Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS JURNAL

HUBUNGAN ANTARA LAMA MENJALANI HEMODIALISIS DENGAN KUALITAS


HIDUP PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI UNIT HEMODIALISIS RSUP.
PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Nilai Praktik Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB)

Oleh
1. Joni Herianus Lapaibel, S. Kep (PN. 17. 0078)
2. Nopalustiyawati, S. Kep (PN.17.0117)
3. Pathurrijal, S. Kep (KP.11.0764)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA
YOGYAKARTA
2017
BAB I
LATAR BELAKANG

Perawat memegang peran penting dalam menentukan dan melaksanakan standar praktik
keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan standar pedidikan keperawatan,
perawat juga memiliki tanggung jawab besar. Perawat dituntut mampu melakukan asuhan
keperawatan professionalnya. Salah satu tugas dan kompetensi perawat yaitu mampu melakukan
tindakan hemodialisa.
Hemodialisis merupakan satu tindakan yang bertujuan untuk mengambil zat-zat nitrogen
yang bersifat toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebih. Tujuan utama
hemodialisis menghilangkan gejala yaitu mengendalikan uremia, kelebihan cairan dan
ketidakseimbangan elektrolit yang terjadi pada pasien penyakit ginjal kronik. Dosis hemodialisis
yang diberikan umumnya 2 kali dalam seminggu dengan setiap hemodialisis 5 jam atau
sebanyak 3 kali seminggu dengan setiap hemodialisis selama 4 jam.
Lamanya hemodialisis berkaitan erat dengan efisiensi dan adekuasi hemodialisis,
sehingga lama hemodialisis juga dipengaruhi oleh tingkat uremia akibat progresivitas
perburukan fungsi ginjalnya dan faktor-faktor komorbiditasnya, serta kecepatan aliran darah dan
kecepatan aliran dialisat. Semakin lama proses hemodialisis, maka semakin lama darah berada
diluar tubuh, sehingga makin banyak antikoagulan yang dibutuhkan, dengan konsekuensi sering
timbulnya efek samping.
Hasil penelitian dalam Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016 yang
berjudul “Hubungan Antara Lama Menjalani Hemodialisis Dengan Kualitas Hidup Pasien Yang
Menjalani Hemodialisis Di Unit Hemodialisis RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado”,
menyebutkan bahwa lama menjalani hemodialisa tidak dapat meningkatkan kualitas hidupnya di
Unit Hemodialisis RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

1
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

KONSEP HEMODIALISIS
1. Definisi Hemodialisis.
Hemodialisa berasal dari kata hemo = darah, dan dialisa = pemisahan atau filtrasi. Pada
prinsipnya hemodialisa menempatkan darah berdampingan dengan cairan dialisat atau
pencuci yang dipisahkan oleh suatu membran atau selaput semi permeabel. Membran ini
dapat dilalui oleh air dan zat tertentu atau zat sampah. Proses ini disebut dialysis yaitu proses
berpindahnya air atau zat, bahan melalui membran semi permeabel .
Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti
air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran
semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi
proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi.
2. Tujuan Hemodialisi.
Hemodialisis bertujuan untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan
mengeluarkan air yang berlebihan, pada hemodialisis aliran darah yang penuh dengan toksik
dan limbah nitrogen dialihkan dari dalam tubuh ke dialiser tempat darah tersebut dibersihkan
dan kemudian dikembalikan ke dalam tubuh.
3. Indikasi Hemodialisis.
Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA apabila terdapat
indikasi:
a. Hiperkalemia (K > 6 mEq/l)
b. Asidosis
c. Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah
d. Kelebihan cairan.
e. Perikarditis dan konfusi yang berat.
f. Hiperkalsemia dan hipertensi.
4. Prinsip Hemodialisa.
Prinsip mayor/proses hemodialisa:
a. Akses Vaskuler.
Seluruh dialysis membutuhkan akses ke sirkulasi darah pasien. Kronik biasanya memiliki
akses permanent seperti fistula atau graf sementara. Akut memiliki akses temporer seperti
vascoth.
b. Membran semi permeable.
Hal ini ditetapkan dengan dialyser actual dibutuhkan untuk mengadakan kontak diantara
darah dan dialisat sehingga dialysis dapat terjadi.

2
c. Difusi.
Dalam dialisat yang konvesional, prinsip mayor yang menyebabkan pemindahan zat
terlarut adalah difusi substansi. Berpindah dari area yang konsentrasi tinggi ke area
dengan konsentrasi rendah. Gradien konsentrasi tercipta antara darah dan dialisat yang
menyebabkan pemindahan zat pelarut yang diinginkan. Mencegah kehilangan zat yang
dibutuhkan.
d. Konveksi.
Saat cairan dipindahkan selama hemodialisis, cairan yang dipindahkan akan mengambil
bersama dengan zat terlarut yang tercampur dalam cairan tersebut.
e. Ultrafiltrasi. Proses dimana cairan dipindahkan saat dialysis dikenali sebagai ultrafiltrasi
artinya adalah pergerakan dari cairan akibat beberapa bentuk tekanan.
Tiga tipe dari tekanan dapat terjadi pada membrane :
1) Tekanan positip merupakan tekanan hidrostatik yang terjadi akibat cairan dalam
membrane. Pada dialysis hal ini dipengaruhi oleh tekanan dialiser dan resisten vena
terhadap darah yang mengalir balik ke fistula tekanan positip “mendorong” cairan
menyeberangi membrane.
2) Tekanan negative merupakan tekanan yang dihasilkan dari luar membrane oleh
pompa pada sisi dialisat dari membrane tekanan negative “menarik” cairan keluar
darah.
3) Tekanan osmotic merupakan tekanan yang dihasilkan dalam larutan yang
berhubungan dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan tersebut. Larutan dengan
kadar zat terlarut yang tinggi akan menarik cairan dari larutan lain dengan konsentrasi
yang rendah yang menyebabkan membrane permeable terhadap air.
5. Perangkat Hemodialisa.
a. Perangkat khusus.
1) Mesin hemodialisa
2) Ginjal buatan (dializer) yaitu : alat yang digunakan untuk mengeluarkan sisa
metabolisme atau zat toksin laindari dalam tubuh.
Didalamnya terdapat 2 ruangan atau kompartemen :
 Kompartemen darah
 Kompartemen dialisat.
3) Blood lines : selang yang mengalirkan darah dari tubuh ke dializer dan kembali ke
tubuh. Mempunyai 2 fungsi:
 Untuk mengeluarkan dan menampung cairan serta sisa-sisa metablolisme.
 Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama dialysis.
b. Alat-alat kesehatan :
1) Tempat tidur fungsional
2) Timbangan BB

3
3) Pengukur TB
4) Stetoskop
5) Termometer
6) Peralatan EKG
7) Set O2 lengkap
8) Suction set
9) Meja tindakan.
c. Obat-obatan dan cairan :
 Obat-obatan hemodialisa : heparin, frotamin, lidocain untuk anestesi.
 Cairan infuse : NaCl 0,9%, Dex 5% dan Dex 10%.
 Dialisat
 Desinfektan : alcohol 70%, Betadin, Sodium hypochlorite 5%
 Obat-obatan emergency.
6. Pedoman Perawatan Hemodialisa.
a. Persiapan sebelum hemodialisa
1) Sambungkan selang air dari mesin hemodialisa.
2) Kran air dibuka.
3) Pastikan selang pembuka air dan mesin hemodialisis sudah masuk keluar atau saluran
pembuangan.
4) Sambungkan kabel mesin hemodialisis ke stop kontak.
5) Hidupkan mesin.
6) Pastikan mesin pada posisi rinse selama 20 menit.
7) Matikan mesin hemodialisis.
8) Masukkan selang dialisat ke dalam jaringan dialisat pekat.
9) Sambungkan slang dialisat dengan konektor yang ada pada mesin hemodialisis.
10) Hidupkan mesin dengan posisi normal (siap).
b. Menyiapkan sirkulasi darah.
1) Bukalah alat-alat dialisat dari setnya.
2) Tempatkan dialiser pada holder (tempatnya) dan posisi ‘inset’ (tanda merah) diatas
dan posisi ‘outset’ (tanda biru) dibawah.
3) Hubungkan ujung merah dari ABL dengan ujung ‘inset’ dari dialiser.
4) Hubungkan ujung biru dari UBL dengan ujung ‘outset’ adri dialiser dan tempatkan
buble tap di holder dengan posisi tengah.
5) Set infuse ke botol NaCl 0,9%-500 cc.
6) Hubungkan set infuse ke slang arteri.
7) Bukalah klem NaCl 0,9%. Isi slang arteri sampai keujung selang lalu klem.
8) Memutarkan letak dialiser dengan posisi ‘inset’ dibawah dan ‘ouset’ diatas, tujuannya
agar dialiser bebas dari udara.

4
9) Tutup klem dari slang untuk tekanan arteri, vena, heparin.
10) Buka klem dari infuse set ABL, UBL.
11) Jalankan pompa darah dengan kecepatan mula-mula 100 ml/mnt, kemudian naikkan
secara bertahap sampai 200 ml/mnt.
12) Isi buble tap dengan NaCl 0,9% sampai 3/4 cairan.
13) Memberikan tekanan secara intermitten pada UBL untuk mengalirkan udara dari
dalam dialiser, dilakukan sampai dengan dialiser bebas udara (tekanan tidak lebih dari
200 mmHg).
14) Melakukan pembilasan dan pencucian dengan NaCl 0,9% sebanyak 500 cc yang
terdapat pada botol (kalf). Sisanya ditampung pada gelas ukur.
15) Ganti kalf NaCl 0,9% yang kosong dengan kalf NaCl 0,9% baru.
16) Sambungkan ujung biru UBL dengan ujung merah ABL dengan menggunakan
konektor.
17) Menghidupkan pompa darah selama 10 menit. Untuk dialiser baru 15-20 menit, untuk
dialiser reuse dengan aliran 200-250 ml/mnt.
18) Mengembalikan posisi dialiser ke posisi semula dimana ‘inset’ diatas dan ‘outset’
dibawah.
19) Menghubungkan sirkulasi darah dengan sirkulasi dialisat selama 5-10 menit siap
untuk dihubungkan dengan pasien (soaking).
c. Persiapan pasien.
1) Menimbang BB
2) Mengatur posisi pasien.
3) Observasi KU
4) Observasi TTV
5) Melakukan kamulasi/fungsi untuk menghubungkan sirkulasi, biasanya
mempergunakan salah satu jalan darah/blood akses seperti dibawah ini:
 Dengan interval A-V Shunt/fistula simino
 Dengan eksternal A-V Shunt/schungula.
 Tanpa 1-2 (vena pulmonalis).
7. Komplikasi yang terjadi
a. Hipotensi
Penyebab : terlalu banyak darah dalam sirkulasi mesin, ultrafiltrasi berlebihan, obat-
obatan anti hipertensi.
b. Mual dan muntah
Penyebab : gangguan GI, ketakutan, reaksi obat, hipotensi.
c. Sakit kepala
Penyebab : tekanan darah tinggi, ketakutan.

5
d. Demam disertai menggigil.
Penyebab : reaksi fibrogen, reaksi transfuse, kontaminasi bakteri pada sirkulasi darah.
e. Nyeri dada.
Penyebab : minum obat jantung tidak teratur, program HD yang terlalu cepat.
f. Gatal-gatal
Penyebab : jadwal dialysis yang tidak teratur, sedang.sesudah transfuse kulit kering.
g. Perdarahan amino setelah dialysis.
Penyebab : tempat tusukan membesar, masa pembekuan darah lama, dosis heparin
berlebihan, tekanan darah tinggi, penekanan, tekanan tidak tepat.
h. Kram otot
Penyebab : penarikan cairan dibawah BB standar. Penarikan cairan terlalu cepat (UFR
meningkat) cairan dialisat dengan Na rendah BB naik > 1kg. Posisi tidur berubah terlalu
cepat.
8. Interpretasi
Hasil dari tindakan dialysis harus diinterpretasikan dengan mengkaji jumlah cairan yang
dibuang dan koreksi gangguan elektrolit dan asam basa. Darah yang diambil segera setelah
dialysis dapat menunjukkan kadar elektrolit, nitrogen urea, dan kreatinin rendah palsu. Proses
penyeimbangan berlangsung terus menerus setelah dialysis, sejalan perpindahan zat dari
dalam sel ke plasma.

KUALITAS HIDUP
1. Defenisi Kualitas Hidup
Kualitas hidup menurut World Health Organozation Qualityof Life (WHOQOL) Group
(dalam Rapley, 2003), didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai posisi individu
dalam hidup dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu hidup dan hubungannya
dengan tujuan, harapan, standar yang ditetapkan dan perhatian seseorang (Nimas, 2012).
Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu dari posisi mereka dalam
kehidupan dalam konteks budaya dansistem nilai di mana mereka tinggal dan dalam
hubungannya dengan tujuan mereka, harapan, standar dan kekhawatiran. Kualitas hidup
merupakan persepsi subjektif dari individu terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, dan
lingkungan dalam kehidupan sehari-hari yang dialaminya (Urifah, 2012).
Menurut Cohan & Lazarus (dalam Handini, 2011) kualitas hidup adalah tingkatan yang
menggambarkan keunggulan seseorang individu yang dapat dinilai dari kehidupan mereka.
Keunggulan individu tersebut biasanya dilihat dari tujuan hidupnya, kontrol pribadinya,
hubungan interpersonal, perkembangan pribadi, intelektual dan kondisi materi. Defenisi
kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan (health-related quality of life)
dikemukakan oleh Testa dan Nackley (Rapley, 2003), bahwa kualitas hidup berarti suatu
rentang anatara kedaan objektif dan persepsi subjektif dari mereka.Testa dan Nackley

6
menggambarkan kualitas hidup merupakan seperangkat bagian-bagian yang berhubungan
dengan fisik, fungsional, psikologis, dan kesehatan sosial dari individu.Ketika digunakan
dalam konteks ini, hal tersebut sering kali mengarah pada kualitas hidup yang mengarah pada
kesehatan. Kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan mencakup lima dimensi yaitu
kesempatan, persepsi kesehatan, status fungsional, penyakit, dan kematian.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Kualitas hidup pasien diabetes melitus dipengaruhi oleh berbagai faktor baik secara
medis, maupun psikologis. Berbagai faktor tersebut diantaranya adalah pemahaman terhadap
diabetes, penyesuaian terhadap diabetes, depresi, regulasi diri (Watkins, Connell,
Fitzgerald, Klem, Hickey & Dayton, 2000) emosi negatif, efikasi diri, dukungan sosial,
komplikasi mayor (kebutaan, dialysis, neuropati, luka kaki, amputasi, stroke dan gagal
jantung), karakteristik kepribadian dan perilaku koping (Rose et al., 1998; 2002), tipe dan
lamanya diabetes, tritmen diabetes, kadar gula darah, locus of control, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, usia, status perkawinan dan edukasi diabetes (Milencovic et al.,2004; Akimoto et
al., 2004), emotional distress yang berhubungan dengan diabetes (Polonsky, Fisher, Earles,
Dudl, Lees, Mullan & Richard, 2005). (Melina, 2011).
Raebun dan Rootman (Angriyani, 2008) mengemukakan bahwa terdapat delapan faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup seseorang, yaitu:
a. Kontrol, berkaitan dengan control terhadap perilaku yang dilakukan oleh seseorang,
seperti pembahasan terhadap kegiatan untuk menjaga kondisi tubuh.
b. Kesempatan yang potensial, berkaitan dengan seberapa besar seseorang dapat melihat
peluang yang dimilikinya.
c. Keterampilan, berkaian dengan kemampuan seseorang untuk melakukan keterampilan lain
yang mengakibatkan ia dapat mengembangkan dirinya, seperti mengikuti suatu kegiatan
atau kursus tertentu.
d. Sistem dukungan, termasuk didalamnya dukungan yang berasal dari lingkungan keluarga,
masyarakat maupun sarana-sarana fisik seperti tempat tinggal atau rumah yang layak dan
fasilitas-fasilitas yang memadai sehinga dapat menunjang kehidupan.
e. Kejadian dalam hidup, hal ini terkait dengan tugas perkembangan dan stress yang
diakibatkan oleh tugas tersebut. Kejadian dalam hidup sangat berhubungan erat dengan
tugas perkembangan yang harus dijalani, dan terkadang kemampuan seseorang untuk
menjalani tugas tersebut mengakibatkan tekanan tersendiri.
f. Sumber daya, terkait dengan kemampuan dan kondisi fisik seseorang. Sumber daya pada
dasarnya adalah apa yang dimiliki oleh seseorang sebagai individu.
g. Perubahan lingkungan, berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitar
seperti rusaknya tempat tinggal akibat bencana.
h. Perubahan politik, berkaitan dengan masalah Negara seperti krisi moneter sehingga
menyebabkan orang kehilangan pekerjaan/mata pencaharian.

7
Selain itu, kualitas hidup seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya,
mengenali diri sendiri, adaptasi, merasakan pasienan orang lain, perasaan kasih dan
sayang, bersikap optimis, mengembangkan sikap empati.
3. Aspek-Aspek Kualitas Hidup
Menurut WHO (1996) terdapat empat aspek mengenai kualitas hidup, diantaranya sebagai
berikut:
a. Kesehatan fisik, diantaranya Aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada zat obat dan alat
bantu medis, energi dan kelelahan, mobilitas, rasa sakit dan ketidaknyamanan, tidur dan
istirahat, kapasitas kerja.
b. Kesejahteraan psikologi, diantaranya image tubuh dan penampilan, perasaan negative,
perasaan positif, harga diri, spiritualitas/agama/keyakinan pribadi, berpikir, belajar,
memori dan konsentrasi.
c. Hubungan sosial, diantaranya hubungan pribadi, dukungan sosial, aktivitas seksual.
d. Hubungan dengan lingkungan, diantaranya sumber keuangan, kebebasan, keamanan fisik
dan keamanan Kesehatan dan perawatan sosial : aksesibilitas dan kualitas, lingkungan
rumah, Peluang untuk memperoleh informasi dan keterampilan baru, partisipasi dalam dan
peluang untuk kegiatan rekreasi / olahraga, lingkungan fisik (polusi/ suara/ lalu lintas/
iklim), mengangkut.
Menurut WHOQOL-BREF (dalam rapley, 2003) terdapat empat aspek mengenai kualitas
hidup, diantaranya sebagai berikut: (Nimas, 2012)
1) Kesehatan fisik, mencakup aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada obat-obatan,
energi dan kelelahan, mobilitas, sakit dan ketidaknyamanan, tidur/istirahat, kapasitas
kerja.
2) Kesejahteraan psikologis, mencakup bodily image appearance, perasaan negative,
perasaan positif, self-esteem, spiritual/agama/keyakinan pribadi, berpikir, belajar,
memori dan konsentrasi.
3) Hubungan sosial, mencakup relasi personal, dukungan sosial, aktivitas seksual.
4) Hubungan dengan lingkungan mencakup ssumber finansial, kebebasan, keamanan dan
keselamatan fisik, perawatan kesehatan dan sosial termasuk aksesbilitas dan kualitas,
lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru maupun
keterampilan, partisispasi dan mendapat kesempatan untuk melakukan rekreasi dan
kegiatan yang menyenangkan di waktu luang, lingkungan fisik termasuk polusi/
kebisingan/lalu lintas/iklim serta transportasi.

8
BAB III
ANALISIS JURNAL

NAMA :
1. Joni Herianus Lapaibel (PN. 17. 0078)
2. Nopalustiyawati (PN.17.0117)
3. Pathurrijal (KP.11.0764)

TEMPAT PRAKTIK : Ruang Hemodialisa RSUP Dr. SARDJITO

TANGGAL PRAKTIK : 18 Desember – 23 Desember 2017

JUDUL JURNAL : Hubungan antara lama menjalani hemodialisis dengan kualitas


hidup pasien yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisis
RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

KUTIPAN : Jurnal e- Clinic (eC1) Volume 4, Nomor 1, Januari- Juni 2016

1. KATA KUNCI : Lama Menjalani Hemodialisa, Kualitas Hidup

2. PENULIS JURNAL : Moch.T.S.A.Rahman, Theresia M.D.Kaunang, Christofel Elim

3. ABSTRACK : Gagal ginjal kronik (PJK) mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
ireversibel, yang memerlukan terapi berupa transplantasi ginjal atau hemodialisis.
Tujuan utama hemodialisis yaitu mengendalikan uremia, kelebihan cairan dan
ketidakseimbangan elektrolit. Permasalahan yang muncul pada pasien hemodialisis
ialah masalah fisik, psikologi, perubahan sosial, dan gaya hidup; hal tersebut
memengaruhi kualitas hidup pasien.

4. LATAR BELAKANG : Hemodialisis merupakan satu tindakan yang bertujuan untuk


mengambil zat-zat nitrogen yang bersifat toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air
yang berlebih. Tujuan utama hemodialisis menghilangkan gejala yaitu mengendalikan
uremia,kelebihan cairan dan ketidakseimbangan elektrolit yang terjadi pada pasien
penyakit ginjal kronik. Dosis hemodialisis yang diberikan umumnya 2 kali dalam
seminggu dengan setiap hemodialisis 5 jam atau sebanyak 3 kali seminggu dengan
setiaphemodialisis selama 4 jam. Lamanya hemodialisis berkaitan erat dengan efisiensi
dan adekuasi hemodialisis, sehingga lama hemodialisis juga dipengaruhi oleh tingkat
uremia akibat progresivitas perburukan fungsi ginjalnya dan faktor-faktor
komorbiditasnya, serta kecepatan aliran darah dan kecepatan aliran dialisat. Semakin

9
lama proses hemodialisis, maka semakin lama darah berada diluar tubuh, sehingga
makin banyak antikoagulan yang dibutuhkan, dengan konsekuensi sering timbulnya
efek samping.

5. TUJUAN: Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui Hubungan antara
lama menjalani hemodialisis dengan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis
di Unit Hemodialisi RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Tujuan dalam penelitian ini tujuan di jelaskan dengan spesifik dan sudah sesuai
dengan judul.
Hipotesis tidak dijelaskan.

6. METODE PENELTIAN:
 Metode penelitian yang digunakan ialah observasional analitik dengan pendekatan
potong lintang (pengambilan data dalam suatu waktu bersamaan)
 Populasi dalam penelitian ini melibatkan semua pasien hemodialisis di Unit
Hemodialisis Dahlia dan Melati RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang
memenuhi kriteria inklusi yaitu sebanyak 34 orang.

7. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL: Sampel yang menjadi subjek penelitian


berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan dengan teknik pengambilan sampel yaitu
purposive. Kriteria inklusi pada pengambilan sampel, yaitu pasien dengan penyakit
ginjal kronik yang datang untuk menjalani hemodialisis di RSUP. Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado, menikah sah dan datang bersama pasangan, berumur <60 tahun,
bersedia menjadi responden. (tidak di jelaskan lamanya hemodialisa)

8. LOKASI: Penelitian dilaksanakan di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

9. WAKTU: Januari – juni 2016 (tidak dijelaskan dalam metode penelitian)

10. INSTRUMEN: Penelitian ini menggunakan kuesioner data demografi dan kusioner
World Health Organization Quality of Life (WHOQOL- BREF) terdiri dari 26 item
pertanyaan nomor 1 dan 2 tidak dihitung (tidak di jelaskan kenapa tdk di hitung).
Pada tiap pertanyaan jawaban point terendah adalah 1= sangat tidak memuaskan,
sampai dengan5 = sangat memuaskan, kecuali untuk pertanyaan nomor 3, 4, dan 26
karena pertanyaan bersifat negatif maka memiliki jawaban mulai skor 5 = sangat tidak
memuaskan hingga skor 1= sangat memuaskan. Skor yang diperoleh adalah 0-100 dan
kemudian dihitung dengan rumus.

11. DATA PRIMER diambil langsung dari responden.

10
12. DATA SEKUNDER terdiri dari gambaran umum lokasi saja.
(Tidak dijelaskan data sekunder apa saja)

13. VARIABEL BEBAS (INDEPENDENT): Lama Menjalani Hemodialisis

14. VARIABEL TERIKAT (DEPENDENT): Kualitas Hidup Pasien Yang Menjalani


Hemodialisis

15. VARIABEL PENGGANGGU: Lama Hemodialisanya,Umur, Jenis Kelamin


Cara mengendalikan variabel pengganggu yaitu;
a. (kelompokan) lama hemodialisa dengan memasukan ke dalam kuesioner sehingga
dapat membedakan pengalaman pertama dan yang kedua.
b. Umur sudah di masukan ke kuesioner, namun perlu di cari bedanya sesuai kategori
umur.

16. RINCIAN METODE kuesioner data demografi dan kusioner World Health Organization
Quality of Life (WHOQOL- BREF) terdiri dari 26 item pertanyaan nomor 1 dan 2 tidak
dihitung (tidak di jelaskan kenapa tdk di hitung). Pada tiap pertanyaan jawaban point
terendah adalah 1= sangat tidak memuaskan, sampai dengan5 = sangat memuaskan,
kecuali untuk pertanyaan nomor 3, 4, dan 26 karena pertanyaan bersifat negatif maka
memiliki jawaban mulai skor 5 = sangat tidak memuaskan hingga skor 1= sangat
memuaskan. Skor yang diperoleh adalah 0-100 dan kemudian dihitung dengan rumus.

17. BIAS YANG TERJADI: setiap orang dengan lamanya HD yang berbeda-beda sehingga
dapat mempengaruhi hasil, usia dapat mempengaruhi, pasien dalam 1 ruangan semua dan
berdekatan sehingga mempengaruhi hasil.
(Tidak dijelaskan cara pengambilan data seperti apa, diruang invidu sendiri atau
bersama keluarga; hal ini dapat mempengaruhi hasil)

18. UKURAN SAMPEL sudah mencukupi karena hanya 34 orang.

19. PENGOLAHAN DATA tidak JELAS: Teknik pengolahan data pada penelitian ini tidak
dijelaskan.

20. METODE STATISTIK: cara-cara mengumpulkan data atau fakta, mengolah,


menyajikan, dan menganalisis. (Tidak dijelakan).

21. RINGKASAN PENGUKURAN: (Tdak dijelaskan)

22. HASIL YANG DIDAPATKAN: Hasil penelitian menunjukkan korelasi antara lama
menjalani hemodialisis dengan kualitas hidup dengan nilai P=0,579.

11
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara lama menjalani hemodialisis dengan
kualitas hidup pada pasien hemodialisis.

23. KETERBATASAN PENELITIAN:


a. Pasien di satukan dengan keluarga atau tidak itu tidak dijelaskan.
b. Kurang menjaga prifasi.
c. Jumlah sampel sedikit
d. Kondisi Pasien saat diwawancara terlihat sangat terburu-buru (kurang konsentrasi
dalam menjawab pertanyaan).

24. GENERALISASI: perlu adanya pembagian sampel sesuai pengalaman/ lamanya HD,
pengelompokan berdasarkan umur.

25. SUMBER DANA TIDAK DIJELASKAN.

26. KESIMPULAN:
Tidak terdapat hubungan bermakna antara lama menjalani Hemodialisa dengan kualitas
Hidup
(Referensi Cukup Update)

12
BAB IV
IMPLIKASI KEPERAWATAN

1. Memberikan sumber referensi bagi para peneliti berikutnya dalam melakukan penelitian
lanjut.
2. Dapat memberikan tindakan keperawatan lain selain hemodialisa contohnya motivasi
pasien yang melakukan hemodialisa rutin.
3. Penelitian ini dapat menjadikan landasan teori rumah sakit dalam melakukan evaluasi
tindakan hemodialisa, sehingga adanya modifikasi intervensi keperawatan.

13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
a. Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia
seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui
membran semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan
dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi.
b. Tujuan Hemodialisi. Hemodialisis bertujuan untuk mengambil zat-zat nitrogen yang
toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan, pada hemodialisis aliran
darah yang penuh dengan toksik dan limbah nitrogen dialihkan dari dalam tubuh ke
dialiser tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan ke dalam tubuh.
c. Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu dari posisi mereka dalam
kehidupan dalam konteks budaya dansistem nilai di mana mereka tinggal dan dalam
hubungannya dengan tujuan mereka, harapan , standar dan kekhawatiran.
d. Berdasarkan jenis kelamin responden paling banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu 30
orang (88,2%)
e. Berdasarkan usia responden paling banyak berumur yaitu 47-59 tahun.
f. Sampel penelitian berjumlah 34 orang, teknik pengambilan sampel purposive.
g. Tidak ada hubungan yang bermakna, artinya lama menjalani hemodialysis tidak
meningkatkan kualitas hidup pasien

2. Saran
a. Bagi pelayanan keperawatan
Dari hasil penelitian diharapkan perlu memperhatikan faktorlain selain melakukan terapi
hemodialisa.
b. Bagi institusi pendidikan
Memberikan dorongan kepada mahasiswa untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang
lama hemodialysis dengan kualitas hidup pasien dengan jumlah sampel yang lebih besar,
dan dilihat dari semua faktor.

14
DAFTAR PUSTAKA

Diaz FM, Ferrer AR, Cascales FR. “Sexual functioning and quality of life of male patients on
hemodialysis.” Nephrologia Journal. 2006;26(4):453-8.

Farida A. Pengalaman klien hemodialisis terhadap kualitas hidup dalam konteks asuhan
keperawatan di RSUP Fatmawati Jakarta. Diakses 27 September 2014. Tersedia
dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/137288-T-Anna%20Farida.pdf

Istanti PY. Hubungan antara masukan cairan dengan interdialytic weight gains (idwg) pada
pasien chronic kidney diseases di unit hemodialisis RS. Pku Muhammadiyah
Yogyakarta. Diakses 16 Januari 2015. Tersedia dari: http://lib.ui.ac.id/file?
file=digital/125543-TESIS0580%20Yun%20N09f-Faktor-faktor-Analisis.pdf

Joshi DV. Quality of life in end stage renal disease patients. World J Nephrol. 2014;3(4):308-
16.

Lukman N, Kanine E, Wowiling F. Hubungan tindakan hemodialisis dengan tingkat depresi


klien penyakit ginjal kronik di RSUP Prof. Dr. RD. Kandou Manado. Diakses 04
Oktober 2014. Tersedia dari: http://download.portalgaruda.org/article.php?article
=140993&val =5798

Nurcahyati S. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien penyakit
ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap
dan Rumah Sakit Umum Banyumas. Diakses 23 September 2014. Tersedia dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43193/2/Reference.pdf.

Pranoto I. Hubungan antara lama hemodiaisis dengan terjadinya pendarahan intra serebral.
Diakses 25 September 2014. Tersedia dari: http://core.ac.uk/ download/files/
478/12351930.pdf

Riset Kesehatan Dasar. Prevalensi dan insidensi penyakit ginjal kronik di Indonesia. Diakses 04
Oktober 2014. Tersedia dari: http://www.depkes.go.id/resources/download/
general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf.

Riyanto W. Hubungan antara penambahan berat badan di antara dua waktu hemodialisis
(interdialysis weight gain = idwg) terhadap kualitas hidup pasien penyakit ginjal
kronik yang menjalani terapi hemodialisis di Unit hemodialisa ip2k RSUP
Fatmawati Jakarta [Tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia; 2014

Santoso MB. Quality of life in regular hemodialysis patient with and without health insurance
in Bandung city. Diakses 07 Oktober 2014. Tersedia dari:
http://media.unpad.ac.id /thesis/220120/2010/220120100036_c_3876.pdf

Sudigdo S, Sofyan I. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Sagung Seto, 2011; p.
4.

World Health Organization Quality of Life. Indonesian WHOQOL-BREF. Diakses 08 Oktober


2014 Tersedia dari: http://www.who.int/substance_abuse/research_tools/en/
indonesian_whoqol.pdf.

15
Lampiran
Jurnal

16

Anda mungkin juga menyukai