Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hidrosefalus adalah penumpukan CSS sehingga menekan jaringan otak. Jumlah cairan
bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi.
Hidrosefalus sering di jumpai sebagai kelainan konginetal namun bisa pula oleh sebab
postnatal. Angka kejadian hidrosefalus kira-kira 30 % yang di temui sejak lahir, dan 50%
pada 3 bulan pertama. Frekuensi hidrosefalus ini utero 2 : 2000 bayi, dan kira-kira 12% dari
semua kelainan konginetal. Hidrosefalus sering menyebabkan distosia persalinan. Apabila
hidrosefalus berlanjut setelah lahir dan tetap hidup akan menjadi masalah pediatri sosial.
Pasien hidrosefalus memerlukan perawatan khusus dan benar karena pada anak yang
mengalami hidrosefalus ada kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis berupa
gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep teoritis dari Hidrosefalus dari definisi Hidrosefalus, klasifikasi,
etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala (manifestasi klinis), pemeriksaan penunjang,
komplikasi dan penatalaksanaan medis ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan secara teoritis pada pasien dengan Hidrosefalus ?
C. TUJUAN
1. Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep teoritis dari Hidrosefalus
2. Khusus
Mengetahui gambaran umum tentang asuhan keperawatan yang berhubungan dengan
penyakit Hidrosefalus pada anak.
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan Hidrosefalus.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN
Hydrocephalus adalah akumulasi cairan cerebrospinal (CSS) dalam ventrikel serebral,
ruang subacarhnoid, atau ruang sub dural (NANDA, NIC-NOC, 2012).
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan
absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi
pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis (Darto Suharso, 2009).
Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial
yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS (Ngastiyah,
2005).
Hidrocepalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel cerebral, ruang
subarachnoid, atau ruang subdural (Suriadi, 2006).
Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak
seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSF) di dalam sistem Ventricular. Ketika
produksi CSF lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di dalam
sistem Ventricular (Nining, 2008).
B. KLASIFIKASI HIDROCEPHALUS
Menurut waktu pembentukan hidrosefalus pada anak di bedakan menjadi dua, yaitu :
a. Konginetal : Hidrocefalus sudah diderita sejak bayi dilahirkan. Sehingga pada saat lahir
keadaan otak bayi terbentuk kecil. Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan
tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
b. Di dapat : Bayi/anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya adalah
penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma kepala yang menyerang otak dan
pengobatannya tidak tuntas.
c. Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam
dua bagian yaitu :
 Hidrosefalus Komunikans
Hidrosefalus yang memperlihatkan adanya hubungan antara CSS sistem ventrikel dan
CSS dari ruang subarakhnoidalis terhambat. Gangguan absorbsi CSS dapat
disebabkan sumbatan sisterna subaroknoid disekeliling batang otak atau obliterasi
ruang subarakhnoid sepanjang otak, seluruh sistem ventrikel terdistensi
 Hidrosefalus Non komunikan / Obstruktif
CSS sistem ventrikel tidak berhubungan dengan CSS ruang subarakhnoid misal
aquaduktus sylvii menyempit atau tersumbat.Terdapat hambatan sirkulasi CSS dalam
sistem ventrikel sendiri akibatnya cairan ventrikal tidak dapat mencapai ruang
subarakhnoid. Terjadi pembesaran sistem ventrikel di proksimal obstruksi.
C. ETIOLOGI
1. Kongenital
a. Stenosis akuaduktus serebri
Mempunyai berbagai penyebab. Kebanyakan disebabkan oleh infeksi atau perdarahan
selama kehidupan fetal; stenosis kongenital sejati adalah sangat jarang.
(Toxoplasma/T.gondii, Rubella/German measles, X-linked hidrosefalus).
b. Sindrom Dandy-Walker
Malformasi ini melibatkan 2-4% bayi baru lahir dengan hidrosefalus. Etiologinya tidak
diketahui. Malformasi ini berupa ekspansi kistik ventrikel IV dan hipoplasia vermis
serebelum. Hidrosefalus yang terjadi diakibatkan oleh hubungan antara dilatasi
ventrikelIV dan rongga subarachnoid yang tidak adekuat; dan hal ini dapat tampil pada
saat lahir, namun 80% kasusnya biasanya tampak dalam 3 bulan pertama. Kasus
semacam ini sering terjadi bersamaan dengan anomali lainnya seperti agenesis korpus
kalosum,abiopalatoskhisis, anomali okuler, anomali jantung, dan sebagainya.
c. Malformasi Arnold-Chiari
Anomali kongenital yang jarang dimana 2 bagian otak yaitu batang otak dan cerebelum
mengalami perpanjangan dari ukuran normal dan menonjol keluar menuju canalis
spinalis.
d. Aneurisma vena Galeni
Kerusakan vaskuler yang terjadi pada saat kelahiran, tetapi secara normal tidak dapat
dideteksi sampai anak berusia beberapa bulan. Hal ini terjadi karena vena Galen
mengalir di atas akuaduktus Sylvii menggembung dan membentuk kantong aneurisma.
Seringkali menyebabkan hidrosefalus.
e. Hidrancephaly
Suatu kondisi dimana hemisfer otak tidak ada dan diganti dengan kantong CSS.
2. Didapat (Acquired)
a. Stenosis akuaduktus serebri (setelah infeksi atau perdarahan)
Infeksi oleh bakteri Meningitis, menyebabkan radang pada selaput (meningen) di
sekitar otak dan spinal cord. Hidrosefalus berkembang ketika jaringan parut dari infeksi
meningen menghambat aliran CSS dalam ruang subarachnoid, yang melalui akuaduktus
pada sistem ventrikel atau mempengaruhi penyerapan CSS dalam villi arachnoid. Jika
saat itu tidak mendapat pengobatan, bakteri meningitis dapat menyebabkan kematian
dalam beberapa hari. Tanda-tanda dan gejala meningitis meliputi demam, sakit kepala,
panas tinggi, kehilangan nafsu makan, kaku kuduk. Pada kasus yang ekstrim, gejala
meningitis ditunjukkan dengan muntah dan kejang. Dapat diobati dengan antibiotik
dosis tinggi.
b. Herniasi tentorial akibat tumor supratentorial
c. Hematoma intraventrikuler
Jika cukup berat dapat mempengaruhi ventrikel, mengakibatkan darah mengalir
dalam jaringan otak sekitar dan mengakibatkan perubahan neurologis. Kemungkinan
hidrosefalus berkembang disebabkan oleh penyumbatan atau penurunan kemampuan
otak untuk menyerap CSS.
d. Tumor (ventrikel, regio vinialis, fosa posterior)
Sebagian besar tumor otak dialami oleh anak-anak pada usia 5-10 tahun. 70% tumor
initerjadi dibagian belakang otak yang disebut fosa posterior. Jenis lain dari tumor
otakyangdapat menyebabkan hidrosefalus adalah tumor intraventrikuler dan kasus
yang sering terjadi adalah tumor plexus choroideus (termasuk papiloma dan
carsinoma). Tumor yangberada di bagian belakang otak sebagian besar akan
menyumbat aliran CSS yang keluar dari ventrikel IV. Pada banyak kasus, cara terbaik
untuk mengobati hidrosefalus yang berhubungan dengan tumor adalah menghilangkan
tumor penyebab sumbatan.
e. Abses/granuloma
f. Kista arakhnoid
Kista adalah kantung lunak atau lubang tertutup yang berisi cairan. Jika terdapat kista
arachnoid maka kantung berisi CSS dan dilapisi dengan jaringan pada membran
arachnoid. Kista biasanya ditemukan pada anak-anak dan berada pada ventrikel
otakatau pada ruang subarachnoid. Kista subarachnoid dapat menyebabkan
hidrosefalus nonkomunikans dengan cara menyumbat aliran CSS dalam ventrikel
khususnya ventrikel III Berdasarkan lokasi kista, dokter bedah saraf dapat
menghilangkan dinding kista dan mengeringkan cairan kista. Jika kista terdapat pada
tempat yang tidak dapat dioperasi(dekat batang otak), dokter dapat memasang shunt
untuk mengalirkan cairan agar bisadiserap. Hal ini akan menghentikan pertumbuhan
kista dan melindungi batang otak.
D. PATOFISIOLOGI
Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi (meningitis,
pneumonia, TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis aquaductus sylvii)
sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan
subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut
dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi
menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif,
sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami
gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga
selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus
emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi
peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan
mengembang dan terasa tegang pada perabaan. Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga /
keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah,
pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol
secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi
obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae
posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe
hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan
wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai
akibat dari tiga mekanisme yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan
2. Peningkatan resistensi aliran likuor
3. Peningkatan tekanan sinus venosa
Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial (TIK)
sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi.
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala yang nampak dapat berupa (Ngastiyah, 1997; Depkes; 1998) dalam NANDA, NIC
- NOC, 2012 :
 TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak
II
 Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak
 Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh
 Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya teraba tegang dan
mengkilat dengan perebaran vena di kulit kepala
 Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar
 Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-hitamnya, kelopak mata
tertarik ke atas)
 Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang suborbita
 Sklera mata tampak di atas iris
 Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang terdapat
 Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran
motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital.
2. Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia 2 tahun, dan
anak diatas usia 2 tahun.
a. Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun
- Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.
- Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.
- Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan pelebaran
vena-vena kulit kepala.
- Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot sign yakni
bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi.
- Perubahan pada mata.
 Bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan tulang
supra orbita. Sclera nampak diatas iris, sehingga iris seakan-akan seperti
matahari yang akan terbenam
 Strabismus divergens
 Nystagmus
 Refleks pupil lambat
 Atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum
 Papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka.
b. Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.
 Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra kranial
oleh karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup
G. KOMPLIKASI
1. Peningkatan tekanan intrakranial
2. Kerusakan otak
3. Infeksi: septikemia, endokarditis, infeksiluka, nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses
otak.
4. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
5. Hematomi subdural, peritonitis, adses abdomen, perporasi organ dalam rongga abdomen,
fistula, hernia, dan ileus.
6. Kematian
7. Emboli otak
8. Obstruksi vena kava superior
9. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan

Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)


1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. Kerusakan otak
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radio diagnostic
a. Gejala klinis
b. Pemeriksaan fisik: Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini
penting untuk melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal
c. Foto kepala, didapatkan
1) Tulang tipis
2) Disproporsi kraniofasial
3) Sutura melebar
Dengan prosedur ini dapat diketahui :
a) Hidrosefalus tipe kongenital/infantil
b) Hidrosefalus tipe juvenile/adult : oleh karena sutura telah menutup maka dari foto
rontgenkepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
d. Transiluminasi; penyebaran cahaya diluar sumber sinar lebih dari batas, frontal 2,5
cm, oksipital 1cm
e. Pemeriksaan CSS. Dengan cara aseptik melalui punksi ventrikel/ punksi fontanela
mayor.
Menentukan
a) Tekanan
b) Jumlah sel meningkat, menunjukkan adanya keradangan / infeksi
c) Adanya eritrosit menunjukkan perdarahan.
d) Bila terdapat infeksi, diperiksa dengan pembiakan kuman dan kepekaan antibiotik.
f. Ventrikulografi; yaitu dengan cara memasukkan kontras berupa O2 murni atau
kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanella anterior langsung
masuk ke dalam ventrikel.Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat
kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela
telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada
kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangatsulit dan
mempunyai resiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT scan,
prosedur ini telah ditinggalkan.
g. CT scan kepala
a) Pada hidrosefalus obstruktif CT scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari
ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari
occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan
adanya penurunan densitas olehkarena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
b) Pada hidrosefalus komunikan gambaran CT scan menunjukkan dilatasi ringan dari
semua sistemventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah
sumbatan.
Keuntungan CT scan :
- Gambaran lebih jelas
- Non traumatik
- Meramal prognose
- Penyebab hidrosefalus dapat diduga
h. USG
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan
dapat menunjukkan sistem ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan
pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di
dalam menentukan keadaan sistemventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak
dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikelsecara jelas, seperti halnya pada
pemeriksaan CT scan.
i. Fungsi ventrikel kadang digunakan untuk mengukur tekanan intra kranial, mengambil
cairan serebrospinal untuk kultur (aturan ditentukan untuk pengulangan pengaliran).
j. EEG: untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolik
k. Transluminasi: untuk mengetahui adanya kelainan dalam kepala MRI (Magnetik
Resonance Imaging): memberi informasi mengenai struktur otak tanpa kena radiasi
2. Laboratorium
a. Pemeriksaan darah: Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
b. Pemeriksaan cairan serebrospinal: Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus
akibat perdarahan atau meningitis untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan
kemungkinan ada infeksi sisa
I. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan genetic,
penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar keluarga dekat.
Proses persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas fisiologik untuk menghindari
trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih dipilih dari pada
menanggung resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.
2. Terapi Medikamentosa
Hidrosefalus dewngan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya tidak
memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 – 50 mg/kg BB.
Pada keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan kortikosteroid dapat diberikan
meskipun hasilnya kurang memuaskan. Pembarian diamox atau furocemide juga dapat
diberikan. Tanpa pengobatan “pada kasus didapat” dapat sembuh spontan ± 40 – 50 %
kasus.
3. Pembedahan :
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi. Misalnya
Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga dapat mengeluarkan
LCS kedalam rongga cranial yang disebut :
a. Ventrikulo Peritorial Shunt
b. Ventrikulo Adrial Shunt
Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian pada keluarga
mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan (misalnya : kateter “shunt” obat-
obatan darah) yang biasanya membutuhkan biaya besar.
Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari ventrikel
otak ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pintasan ventrikuloatrial atau
ventrikuloperitonial.
Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak menimbulkan raksi radang
atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di dalam yubuh untuk selamanya. Penyulit
terjadi pada 40-50%, terutama berupa infeksi, obstruksi, atau dislokasi.
4. Terapi
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
a. Mengurangi produksi CSS
b. Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi
c. Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.
Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :
1. Penanganan Sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus
melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan
resorbsinya.
2. Penanganan Alternatif ( selain shunting )
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi
massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi. saat ini cara
terbaik untuk malakukan perforasi dasar ventrikel dasar ventrikel III adalah dengan teknik
bedah endoskopik.
3. Operasi pemasangan “ pintas “ (shunting)
Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas
drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga peritoneum.
baisanya cairan ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang ada hidrosefalus
komunikans ada yang didrain rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2 hal yang perlu
diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit terhadap
kontaminasi infeksi dan pemantauan. kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang.
infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan
bahkan kematian.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan
pupil, kontriksi penglihatan perifer.
b. Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras
atau tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
- Anak dapat melihat keatas atau tidak.
- Pembesaran kepala.
- Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
b. Palpasi
- Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
- Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela
tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
c. Pemeriksaan Mata
- Akomodasi.
- Gerakan bola mata.
- Luas lapang pandang
- Konvergensi.
- Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
- Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
3. Observasi Tanda-Tanda Vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
- Peningkatan sistole tekanan darah.
- Penurunan nadi / Bradicardia.
- Peningkatan frekwensi pernapasan.
4. Diagnosa Klinis
Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari pengumpulan
cairan banormal. ( Transsimulasi terang )
- Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “ Crakedpot “ (Mercewen’s
Sign
- Opthalmoscopy : Edema Pupil.
- CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus dengan nalisisi
komputer.
- Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUl


 Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan penyakit yang di derita oleh anakny
 Resiko ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan penurunan refleks batuk
 Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan drain/shunt
 Cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan.
 Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka operasi
 Nyeri berhubungan dengan luka operasi
 Perfusi jaringan tidak efektif: serebral b.d peningkatan tekanan intrakranial, hipervolemia
 Resiko defisit volume cairan b.d mual, muntah, anoreksia.
.
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kurang Pengetahuan NOC: NIC :
Berhubungan dengan : keterbatasan kognitif, - Kowlwdge : disease process ● Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
interpretasi terhadap informasi yang salah, - Kowledge : health Behavior ● Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal
kurangnya keinginan untuk mencari informasi, Setelah dilakukan tindakan ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan
tidak mengetahui sumber-sumber informasi. keperawatan selama …. pasien cara yang tepat.
menunjukkan pengetahuan tentang ● Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
proses penyakit dengan kriteria hasil: penyakit, dengan cara yang tepat
DS: Menyatakan secara verbal adanya masalah - Pasien dan keluarga menyatakan ● Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku pemahaman tentang penyakit, ● Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang
tidak sesuai kondisi, prognosis dan program tepat
pengobatan ● Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan
- Pasien dan keluarga mampu cara yang tepat
melaksanakan prosedur yang ● Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan
dijelaskan secara benar pasien dengan cara yang tepat
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan : NOC: NIC:
- Hiperventilasi - Respiratory status : Ventilation ● Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Penurunan energi/kelelahan - Respiratory status : Airway patency ● Pasang mayo bila perlu
- Perusakan/pelemahan muskulo- skeletal Vital sign Status ● Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Kelelahan otot pernafasan ● Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Hipoventilasi sindrom Setelah dilakukan tindakan keperawatan ● Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Nyeri selama ………..pasien menunjukkan ● Berikan bronkodilator :
- Kecemasan keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan -…………………..
- Disfungsi Neuromuskuler kriteria hasil: …………………….
- Obesitas - Mendemonstrasikan batuk efektif dan ● Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
- Injuri tulang belakang suara nafas yang bersih, tidak ada ● Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
sianosis dan dyspneu (mampu ● Monitor respirasi dan status O2
DS: mengeluarkan sputum, mampu bernafas Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
- Dyspnea dg mudah, tidakada pursed lips) Pertahankan jalan nafas yang paten Observasi
- Nafas pendek DO: - Menunjukkan jalan nafas yang paten adanya tanda tanda hipoventilasi
- Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi (klien tidak merasa tercekik, irama Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
- Penurunan pertukaran udara per menit nafas, frekuensi pernafasan dalam Monitor vital sign
- Menggunakan otot pernafasan rentang normal, tidak ada suara nafas Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik
abnormal) relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
- Tanda Tanda vital dalam rentang Ajarkan bagaimana batuk efektif
Monitor pola nafas
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko infeksi NOC : NIC :
- Immune Status ● Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko : - Knowledge : Infection control Risk ● Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Infasif control ● Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
- Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan Setelah dilakukan tindakan keperawatan keperawatan
lingkungan selama…… pasien tidak mengalami ● Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
- Malnutrisi infeksi dengan kriteria hasil: ● Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan
- Peningkatan paparan lingkungan patogen - Klien bebas dari tanda dan gejala petunjuk umum
- Imonusupresi infeksi ● Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
- Tidak adekuat pertahanan sekunder - Menunjukkan kemampuan untuk kandung kencing
(penurunan Hb, Leukopenia, penekanan mencegah timbulnya infeksi Jumlah ● Tingkatkan intake nutrisi
respon inflamasi) leukosit dalam batas normal ● Berikan terapi antibiotik:.................................
- Penyakit kronik - Menunjukkan perilak hidup sehat ● Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
- Imunosupresi - Status imun, gastrointestinal, ● Pertahankan teknik isolasi k/p
- Malnutrisi genitourinaria dalam batas normal ● Inspeksi kulitdan membran mukosa
- Pertahan primer tidak adekuat (kerusakan
terhadap kemerahan, panas, drainase
kulit, trauma jaringan, gangguan peristaltik) ● Monitor adanya luka
● Dorong masukan cairan
● Dorong istirahat
● Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
● Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kecemasan berhubungan dengan Faktor NOC : NIC :
keturunan, Krisis situasional, Stress, perubahan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
status kesehatan, ancaman kematian, perubahan - Koping ● Gunakan pendekatan yang menenangkan
konsep diri, kurang pengetahuan dan Setelah dilakukan asuhan selama ● Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
hospitalisasi ……………klien kecemasan teratasi dgn pasien
kriteria hasil: ● Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
DO/DS: - Klien mampu mengidentifikasi dan selama prosedur
- Insomnia mengungkapkan gejala cemas ● Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
- Kontak mata kurang - Mengidentifikasi, mengungkapkan dan mengurangi takut
- Kurang istirahat menunjukkan tehnik untuk mengontol ● Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
- Berfokus pada diri sendiri cemas tindakan prognosis
- Iritabilitas - Vital sign dalam batas normal Postur ● Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
- Takut tubuh, ekspresi wajah, Bahasa tubuh dan ● Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik
- Nyeri perut tingkat aktivitas menunjukkan relaksasi
- Penurunan TD dan denyut nadi berkurangnya kecemasan ● Dengarkan dengan penuh perhatian
- Diare, mual, kelelahan ● Identifikasi tingkat kecemasan
- Gangguan tidur ● Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
- Gemetar kecemasan
- Anoreksia, mulut kering ● Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
- Peningkatan TD, denyut nadi, RR ketakutan, persepsi
- Kesulitan bernafas ● Kelola pemberian obat anti cemas:........
- Bingung
- Bloking dalam pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan : NOC : NIC : Pressure Management
Eksternal : Tissue Integrity : Skin and Mucous ▪ Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
- Hipertermia atau hipotermia Membranes longgar
- Substansi kimia Wound Healing : primer dan sekunder ▪ Hindari kerutan pada tempat tidur
- Kelembaban Setelah dilakukan tindakan keperawatan ▪ Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Faktor mekanik (misalnya : alat yang dapat selama….. kerusakan integritas kulit ▪ Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam
menimbulkan luka, tekanan, restraint) pasien teratasi dengan kriteria hasil: sekali
- Immobilitas fisik - Integritas kulit yang baik bisa ▪ Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Radiasi dipertahanka (sensasi, elastisitas, ▪ Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang
- Usia yang ekstrim temperatur, hidrasi, pigmentasi) tertekan
- Kelembaban kulit - Tidak ada luka/lesi pada kulit Perfusi ▪ Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- Obat-obatan Internal : jaringan baik Menunjukkan ▪ Monitor status nutrisi pasien
- Perubahan status metabolik pemahaman dalam proses perbaikan ▪ Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
- Tonjolan tulang kulit dan mencegah terjadinya sedera ▪ Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan
- Defisit imunologi berulang ▪ Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka,
- Berhubungan dengan dengan perkembangan - Mampu melindungi kulit dan karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
- Perubahan sensasi mempertahankan kelembaban kulit tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus
- Perubahan status nutrisi (obesitas, kekurusan) dan perawatan alami Menunjukkan ▪ Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka
- Perubahan status cairan terjadinya proses penyembuhan luka ▪ Kolaburasi ahli gizi pemberian diae TKTP, vitamin
- Perubahan pigmentasi ▪ Cegah kontaminasi feses dan urin
- Perubahan sirkulasi ▪ Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril
- Perubahan turgor (elastisitas kulit) ▪ Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka
DO:
- Gangguan pada bagian tubuh
- Kerusakan lapisa kulit (dermis)
- Gangguan permukaan kulit (epidermis)
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan: Agen NOC : NIC :
injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), Pain Level, pain control, comfort level ▪ Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
kerusakan jaringan Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
…. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria kualitas dan faktor presipitasi
DS: hasil: ▪ Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Laporan secara verbal DO: ● Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab ▪ Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
- Posisi untuk menahan nyeri nyeri, mampu menggunakan tehnik menemukan dukungan
- Tingkah laku berhati-hati nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, ▪ Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit mencari bantuan) seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
atau gerakan kacau, menyeringai) ● Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan ▪ Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Terfokus pada diri sendiri menggunakan manajemen nyeri ▪ Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
- Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, ● Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, ▪ Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,
kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi frekuensi dan tanda nyeri) relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
dengan orang dan lingkungan) ● Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri ▪ Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan- jalan, berkurang ▪ Tingkatkan istirahat
menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas ● Tanda vital dalam rentang normal ▪ Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,
berulang-ulang) ● Tidak mengalami gangguan tidur berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
- Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan ketidaknyamanan dari prosedur
tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi ▪ Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
pupil) analgesik pertama kali
- Perubahan autonomic dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah,
merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b/d NOC : NIC :
gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan Circulation status Neurologic status - Monitor TTV
konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, Tissue Prefusion : cerebral Setelah dilakukan - Monitor AGD, ukuran pupil, ketajaman,
gangguan transport O2, gangguan aliran arteri dan asuhan selama………ketidakefektifan perfusi kesimetrisan dan reaksi
vena jaringan cerebral teratasi dengan kriteria hasil: - Monitor adanya diplopia, pandangan kabur, nyeri
- Tekanan systole dan diastole dalam kepala
DO rentang yang diharapkan - Monitor level kebingungan dan orientasi
- Gangguan status mental - Tidak ada ortostatikhipertensi Monitor tonus otot pergerakan
- Perubahan perilaku - Komunikas jelas - Monitor tekanan intrkranial dan respon nerologis
- Perubahan respon motorik - Menunjukkan konsentrasi dan orirntasi Catat perubahan pasien dalam merespon stimulus
- Perubahan reaksi pupil - Pupil seimbang dan reaktif - Monitor status cairan
- Kesulitan menelan - Bebas dari aktivitas kejang - Pertahankan parameter hemodinamik
- Kelemahan atau paralisis ekstremitas - Tidak mengalami nyeri kepala - Tinggikan kepala 0 – 450 tergantung pada konsisi
- Abnomalitas bicara pasien dan order medis
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Berhubungan dengan: Fluid balance Hydration ● Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
- Kehilangan volume cairan secara aktif Nutritional Status : Food and Fluid Intake ● Monitor status hidrasi (kelembaban membran
- Kegagalan mekanisme pengaturan Setelah dilakukan tindakan keperawatan mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik),
selama….. defisit volume cairan teratasi jika diperlukan
DS : dengan kriteria hasil: ● Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan
- Haus DO: - Mempertahankan urine output sesuai (BUN, Hmt, osmolalitas urin, albumin, total
- Penurunan turgor kulit/lidah dengan usia dan BB, BJ urine normal, protein)
- Membran mukosa/kulit kering - Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam ● Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
- Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan batas normal ● Kolaborasi pemberian cairan IV
darah, penurunan volume/tekanan nadi - Tidak ada tanda tanda dehidrasi, ● Monitor status nutrisi
- Pengisian vena menurun Elastisitas turgor kulit baik, membran ● Berikan cairan oral
- Perubahan status mental mukosa lembab, tidak ada rasa haus ● Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 –
- Konsentrasi urine meningkat yang berlebihan Orientasi terhadap 100cc/jam)
- Temperatur tubuh meningkat waktu dan tempat baik ● Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
- Kehilangan berat badan secara tiba- tiba - Jumlah dan irama pernapasan dalam ● Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
- Penurunan urine output batas normal meburuk
- HMT meningkat - Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal ● Atur kemungkinan tranfusi
- Kelemahan - pH urin dalam batas normal Intake oral ● Persiapan untuk tranfusi
dan intravena adekuat ● Pasang kateter jika perlu
● Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
DAFTAR PUSTAKA

Mc Closky & Bulechek. (2002). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America: Mosby.

Meidian, JM. (2002). “Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of


America:Mosby.

Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012


http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/askep-hydrocephalus.html

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta:
Salemba Medika.

Price,Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi;Konsep klinis proses-proses penyakit,Jakarta;EGC.

Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu

Saharso. 2008. Hydrocephalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012


http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepd
f=0&pdf=&html=061214-sykj201.htm

Vanneste JA. Diagnosis and management of normal-pressure hydrocephalus. J. Neurol, 2000 ;


247 : 5-14.

Anda mungkin juga menyukai