PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dalam kegiatan praktikum ini yaitu: Mempelajari perbedaan kekuatan
medan ligan antara ligan amonia dan air.
Dengan adanya kelebihan 𝑁𝐻3 dalam penukaran ini akan menghasilkan ion kompleks
[Ni(NH3)6]2+. Perubahan warna larutan kompleks [Ni(H2O)6]2+ dari hijau ke biru
menunjukkan adanya perubahan kimia.
Ion unsur transisi dapat mengikat ion-ion atau molekul netral yang memiliki pasangan
elektron bebas (ligan) dengan ikatan kovalen koordinasi yang membentuk ion kompleks. Ion
kompleks adalah gabungan ion (atom pusat) dengan ion lain (ligan) membentuk ion baru atau
gabungan ion dengan molekul netral membentuk ion baru (Basset et al., 1994).
Berdasarkan ligan yang diikat oleh atom pusat dalam ion kompleks, maka ada 2
macam ion kompleks :
1. Ion kompleks positif
Terbentuk apabila ion logam transisi (atom pusat) berikatan dengan aligan yang
merupakan molekul netral seperti 𝐻2 𝑂 atau 𝑁𝐻3 sehingga ion kompleks yang terbentuk
bermuatan positif.
2. Ion kompleks negatif
Terbentuk apabila ion atom pusat berikatan dengan ligan yang merupakan ion negatif.
(Sukarti, 1989)
Bila pada ion kompleks diberikan energi dalam bentuk cahaya, maka elektron pada
orbital yang lebih rendah energinya dapat tereksitasi ke orbital yang lebih tinggi energinya.
Dengan menyerap cahaya yang energinya sama dengan harga 𝐴0 . Makin kecil energi yang
diperlukan pada eksitasi tersebut seperti telah diketahui energi cahaya bergantung pada λnya.
Yaitu makin pendek λ makin tinggi energinya. Cahaya tampak terdiri dari cahaya radiasi
dengan λ yaitu 400-700 nm. Suatu larutan/zat padat memiliki warna tertentu karena
menyerap sebagian dari komponen sinar tampak. Makin kecil λ cahaya yang diserap (makin
besar energinya) makin besar harga 𝐴0 atau makin kuat ikatan antara ion pusat dan ligan.
Urutan kekuatan ligan sebagai berikut :
𝐵𝑟 − <𝐶𝑙 − <𝐶𝑁𝑆 − <𝐻2 𝑂<𝑁𝐻3 <𝑁𝑂2−
(Vogel, 1990)
Ditinjau dari muatan ligannnya, maka ion logam dengan muatan yang lebih besar
akan menghasilkan harga 𝐴0 yang lebih besar pula karena lebih mudah mempolarisasikan
elektron yang terdapat dalam ligan. Ukuran dari muatan logamnya mempengaruhi harga 𝐴0
misalnya harga 𝐴0 untuk [𝐹𝑒(𝑁𝐻3)6]4+ lebih besar daripada harga 𝐴0 untuk
[𝑁𝑏(𝑁𝐻3)6]4+ makin besar ukuran ion maka makin besar harga 𝐴0 .(Syarifelin, 1990)
Pelarutan Cu, 𝑂𝐻 − , 𝐶𝑂3− , dalam asam menghasilkan ion warna hijau kebiruan
ditulis [𝐶𝑢(𝐻2𝑂)6]2+ . 2 dari molekul-molekul 𝐻2 𝑂 berada lebih jauh daripada 4 lainnya :
[𝐶𝑢(𝑁𝐻3 )(𝐻2 𝑂)5]2+ [𝐶𝑢(𝑁𝐻3 )4(𝐻2 𝑂)2]2+
[𝐶𝑢(𝑁𝐻3 )(𝐻2 𝑂)5]2+ + 𝑁𝐻3 [𝐶𝑢(𝑁𝐻3 )2(𝐻2 𝑂)4]2+
[𝐶𝑢(𝑁𝐻3 )2(𝐻2 𝑂)4]2+ + 𝑁𝐻3 [𝐶𝑢(𝑁𝐻3 )3(𝐻2 𝑂)3]2+
[𝐶𝑢(𝑁𝐻3 )3(𝐻2 𝑂)3]2+ + 𝑁𝐻3 [𝐶𝑢(𝑁𝐻3 )4(𝐻2 𝑂)2]2+
(Cotton dan Wilkinson, 1989)
3. [Ni (H2O)6]2+
.. .. .. .. .. ..
3d 4s 4p 4d
4. [Ni(NH3)6]2+
.. .. .. .. .. ..
3d 4s 4p 4d
BAB III
METODOLOGI
3.1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: Labu ukur 50 ml 1
buah, beaker glass 100 ml 1 buah, gelas ukur 10 ml 2 buah, dan kaca arloji 1 buah.
3.2. Bahan
Dalam kegiatan praktikum ini adapun bahan yang digunakan antara lain:
Ni(NO3).6H2O, NH4OH, HNO3 dan aquadest.
Tabung 1 Tabung 2
Hasil Tabel 2
Panjang Gelombang (λ) Absorbansi (A) Larutan Warna
340 0,070 [𝑁𝑖(𝐻2 𝑂)6]2+ Hijau
360 0,116
380 0,354
400 0,464
420 1,539
440 0,080
460 0,046
480 0,018
500 0,009
520 0,011
550 0,018
600 0,060
650 0,176
700 0,200
710 0,210
720 0,215
730 0,213
740 0,20
750 0,191
PLOT GRAFIK
1.2
1
0.8
ADSORBAN
0.6
0.4
0.2
0
300 400 500 600 700 800
Panjang gelombang ()
PLOT GRAFIK
0.8
0.6
ADSORBAN
0.4
0.2
0
300 350 400 450 500 550 600
Panjang gelombang ()
Pada percobaan ini dilakukan pada 2 variasi larutan, setelah terbentuk variasi larutan,
tiap-tiap larutan kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometer dan kemudian
diperoleh data nilai absorbansi untuk masing-masing interval. Dari data tersebut dibuat grafik
panjang gelombang vs absorbansi dan diperoleh panjang gelombang maksimum yang
menghasilkan absorbansi maksimum. Pada percobaan ini mengunakan kuvet dari kaca, kuvet
ini sebagai tempat sample untuk dianalisis dengan spektroforometer, kuvet ini harus selalu
dalam keadaan bersih sehingga harus selalu dibersihkan dengan tissue pada lapisan luarnya,
dan pada saat penggantian variasi sample kuvet dicuci dengan aquades dan dibiarkan kering.
Karena spektrofotometer sangat sensitive, bila kuvet dalam keadaan kotor maka penyerapan
sinar oleh sample tidak maksimal sehingga data yang diperoleh juga kurang baik. Untuk
larutan blanko, larutan blangko adalah larutan yang komposisinya sama seperti larutan yang
dianalisis namun tanpa sampel yang dianalisis. Untuk percobaan ini larutan blankonya
adalah air. Sebelum sampel diukur absorbansinya, perlu diukur terlebih dahulu absorbansi
larutan blanko. Larutan blanko dengan absorbansi nol dan transmittansi 100% (tidak
menyerap radiasi), digunakan sebagai standar untuk mengukur absorbansi kompleks (Ajroud
et al., 2004).
Dari hasil percobaan untuk masing-masing senyawa kompleks baik [𝑁𝑖(𝐻2 𝑂)6]2+
atau [𝑁𝑖(𝑁𝐻3 )6]2+ diatas dapat total disimpulkan memiliki 3 puncak yaitu satu puncak dari
[𝑁𝑖(𝐻2 𝑂)6]2+ dan 2 puncak dari [𝑁𝑖(𝑁𝐻3 )4]2+ . Dari perhitungan[𝑁𝑖(𝐻2 𝑂)6]2+ didapatkan
hasil E pada λ : 420 nm sebesar 4,73 𝑥 10−19 j.s. Sedangkan E pada [𝑁𝑖(𝑁𝐻3 )4]2+ memiliki
λ 350 nm sebesar 5,68 𝑥 10−19 j dan juga pada λ 580 nm dengan Abs 0.246 dan E sebesar
3,43 𝑥 10−19 j.
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpuln yang dapat ditarik dari kegiatan praktikum ini antara lain:
1. Medan ligan 𝑁𝐻3 lebih kuat daripada medan ligan 𝐻2 𝑂 karena senyawa kompleks yang
mengandung 𝑁𝐻3 energinya lebih besar daripada senyawa kompleks yang mengandung 𝐻2 𝑂
sehingga λ pada 𝑁𝐻3 lebih pendek daripada 𝐻2 𝑂.
5.2. Saran
Adapun saran dalam kegiatan praktikum ini yaitu sebaiknya mahasiswa lebih teliti
dala memakai alat spektrofotometer UV- VIS, hendaklah mencari alat spektrofotometer yang
lebih terkalibrasi agar absobansi yang dihasilkan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Ajroud, K., T. Sugimori, H.W. Goldmann, M.D. Fathallah. 2004. Binding Affinity of Metal
Ions to the CD11b A-domain Is Regulated by Integrin Activation and Ligands, The
Journal Of Biological Chemistry, (Online), 279 (24): 25484-25488, (http//:journal-
chemistryligan.com, Diakses Pada Tanggal 10 Oktober 2017 Pukul 17.45 WIB).
Basset, J., C.R. Denny, H.G. Jefrey, dan J. Menham. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik Edisi Keempat, Diterjemahkan oleh Seriono dan Pudjaatmaka. Penerbit
Buku Kedokteran. London.
Cotton, F.A., G. Wilkinson., dan P.L. Gaus..1995. Basic Inorganic Chemistry. Penerbit John
Wiley dan Sons Inc, California.
Cotton, F.A., dan G. Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar, diterjemahkan oleh Sahati
Soharto. UI-press: Jakarta.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta.
Petrucci, R.H., dan W.S. Harwood. 1989. General Chemistry, Sixth Edition: New York
Svehla, G.. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif,makro dan semimikro, diterjemahkan oleh
Setiono L., dan Pudjaatmaka A.. Kalma Media Pustaka: Jakarta
Vogel. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Jilid 2, Cetakan kedua.
Kalman Media Pusaka: Jakarta.