
b. Buku kas harian pembantu
c. LKK
d. Buku kas perjenis rekening
4. Petugas mengirimkan laporan yang sudah ditandatangani oleh Kepala
Puskesmas ke dinas kesehatan pada tiap bulannya sebelum tanggal 5
6. Unit Terkait Bendahara Penerimaan, Bank jatim, Kas Daerah (BPKAD)
7. Dokumen terkait 1. Buku setoran harian perekening
2. STS (Surat Tanda Setoran)

8. Rekaman
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
historis perubahan
BENDAHARA PENGELUARAN
:
No.Dokume
32/SOP/ADM/429.114.26/201
n
6
SOP
No. Revisi : 0

Tgl.Terbit : 07 Juni 2016

Halaman : 1/2

UPTD dr. NI PUTU AYU RAHMAWATI


PUSKESMAS
NIP. 19710303 200312 2 005
PURWOHARJO

1. Pengertian Bendahara pengeluaran pembantu adalah bendahara yang di tunjuk


menerima,menyimpan, membayarkan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk
keperluan belanja puskesmas.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan program Tata laksana keuangan di unit kerja SKPD
dalam hal ini Puskesmas
3. Kebijakan Surat Keputusan Plt Kepala Puskesmas Purwoharjo NO 188.4/ 599.A /
429.114.26/2016 Tentang Audit penilaian kinerja pengelola keuangan.
4. Referensi Panduan Puskesms Purwoharjo Tentang Pengelolaan Anggaran, Penggunaan
Anggaran, Pembukuan Anggaran.
5. Prosedur a. Persiapa Bahan Dan Alat
1.Buku petunjuk oprasional kegiatan pengelolaan pengambilan retribusi
Puskesmas tahun 2012
2.Kwitansi pengembalian Retribusi
b. Langkah Langkah Prosedur:
1. Penerima uang pengembalian retribusi
2. Menerima Kwitansi pengembalian retribusi
3. Merencanakan penggunaan uang pembelian retribusi sesuai proporsi yang
sudah di tentukan oleh juknis pengelolaan keuangan
4. Pengalokasian pengembalian retribusi untuk jasa pelayanan belanja alat
bahan sarana dan prasrana yang di butukan untuk tiap pelayanan.
5.Pembuatan SPJ Retribusi Pengeluaran
6. Memferifikasi SPJ retribusi ke Dinas Kesehatan
7. Melaporkan ke Dinas Kesehatan
9. UnitTerkait 1. Pelayanan BP Umum
2. Pelayanan BP Gigi
3. Pelayanan KIA
4. Pelayanan PONED USG
5. Pelayanan Laboratorium
6. Pelayanan Pusling
7. Pelayanan Konsul Konseling Promkes Dan Gizi
10. Dokumen 1. Buku Kas Umum
terkait 2. Buku Pembantu Kas Tunai
3. Buku Pembantu Pajak
4. Buku pembantu Rincian Obyek Belanja
5. Buku laporan pertanggung jawaban bendahara pengeluaran pembantu (SPJ
belanja Fungsional)
6. Berita Acara Pemeriksaan
7. Laporan PenutupKas
11. Rekaman
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
historis
perubahan

PEMBAYARAN PAJAK
SOP No.Dokume :
n 32/SOP/ADM/429.114.26/201
6
No. Revisi : 0
Tgl.Terbit : 07 Juni 2016
Halaman :1/ 2

UPTD dr. NI PUTU AYU RAHMAWATI


PUSKESMAS NIP. 19710303 200312 2 005

PURWOHARJO
1. Pengertian Pembayaran Pajak adalah cara untuk membayarkan pajak dari hasil pembelian
barang maupun jasa untuk disetorkan melalui bank yang ditunjuk oleh pemerintah
daerah berupa E-BILLING
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan penyetoran yang benar
3. Kebijakan Surat Keterangan Plt Kepala Puskesmas Purwoharjo NO 188.4/ 599.A /
429.114.26/2016 Tentang Audit penilaian kinerja pengelola keuangan
4. Referensi Panduan Puskesmas Purwoharjo Tentang Pengelolaan Anggaran, Penggunaan
Anggaran, Pembukuan Anggaran.
5. Prosedur 1. Petugas menghimpun setoran pajak dari pembelian barang dan jasa
2. Petugas memeriksa dan mengecek ulang semua setoran
3. Petugas membuat E-billing secara online
4. Petugas melakukan penyetoran ke bank yang ditunjuk oleh pemerintah daerah
5. Petugas mendapat tanda bukti setoran dari bank tersebut
6. Petugas menyimpan tanda bukti setoran tersebut untuk dijadikan bahan
pelaporan ke Dinkes bagian keuangan
7. Petugas mencatat dan membukukan semua bukti pajak
6. Unit Terkait Bendahara Pengeluaran, Bank jatim, Kas Daerah (BPKAD)
7. Dokumen Bukti pembelian barang dan jasa ,E-Billing
terkait
8. Rekaman
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
historis
perubahan
PEMBUATAN SPJ

SOP :
No.Dokume
32/SOP/ADM/429.114.26/201
n
6

No. Revisi : 0

Tgl.Terbit : 07 Juni 2016


Halaman : 1/2

UPTD dr. NI PUTU AYU RAHMAWATI


PUSKESMAS
NIP. 19710303 200312 2 005
PURWOHARJO

1. Pengertian Pembuatan SPJ adalah suatu kegiatan membuat laporan sesuai dengan bukti
realisasi pelaksanaan anggaran setiap bulannya dengan mengacu pada RKA.
2.Tujuan Sebagai acuan penerapan program Tata laksana keuangan di unit kerja SKPD
dalam hal ini Puskesmas
3. Kebijakan Surat Keputusan Plt Kepala Puskesmas Purwoharjo NO 188.4/ 599.A /
429.114.26/2016 Tentang Audit penilaian kinerja pengelola keuangan.
4.Referensi Panduan Puskesms Purwoharjo Tentang Pengelolaan Anggaran, Penggunaan
Anggaran, Pembukuan Anggaran.
5.Prosedur 1. Petugas mengalokasikan anggaran sesuai RKA
2. Petugas menyimpan semua bukti realisasi pelaksanaan anggaran
3. Petugas menyusun laporan
4. Petugas mencermati hasil laporan
5. Jika sudah benar, petugas meminta tanda tangan ke atasan
6. Petugas mengirim laporan tersebut ke Dinas Kesehatan
7. Petugas menggandakan laporan tersebut sebagai arsip
6.UnitTerkait Bendahara Pengeluaran, Bank jatim, Kas Daerah (BPKAD)

7.Dokumen Bukti pembelian barang dan jasa ,E-Billing


terkait

8.Rekaman historis
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
perubahan

PEMBELIAN BARANG DAN JASA


:
No.Dokume
32/SOP/ADM/429.114.26/201
n
6
SOP
No. Revisi : 0

Tgl.Terbit : 07 Juni 2016

Halaman : 1/2

UPTD dr. NI PUTU AYU RAHMAWATI


PUSKESMAS
NIP. 19710303 200312 2 005
PURWOHARJO

1. Pengertian Pembelian adalah proses untuk memperoleh barang dan atau jasa dari pihak
rekanan guna untuk menunjang opereasional puskesmas.
2.Tujuan Sebagai acuan penerapan program Tata laksana keuangan di unit kerja SKPD
dalam hal ini Puskesmas
3. Kebijakan Surat Keputusan Plt Kepala Puskesmas Purwoharjo NO 188.4/ 599.A /
429.114.26/2016 Tentang Audit penilaian kinerja pengelola keuangan.
4.Referensi Panduan Puskesms Purwoharjo Tentang Pengelolaan Anggaran, Penggunaan
Anggaran, Pembukuan Anggaran.
5.Prosedur 1. Petugas melihat RKA
2. Petugas mencatat semua jenis barang dan atau jasa yang akan dibeli
3. Petugas menghubungi rekanan yang sudah bekerjasama dengan puskesmas
4. Petugas meminta rekanan untuk mencarikan barang dan atau jasa
5. Petugas memberi jangka waktu pengiriman barang dan atau jasa
6. Petugas mengecek kembali kebenaran dan kesesuaian barang dan atau jasa
apakah sesuai dengan pemesanan
7. Petugas membayar kepada rekanan
8. Petugas meminta tanda tangan dan stempel kepada rekanan sebagai bukti
pelunasan
9. Petugas menyerahkan barang dan atau jasa kepada pemeriksa barang
puskesmas
10. Petugas menyerahkan barang dan atau jasa ke pengelola dan penyimpan
barang puskesmas.
6.UnitTerkait 1. Pelayanan BP Umum
2. Pelayanan BP Gigi
3. Pelayanan KIA
4. Pelayanan PONED USG
5. Pelayanan Laboratorium
6. Pelayanan Pusling
7. Pelayanan Konsul Konseling Promkes Dan Gizi

7.Dokumen 1. Buku Kas Umum


terkait 2. Buku Pembantu Kas Tunai
3. Buku Pembantu Pajak
4. Buku pembantu Rincian Obyek Belanja
5. Buku laporan pertanggung jawaban bendahara pengeluaran pembantu (SPJ
belanja Fungsional)
6. Berita Acara Pemeriksaan
7. Laporan PenutupKas
8.Rekaman historis
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
perubahan

MENGATASI SYOK
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
( SPO )

LITA GUNARTIK

1. Pengertian Suatu pertolongan terhadap pasien yang mengalami gangguan perfusi


jaringan atau syok.
2.Tujuan 1.Mencegah terjadinya kekurangan oksigen pada jaringan yang akan
mengakibatkan penurunan fungsi sel.
2.Mempertahankan tekanan darah.
3.Mencegah terjadinya gangguan fungsi organ.
3. Kebijakan Semua bidan yang melakukan tindakan harus sesuai dengan prosedur
yang berlaku
4. Referensi Buku Kebidanan

5.Alat dan Bahan 1. Persiapan Alat


a. Alat bantu pernafasan (naso / oro pharingeal tube, ETT)
b. Tensimeter dan stetoskop
c. Alat terapi (nasal/masker kanule oksigen)
d. Sumber oksigen
e. Cairan infus
f. Obat emergensi
6. Langkah - langkah  Pelaksanaan
a. Berikan posisi head down/posisi syok ( kedua kaki lebih tinggi
dari kepala)
b. Bebaskan jalan nafas
c. Beri oksigen masker 6-10 liter per menit
d. Cek tanda vital
e. Untuk Syok Hipovolemia
 Segera pasang infus di dua tempat
 Beri terapi cairan sesuai terapi medis
f. Untuk Syok Septik
 Berikan terapi antibiotik sesuai terapi medis
g. Untuk Syok Anafilatik
 Berikan antihistamin sesuai dengan terapi medis
 Berikan Bronchodilator bila terjadi Bronchospasme sesuai
dengan medis
 Adrenalin sesuai dengan terapi medis
h. Untuk Syok Cardiogenic
 Berikan obat inotropik sesuai dengan terapi medis
7. Unit Terkait 1. Pelayanan KIA
2. Pelayanan Kamar Bersalin
8.Rekaman historis perubahan
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
PENANGANAN BAYI
BARU LAHIR

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
( SPO )

LITA GUNARTIK

1. Pengertian Asuhan yang diberikan pada bayi selama jam pertama setelah
kelahiran
2.Tujuan Menilai kondisi Bayi baru lahir dan membantu terlaksananya
pernapasan spontan serta mencegah Hypotermia.
3. Kebijakan Semua bidan yang melakukan tindakan harus sesuai dengan prosedur
yang berlaku
4. Referensi 1. Asuhan Persalinan Normal
2.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
5. Alat dan Bahan  Persiapan Alat
a. Penghisap Lendir Delee
b. Klem 2 buah
c. Pengikat Tali Pusat
d. Handuk Kering
e. Salep Mata
f. Metelin
g. Penimbangan Bayi
h. Kartu Bayi
i. Pakaian bayi 1 set

6. Langkah - langkah  Pelaksanaan


a. Menyiapkan alat dan ruangan yang hangat dan bersih
b. Menyiapkan pakaian bayi lengkap, handuk, kain bersih dan
kering
c. Menyiapkan Obat tetes mata / salep mata
d. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
e. Segera setelah bayi lahir, menilai apakah bayi bernafas.Bila
bayi tidak bernafas, cepat bersihkan jalan nafas dengan
delee. Jika tetap tidak menangis segera lakukan tndakan
sesuai standar penanganan bayi baru lahir.
f. Segera keringkan bayi dengan handuk kering, bersih dan
hangat. Kemudian pakaikan kain kering yang hangat. Berikan
bayi pada ibunya untuk di dekap didadanya serta diberi ASI
karena akan membantu pelepasan plasenta.
g. Jaga agar bayi tetap hangat
h. Memotong dan mengikat tali pusat
i. Memeriksa tali pusat yang dipotong untuk memastikan
tidak ada perdarahan.
j. Memutus tali pusat
k. Melengkapi surat keterangan lahir
l. Lakukan penilaian keadaan umum bayi dengan AS
m. Melakukan pemeriksaan fisik bayi
n. Mengukur BB / TB
o. Mengukur tanda vital bayi
p. Mengenakan pakaian bayi dan menyelimuti bayi
q. Memberikan salep mata
r. Memberikan bayi pada ibunya untuk disusui
s. Pastikan bayi tetap terbungkus dan tutup kepala
t. Membantu ibu untuk menyusui bayinya
u. Mencuci tangan
v. Memperhatikan pengeluaran urine
w. Melakukan pencatatan dan lakukan kolaborasi bila ada
kelainan

7.Unit Terkait 1. Kamar Bersalin

8.Rekaman historis perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
PENCEGAHAN
PENGENDALIAN
INFEKSI ( PPI )

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
( SPO )

LITA GUNARTIK

1. Pengertian Adalah tindakan untuk mencegah terjadinya infeksi


2.Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melaksanakan pencegahan infeksi
3. Kebijakan Semua bidan yang melakukan tindakan harus sesuai dengan prosedur
yang berlaku
4.Referensi 1. Asuhan Persalinan Normal
2.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
5.Alat dan bahan  Persiapan Alat
a. Air mengalir
b. Sabun
c. Klorin
d. Sakit
e. Handscoon
f. Sterilisator
g. Duk
h. Celemek
i. Sepatu boat
j. Kacamata
k. Masker
l. Tutup kepala

6. Langkah - langkah  Pelaksanaan


 Membiasakan diri sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan /
tindakan selalu cuci tangan
 Selalu memakai alat pelindung diri : sarung tangan, celemek,
sepatu boat, kacamata, penutup kepala
 Lakukan sterilisasi dengan benar
 Bekerja dengan teknik septik dan aseptik bila perlu pemberian
antibiotik
7.Unit Terkait 1. Ruang Pencegahan Infeksi ( PI )
2. Ruang Periksa
3. Ruang Nifas
4. Ruang Bersalin
8.Rekaman historis perubahan
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.

HEMMORAGIC POST
PARTUM
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
( SPO )

LITA GUNARTIK

1. Pengertian Perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah persalinan berlangsung


2.Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melaksanakan penatalaksanaan
perdarahan post partum pada pasien
3. Kebijakan Semua bidan yang melakukan tindakan harus sesuai dengan prosedur
yang berlaku
4.Referensi Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan Hal 295
5.Alat dan Bahan  Persiapan Alat
a. Handscoon
b. Bengkok
c. Infus set
d. Cairan Infus
e. Spuit 5cc
f. Spuit 3cc
g. Kassa
h. Oksigen
i. Obat anti perdarahan
j. Obat emergency
k. Tampon
l. Heating set
6. Langkah - langkah  Pelaksanaan
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien
b. Penatalaksanaan perdarahan dilihat dari jenis penyebabnya:
 Atonia uteri adalah kegagalan kontraksi otot rahim
menyebabkan pembuluh darah pada bekas implantasi
plasenta terbuka.
 Tanda : uterus tidak berkontraksi dan lembek
 Penatalaksanaan : Infus, Masase Uterus, Kompresi Aorta
abdominalis dan Kompresi bimanual uterus.
 Retensio Plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta
selama setengah jam setelah persalinan bayi.
 Tanda : Perdarahan terlalu banyak, keseimbangan bekuan
darah ditempat plasenta lepas dan perlekatan erat.
 Penatalaksanaan : Evaluasi sebabnya, konsultasi dengan
dokterdan merujuk ke Rumah Sakit.
 Plasenta Manual : Plasenta belum lahir setelah menunggu
setelah setengah jam.
 Tanda : Perdarahan 400cc, riwayat retensio plasenta
berulang, tindakan dengan narkose, sejarah habitual HPP
(berulang)
 Penatalaksanaan : Pasang infus dan merujuk ke RS
 Inversio Uteri : keadaan dimana fundus uteri masuk
kedalam kavum uteri , dapat secara mendadak atau rjadi
perlahan.
 Tanda : Fundus uteri menghilang dari abdomen,
pemeriksaan dalam (fundus uteri didalam ruangan rahim
dapat dengan atau tanpa plasenta)
 Penatalaksanaan : Pasang infus, reposisi plasenta dan
merujuk ke RS
 Robekan Jalan Lahir : perdarahan yang bersifat arteri
atau pecahnya pembuluh darah vena dan berasal dari
perineum, vagina, serviks, dan robekan uterus.
 Tanda : Perdarahan dalam jumlah banyak
 Penatalaksanaan : menjahit robekan dan bila sulit
langsung merujuk ke RS

c. Melakukan rujukan ke fasilitas yang cukup / RS


7.Unit Terkait  Kamar Bersalin
 Ruang PI
8.Rekaman historis perubahan
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.

HEMMORAGIC ANTE
PARTUM
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
( SPO )

LITA GUNARTIK

1. Pengertian Memberikan pertolongan kepada perdarahan per vaginam setelah


melahirkan lebih dari 500 cc atau perdarahan diserai gejala dan tanda –
tanda syok
2.Tujuan Stabilisasi kondisi pasien segera dirujuk ke RS
3. Kebijakan Semua bidan yang melakukan tindakan harus sesuai dengan prosedur
yang berlaku
4.Referensi Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan Hal 295
5.Alat dan Bahan  Persiapan Alat
a. Alat Pelindung Diri (masker,handscoon,scort)
b. Bengkok
c. Infus set
d. Cairan Infus
e. Spuit 5cc
f. Spuit 3cc
g. Kassa
h. Oksigen
i. Obat anti perdarahan
j. Obat emergency
k. Tampon
l. Heating set
6. Langkah - langkah  Pelaksanaan
a. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan,
lakukan masase uterus agar berkontraksi untuk
mengeluarkan gumpalan darah.
b. Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi
baik, berikan 10 unit oksitosin IM
c. Jika kandung kemih ibu bisa dipalapsi, pasang kateter
d. Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks dengan
seksama memakai lampu yang terang. Jika sumber
perdarahan sudah diidentifikasi, klem dengan forseps arteri
dan jahit laserasi dengan menggunakan anestesi lokal
(lidocain 1%)
e. Jika uterus mengalami atoni, berikan masase uterus untuk
mengeluarkan gumpalan darah
f. Periksa lagi apakah plasenta utuh, usap vagina
g. Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, pasang kateter
h. lakukan kompresi bimanual internal max lima menit atau
perdarahan bisa dikendalikan dan uterus kerkontraksi dengan
baik
i. Anjurkan keluarga untuk memulai mempersiapkan rujukan
j. Jika perdarahan bisa dikendalikan dan uterus kontraksi
dengan baik:
 Teruskan kompresi bimanual slm 1-2 mnit
 Keluarkan tangan dari vagina
 Pantau kala 4 dengan seksama (masase uterus,TD, Nadi)
k. Jika perdarahan tidak trekendali dan uterus tidak kontraksi
dalam waktu lima menit maka keluarkan tangan dari vagi\na
l. Jika tidak ada hipertensi pada ibu, beri metergin 0,2 mg IM
m. Mulai IV RL 500cc + 20 u oksitosin. Berikan 500cc pertama
secepat mungkin dan teruskan dengan IV RL + 20 unit
oksitosin yang kedua
n. Jika uterus tetap atoni ulangi kompresi bimanual internal
o. Jika uterus berkontraksi lepaskan tangan perlahan – lahan
dan pantau kala 4 dengan cermat
p. Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera
q. Perkirakan jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur
denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah.
r. Buat catatan tentang semua penilaian tindakan yang
dilakukan dan pengobatan yang dilakukan
7.Unit Terkait  Kamar Bersalin
 Ruang PI
8.Rekaman historis perubahan
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.

PENATALAKSANAAN
RUJUKAN
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
( SPO )

LITA GUNARTIK

1. Pengertian Langkah – langkah yang harus dilakukan sebelum pasien dikirim ke


fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
2.Tujuan Sebagai acuan petugas dalam penatalaksanaan rujukan
3. Kebijakan Semua bidan yang melakukan tindakan harus sesuai dengan prosedur
yang berlaku
4.Referensi Depkes RI (1999), Pedoman Kerja Perawat, Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik
5.Alat dan Bahan  Persiapan Alat
a. Surat pengantar rujukan
b. Kendaraan

6.Langkah - langkah  Pelaksanaan


a. Petugas menjelaskan alasan pasien dirujuk
b. Petugas menyiapkan lembar Inform Consent
c. Petugas menjelaskan isi inform consent kepada pasien dan
keluarga
d. Petugas menyiapkan pasien dsn keluarga bahwa setuju untuk
dirujuk
e. Petugas meminta pasien atau keluarga untuk
menandatangani inform consent
f. Petugas menandatangani inform consent yang telah di ttd
pasien
g. Petugas menyiapkan surat rujukan
h. Petugas melengkapi surat rujukan berupa nomor, identitas
pasien, diagnosa, ttd petugas dan stempel BPM
i. Petugas memastikan pasien dalam kondisi stabil
j. Petugas memastikan alat kesehatan yang terpasang pada
paien dalam kondisi baik
k. Petugas menyiapkan alat dn obat yang diperlukan dalm
prose rujukan
l. Petugas menyiapkan kendaraan
m. Petugas menghubungi RS yang mau dituju dan menjelaskan
alasan pasien dirujuk
n. Petugas memindahkan pasien kedalam mobil
o. Petugas berangkat dengan mendampingi pasien selama
perjalanan
7.Unit Terkait  Ruang Periksa
 Ruang Nifas
 Ruang Bersalin
8.Rekaman historis perubahan
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
PELAYANAN
PERSALINAN

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
( SPO )

LITA GUNARTIK

1. Pengertian Memberikan pertolongan persalinan normal, aman dan bersih


2.Tujuan 1. Memberikan rasa aman dan nyaman pada ibu
2. Memberikan pertolongan dan perawatan pada bayi baru lahir
3. Kebijakan Semua bidan yang melakukan tindakan harus sesuai dengan prosedur
yang berlaku
4.Referensi Buku Asuhan Persalinan Normal
5.Alat dan Bahan  Persiapan Alat Ibu :
a. Partus Set berisi :
- 2 doek steril / handuk DTT
- 2 pasang sarung tangan DTT
- 2 klem, ½ kocker, tali pusat
- 1 gunting episiotomi, gunting tali pusat
- 5 kasa steril, cateter nelaton
b. Kapas basah DTT, Betadin pada tempatnya
c. Bengkok 2, kendil plasenta, under pad 2
d. 2 tempat sampah, Larutan klorin 0,5 %, Spuit 3cc
e. Obat-obatan:
- Utero tonika, infus set, cairan RL
- Oksigen
f. Lembar observasi partograf
g.Lenen :
- 2 was lap, Kain panjang, celana dalam
- Baju ibu, softex
6.Langkah - langkah  Persiapan Untuk Bayi :
a. Penghisap lendir / DTT
b. Salep mata, Selimut kering, tempat tidur bayi
c. Lampu penghangat, baju bayi
d. Vit K, Oksigen

 Persiapan Klien :
a. Menjelaskan bahwa proses persalinan akan dimulai
b. Pengaturan posisi meneran sesuai dengan keinginan klien
c. Meneran setiap ada his dan istirahat saat ada relaksasi
d. Lingkungan ruangan yang tertutup

 Langkah Kerja Kala I


a. Penolong cuci tangan dengan air mengalir, keringkan
b. Bersikap ramah & sopan
c. Minta ibu mengosongkan kandung kemih
d. Nilai kesehatan ibu, K/U & TTV
e. Melakukan pemeriksaan umum head to toe :
- Inspeksi
- Palpasi L – I – L IV
- Auskultasi
- Perkusi
- Pemeriksaan Dalam
f. Menetukan diagnose inpartu
e. Mencatat hasil pada partograf

 Langkah Kerja Kala II


a) Mengamati tanda gejala kala II
b) Memastikan alat & obat sudah lengkap
c) Memasukkan Spuit 3cc kedalam bak partus
d) Mengenakan celemek, cuci tangan dan keringkan
e) Tangan kanan pakai sarung tangan DTT
f) Menghisap Oksitosin 10 iu dengan spuit yang sudah disiapkan
dan mengembalikan ke bak partus
g) Tangan kiri memakai sarung tangan DTT, membersihkan vulva
dan perineum
h) Melakukan pemeriksaan dalam, bila selaput ketuban belum
pecah & pembukaan sudah lengkap lakukan amniotomi
i) Dekontaminasi sarung tangan kedalam klorin 0,5 % dan lepas
secara terbalik
j) Memriksa DJJ
k) Menginformasikan hasil pemeriksaan & keadaan janin baik
l) Atur posisi ibu sesuai dengan keinginan ibu
m) Lakukan pimpinan meneran saat ibu ada his
n) Jika kepala bayi telah terlihat di vulva 5-6 cm letakkan handuk
bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi
o) Letakkan kain bersih dilipat sepertiga bagian dibawah bokong
ibu & buka partus set
p) Pakai sarung tangan DTT atau steril
q) Saat kepala bayi terlihat di vulva 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan & tangan yang lain dikepala bayi
memberikan tekan lembut agar terjadi defleksi dengan cepat
saat kepala lahir
r) Usap muka, mulut dan hidung dengan kasa bersih
s) Memeriksa lilitan tali pusat
t) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putar paksi luar
secara spontan
u) Setelah kepala putar paksi luar, tempatkan tangan secara
biparietal & menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi
dengan lembut tarik kearah bawah arkus pubis, tarik keatas
kerah keluar untuk melahirkan bahu posterior
v) Setelah kedua bahu dilahirkan tangan melakukan sangga susur
untuk melahirkan seluruh tubuh bayi
w) Menilai bayi dengan cepat. Letakkan diatas perut ibu dengan
posisi kepala lebih rendah sedikit dari tubuhnya
x) Keringkan dan bungkus bayi kecuali bagian pusat
y) Jepit talipusat 3 cm dari pusat bayi, lakukan urutan tali pusat
mulai dari klem kerah ibu dan klem ±2cm dari klem pertama
z) Potong talipusat dengan satu tangan, lindungi bayi dari gunting
& memotong talipusat diantara dua klem & menggaanti handuk
basah dengan selimut bayi pada ibu untuk MMD

 Langkah Kerja Kala II


a) Meletakkan kain bersih, melakukan palpasi abdominal
kemungkinan adanya bayi kedua sebelum menyuntik
b) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oxcitocin
c) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir oksitosin 10 iu sudah
harus disuntikkan IM 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar &
aspirasi lebih dulu
d) Pindahkan klem pada talipusat 5-10 cm dari vulva
e) Letakkan satu tangan diatas kain diperut ibu, tepat diatas
simpisis untuk mendeteksi pelepasan plasenta, tangan lain
memegang tali pusat
f) Setelah uterus kontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah
sambil mendorong uterus kerah belakang – atas (dorso kranial)
hingga plasenta terlepas
g) Minta ibu meneran sambil penolong menarik talipusat dengan
arah sejajar lantai & kemudian kearah atas, mengikuti proses
jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso kranial)
h) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, menggunakan kedua
tangan memegang plasenta memutarnya searah jarum jam
hingga selaput ketuban terpilin, kemudian lahirkan & tempatkan
plasenta pada wadah yang telah disediakan.

 Langkah Kerja Kala IV


a) Segera setelah plasenta & selaput ketuban lahir, melakukan
masase uterus dengan cara meletakkan telapak tangan
difundus dan melakukan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi
b) Memeriksa kedua sisi plasenta foetal dan maternal serta
memastikan selaput ketuban lengkap. Meletakkan plasenta
kedalam kendil atau kantung plastik
c) Evaluasi adanya laserasi pada vagina & perineum, menjahit
laserasi yang mengalami perdarahan aktif
d) Menilai ulang kontraksi uterus & perdarahan pervaginam.
Estimasi darah yang keluar
e) Mencelupkan kedua tangan kedalam klorin 0,5 % membilas
kedua tangan yang masih bersarung tangan tsb dengan air
DTT dan mengeringkan dengan kain yang bersih, atau ganti
sarung tangan yang baru
f) Mengikat talipusat dengan satu simpul mati kemudian
dibagikan talipusat yang bersebarangan dengan simpul mati
yang utama
g) Melepaskan klem & meletakkan dalam larutan klorin 0,5 %
h) Menyelimuti kembali bayi & menutupi bagian kepalanya
i) Menganjurkan ibu untuk memulai memberikan ASI
j) Memantau kontraksi uterus & perdarahan pervaginam
k) Mengajarkan pada ibu/keluarga cara melakukan masase
uterus & memeriksa kontraksi uterus
l) Mengevaluasi darah yang keluar
m) Memeriksa tensi, nadi, kontraksi rahim, kendung kencing,
perdarahan, perineum setiap 15 menit selama jam pertama
dan tiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
n) Menempatkan semua peralatan kedalam larutan klorin 0,5 %
untuk dekontaminasi (10 menit) kemudian cuci dengan
sabun dan bilas
o) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam
tempat tempat sampah yang sesuai
p) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT &
membantu ibu menggunakan pakaian kering dan
memberikan rasa nyaman
q) Dekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan
dengan larutan klorin 0,5 % dan membilasnya dengan air
bersih
r) Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5
%, melepaskan secara terbalik dan merendamnya selama
10 menit
s) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
t) Melengkapi partograf
7.Unit Terkait  Ruang Periksa
 Ruang Nifas
 Kamar Bersalin
 Ruang PI
8.Rekaman historis perubahan
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
PENANGANAN BAYI
ASFIKSIA

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
( SPO )

LITA GUNARTIK

1. Pengertian Upaya menyediakan oksigen ke otak, paru-paru, jantung melalui


sebuah tindakan pemijatan jantung dan menjamin ventilasi yang
adekuat
2.Tujuan Memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen, dan curah
jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen ke otak, jantung dan
organ lainnya
3. Kebijakan Semua bidan yang melakukan tindakan harus sesuai dengan prosedur
yang berlaku
4.Referensi Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan Hal 295
5.Alat dan Bahan  Persiapan Alat
a. Resusitasi set
b. Oksigen, penghisap lendir, Medikamentosa
c. Alat penghangat bayi
d. Lampu sorot
e. Tempat tidur / incubator

6. Langkah - langkah  Persiapan Penolong


a. APD lengkap
b. Cuci tangan
c. Pakai sarung tangan

 Pembersihan Jalan Napas


a. Siapkan resusitasi & instrument
b. Letakkan bayi diatas meja bersih kering dan hangat dengan
posisi leher sedikit extensi
c. Bersihkan muka dengan kasa
d. Leher bayi diganjal dengan bantal tipis
e. Penolong berada di kepala bayi
f. Buka mulut bayi, tekan lidah hingga oesofasring terlihst jelas
dan hisap lendir

 Pernapasan Buatan
a. Pasang masker pernapasan, lakukan peniupan melalui selang
dengan frekuensi 20-30 x/menit, bila menggunakan ambubag
frekuensi 40-60 x/menit
b. Perhatikan reaksi bayi setiap 4x hembusan udara
c. Bila timbul pernapasan spontan hentikan tiupan. Bersihkan lagi
jalan napas hingga bayi menangis
d. Bila denyut jantung bayi dibawah 40x/menit lakukan pijat
jantung
e. Bila denyut diatas 80 x/menit hentikan tiupan & teruskan
pernapsan buatan
f. Upaya resusitasi gagal segera rujuk
g. Dekontaminasi alat-alat
h. Cuci tangan

7.Unit Terkait  Kamar Bersalin

8.Rekaman historis perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.

PENANGANAN PRE –
EKLAMPSIA RINGAN
(PER)
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
( SPO )

LITA GUNARTIK

1. Pengertian Timbulnya hipertensi yang disertai protein urine dan atau edema
setelah kehamilan 20 minggu dan sudah terjadi disfungsi endotel
2.Tujuan 1. Mengenali gejala dan tanda hipertensi karena kehamilan
2. Menentukan diagnosis yang paling mungkin dalam hubungan
dengan hipertensi yang dipicu oleh kehamilan & hipertensi kronik
pada ibu hamil
3. Melakukan penatalaksanaan PE dan Hipertensi kronik pada ibu
hamil
3. Kebijakan Semua bidan yang melakukan tindakan harus sesuai dengan prosedur
yang berlaku
4.Referensi Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan Hal 295
5.Alat dan Bahan  Persiapan Alat
a. Tempat tidur pasien
b. Tensimeter
c. Infus set
d. Cairan infus
e. Medicut
f. Spuit 5cc
g. Spuit 3cc
h. Oksigen

6. Langkah – langkah
 Pelaksanaan
Tanda dan Gejala PER
a. Tekanan diastolik 90 mmHg atau kenaikan 15 mmHg dalam 2
kali pengukuran berjarak 1 jam
b. Proteinuria 1+

Jika kehamilan < 37 minggu dan tidak terdapat tanda perbaikan,


lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan :
a. Lakukan pemantauan tekanan darah, Proteinuria, refleks dan
kondisi janin
b. Lebih banyak istirahat
c. Diet biasa
d. Tidak perlu pemberian obat
e. Jika tidak memungkingkan rawat jalan segera rujuk
Jika kehamilan > 37 minggu segera rujuk RS pertimbangankan
terminasi kehamilan
7.Unit Terkait  Ruang Periksa
 Ruang Bersalin
 Ruang PI
8.Rekaman historis perubahan
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.

PENANGANAN PRE –
EKLAMPSIA BERAT ( PEB )
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
( SPO )

LITA GUNARTIK

1. Pengertian Suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi


≥ 160/110 disertai protein urine dan atau oedema pada kehamilan 20
minggu atau lebih
2.Tujuan a. Mengenali gejala dan tanda hipertensi karena kehamilan dan
menentukan diagnosis yang paling mungkin dalam hubungan
dengan hipertensi yang di picu oleh kehamilan (pregnancy
induced hypertension) dan hipertensi kronik pada ibu hamil
b. Melakukan penatalaksanaan Preeklampsia / Eklampsia dan
Hipertensi kronik pada ibu hamil
c. Melakukan pemberian obat anti kejang ( Magnesium Sulfat dan
Diazepam ) serta obat anti hipertensi dalam penatalaksanaan
Preeklampsia Berat dan Eklampsia
3. Kebijakan Semua bidan yang melakukan tindakan harus sesuai dengan prosedur
yang berlaku
4.Referensi Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan Hal 295
5.Alat dan bahan  Persiapan Alat
a. Tempat tidur pasien
b. Tensimeter
c. Infus set
d. Medicut
e. Cairan Infus
f. Spuit 5cc
g. Spuit 3cc
h. Kateter
i. MgSO4 40%
j. Oksigen

6. Langkah – langkah Tanda dan Gejala PEB


a. Tekanan darah diastolik > 110 mmHg
b. Proteinuria ≥ 2+
c. Oliguria < 400 ml per 24 jam
d. Edema paru : nafas pendek, sianosis dan adanya ronkhi
e. Nyeri aerah epigastrium atau kuadran atas kanan perut
f. Gangguan penglihatan : skotoma atau penglihatan yang
berkabut
g. Nyeri kepala hebat yang tidak berkurang dengan pemberian
analgetika biasa
h. Hiperrefleksia
i. Mata : spasme arteriolar, edema, ablasio retina
j. Koagulasi : koagulasi intravaskuler disseminata, sindrom HELLP
k. Pertumbuhan janin terhambat
l. Otak : edema aserebri
m. Jantung : gagal jantung

Penatalaksanaan :
a. Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali
bahwa persalinan harus berlangsung dalam 6 jam setelah
tibbulnya kejang eklampsia
b. Jika tekanan diastolic >110 mmHg, beri antihipertensi sampai
tekanan darah diastolic antara 90-100mmHg
c. Pasang infuse RL dengan jarum no. 16 pertahankan 1,5-2 lt/hr
d. Ukur keseimbangan cairan jangan sampai overlod
e. Kateterisasi urin untuk pengukuran volume & pemeriksaan
proteinuria
f. Jangan tinggalkan pasien sendiri dan SEGERA RUJUK
g. Observasi tanda vital, reflex & denyut jantung janin setiap 1 jam
Anti konvulsan
 Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan
mengatasi kejang pada preeklampsia dan eklampsia. Alternatif
lain adalah Diazepam, dengan resiko terjadinya depresi
neonatal.

MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA


 Alternative I Dosis Awal
MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit. Segera
lanjutkan dengan 15 ml MgSO4 (40%) 6 g dalam larutan Ringer
Laktat / Ringer Asetat selama 6 jam.
Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 (40%) 2
g IV selama 5 menit
 Dosis Pemeliharaan
MgSO4 1 g / jam melalui infus Ringer asetat / Ringer Laktat
yang diberikan sampai 24 jam postpartum
 Alternatif II Dosis Awal Dosis Pemeliharaan
MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5 g IM dengan 1 ml Lignokain
( dalam semprit yang sama)
Pasien akan merasa agak panas pada saat pemberian MgSO4
Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menit
 Sebelum Pemberian MgSO4 ulangan, Lakukan
Pemeriksaan:
Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terahir, frekuensi nafas < 16
kali/menit
 Hentikan Pemberian MgSO4, Jika :
Refleks patella (-) bradipnea (<16 kali/menit)
 Siapkan Antidotum
Jika terjadi henti nafas: Bantu pernafasan dengan ventilator
Berikan Kalsium Glukonas 1 g (20ml dalam larutan 10%) IV
perlahan – lahan sampai pernafasan mulai lagi
7.Unit Terkait  Ruang Periksa
 Ruang Bersalin
 Ruang PI
8.Rekaman historis perubahan
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.

PENANGANAN
EKLAMPSIA
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
( SPO )

LITA GUNARTIK

1. Pengertian Suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi


≥ 160/110 disertai protein urine dan atau oedema pada kehamilan 20
minggu atau lebih disertai dengan adanya kejang
2.Tujuan a. Melakukan penatalaksanaan Eklampsia dan Hipertensi kronik
pada ibu hamil
b. Melakukan pemberian obat anti kejang ( Magnesium Sulfat dan
Diazepam ) serta obat anti hipertensi dalam penatalaksanaan
Eklampsia
3. Kebijakan Semua bidan yang melakukan tindakan harus sesuai dengan prosedur
yang berlaku
4.Referensi Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan Hal 295
5.Alat dan Bahan  Persiapan Alat
a. Tempat tidur pasien
b. Tensimeter
c. Infus set
d. Medicut
e. Cairan infus RL
f. Spuit 5cc
g. Spuit 3cc
h. MgSO4 40%
i. Kateter
j. Oksigen
6. Langkah – langkah Tanda dan Gejala PEB
a. Tekanan darah diastolik > 110 mmHg
b. Proteinuria ≥ 2+
c. Oliguria < 400 ml per 24 jam
d. Edema paru : nafas pendek, sianosis dan adanya ronkhi
e. Nyeri aerah epigastrium atau kuadran atas kanan perut
f. Gangguan penglihatan : skotoma atau penglihatan yang
berkabut
g. Nyeri kepala hebat yang tidak berkurang dengan pemberian
analgetika biasa
h. Hiperrefleksia
i. Mata : spasme arteriolar, edema, ablasio retina
j. Koagulasi : koagulasi intravaskuler disseminata, sindrom HELLP
k. Pertumbuhan janin terhambat
l. Otak : edema aserebri
m. Jantung : gagal jantung
n. Eklampsia ditandai oleh gejala preeklampsia berat dan kejang:
 Kejang dapat terjadi dengan tidak tergantung pada beratnya
hipertensi
 Kejang bersifat tonik – klonik, menyerupai kejang pada epilepsy
grand mal
 Koma terjadi setelah kejang dan dapat berlangsung lama
(beberapa jam)

Penatalaksanaan :
SEGERA RUJUK
Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai
tekanan diastolik antara 90-100 mmHg
a. Pasang infus Ringer dengan jarum besar no.16 atau lebih
b. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
c. Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan
proteinuria
d. Infus cairan dipertahankan 1,5 – 2 liter/24 jam
e. Jangan tinggalkan pasien sendirian, Kejang disertai aspirasi
dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin
f. Observasi tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap 1
jam
g. Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya
krepitasi merupakan tanda adanya edema paru, hentikan
pemberian cairan dan berikan diuretik (mis. Furosemide 40 mg
IV)
h. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika pembekuan
tidak terjadi setelah 7 menit, kemingkinan terdapat koagulopati
Anti konvulsan
 Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan
mengatasi kejang pada preeklampsia dan eklampsia. Alternatif
lain adalah Diazepam, dengan resiko terjadinya depresi
neonatal.

MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA


 Alternative I Dosis Awal
MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit. Segera
lanjutkan dengan 15 ml MgSO4 (40%) 6 g dalam larutan Ringer
Laktat / Ringer Asetat selama 6 jam.
Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 (40%) 2
g IV selama 5 menit
 Dosis Pemeliharaan
MgSO4 1 g / jam melalui infus Ringer asetat / Ringer Laktat
yang diberikan sampai 24 jam postpartum
 Alternatif II Dosis Awal Dosis Pemeliharaan
MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5 g IM dengan 1 ml Lignokain
( dalam semprit yang sama)
Pasien akan merasa agak panas pada saat pemberian MgSO4
Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menit
 Sebelum Pemberian MgSO4 ulangan, Lakukan
Pemeriksaan:
Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terahir, frekuensi nafas < 16
kali/menit
 Hentikan Pemberian MgSO4, Jika :
Refleks patella (-) bradipnea (<16 kali/menit)
 Siapkan Antidotum
Jika terjadi henti nafas: Bantu pernafasan dengan ventilator
Berikan Kalsium Glukonas 1 g (20ml dalam larutan 10%) IV
perlahan – lahan sampai pernafasan mulai lagi
7.Unit Terkait  Ruang Periksa
 Ruang Bersalin
 Ruang PI
8.Rekaman historis perubahan
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.

PELAYANAN KB PIL
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
( SPO )

LITA GUNARTIK
1. Pengertian
KB pil adalah kontrasepsi hormonal berbentuk pil/ tablet

2.Tujuan Sebagai acuan memberikan pelayanan kontrasepsi untuk penurunan


angka kelahiran
3. Kebijakan Semua bidan yang melakukan tindakan harus sesuai dengan prosedur yang
berlaku
4.Referensi Pedoman manajemen pelayanan keluarga berencana oleh kemenkes
tahun 2014
5.Alat dan Bahan

 Persiapan Alat :
a. Pil KB
b. Tensimeter
c. Timbangan
d. Buku Kunjungan
e. Buku kohort
6. Langkah - langkah

 Penatalaksanaan
1.Memanggil pasien sesuai urutan.
2.Memperkenalkan diri.
3.Menanyakan keluhan dan meminta kartu Kontrol KB
4.Mempersiapkan alat
5.Melakukan pemeriksaan BB
6.Mempersilahkan pasien untuk berbaring di meja periksa
7.Melakukan pemeriksaan Tekanan Darah
8.Memberikan KB pil
9.Melakukan pencatatan hasil pemeriksaan pada kohort KB dan
kartu status pasien
10. Menulis tanggal dilayani dan memberikan kartu kontrol KB
kepada pasien

7.Unit Terkait
 Ruang Periksa

8.Rekaman historis
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
perubahan
PELAYANAN KB
SUNTIK

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
( SPO )

LITA GUNARTIK

1. Pengertian KB Suntik adalah kontrasepsi hormonal secara suntikan intramuscular,


masa berlakunya ada yang satu bulan atau 3 bulan
2.Tujuan
Menjarangkan atau membatasi jumlah kelahiran

3. Kebijakan Semua bidan yang melakukan tindakan harus sesuai dengan prosedur yang
berlaku
4.Referensi Pedoman manajemen pelayanan keluarga berencana oleh kemenkes
tahun 2014
5.Alat dan bahan  Persiapan Alat :
a. Spuit disposable 5 cc / 3 cc
b. Obat suntik, depo, cyclo dll
c. Obat desinfektan / alcohol 70%
d. Alat tulis & kartu akseptor
e. Buku kohort
f. Buku kunjungan
g. Tensimeter
h. Timbangan
6. Langkah - langkah

 Persiapan Klien :
a. Klien posisi tidur
b. Pemeriksaan fisik & tanda vital

 langkah – Langkah :
a. Klien tidur miring kiri / kanan
b. Membantu membuka daerah yang akan disuntik
c. Penolong cuci tangan
d. Memakai sarung tangan steril
e. Ambil & buka spuit steril siapkan dalam bak steril
f. Ambil obat KB & baca etiket lalu buka tutupnya
g. Hisap obat dalam spuit dan keluarkan udara yang masuk
h. Lakukan antiseptik dengan alcohol pada daerah penyuntikan
dengan cara memutar dari dalam keluar
i. Suntikan obat secara IM
j. Cabut spuit dan tekan bekas suntikan, tidak di masase
k. Rapikan klien, dekontaminasi alat
l. Pencatatan dan
m. Informasikan kapan kembali suntik & pemberian kartu akseptor
n. Cuci tangan

7.Unit Terkait  Ruang Periksa


 Ruang PI
8.Rekaman historis
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
perubahan
PELAYANAN KB
KONDOM

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
( SPO )

LITA GUNARTIK

1. Pengertian Kondom adalah selubung/ sarung karet sebagai salah satu


metode kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan dan
atau penularan penyakit kelamin pada saat bersenggama
2.Tujuan Sebagai acuan petugas dalam memberikan pelayanan
kontrasepsi untuk penurunan angka kelahiran
3. Kebijakan Semua bidan yang melakukan tindakan harus sesuai dengan prosedur
yang berlaku
4. Refrensi Pedoman manajemen pelayanan keluarga berencana oleh
kemenkes tahun 2014
5.Alat dan Bahan  Persiapan Alat
a. Timbangan
b. Tensimeter
c. Kondom
d. Kartu kunjungan
e. Buku kunjungan
f. Buku kohort
g. Alat peraga Kondom

 Penatalaksanaan
a) Memanggil pasien sesuai urutan
b) Melakukan anamnesa pada pasien
c) Mengambil alat peraga dan kondom
d) Menjelaskan pada pasien tentang cara pemakaian
6. Langkah – langkah
kondom yang benar yaitu:
 Kondom sebaiknya digunakan pada saat penis ereksi,
sebelum penis masuk ke vagina.
 Jika kondom tidak mempunyai tempat penampungan
sperma di ujungnya, sisakan 1-2 cm di ujung kondom
untuk menampung cairan ejakulasi
 Lepaskan kondom setelah penis selesai ereksi
 Pegang kondom pada pangkalnya dengan jari guna
mencegah sperma tumpah atau merembes
 Tiap kondom hanya untuk sekali pakai dan langsung
dibuang
 Jangan menyimpan kondom ditempat yang panas serta
jangan menggunakan minyak goreng, baby oil atau jelly
sebagai minyak pelicin
e) Petugas mencatat pada rekam medis dan kohort KB
f) Petugas memberikan kondom dan kartu KB kepada pasien
g) Pasien pulang
7.Unit Terkait  Ruang Periksa
 Ruang PI
8.Rekaman historis perubahan
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.

PELAYANAN
PENCABUTAN AKDR

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
( SPO )

LITA GUNARTIK
1. Pengertian Pencabutan AKDR adalah pengeluaran AKDR dari rahim oleh
tenaga medis karena sesuatu hal /alasan atau karena masa
berlakunya sudah habis
2.Tujuan
AKDR keluar dari rahim dengan tanpa efek samping

3. Kebijakan Semua bidan yang melakukan tindakan harus sesuai dengan prosedur
yang berlaku
4. Refrensi Pedoman manajemen pelayanan keluarga berencana oleh
kemenkes tahun 2014
5.Alat dan bahan  Persiapan Alat :
 Bak instrumen
 Spekulum
 Cucing
 Tenakulum
 Tampontang
 Kasa steril
 Betadin
 Sarung tangan steril
 Tempat sampah
 Lampu sorot
 Extractor

 Persiapan Pasien
a. Konseling Pra Pencabutan
b. Minta persetujuan tertulis
c. Kebersihan alat genetalia luar
d. Posisi tidur litotomi

 Konseling Pra Pencabutan


6. Langkah – langkah a. Sapa klien dan tanyakan tujuan kunjungannya
b. Tanyakan alasannya ingin mencabut AKDR
c. Tanyakan tujuan dari KB selanjutnya
d. Jelaskan proses pencabutan AKDR

 Tindakan Pra Pencabutan


a. Dan klien sudah mengosongkan kandung kencing
b. Bantu klien naik ketempat tidur
c. Bidan cuci tangan dengan air & sabun, keringkan
d. Pakai sarung tangan DTT & atur peralatan

 Tindakan Pencabutan
a. Pemeriksaan bimanual
b. Pasang speculum vagina
c. Usap vagina & serviks dengan larutan antiseptic
d. Jepit benang AKDR yang dekat serviks dengan klem
e. Tunjukkan AKDR pada klien
f. Apabila benang tidak kelihatan, gunakan klem Elipgator
untuk mencari AKDR dalam cavum uteri, terasa terjepit
ditarik keluar perlahan dan tunjukkan AKDR pada klien
g. Keluarkan speculum dengan hati-hati

 Tindakan Pasca Pencabutan


a. Rendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam
larutan klorin 0,5 % selama 10 menit
b. Buang bahan yang sudah dipakai pada tempat yang sudah
disediakan
c. Celupkan kedua tangan dalam klorin 0,5 % kemudian
lepaskan sarung tangan terbalik dan rendam dalam larutan
klorin tersebut
d. Cuci tangan
e. Amati klien 5 menit sebelum dipulangkan

 Konseling Pasca Pemasangan


a. Diskusikan bila klien mengalami masalah
b. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang
telah diberikan
c. Jawab semua pertanyaan klien
d. Ulangi keterangan tentang alat kontrasepsi yang
tersedia, resiko dan keuntungan masing – masing alat
kontrasepsi
e. Bantu klien menentukan alat kontrasepsi baru yang
akan dipakai
f. Buat rekam medik tentang pencabutan AKDR
7.Unit Terkait  Ruang Periksa
 Ruang PI
8.Rekaman historis perubahan
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
PELAYANAN
PELEPASAN IMPLANT

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
( SPO )

LITA GUNARTIK

1. Pengertian Melepas impalnt dari tempat insersinya karena sesuatu hal /


alasan atau masa berlakunya sudah habis
2.Tujuan
Implant dilepas dengan tanpa efek samping

3. Kebijakan Semua bidan yang melakukan tindakan harus sesuai dengan prosedur
yang berlaku
4. Refrensi Pedoman manajemen pelayanan keluarga berencana oleh
kemenkes tahun 2014
5.Alat dan Bahan  Persiapan alat :
a. Duk lobang dan sarung tangan steril
b. “ U “ klem dan arteri klem
c. Mes & pincet cirurgie
d. Spuit 5 cc
e. Cairan antiseptic
f. Kasa steril
g. Perban
h. Plester
i. Lidocain
j. Aquades

 Persiapan Klien :
a. Klien mencuci lengan kiri atas dengan sabun
b. Posisi tidur klien terlentang
c. Tangan kiri di buka kesamping

 Langkah – langkah :
6. Langkah – langkah  Konseling Pra Pemasangan
a. Sapa klien dengan ramah
b. Tanyakan pada klien alasannya ingin mencabut
implant
c. Tanyakan tujuan KB selanjutnya
d. Jelaskan proses pencabutan implant dan apa yang
akan dirasakan pada saat proses dan setelah
pencabutan

 Tindakan Pencabutan Kapsul Implant


a. Periksa kembali apakah klien telah mencuci
lengannya sebersih mungkin
b. Atur posisi lengan klien, raba kapsul untuk
menentukan lokasi insisi
c. Pastikan semua peralatan yang akan digunakan
telah siap
d. Memakai sarung tangan steril
e. Melakukan tindakan aseptik dan anti septic
f. Mealkukan anestesi lokal di tempat insersi
g. Melakukan sayatan 2 cm
h. Mengambil kapsul implant dengan “U” klem, setelah
kapsul tampak pada luka insisi tarikl kapsul dengan
klem lengkung dan bersihkan kapsul dan jaringan
menggunakan mess
i. Setelah implant selesai dikeluarkan, rapatkan luka
sayatan
j. Menutup luka sayatan dengan plester, dan kasa
steril lalu balut dengan perban
k. Membersihkan alat – alat
l. Mencuci tangan
m. Mencatat hasil pelayanan pada status register dan
kartu KB
n. Menganjurkan untuk kontrol jika ada keluhan atau
masalah
7.Unit Terkait  Ruang Periksa
 Ruang PI
8.Rekaman historis perubahan
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
PELAYANAN
PEMASANGAN AKDR

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
( SPO )

LITA GUNARTIK

1. Pengertian Memasang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang berupa


alat terbuat dari plastik lentur atau jenis AKDR yang mengandung
hormon progesteron dan bisa diambil kembali apabila masa
berlakunya habis
2.Tujuan
Menjarangkan atau membatasi jumlah kelahiran anak

3. Kebijakan Semua bidan yang melakukan tindakan harus sesuai dengan prosedur
yang berlaku
4. Refrensi Pedoman manajemen pelayanan keluarga berencana oleh
kemenkes tahun 2014
5.Alat dan Bahan  Persiapan alat :
a. IUD steril, Duk steril
b. Larutan clorin 0,5 %
c. Obat desinfektan
d. Tenakulum
e. Spekulum cocor bebek
f. Sonde uterus
g. Klem kasa
h. Gunting benang
i. Kasa steril
j. Bak instrumen
k. Tensimeter

 Persiapan Ruangan :
a. Lingkungan tertutup
b. Penerangan untuk melihat serviks

 Persipan Klien :
a. Konseling Awal (sapa klien dengan ramah, k/p perkenalkan
6. Langkah – langkah
diri bidan, beri informasi umum KB & jenis alkon yang
tersedia & resiko serta keuntungan dari masing – masing
kontrasepsi, jelaskan apa yang dapat diperoleh dari
kunjungannya
b. Konseling metode khusus
a) Berikan jaminan akan kerahasiaan klien
b) Kumpulkan data pribadi klien
c) Tanyakan agama yang mungkin menentang
penggunaan kontrasepsi
d) Diskusikan kebutuhan, pertimbangan dan
kakhawatiran klien dengan sikap simpatik
e) Bantu klien untuk memilih metode yang tepat
f) Jelaskan kemungkinan efek samping AKDR sampai
benar dimengerti oleh klien
c. Seleksi riwayat kesehatan reproduksi klien
a) HPHT, lama haid, pola perdarahan
b) Paritas dan riwayat kelahiran yang terahir
c) Riwayat kehamilan ektopik
d) Nyeri hebat setiap haid
e) Anemia berat
f) Riwayat infeksi sistem genital / ISG & PMS
g) Berganti-ganti pasangan
h) Kanker serviks
d. Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan
panggul sebelum pemasangan AKDR
e. Persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan
f. Membuat surat persetujuan
g. Klien diminta kekamar mandi untuk kencing dan
membersihkan alat kelaminnya

 Pemeriksaan Panggul
a. Bantu klien naik kemeja pemeriksaan dan atur posisi
litotomi
b. Kenakan kain penutup pada klien untuk pemeriksaan
c. Bidan cuci tangan dengan air dan sabun dan keringkan
dengan kain bersih
d. Palpasi daerah perut dan periksa adakah nyeri, benjolan
atau kelainan lainnya didaerah supra pubik
e. Atur lampu untuk melihat serviks
f. Pakai sarung tangan DTT
g. Atur alat & bahan yang akan dipakai
h. Lakukan inspeksi genital eksterna
i. Palpasi kelenjar skene dan bartholini, amati adanya nyeri
dan duh (discharge) vagina
j. Masukan speculum vagina secara ginekologik
k. Lakukan pemeriksaan Inspekulo : adanya lesi, keputihan
pada vagina dan inspeksi serviks
l. Keluarkan speculum dengan hati-hati dan letakkan kembali
ketempat semula tanpa menyentuh alat lain
m. Lakukan pemeriksaan bimanual
n. Lakukan pemeriksaan rektovaginal bila ada indikasi
o. Celupkan sarung tangan pada larutan klorin, buka dan
rendam dalam keadaan terbalik
p. Jelaskan hasil pemeriksaan panggul
q. Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan
klien rasakan pada proses pemasangan, persilahkan klien
untuk mengajukan pertanyaan
r. Masukkan lengan AKDR Cut 380 A tetap dalam kemasan

 Tindakan Pemasangan AKDR


a. Pakai sarung tangan yang baru
b. Pasang speculum untuk melihat serviks
c. Usap Vagina dan serviks dengan larutan antiseptic 2-3 kali
d. Jepit serviks dengan tenakulum
e. Masukkan sonde uterus dengan NO TOUCH TECHNIQUE
f. Tentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan
sonde uterus
g. Ukur kedalaman kavum pada tabung inserter yang masih
dalam kemasan
h. Angkat tabung AKDR dari kemasannya
i. Pegang tabung AKDR dengan leher biru dengan posisi
horisontal, lakukan tarikan hati-hati pada tenakulum,
masukkan tabung inserter kedalam uterus sampai leher
biru menyentuh serviks
j. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan
satu tangan
k. Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan teknik
WITH DRAWAL
l. Keluarkan pendorong, tabung inserter didorong kembali
keserviks sampaileher biru menyentuh serviks
m. Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting
benang AKDR ± 3-4 cm
n. Keluarkan seluruh tabung inserter buang ketempat
sampah terkontaminasi
o. Lepaskan tenakululm dengan hati-hati dan rendam dalam
larutan klorin 0,5 %
p. Periksa serviks dan bila ada perdarahan dar tempat bekas
jepitan tenakulum tekan dengan kasa selama 30-60 detik
q. Keluarkan speculum dengan hati-hati, rendam dalam
larutan klorin 0,5 %

 Tindakan Pasca Pemasangan


a. Rendam seluruh alat dalam klorin0,5 % selama 10 menit
untuk dekontaminasi
b. Buang bahan yang tidak dipakai ketempat yang sudah
disediakan
c. Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung
tangan kedalam larutan klorin 0,5 %
d. Cuci tangan dengan air sabun
e. Pastikan klien tidak mengalami kram hebat dan amati
selama 15 menit sebelum klien pulang

 Konseling Pasca Pemasangan


a. Ucapkan selamat dan jabat tangan klien beritahu bahwa
AKDR telah berhasil terpasang
b. Ajarkan klien memeriksa sendiri benang AKDR dan kapan
harus dilakukan
c. Jelaskan klien apa yang harus dilakukan bila mengalami
efek samping
d. Beritahu kapan klien harus kembali ke klinik untuk kontrol
e. Ingatkan kembali masa pemasangan AKDR Cut 380 A
f. Yakinkan pada klien ia dapat datang ke klinik setiap saat
bila memerlukan konsultasi
g. Minta klien mengulang kembali penjelasan yang telah
diberikan oleh petugas
h. Lengkapi rekam medis dan kartu AKDR untuk klien
i. Merapikan alat
j. Pemberian kartu aksptor
7.Unit Terkait  Ruang Periksa
 Ruang PI
8.Rekaman historis perubahan
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
PELAYANAN ANTENATAL

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
( SPO )

LITA GUNARTIK

ANC (Antenatal Care) adalah suatu pemeriksaan pada ibu hamil


1. Pengertian selama masa kehamilan.

2. Tujuan Sebagai acuan dalam pemeriksaan kehamilan (ANC)

3. Kebijakan Semua bidan yang melakukan tindakan harus sesuai dengan prosedur yang
berlaku

 Pedoman Pelayanan Antenatal Tingkat pelayanan Dasar


Departemen Kesehatan tahun 1995.
4. Referensi
 Materi Evaluasi Pemantauan Wilayah Setempat Ibu dan Anak
tahun 2010.
5. Alat dan Bahan  Persiapan Alat dan Bahan:
a) Ruangan tertutup
b) Tempat Tidur
c) Selimut
d) Metlen
e) Tensimeter
f) Termometer
g) Timbangan
h) Jam Tangan
i) Reflek hammer
j) Microtoise
k) Doppler
l) Buku kohort
m) Buku kunjungan

6. Langkah – langkah
 Langkah – langkah :
a) Memanggil pasien sesuai urutan
b) Memperkenalkan diri.
c) Melakukan kajian awal : Riwayat perkawinan, riwayat
kehamilan, persalinan dan KB, riwayat kehamilan
sekarang, keluhan utama pasien, hasil KSPR.
d) Melakukan informed concent
e) Melakukan persiapan alat
f) Mempersilahkan pasien untuk dilakukan pemeriksaan
BB, TB, dan LILA
g) Mempersilahkan pasien untuk berbaring di tempat tidur.
h) Melakukan pemeriksaan TTV: TD, Nadi, Suhu, RR.
i) Melakukan pemeriksaan fisik mulai kepala sampai
dengan kaki:
 Bentuk tubuh
 Kesadaran
 Muka
 Kulit
 Mata
 Mulut
 Gigi
 Pembesaran kelenjar tyroid
 Tangan
 Tungkai
7) Melakukan pemeriksaan Leopold
 Leopold I
a) Kedua tangan diletakkan disisi KA/KI badan
dan kedua kaki ditekuk sambil ditutup selimut
b) Kedua tangan pemeriksa diletakkan disisi
KA/KI perut sambil mengetengahan metline ke
puncak fundus mengikuti linea medialis
dinding abdomen
c) Lebar metline harus menempel pada dinding
abdomen
d) Tentukan TFU raba bagian apa yang ada pada
FU
 Leopold II
a) Mempersilahkan pasien tidur terlentang kedua
tangan KA/KI disamping badan dan kedua kaki
ditekuk sambil ditutup selimut
b) Tangan petugas berada disamping perut ibu
dengan cara neraba untuk mencari ada
disebelah manakah bagian-bagian keil janin
dan disebelah mana letak tahanan keras
seperti papan
 Leopold III
a) Mempersilahkan pasien tidur terlentang kedua
tangan KA/KI disamping badan dan kedua kaki
ditekuk sambil ditutup selimut
b) Tangan petugas meraba bagian bawah rahim
dengan ibu jari dan jari tengah
c) Pertimbangkan bentuk, ukuran, dan kepadatan
bagian terebut
d) Jika berbentuk bulat, teraba keras, berbatas tegas
biasanya kepala. Jika bentuk kurang tegas, teraba
kenyal, relative lebih besar biasanya adalah
bokong
 Leopold IV
a) Mempersilahkan pasien tidur terlentang kedua
tangan KA/KI disamping badan dan kedua kaki
ditekuk sambil ditutup selimut
b) Kedua tangan petugas meraba bagian bawah
rahim dan menangkap apa yang ada dibagian
bawah rahim
c) Tentukan penurunan bagian terbawah janin
dengan menggunakan lima jari tangan
d) Bagian diatas simpisis yang dapat teraba
adalah proporsi yang belum masuk PAP dan
sisanya yang tidak teraba menunjukkan sejauh
mana bagian terbawah janin telah masuk
kedalam rongga panggul
k) Melakukan pemeriksaan DJJ
l) Melakukan pemeriksaan reflek patella
m) Mencatat hasil pemeriksaan pada buku kunjungan dan buku
KIA pasien.
n) Menentukan 64iagnose kebidanan
o) Menjelaskan hasil pemeriksaan
p) Melakukan KIE
q) Melakukan evaluasi
r) Memebrikan terapi pada pasien
 Ruang Periksa
7.Unit Terkait
 Ruang PI
8.Rekaman historis
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
perubahan

PELAYANAN NIFAS

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
( SPO )

LITA GUNARTIK

Pelayanan kesehatan standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari


1. Pengertian pasca bersalin

1. Pemantauan perubahan fisiologis masa nifas


2. Tujuan
2. Mencegah terjadinya infeksi
3. Kebijakan Semua bidan yang melakukan tindakan harus sesuai dengan prosedur yang
berlaku
 Pedoman Pelayanan Antenatal Tingkat pelayanan Dasar
Departemen Kesehatan tahun 1995.
4. Referensi
 Materi Evaluasi Pemantauan Wilayah Setempat Ibu dan Anak
tahun 2010.
 Persiapan Alat :
a. Tensimeter
5.Alat dan Bahan b. Kasa Steril
c. Larutan Antiseptic
d. Handscoon
e. Vitamin A
6.Langkah - langkah  Kunjungan masa nifas pertama pada masa 6 jam sampai
dengan 3 hari setelah persalinan
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
b. Lakukan pemeriksaan vital sign
c. Lakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi
uterus)
d. Lakukan pemeriksaan lokhea pengeluaran per vaginam
lainnya
e. Lakukan penilaian fungsi berkemih, fungsi cerna,
penyembuhan luka, sakit kepala, rasa lelah dan nyeri
punggung
f. Tanyakan kepada ibu mengenai suasanan emosinya,
bagaimanan dukungan keluarga, pasangan dan
masyarakat untuk perawatan bayinya
g. Lakukan tatalaksana atau rujuk ibu bila ditemukan
masalah
h. Anjurkan ibu untuk menghubungi nakes bila ibu
menemukan salah satu tanda berikut:
1.Perdarahan berlebihan
2.Sekret vagina berbau
3.Demam
4.Nyeri perut berat
5.Kelelahan atau sesak
6.Bengkak ditangan,wajah,tungkai,pandangan kabur
7.Nyeri payudara,bengkak pada payudara
i. Berikaan Informasi pada ibu perlunya kebersihan diri :
1.Membersihkan daerah vulva
2.Ganti pembalut 2x sehari
3.Jangan menyentuh luka episiotomi
j. Lakukan pemeriksaan payudara
k. Anjurkan untuk asi eksklusif (6 bulan)
l. Berikan kapsul Vitamin A 200.000 IU yang kedua
m. Anjurkan untuk istirahat cukup
n. Anjurkan untuk mobilisasi
o. Anjurkan untuk makan makanan yang bergizi
p. Cuci tangan setelah melakukan tindakan
q. Lakukan pencatatan dan pelaporan

 Kunjungan nifas kedua (hari ke-4 s/d hari ke-28 setelah


persalinan)
a. Cuci tangan dengan sabun air mengalir
b. Lakukan pemeriksaan vital sign
c. Lakukan pemeriksaan tinggi funfus uteri
d. Lakukan pemeriksaan lokhea dan pengeluaran
pervaginam
e. Lakukan penilaian fungsi berkemih, fungsi cerna
i. Tanyakan kepada ibu mengenai suasanan emosinya,
bagaimanan dukungan keluarga, pasangan dan
masyarakat untuk perawatan bayinya
f. Ajarkan ibu cara memandikan bayi yang benar
g. Lakukan pemeriksaan payudara dan anjurkan
pemberian asi selama 6 bulan
h. Anjurkan ibu cara menyusui yang benar dan sesering
mungkin
i. Lakukan tatalaksana atau rujuk bila bila menemukan
masalah
j. Anjurkan ibu untuk menghubungi nakes bila ibu
menemukan salah satu tanda berikut:
1.Perdarahan berlebihan
2.Sekret vagina berbau
3.Demam
4.Nyeri perut berat
5.Kelelahan atau sesak
6.Bengkak ditangan,wajah,tungkai,pandangan kabur
7.Nyeri payudara,bengkak pada payudara
k. Berikaan Informasi pada ibu perlunya kebersihan diri :
1.Membersihkan daerah vulva
2.Ganti pembalut 2x sehari
3.Jangan menyentuh luka episiotomi
l. Lakukan pemeriksaan payudara
m. Anjurkan untuk asi eksklusif (6 bulan)
n. Berikan kapsul Vitamin A 200.000 IU yang kedua
o. Anjurkan untuk istirahat cukup
p. Anjurkan untuk mobilisasi
q. Anjurkan untuk makan makanan yang bergizi
r. Cuci tangan setelah melakukan tindakan
s. Lakukan pencatatan dan pelaporan

 Kunjungan nifas ketiga ( hari ke-29 s/d hari ke-42) setelah


persalinan
a. Cuci tangan dengan sabun air mengalir
b. Lakukan pemeriksaan vital sign
c. Lakukan pemeriksaan tinggi funfus uteri
d. Lakukan penilaian fungsi berkemih, fungsi cerna
e. Tanyakan kepada ibu mengenai suasanan emosinya,
bagaimanan dukungan keluarga, pasangan dan
masyarakat untuk perawatan bayinya
f. Lakukan tatalaksana atau rujuk bila bila menemukan
masalah
g. Lakukan pemeriksaan payudara
h. Ajarkan cara memandikan bayi yang benar
i. Anjurkan untuk istirahat cukup
j. Anjurkan untuk mobilisasi
k. Anjurkan untuk makan makanan yang bergizi
l. Cuci tangan setelah melakukan tindakan
m. Lakukan pencatatan dan pelaporan

7.Unit Terkait  Ruang Periksa


 Ruang PI
8.Rekaman historis
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.
perubahan
PELAYANAN
PEMASANGAN
IMPLANT

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
( SPO )

LITA GUNARTIK

1. Pengertian Suatu tindakan pemasangan alat kontrasepsi yang dipasang


dibawah kulit yang berisi Levonorgestrel yang dibungkus dalam
kapsul berupa silicon yang berisi hormon progesteron
2.Tujuan
Untuk menjarangkan kehamilan

3. Kebijakan Semua bidan yang melakukan tindakan harus sesuai dengan prosedur
yang berlaku
4. Refrensi Pedoman manajemen pelayanan keluarga berencana oleh
kemenkes tahun 2014

5.Alat dan Bahan  Persiapan alat :


a. Tensimeter
b. Stetoskop
c. APD (masker,handscoon, sepatu bot, kaca mata )
d. Bak instrumen berisi (trocar,pendorong,kasa
steril,spuit 5cc berisi lidocain,kapsul implant,pinset
anatomis,duk steril)
e. Kom berisi larutan betadine
f. Larutan Clorin0,5 %
g. Alkohol 70%
h. Plester, hansaplas
i. Bengkok
j. Buku kohort
k. Kartu kunjungan

 Pelaksanaan :
 Pemasangan Kapsul Implant
a. Periksa kembali untuk memastikan lengan pasien
bagian kiri atas dalam sudah dicuci dengan sabun
dan air mengalir lalu dikeringkan
6. Langkah – langkah b. Tentukan tempat pemasangan Implant
c. Beri tanda pada tempat pemasangan
d. Pastikan bahwa semua peralatan sudah streil dan
kapsul implant sudah tersedia

 Tindakan Pra Pemasangan Implant


a. Suntikan anestesi lokal tepat dibawah kulit pada kulit
yang dikasih tanda sampai kulit sedikit
menggelembung
b. Teruskan penusukan jarum sampai jarum tidak
terlihat, dan suntikan anestesi serta perlahan sambil
menarik jarum keluar tapi tidak sampai ujung jarum
terlihat, lalu teruskan kembali penusukan jarum pada
tanda disebelahnya
c. Uji efek anestesi sebelum melakukan insisi pada kulit
d. Lakukan insisi dangkal selebar 2mm langsung
kelapisan bawah kulit
e. Sambil mengungkit kulit, masukkan ujung trocar yang
berisi implant beserta pendorongnya sampai atas
tanda satu
f. Keluarkan trocar dan tekan pendorong sambil
masukkan kapsul kearah ujung
g. Tarik trocar dan pendorongnya secara bersama-sama
sampai batas tanda yang ada pada ujung trocar tapi
jangan sampai trocar keluar dari lubang insisi
h. Tahan kapsul yang telah terpasang dengan satu jari
dan masukkan kembali trokar beserta pendorongnya
sampai tanda satu
i. Jangan menarik ujung trokar dari tempat insisi
sampai seluruh kapsul terpasang
j. Raba Kapsul untuk memastikan kapsul sudah
terpasang semua
k. Raba daerah insisi untuk memastikan seluruh kapsul
berada jauh dari insisi

 Tindakan Pasca Pemasangan


a. Dekatkan ujung-ujung insisi dengan kedua tangan
lalu beri plester
b. Beri pembalut tekan untuk mencegah perdarahn dan
mengurangi memar
c. Taruh alat suntik ditempat terpisah dan rendam
semua peralatan pada larutan klorin untuk
dekontaminasi
d. Buang peralatan yang sudah tidak terpakai
e. Lepasken sarung tangan dan rendam kedalam
larutan klorin
f. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir lalu
keringkan

 Konseling Pasca Pemasangan


a. Beri tahu pasien cara merawat luka dan jangan
sampai terkena air serta kapan klien harus datang
kembali untuk kontrol
b. Yakinkan pada pasien bahwa ia dapat datang kapan
saja bila ada keluhan serta bila menginginkan
sewaktu –waktu implant ingin dilepas
c. Lakukan observasi selama lima menit sebelum
memperbolehkan pasien pulang

7.Unit Terkait  Ruang Periksa


 Ruang PI
8.Rekaman historis perubahan
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai diberlakukan.

Anda mungkin juga menyukai