Anda di halaman 1dari 6

Krisis hipertensi

Krisis hipertensi

Dibagi menjadi dua:


1. Hipertensi emergency: situasi dimana diperlukan
penurunan tekanan darah yang segera dengan obat
antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan
organ target akut atau progresif
Increased BP acute target-organ ischemia and
damage
- neurologic damage: encephalopathy, hemorrhagic or
ischemic stroke, papilledema
- cardiac damage:ACS, HF/pulmonary edema, aortic
dissection
- renal damage: proteinuria, hematuria, acute renal
failure; scleroderma renal crisis
- microangiopathic hemolytic anemia; preeclampsia-
eclampsia
2. Hipertensi urgency: situasi dimana terdapat
peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa
adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target
progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam
beberapa jam
SBP >180 or DBP >20

23
Kriteria diagnosis
Anamnesis
Riwayat hipertensi dan tata laksananya, kepatuhan
minum obat pasien, tekanan darah rata-rata, riwayat
pemakaian obat-obat simpatomimetik dan steroid,
kelainan hormonal, riwayat penyakit kronis lain, gejala-
gejala serebral, jantung, dan gangguan penglihatan

Pemeriksaan fisis
Tekanan darah pada kedua ekstremitas, perabaan denyut
nadi perifer, bunyi jantung, bruit pada abdomen, adanya
edema atau tanda penumpukan cairan, funduskopi, dan
status neurologis.
Laboratorium
sesuai dengan penyakit dasar, penyakit penyerta, dan
kerusakan organ target

Penyebab hipertensi emergency:


• Hipertensi maligna terakselerasi dan papiledema
• Kondisi serebrovaskular:
ensefalopati hipertensi, infark otak aterotrombotik
dengan hipertensi berat, perdarahan intraserebral,
perdarahan subarahnoid, dan trauma kepala
• Kondisi jantung:
diseksi aorta akut, gagal jantung kiri akut, infark
miokard akut, pasca operasi bypass koroner

24
• Kondisi ginjal:
GN akut, hipertensi renovaskular, krisis renal karena
penyakit kolagen-vaskular, hipertensi berat pasca
transplantasi ginjal
• Akibat katekolamin di sirkulasi:
krisis feokromositoma, interaksi makanan atau obat
dengan MAO inhibitor, penggunaan obat
simpatomimetik, mekanisme rebound akibat
penghentian mendadak obat antihipertensi,
hiperrefleksi otomatis pasca cedera korda spinalis
• Eklamsia
• Kondisi bedah:
hipertensi berat pada pasien yang memerlukan
operasi segera, hipertensi pasca operasi, perdarahan
pasca operasi dari garis jahitan vaskular
• Luka bakar berat
• Epistaksis berat
• Thrombotic thrombocytopenic purpura

Pemeriksaan penunjang
DPL, UL, ureum, kreatinin, gula darah, elektrolit. EKG.
Pemeriksaan khusus sesuai indikasi:
foto toraks, ekokardiografi, aktivitas renin plasma,
aldosteron, metanefrin/katekolamin, USG abdomen, CT
scan, dan MRI.

25
Tata laksana
Target tata laksana hipertensi emergency sampai tekanan
darah diastolik kurang lebih 110 mmHg atau
berkurangnya mean arterial blood pressure 25% dalam
waktu 2 jam. Setelah diyakinkan tidak ada tanda
hipoperfusi organ, penurunan dapat dilanjutkan dalam
12-16 jam selanjutnya sampai mendekati normal.
Pada stroke penurunan hanya boleh 20% dan khusus
pada strok iskemik, tekanan darah baru diturunkan secara
bertahap bila sangat tinggi >220/130 mmHg.
Penurunan tekanan darah pada hipertensi urgency
dilakukan secara bertahap dalam waktu 24 jam.

Hipertensi urgency
Lama
Obat Dosis Awitan kerja

Kaptopril 6,25-50 mg per oral atau 15 menit 4-6 jam


sublingual bila tidak dapat
menelan

Klonidin Dosis awal per oral 0,15 0,5-2 jam 6-8 jam
mg, selanjutnya 0,15 mg
tiap jam dapat diberikan
sampai dengan dosis
total 0,9 mg 0,5-2 jam

Labetalol 100-200 mg per oral 0,5-1 jam 8-12 jam

26
Hipertensi emergency
Lama
Obat Dosis Awitan kerja

Vasodilator: Infus 5-100 2-5


- Nitrogliserin mcg/menit. Dosis menit 5-10
awal 5 mcg/menit, menit
dapat ditingkatkan 5
mcg/menit tiap 3-5
menit

- Diltiazem Bolus IV 10 mg
(0,25 mg/kgBB), segera 1-2
dilanjutkan infus 5- menit
10 mg/jam

- Klonidin 6 ampul dalam 250


ml cairan infus,
dosis diberikan
- Nitroprusid dengan titrasi

Infus 0,25-10
mcg/kgBB/menit,
(maksimum 10
menit)

27
28

Anda mungkin juga menyukai