Anda di halaman 1dari 49

PRESENTASI KASUS

SEORANG WANITA 31 TAHUN DENGAN


SUSPEK SOP CEREBRI

Oleh :
Dea Saufika Najmi G99142056
Atika Sugiarto G99142057

Pembimbing:
Dr. dr. Diah Kurnia M, Sp.S (K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2016
BAB I
STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E
Umur : 31 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Ketapang, Kalimantan Barat
No. RM : 01339554
Tanggal Masuk : 13 Mei 2016
Tanggal Periksa : 13 Mei 2016

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Nyeri kepala yang memberat sejak 2 bulan SMRS.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik saraf dengan keluhan nyeri kepala yang
memberat sejak 2 bulan SMRS. Nyeri kepala cekot-cekot dirasakan di
seluruh bagian kepala terutama sebelah kanan hingga ke sekitar mata.
Nyeri kepala berat dirasakan hingga kedua tangan dan kaki pasien terasa
kaku. Nyeri semakin dirasakan ketika pasien kelelahan dan berpikir terlalu
berat. Nyeri tidak berkurang dengan obat pereda nyeri yang biasa dibeli di
warung. Nyeri disertai keluhan pusing berputar. Telinga berdenging (+) di
sebelah kiri, mual (+), muntah (-), mata silau (+), pandangan kabur (+),
kejang (-), demam (-). Sebelumnya, pasien dirawat di RS Imanuddin
Kalimantan selama 8 hari, dilakukan cek darah dan diberi obat minum.
Pasien kemudian dirujuk ke RSDM karena keterbatasan sarana.
Pasien mengaku memiliki riwayat nyeri kepala sejak 18 tahun yang
lalu. Awalnya, nyeri kepala ringan dirasakan setelah kepala terbentur bola

2
voli. Nyeri kepala dirasakan cekot-cekot terutama di sebelah kanan. Nyeri
kepala dirasakan hilang timbul, tidak berkurang dengan istirahat, namun
berkurang dengan pemberian obat pereda nyeri yang dibeli di warung
(paramex atau mixagrip). Nyeri kepala semakin lama dirasakan semakin
sering dan semakin memberat hingga pasien tidak bisa beraktivitas.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat trauma : 5 tahun yang lalu, pasien jatuh dari sepeda
motor dan kepala bagian belakang
membentur aspal.
Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
Rwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat mondok : pasien mondok 2 tahun yang lalu selama 3
hari karena nyeri kepala, dan 9 hari yang
lalu mondok di RS Imanuddin Kalimantan
selama 8 hari karena keluhan yang sama.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit dengan keluhan serupa : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal

5. Riwayat Kebiasaan
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat merokok : disangkal
Riwayat pengobatan : pasien sering mengkonsumsi obat pereda
nyeri (paramex dan mixagrip 1-4 tablet
per hari)

3
6. Riwayat Gizi
Pasien makan sehari tiga kali dengan porsi sedang. Pasien makan dengan
nasi, sayur dan lauk-pauk.

7. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien dirumah tinggal bersama suami. Pasien dirawat di RSDM dengan
menggunakan fasilitas BPJS kelas III.

8. Anamnesis Sistem
a. Sistem saraf pusat : kejang (-), nyeri kepala (+)
b. Sistem Indera
1) Mata:
berkunang-kunang (-), pandangan dobel (-), penglihatan kabur
(+), pandangan berputar (-), mata silau (+)
2) Hidung:
mimisan (-), pilek (-)
3) Telinga:
pendengaran berkurang (-), berdenging (-/+), keluar cairan (-),
darah (-), nyeri (-)
c. Mulut:
sariawan (-), gusi berdarah (-), mulut kering (-), gigi tanggal (-), gigi
goyang (-)
d. Tenggorokan:
nyeri saat menelan (-), suara serak (-), gatal (-)
e. Sistem respirasi:
sesak nafas (-), batuk (-), batuk darah (-), mengi (-)
f. Sistem kardiovaskuler:
sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada (-), berdebar-debar (-)
g. Sistem gastrointestinal:
mual (+), muntah (-), nyeri ulu hati (-), susah BAB (-), perut sebah (-),
kembung (-), nafsu makan berkurang (-)

4
h. Sistem muskuloskeletal:
Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku (-)
i. Sistem genitourinaria :
mengompol (-), tidak bisa kencing (-)
j. Extremitas superior:
luka (-), tremor (-), ujung jari terasa dingin (-), kesemutan(-),
kelemahan (-)
k. Extremitas inferior:
luka (-), tremor (-), ujung jari terasa dingin (-), kesemutan (-),
kelemahan (-)
l. Sistem neurobehaviour:
kejang (-), gelisah (-), mengigau (-), emosi tidak stabil (-)
m. Sistem integumentum:
kulit coklat sawo, pucat (-), kering (-)

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
VS : TD : 110/70 mmHg
Nadi : 78 kali/menit
RR : 16 kali/menit
Suhu : 36,5º C
VAS : 7
2. Status Neurologis
a. Kesadaran : GCS E4V5M6
b. Fungsi luhur : dbn
c. Fungsi otonom : dbn
d. Fungsi sensorik : dbn
e. Fungsi koordinasi : dbn
f. Fungsi collumna vertebralis : dbn
g. Fungsi motorik :

5
Kekuatan Tonus R. Fisiologis R. Patologis
5 5 N N +2 +2 - -

5 5 N N +2 +2 - -

h. Nn. craniales
1) N.I : dbn
2) N. II, III : pupil isokhor (4mm/4mm), refleks cahaya (+/+)
menurun, visus OD (3/60), visus OS (4/60)
3) N.III, IV, VI : gerak bola mata normal, deviasi konjugee (-)
4) N. V : reflek kornea (+)
5) N.VII : dbn
6) N. VIII : dbn
7) N. IX , X : dbn
8) N.XI,XII : dbn
i. Meningeal Signs
1) Kaku kuduk : (-)
2) Tanda Brudzinski I : (-)
3) Tanda Brudzinski II : (-)
4) Tanda Brudzinski III : (-)
5) Tanda Brudzinski IV : (-)
6) Tanda Kernig : (-)

D. RESUME
Pasien mengeluh nyeri kepala memberat sejak 2 bulan SMRS.
Nyeri kepala cekot-cekot di seluruh bagian kepala terutama sebelah kanan
hingga ke sekitar mata. Nyeri kepala berat dirasakan hingga seluruh
ekstremitas terasa kaku. Nyeri semakin dirasakan ketika pasien kelelahan
dan berpikir terlalu keras. Nyeri tidak berkurang dengan obat pereda nyeri
yang biasa dikonsumsi. Nyeri disertai keluhan pusing berputar. Tinnitus
(+) di sebelah kiri, nausea (+), photophobia (+), pandangan kabur (+).

6
Sebelumnya, pasien dirawat di RS Imanuddin Kalimantan selama 8 hari,
dilakukan cek darah dan diberi obat minum. Pasien kemudian dirujuk ke
RSDM karena keterbatasan sarana.
Pasien mengaku memiliki riwayat nyeri kepala sejak 18 tahun yang
lalu setelah kepala terbentur bola voli. Nyeri kepala dirasakan cekot-cekot
terutama di sebelah kanan. Nyeri kepala dirasakan hilang timbul, tidak
berkurang dengan istirahat, namun berkurang dengan pemberian obat
pereda nyeri. Nyeri kepala semakin lama dirasakan semakin sering dan
semakin memberat hingga pasien tidak bisa beraktivitas.
Pemeriksaan secara umum VAS Score 7. Pemeriksaan neurologis
didapatkan pupil isokhor (4mm/4mm), refleks cahaya (+/+) menurun,
visus OD (3/60), visus OS (4/60).

E. ASSESMENT
K: Cephalgia kronik progresif, vertigo, nausea, pandangan kabur,
photophobia, tinnitus, reflek cahaya menurun
T: Korteks serebri
E: Suspek SOP Cerebri

F. PENATALAKSANAAN
1. Mondok RS
2. Infus NaCl 0,9% 20 tpm
3. Inj Vitamin B12 500 mcg/12 jam
4. Inj Ranitidin 50 mg/12 jam
5. Dimenhidrinat 3 x 50mg
6. Paracetamol 2 x1000 mg

G. PLANNING
1. Cek laboratorium darah (Darah rutin, profil lipid, PT/APTT, SGOT/SGPT,
Ur/Cr, GDS, Elektrolit)
2. MRI Brain kontras

7
3. Monitor KUVS

H. PROGNOSIS
Ad vitam :dubia
Ad sanam :dubia
Ad fungsionam :dubia

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

CEPHALGIA
I. Definisi
Cephalgia merupakan nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk
nyeri di belakang mata serta perbatasan antara leher dan kepala bagian
belakang. Cephalgia atau nyeri kepala termasuk keluhan yang umum dan
dapat terjadi akibat banyak sebab. Sakit kepala adalah rasa sakit atau tidak
nyaman antara orbita sampai bagian kepala yang berasal dari struktur
sensitif terhadap rasa sakit.1

II. Epidemiologi

Nyeri kepala dapat terjadi pada semua umur, tetapi mayoritas


pasien adalah usia dewasa muda. Sekitar 60% onset nyeri kepala terjadi
pada mereka yang berumur antara 20-40 tahun. Nyeri kepala terhitung 1-
4% dari seluruh kunjungan UGD dan merupakan urutan nomor sembilan
dari alasan paling banyak yang membuat pasien datang mencari tenaga
medis. Lebih dari 90% nyeri kepala yang dilaporkan merupakan nyeri
kepala akibat kontraksi otot. Sedangkan di Indonesia angka yang pasti
belum ada tetapi diperkirakan hampir sama atau lebih tinggi.1,4
Dikatakan prevalensi TTH (Tension Type Headache) pada survey
populasi umum berkisar 30-80% dan menurun dengan bertambahnya usia
baik pada laki-laki maupun wanita Penelitian yang dilakukan di Surabaya
menunjukkan bahwa di antara 6488 pasien baru, 1227 (18,9%) datang
karena keluhan nyeri kepala, 180 di antaranya didiagnosis sebagai migren.
Sedangkan di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta didapatkan 273 (17,4%)
pasien baru dengan nyeri kepala diantara 1298 pasien baru yang
berkunjung. Dari kunjungan tahun 1991 sampai 1995 ke poliklinik saraf
FK UNDIP/RSUD Dr.Kariadi, nyeri kepala merupakan kunjungan

9
terbanyak kedua setelah penyakit neuromuskuloskeletal. Dari penelitian di
RSUP Dr.Kariadi semarang periode oktober s/d desember 1998
didapatkan 49 kasus TTH dengan prevalensi TTH episodik 12,25%, TTH
kronik 55,1% dan 32,65% tidak terklasifikasikan.5
Menurut IHS, cluster headache 80 – 90 % terjadi pada pria dan
prevalensi sakit kepala akan meningkat setelah umur 15 tahun.dan migren
sering terjadi pada pria dengan usia 12 tahun sedangkan pada wanita
migren sering terjadi pada usia lebih dari 12 tahun. 1,4

III. Etiologi
Penyebab cephalgia atau nyeri kepala dapat disesabkan oleh
banyak faktor. Cephalgia dapat disebabkan adanya kelainan di kepala,
jaringan sistem saraf, dan pembuluh darah. Nyeri kepala yang kronik
umumnya disebabkan oleh migrain, ketegangan, kelainan emosi atau
depresi, juga dapat dikarenakan adanya lesi intrakranial, akibat cedera
kepala, spondilosis servikal, penyakit gigi, penyakit mata, gangguan sendi
temporomandibular, penyakit hidung.
Faktor resiko terjadinya nyeri kepala adalah kelelahan berkendara,
mengkonsumsi alkohol berlebihan, trauma kepala, kelainan vascular, saraf
atau metabolisme, penyakit sistemik seperti anemia, hipertensi, hipotensi,
postur/posisi tubuh yang salah, gaya hidup, jenis kelamin, riwayat
keluarga dan genetik.3

IV. Anatomi yang Berperan dalam Nyeri Kepala


Nyeri kepala dipengaruhi oleh nukleus trigeminoservikalis yang
merupakan nosiseptif yang penting untuk kepala, tenggorakan dan leher
bagian atas. Semua aferen nosiseptif dari saraf trigeminus, fasial,
glosopharingeus, vagus dan saraf dari C1-3 beramifikasi pada grey matter
area ini. Nukleus trigeminoservikalis terdiri dari tiga bagian pars oralis
yang berhubungan dengan sensasi taktil diskriminatif dari region orofasial,
pars interpolaris yang berhubungan dengan transmii sensasi taktil

10
diskriminatif seperti sakit gigi, pars kaudalis yang berhubungan dengan
transmisi nosiseptif dan suhu.4
Saraf trigeminus terdiri dari 3 yaitu V1, V2, dan V3. Saraf V1 dan
saraf oftalmikus, menginervasi daerah orbita dan mata, sinus frontalis,
duramater dari fossa kranial dan falks serebri serta pembuluh darah yang
berhubungan dengan bagian duramater ini. Saraf V2 (maksilaris)
menginervasi daerah hidung, sinus paranasal, gigi bagian atas, dan
duramater bagian fossa kranial medial. Saraf V3 (mandibularis)
menginervasi daerah duramater bagian fossa kranial medial, rahang bawah
dan gigi, telinga, sendi temporomandibular dan otot menguyah.

Selain saraf trigeminus terdapat saraf cranial VII, IX, X yang


menginervasi meatus auditorius eksterna dan membrane timpani. Saraf
cranial IX menginervasi rongga telinga tengah, selain itu saraf cranial IX
dan X menginervasi faring dan laring.
Servikalis yang terlibat dalam sakit kepala adalah C1, C2 dan C3.
Ramus dorsalis dari C1 menginervasi musklus suboksipital triangle
obliqus superior, inferior dan rectus capitis posterior major dan minor.
Ramus dorsalis dari C2 memiliki cabang lateral yang masuk ke otot leher
superficial posterior, longissimus capitis dan splenius. Sedangkan cabang
besarnya bagian medial menjadi greater occipital nerve.3

V. Fisiologi Cephalgia

11
Nyeri merupakan mekanisme protektif yang dapat terjadi setiap
saat bila ada jaringan manapun yang mengalami kerusakan, dan melalui
nyeri inilah, seorang individu akan bereaksi dengan cara menjauhi
stimulus nyeri tersebut.4
Rasa nyeri dimulai dengan adanya perangsangan pada reseptor
nyeri oleh stimulus nyeri. Stimulus nyeri dapat dibagi tiga yaitu mekanik,
termal, dan kimia. Mekanik, spasme otot merupakan penyebab nyeri yang
umum karena dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah ke jaringan
(iskemia jaringan), meningkatkan metabolisme di jaringan dan juga
perangsangan langsung ke reseptor nyeri sensitif mekanik. 6
Termal, rasa nyeri yang ditimbulkan oleh suhu yang tinggi tidak
berkorelasi dengan jumlah kerusakan yang telah terjadi melainkan
berkorelasi dengan kecepatan kerusakan jaringan yang timbul. Hal ini juga
berlaku untuk penyebab nyeri lainnya yang bukan termal seperti infeksi,
iskemia jaringan, memar jaringan, dll. Pada suhu 450C, jaringan–jaringan
dalam tubuh akan mengalami kerusakan yang didapati pada sebagian besar
populasi.
Kimia, ada beberapa zat kimia yang dapat merangsang nyeri
seperti bradikinin, serotonin, histamin, ion kalium, asam, asetilkolin, dan
enzim proteolitik.Dua zat lainnya yang diidentifikasi adalah prostaglandin
dan substansi P yang bekerja dengan meningkatkan sensitivitas dari free
nerve endings. Prostaglandin dan substansi P tidak langsung merangsang
nyeri tersebut. Dari berbagai zat yang telah dikemukakan, bradikinin telah
dikenal sebagai penyebab utama yang menimbulkan nyeri yang hebat
dibandingkan dengan zat lain. Kadar ion kalium yang meningkat dan
enzim proteolitik lokal yang meningkat sebanding dengan intensitas nyeri
yang sirasakan karena kedua zat ini dapat mengakibatkan membran plasma
lebih permeabel terhadap ion. Iskemia jaringan juga termasuk stimulus
kimia karena pada keadaan iskemia terdapat penumpukan asam laktat,
bradikinin, dan enzim proteolitik.4

12
Semua jenis reseptor nyeri pada manusia merupakan free nerve
endings. Reseptor nyeri banyak tersebar pada lapisan superfisial kulit dan
juga pada jaringan internal tertentu, seperti periosteum, dinding arteri,
permukaan sendi, falks, dan tentorium. Kebanyakan jaringan internal
lainnya hanya diinervasi oleh free nerve endings yang letaknya berjauhan
sehingga nyeri pada organ internal umumnya timbul akibat penjumlahan
perangsangan berbagai nerve endings dan dirasakan sebagai slow-chronic-
aching type pain.
Nyeri dapat dibagi atas dua yaitu nyeri akut (fast pain) dan nyeri
kronik (slow pain). Nyeri akut, merupakan nyeri yang dirasakan dalam
waktu 0,1 detik setelah stimulus diberikan. Nyeri ini disebabkan oleh
adanya stimulus mekanik dan termal. Signal nyeri ini ditransmisikan dari
saraf perifer menuju korda spinalis melalui serat Aδ dengan kecepatan
mencapai 6-30 m/detik. Neurotransmitter yang mungkin digunakan adalah
glutamat yang juga merupakan neurotransmitter eksitatorik yang banyak
digunakan pada CNS. Glutamat umumnya hanya memiliki durasi kerja
selama beberapa milidetik.4
Nyeri kronik, merupakan nyeri yang dirasakan dalam waktu lebih
dari 1 detik setelah stimulus diberikan. Nyeri ini dapat disebabkan oleh
adanya stimulus mekanik, kimia dan termal tetapi stimulus yang paling
sering adalah stimulus kimia. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf
perifer menuju korda spinalis melalui serat C dengan kecepatan mencapai
0,5-2 m/detik. Neurotramitter yang mungkin digunakan adalah substansi
P.4
Meskipun semua reseptor nyeri adalah free nerve endings, jalur
yang ditempuh dapat dibagi menjadi dua pathway yaitu fast-sharp pain
pathway dan slow- chronic pain pathway. Setelah mencapai korda spinalis
melalui dorsal spinalis, serat nyeri ini akan berakhir pada relay neuron
pada kornu dorsalis dan selanjutnya akan dibagi menjadi dua traktus yang
selanjutnya akan menuju ke otak. Traktus itu adalah neospinotalamikus
untuk fast pain dan paleospinotalamikus untuk slow pain.4

13
Traktus neospinotalamikus untuk fastpain, pada traktus ini, serat
Aδ yang mentransmisikan nyeri akibat stimulus mekanik maupun termal
akan berakhir pada lamina I (lamina marginalis) dari kornu dorsalis dan
mengeksitasi second-order neurons dari traktus spinotalamikus. Neuron
ini memiliki serabut saraf panjang yang menyilang menuju otak melalui
kolumn anterolateral. Serat dari neospinotalamikus akan berakhir pada,
area retikular dari batang otak (sebagian kecil), nukleus talamus bagian
posterior (sebagian kecil), kompleks ventrobasal (sebagian besar). Traktus
lemniskus medial bagian kolumn dorsalis untuk sensasi taktil juga
berakhir pada daerah ventrobasal.Adanya sensori taktil dan nyeri yang
diterima akan memungkinkan otak untuk menyadari lokasi tepat dimana
rangsangan tersebut diberikan.4
Traktus paleospinotalamikus untuk slow pain, traktus ini selain
mentransmisikan sinyal dai serat C, traktus ini juga mentransmisikan
sedikit sinyal dari serat Aδ. traktus ini , saraf perifer akan hampir
seluruhnya berakhir pada lamina II dan III yang apabila keduanya
digabungkan, sering disebut dengan substansia gelatinosa.Kebanyakan
sinyal kemudian akan melalui sebuah ataubeberapa neuron pendek
yangmenghubungkannya dengan area lamina V lalu kemudian kebanyakan
serabut saraf iniakan bergabung dengan serabut saraf dari fast-sharp pain
pathway. Setelah itu, neuronterakhir yang panjang akan menghubungkan
sinyal ini ke otak pada jaras antero lateral. Ujung dari traktus
paleospinotalamikus kebanyakan berakhir padabatangotak dan hanya
sepersepuluh ataupun seperempat sinyal yang akanlangsungditeruskan ke
talamus. Kebanyakan sinyal akan berakhir pada salah satu tiga area yaitu
nukleus retikularis dari medulla, pons, dan mesensefalon, area tektum dari
mesensefalon, regio abu-abu dari peraquaductus yang
mengelilingiaquaductus Silvii. Ketiga bagian ini penting untuk rasa tidak
nyaman dari tipe nyeri.Dariarea batang otak ini, multipel serat pendek
neuron akan meneruskan sinyal kearah atasmelalui intralaminar dan

14
nukleus ventrolateral dari talamus dan ke area tertentu darihipotalamus dan
bagian basal otak.4
Menurut H.G.Wolf terdapat 6 mekanisme dasar yang menimbulkan
nyeri kepala yang berasal dari sumber intracranial.2,3
1. Tarikan pada vena yang berjalan ke sinus venosus dari permukaan otak
dan pergeseran sinus-sinus venosus utama.
2. Tarikan pada A. Meningea media
3. Tarikan pada pembuluh-pembuluh arteri besar di otak atau tarikan
pada cabang-cabangnya.
4. Distensi dan dilatasi pembuluh-pembuluh nadi intrakranial
(A.Frontalis, A. Temporalis, A. Discipitalies)
5. Inflamasi pada atau sekitar struktur kepala yang peka terhadap nyeri
meliputi kulit kepala, periosteum, (m. frontalis, Ni temporalis,
m.orsipiutlis.
6. Tekanan langsung pada nervus cranialis V, IX, X saraf spinal dan
cervikalis bagian atas yang berisi banyak serabut aferen rasa nyeri.
Daerah yang tidak peka terhadap nyeri adalah : parenkim otak,
ependim ventrikel, pleksus koroideus, sebagian besar duramater,
piarachnoid meningen meliputi konvektivitas otak dan tulang kepala.
Tetapi rasa nyeri tersebut dapat dibangkitkan oleh karena tindakan fisik
seperti batuk, mengejan yang meningkatkan tekanan intrakranial dan dapat
memperburuk nyeri kepala berhubungan dengan perdarahan atau massa
intrakranial.
Setelah dilakukan lumbal fungsi (LP) rasa nyeri semakin hebat
pada waktu mengangkat kepala dan berkurang dengan meletakkan kepala
relatif lebih rendah. Pada nyeri kepala nocturnal tipe migraine kadang-
kadang diperberat dengan posisi berbaring dan berkurang rasa nyeri jika
penderita berdiri tegak.

15
VI. Gambaran Klinik
A. Lokasi nyeri
Nyeri yang berasal dari bangunan intrakranial tidak dirasakan
didalam rongga tengkorak melainkan akan diproyeksikan ke
permukaan dan dirasakan di daerah distribusi saraf yang bersangkutan.
Nyeri yang berasal dari dua pertiga bagian depan kranium, di fosa
kranium tengah dan depan, serta di supratentorium serebeli dirasakan
di daerah frontal, parietal di dalam atau belakang bola mata dan
temporal bawah. Nyeri ini disalurkan melalui cabang pertama nervus
Trigeminus.1
Nyeri yang berasal dari bangunan di infratentorium serebeli di fosa
posterior (misalnya di serebelum) biasanya diproyeksikan ke belakang
telinga, di atas persendian serviko-oksipital atau dibagian atas kuduk.
Nervi kraniales IX dan X dan saraf spinal C1, C2 dan C3 berperan
untuk perasaan di bagian infratentorial. Bangunan peka nyeri ini
terlibat melalui berbagai cara yaitu oleh peradangan, traksi, kontraksi
otot dan dilatasi pembuluh darah.1
Nyeri yang berhubungan dengan penyakit mata, telinga & hidung
cenderung di frontal pada permulaannya. Nyeri kepala yang bertambah
hebat menunjukkan kemungkinan massa intrakranial yang membesar
(hematoma subdural, anerysma, tumor otak) 1
B. Lamanya nyeri kepala
Lamanya nyeri kepala bervariasi, pada nyeri kepala tekanan
(pressure headache) disebabkan oleh ketegangan emosional dapat
berlangsung berhari-hari atau berminggu-minggu. Pada penderita
migraine dirasakan nyeri kepala paroksismal, singkat & melumpuhkan,
berlansung kurang dari 30 menit.
C. Berulangnya nyeri kepala
Berulangnya nyeri kepala suatu fenomena yang telah diketahui.
Pada wanita yang menderita migrane akan mendapat serangan
berulang ketika sedang menstruasi. Sedangkan nyeri kepala yang

16
berhubungan dengan gangguan hidung akan berulang apabila sering
terjadi infeksi traktus respiratorius atas yang sering ditemukan.

VII. Klasifikasi Nyeri Kepala


Klasifikasi nyeri kepala oleh International Headache Society (IHS)
pada tahun 1988 antara lain:
A. Sakit kepala: keluhan primer atau sekunder:
1. Primer : suatu nyeri kepala tanpa disertai adanya penyebab
struktural organik merupakan diagnosis utama, bukan disebabkan
karena adanya penyakit lain.
a. Migraine
b. Nyeri kepala tension
c. Nyeri kepala cluster
d. Sefalgia trigeminal/autonomic dan sakit kepala primer lainnya

2. Sekunder : sakit kepala merupakan gejala ikutan karena adanya


penyakit lain
a. Nyeri kepala berhubungan dengan cedera kepala
b. Nyeri kepala berhubungan dengan gangguan vaskuler
c. Nyeri kepala berhubungan dengan gangguan intrakranial non
vaskuler
d. Nyeri kepala berhubungan dengan zat-zat atau putus zat obat
e. Nyeri kepala berhubunggan dengan infeksi non cephalic
f. Nyeri kepala berhubungan dengan gangguan metabolic
g. Nyeri kepala atau nyeri wajah dengan gangguan tengkorak,
leher, mata, hidung, gigi, mulut, atau struktur-struktur wajah
kranium
h. Neuralgia cranialis, nyeri batang syaraf dan nyeri deafness

17
Tabel 1. Klasifikasi IHS 1988
PRIMER SEKUNDER

1. migrain 1. nyeri kepala berhubungan dengan


2. nyeri kepala tension cedera kepala
3. nyeri kepala cluster dan 2. nyeri kepala berhubungan dengan
hemicrania kronik gangguan vaskuler
paroksismal 3. nyeri kepala berhubungan denagn
4. nyeri kepala yang tidak gangguan intrakranial non vaskuler
berhubungan lesi 4. nyeri kepala berhubungan dengan
structural zat-zat atau putus zat obat
5. nyeri kepela berhubunggan dengan
infeksi non cephalic
6. nyeri kepala berhubungan dengan
gangguan metabolic
7. nyeri kepala atau nyeri wajah
dengan gangguan tengkorak, leher,
mata, hidung, gigi, mulut, atau
struktur-struktur wajah kranium
8. neuralgia cranialis, nyeri batang
syaraf dan nyeri deafness
9. nyeri kepala yang terklasifikasi

B. Sakit kepala: berdasarkan lokasi

Gambar 1 : Lokasi tersering nyeri kepala

18
Gambar 2. Tipe berdasarkan Lokasi sakit kepala

C. Sakit kepala: berdasarkan perjalanan penyakit7,8


Tabel 2. Nyeri kepala berdasarkan perjalanan penyakit
Akut Subakut Kronik
*Masa di rongga *migren
*pendarahan subaraknoid intrakranial (tumor, *nyeri kepala tegang
*penyakit pembuluh abses) *nyeri di daerah tulang
darah di otak *Neuralfia trigeminal servikal leher
(serebrovaskuler) lainnya *Neuralgia *sinusitis
*radang selaput otak glosofaringea *penyakit gigi
(meningitis) atau radang *nyeri kepala klaster
otak (ensefalitis)
*penyakit mata
(glaukoman iritis akut)
*Penyakit yang kurang
sering :
 epilepsi
 ensefalopati
hipertensi

19
Terdapat beberapa karakteristik sakit kepala yang menjadi tanda
penyakit serius adalah sebagai berikut :
1. Sangat sakit – paling sakit ( “worst” headache ever) : rasa sakit yang
dirasakan sangat sakit, jauh lebih sakit dibandingkan sakit kepala
sebelumnya
2. Sakit kepala berat yang dirasakan pertama kalinya
3. Sakit kepala yang bertambah berat dalam beberapa hari atau beberapa
minggu
4. Ada gangguan saraf seperti kelumpuhan, kebutaan, dan lain-lain
5. Sakit kepala disertai demam (yang penyebab demam tidak diketahui
dengan jelas)
6. Muntah yang terjadi mendahului sakit kepala
7. Sakit kepala yang dicetuskan oleh bending, mengangkat beban, dan
batuk
8. Sakit kepala timbul segera setelah bangun tidur
9. Usia lebih dari 55 tahun
10. Sakit kepala pada anak

A. Nyeri kepala primer


1. Migraine
a. Definisi Migraine
Migraine, suatu kondisi kronis yang menurut International
Headache Society (IHS) adalah nyeri kepala dengan serangan
nyeri yang berlansung 4 – 72 jam. Nyeri biasanya unilateral,
berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat dan
bertambah berat dengan aktivitas, dan dapat disertai mual
muntah, fotofobia dan fonofobia.
b. Etiologi dan Faktor Resiko Migraine
Sekitar 70-80% penderita migraine memiliki anggota
keluarga dekat dengan riwayat migraine juga terutama dari
faktor ibu Migraine juga meningkat frekuensinya pada orang-

20
orang dengan kelainan mitokondria seperti MELAS
(mitochondrial myopathy, encephalopathy, lactic acidosis, and
strokelike episodes). Pada pasien dengan kelainan genetik
CADASIL (cerebral autosomal dominant arteriopathy with
subcortical infarcts and leukoencephalopathy) cenderung
timbul migrane dengan aura. Faktor pencetus migraine antara
lain adalah:
1) Faktor Ekstrinsik
a) Ketegangan jiwa (stress): emosional maupun fisik dapat
memperberat serangan migraine seperti kurang tidur
atau kelebihan tidur
b) Makanan tertentu: makanan atau zat tertentu dapat
memicu timbulnya serangan migren. Pemicu migraine
tersering adalah alkohol dan bir.
c) Lingkungan: perubahan lingkungan (cuaca, musim,
tekanan udara, terik matahari; lingkungan kerja tak
menyenangkan dan suara yang tak menyenangkan),
terpapar sinar yang terlalu menerangkan, bau parfum
yang menyengat.
d) Obat-obatan: vasodilator (nitrogliserin, isosorbid
dinitrat), antihipertensi (nifedipine, captopril, prazosin,
reserpin, minoxidil), histamin-2 bloker (simetidin,
ranitidin), antibiotik (trimetoprim sulfa, griseofulvin,
tetrasiklin), selective serotinin reuptake inhibitor,
vitamin A dosis tinggi,dan lain-lain.
2) Faktor Instrinsik
a) Hormonal: Fluktuasi hormonal merupakan faktor
pemicu pada 60% wanita. Nyeri kepala migren di picu
oleh turunnya kadar 17-b estradiol plasma saat akan
haid. Serangan migren berkurang selama kehamilan
karena kadar estrogen yang relatif tinggi dan konstan.

21
Pemakaian pil kontrasepsi, clomiphene, danazol juga
meningkatkan frekuensi serangan migren.
b) Menopause: Nyeri kepala migren akan meningkat
frekuensi dan berat ringannya pada saat menjelang
menopause. Tetapi beberapa kasus membaik setelah
menopause. Terapi hormonal dengan estrogen dosis
rendah dapat di berikan untuk mengatasi serangan
migren pasca menopause.
c. Epidemiologi Migraine
Migraine dapat terjadi pada 18 % dari wanita dan 6 % dari
pria sepanjang hidupnya. Prevalensi tertinggi berada diantara
umur 25-55 tahun. Migraine timbul pada 11 % masyarakat
Amerika Serikat yaitu kira-kira 28 juta orang. Prevalensi
migraine ini beranekaragam bervariasi berdasarkan umur dan
jenis kelamin. Migren dapat tejadi dari mulai kanak-kanak
sampai dewasa. Migraine lebih sering terjadi pada anak laki-
laki dibandingkan dengan anak perempuan sebelum usia 12
tahun, tetapi lebih sering ditemukan pada wanita setelah
pubertas, yaitu paling sering pada kelompok umur 25-44 tahun.
Onset migren muncul pada usia di bawah 30 tahun pada 80%
kasus. Migren jarang terjadi setelah usia 40 tahun. Wanita
hamil pun tidak luput dari serangan migraine yang biasanya
menyerang pada trimester I kehamilan. Risiko mengalami
migren semakin besar pada orang yang mempunyai riwayat
keluarga penderita migraine.
d. Klasifikasi Migraine
Migraine secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi
migren dengan aura dan migren tanpa aura:
1) Migraine Dengan Aura
Terdiri dari aura visual yang muncul secara gradual
yang mendahului nyeri kepala dan berlangsung sekitar 15 –

22
30 menit.Gangguan visual dapat berupa scotoma yang
bersintilasi, bergerak, atau dapat juga gangguan dilapang
penglihatan seperti garis, spectra fortifikasi(garis bergerigi)
atau distorsi penglihatan yang muncul di sebagian atau
seluruh lapang pandang.
Gejala nonvisual, yang tidak berkaitan dengan
penglihatan, dapat berlangsung singkat, seperti hemiparesis,
yang dapat juga mendahului nyeri kepala sebagai aura.
Kriteria Diagnosis:
a) Sekurang- kurangnya terdapat 2 serangan seperti
kriteria b) – d).
b) Adanya aura paling sedikit satu dibawah ini tetapi tidak
dijumpai kelemahan motorik.
- Gangguan visual reversibel seperti : Positif (cahaya
berkedi-kedip, bintik-bintik atau garis). Negatif (
hilang penglihatan).
- Gangguan sensoris reversibel termasuk positif
(nyeri) / negatif (hilang rasa).
- Gangguann bicara disfasia yg reversibel sempurna.
c) Paling sedikit 2 dibawah ini
- Gejala visual homonim dan/ gejala sensoris
unilateral.
- Paling tidak timbul satu macam aura secara gradual ≥
5 menit dan / jenis aura lainnya ≥ 5 menit.
- Masing – masing gejala berlangsung 5 – 60 menit
d) Nyeri kepala memenuhi kriteria migrain tanpa aura
e) Tidak berkaitan dengan kelainan lain

23
Table 2. Migraine dengan aura dapat dibagi menjadi empat
fase: 3
Prodormal Aura Nyeri Kepala Postdromal
/Pemulihan
- warning-signs - gangguan visual - satu sisi - tidak bisa
- perubahan mood (silau,zig- - berdenyut makan
/sensasi bau /rasa, zag,defek lapang denyut - tidak
lelah ketegangan pandang) - mual muntah konsentrasi
otot - kesemutan, - fotofobia - kelelahan
- jam-hari ( perasaan gatal dan fonofobia
perlahan) pada wajah dan - terjadi antara
Gejala : anxietas, tangan dan lemah 4-72 jam
iritabel, euphoria, pada ekstremitas
mengantuk, sensitive mendahului
terhadap suara, serangan sakit
cahaya dan bau kepala
- 5-20 menit
(boleh sampai 60
menit)

2) Migraine Tanpa Aura


Nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan
selama 4 – 72 jam. Karakteristik unilateral, berdenyut,
intensitas sedang atau berat, bertambah berat dengan
aktifitas fisik yg rutin dan diikuti dengan nause dan atau
muntah dan fotofobia dan fonofobia.
Kriteria Diagnosis :
a) Sekurang- kurang 5 kali serangan yang termasuk
kriteria b)-d).
b) Serangan nyeri kepala berlangsung antara 4-72 jam
(tidak diobati atau pengobatan tidak cukup).

24
c) Nyeri kepala yang terjadi sekurang- kurangnya dua dari
karakteristik sebagai berikut:
- Lokasi unilateral
- Sifatnya mendenyut
- Intensitas sedang sampai berat
- Diperberat oleh kegiatan fisik
d) Selama serangan sekurang- kurangnya ada satu dari
yang tersebut di bawah ini :
- Mual dan atau muntah
- Fotofobia dan fonofobia
e) Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
e. Patofisiologi Migraine
1) Teori vaskular
Menurut teori ini, iskemia yang terjadi dikarenakan
vasokonstriksi intracranial dan vasodilatasi ekstrakranial
berperan dalam terjadinya aura pada migraine. Aura
merupakan manifestasi penyebaran depresi, suatu peristiwa
neuronal yang di karakteristik oleh gelombang
penghambatan yang menyebabkan turunnya aliran darah
otak sampai 25-35%. Nyeri diakibatkan oleh aktivitas
trigeminal yang menyebabkan pelepasan neuropeptida
vasoaktif menyebabkan berlakunya vasodilatasi dan
ekstravasasi plasma protein dan nyeri. Aktivitas di dalam
trigeminal di regulasi oleh saraf noreadrenergik dan
serotonergik.3
Teori ini didasarkan pada observasi 3 hal yaitu
pulsatile saat serangan migraine, stimulasi pembuluh darah
intracranial pada seseorang yang sadar (awake)
menginduksinya sakit kepala dan pemberian
vasokonstriktor seperti ergot akan memperbaiki keadaan
sakit kepala.

25
2) Teori Neurovaskular dan Neurokimia
Menurut teori ini, migraine secara utama merupakan
proses neurogenik dengan perubahan sekunder pada perfusi
serebral. Pada saat serangan migraine terjadi, nervus
trigeminus mengeluarkan CGRP (Calcitonin Gene-related
Peptide) dalam jumlah besar. Hal inilah yang
mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah multipel,
sehingga menimbulkan nyeri kepala. Pada prinsipnya,
penderita migraine yang sedang tidak mengalami serangan
mengalami hipereksitabilitas neuron pada korteks serebral,
terutama di korteks oksipital, yang diketahui dari studi
rekaman MRI dan stimulasi magnetik transkranial.
Hipereksitabilitas ini menyebabkan penderita migraine
menjadi rentan mendapat serangan, sebuah keadaan yang
sama dengan para pengidap epilepsi. Pendapat ini diperkuat
fakta bahwa pada saat serangan migraine, sering terjadi
alodinia (hipersensitif nyeri) kulit karena jalur
trigeminotalamus ikut tersensitisasi saat episode migraine.
Mekanisme migraine berwujud sebagai refleks trigeminal
vaskular yang tidak stabil dengan cacat segmental pada
jalur nyeri. Cacat segmental ini yang memasukkan aferen
secara berlebihan yang kemudian akan terjadi dorongan
pada kortibular yang berlebihan. Dengan adanya
rangsangan aferen pada pembuluh darah, maka
menimbulkan nyeri berdenyut.
3) Teori cortical spreading depression (CSD)
CSD adalah gelombang eksitasi neuronal pada area
abu-abu kortikal yang menyebar dari asal mulanya dengan
rata-rata 2-6mm/menit. Aura terjadi karena terdapat eksitasi
neuron di substansia nigra yang menyebar dengan
kecepatan 2-6 mm/menit.6,7 Penyebaran ini diikuti dengan

26
gelombang supresi neuron dengan pola yang sama sehingga
membentuk irama vasodilatasi yang diikuti dengan
vasokonstriksi. Depolarisasi ini mengakibatkan fenomena
kortikal primer atau fase aura yang mengaktivasi serabut
saraf trigeminal yang menyebabkan fae nyeri kepala.
CSD pada episode aura akan menstimulasi nervus
trigeminalis nukleus kaudatus, memulai terjadinya
migraine. Pada migraine tanpa aura, kejadian kecil di
neuron juga mungkin merangsang nukleus kaudalis
kemudian menginisiasi migren. Nervus trigeminalis yang
teraktivasi akan menstimulasi pembuluh kranial untuk
dilatasi. Hasilnya, senyawa-senyawa neurokimia seperti
calcitonin gene-related peptide (CGRP) dan substansi P
akan dikeluarkan, terjadilah ekstravasasi plasma. Kejadian
ini akhirnya menyebabkan vasodilatasi yang lebih hebat,
terjadilah inflamasi steril neurogenik pada kompleks
trigeminovaskular. Selain CSD, migren juga terjadi akibat
beberapa mekanisme lain, di antaranya aktivasi batang otak
bagian rostral, stimulasi dopaminergik, dan defisiensi
magnesium di otak. Mekanisme ini bermanifestasi
pelepasan 5-hidroksitriptamin (5-HT) yang bersifat
vasokonstriktor. Pemberian antagonis dopamin, misalnya
Proklorperazin, dan antagonis 5-HT, misalnya Sumatriptan
dapat menghilangkan migraine dengan efektif.
f. Diagnosa Migraine
Anamnesa riwayat penyakit dan ditegakkan apabila
terdapat tanda–tanda khas migren.1,5,6 Kriteria diagnostic IHS
untuk migren dengan aura mensyaratkan bahwa harus terdapat
paling tidak tiga dari empat karakteristik berikut : (1) migren
dengan satu atau lebih aura reversibel yang mengindikasikan
disfungsi serebral korteks dan atau tanpa disfungsi batang otak,

27
(2) paling tidak ada satu aura yang terbentuk berangsur –
angsur lebih dari 4 menit, (3) aura tidak bertahan lebih dari 60
menit, (4) sakit kepala mengikuti aura dalam interval bebas
waktu tidak mencapai 60 menit.
Kriteria diagnostik IHS untuk migren tanpa aura
mensyaratkan bahwa harus terdapat paling sedikit lima kali
serangan nyeri kepala seumur hidup yang memenuhi kriteria
berikut : (a) berlangsung 4 – 72 jam, (b) paling sedikit
memenuhi dua dari : (1) unilateral , (2) sensasi berdenyut, (3)
intensitas sedang berat, (4) diperburuk oleh aktifitas, (3) bisa
terjadi mual muntah, fotofobia dan fonofobia.
g. Pemeriksaan Penunjang Migraine
Pemeriksaan untuk menyingkirkan penyakit lain (jika ada
indikasi) adalah pencitraan (CT scan dan MRI) dan punksi
lumbal. Dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium. CT scan
dan MRI dapat dilakukan dengan indikasi tertentu, seperti:
pasien baru pertama kali mengalami sakit kepala, ada
perubahan dalam frekuensi serta derajat keparahan sakit kepala,
pasien mengeluh sakit kepala hebat, sakit kepala persisten,
adanya pemeriksaan neurologis abnormal, pasien tidak
merespon terhadap pengobatan, sakit kepala unilateral selalu
pada sisi yang sama disertai gejala neurologis kontralateral.
Indikasi pungsi lumbal adalah jika pasien baru pertama kali
mengalami sakit kepala, sakit kepala yang dirasakan adalah
yang terburuk sepanjang hidupnya, sakit kepala rekuren, onset
cepat, progresif, kronik, dan sulit disembuhkan.
h. Diferensial diagnose Migraine
Diferensial diagnosa migraine adalah malformasi
arteriovenus, aneurisma serebri, glioblastoma, ensefalitis,
meningitis, meningioma, sindrom lupus eritematosus,
poliarteritis nodosa, dan cluster headache.7

28
i. Penatalaksanaan
Terapi bertujuan menghilangkan gejala/nyeri pada saat
serangan atau mencegah serangan.
1) Medikamentosa
a) Terapi Abortif: dimulai pada saat terjadinya serangan
sedangkan terapi profilkasis dierlukan jika serangan
terjadi lebih dari 2-3 kali sebulan, serangan berat
sehinga menyebabkan gangguan fungsi.
- Sumatriptan
Indikasi: serangan migren akut dengan atau tanpa
aura
Dosis dan Cara Pemberian: dapat diberikan secara
subkutan dengan dosis 4-6 mg. Dapat diulang sekali
setelah 2 jam kemudian jika dibutuhkan. Dosis
maksimum 12 mg per 24 jam.
- Zolmitriptan
Zolmitriptan efektif untuk pengobatan akut.
Indikasi: Untuk mengatasi serangan migraine akut
dengan atau tanpa aura pada dewasa. Tidak ditujukan
untuk terapi profilaksjis migren atau untuk
tatalaksana migren hemiplegi atau basilar.
Dosis & Cara Pemberian : 2,5 dan 5 mg efektif
mengatasi serangan akut. Jika sakit terasa lagi, dosis
bisa diulang setelah 2 jam, dan tidak lebih dari 10 mg
dalam periode 24 jam.
Efek Samping: hiperestesia, parestesia, sensasi
hangat dan dingin, nyeri dada, mulut kering,
dispepsia, disfagia, nausea, mengantuk, vertigo,
astenia, mialgia, miastenia, berkeringat.
Kontraindikasi: Pasien dengan penyakit jantung
iskemik (angina pectoris, riwayat infark miokard,

29
coronary artery vasospasm, Prinzmetal's angina), dan
pasien hipersensitif.
- Eletriptan
Indikasi: Penanganan migraine akut dengan atau
tanpa aura.
Dosis & Cara Pemberian: 20–40 mg po saat onset
berlangsung, dapat diulang 2 jam kemudian
sebanyak 1 kali. Dosis maksimum tidak melebihi 80
mg/24 jam.
Efek Samping: parestesia, flushing, hangat, nyeri
dada, rasa tidak enak pada perut, mulut kering,
dispepsia, disfagia, nausea, pusing, sakit kepala,
mengantuk.
b) Terapi Profilaksis
Tujuan dari terapi profilaktif adalah untuk
mengurangi frekuensi berat dan lamanya serangan,
meningkatkan respon pasien terhadap pengobatan, serta
pengurangan disabilitas. Obat-obatan yang sering
diberikan:
- Beta-blocker
 propanolol yang dimulai dengan dosis 10-20 mg
2-3x1 dan dapat ditingkatkan secara gradual
menjadi 240 mg/hari.
 atenolol 40-160 mgg/hari
 timolol 20-40 mg/hari
 metoprolol 100-200 mg/hari
- Calcium Channel Blocker
 verapamil 320-480 mg/hari
 nifedipin 90-360 mg/hari

30
- Antidepresan, misalnya amitriptilin 25-125 mg,
antidepresan trisiklik, yang terbukti efektif untuk
mencegah timbulnya migraine.
- Antikonvulsan
 asam valproat 250 mg 3-4x1
 topiramat
- Methysergid, derivatif ergot 2-6 mg/hari untuk
beberapa minggu sampai bulan efektif untuk
mencegah serangan migraine.
2) Terapi non-medikamentosa
a) Terapi abortif
Menempati tempat yang tenang dan gelap pada saat
serangan migraine terjadi karena fotofobia dan
fonofobia yang dialaminya. Serangan juga akan sangat
berkurang jika pada saat serangan penderita istirahat
atau tidur.
b) Terapi profilaksis
Pasien diharapkan dapat menghindari faktor-faktor
pencetus timbulnya serangan migraine. Disamping itu,
pasien dianjurkan untuk berolahraga secara teratur
untuk memperlancar aliran darah. Olahraga yang dipilih
adalah yang membawa ketenangan dan relaksasi seperti
yoga dan senam. Olahraga yang berat seperti lari, tenis,
basket, dan sepak bola justru dapat menyebabkan
migraine. 8
2. Tension Type Headache
a. Definisi Tension Type Headache (TTH)
Tension type headache adalah sensasi nyeri pada daerah
kepala akibat kontraksi terus menerus otot-otot kepala dan
tengkuk (M.splenius kapitis, M.temporalis, M.maseter,

31
M.sternokleidomastoid, M.trapezius, M.servikalis posterior,
dan M.levator skapula).1
b. Epidemiologi TTH
TTH terjadi 78 % sepanjang hidup dimana Tension Type
Headache episodik terjadi 63 % dan Tension Type Headache
kronik terjadi 3 %. Tension Type Headache episodik lebih
banyak mengenai pasien wanita yaitu sebesar 71% sedangkan
pada pria sebanyak 56 %. Biasanya mengenai umur 20 – 40
tahun.1,3
c. Etiologi dan faktor resiko TTH
Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH)
adalah stress, depresi, bekerja dalam posisi yang menetap
dalam waktu lama, kelelahan mata, kontraksi otot yang
berlebihan, berkurangnya aliran darah, dan ketidakseimbangan
neurotransmitter seperti dopamin, serotonin, noerpinefrin, dan
enkephalin.3
d. Klasifikasi TTH
1) Tension Type Headache episodik
- frekuensi serangan tidak mencapai 15 hari setiap bulan
- berlangsung selama 30 menit – 7 hari.
2) Tension Type Headache kronik
-
frekuensi serangan lebih dari 15 hari setiap bulan
-
berlangsung lebih dari 6 bulan.
e. Diagnosa TTH
TTH didiagnosis bila memenuhi syarat yaitu sekurang –
kurangnya dua dari tanda berikut ini :
1) rasa sensasi tertekan/terjepit,
2) intensitas ringan–sedang,
3) lokasi bilateral,
4) tidak diperburuk aktivitas, tidak dijumpai mual muntah,
tidak ada salah satu dari fotofobia dan fonofobia.

32
Nyeri pada TTH sering tumpul seperti ditekan atau diikat,
tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah
kulit kepala, oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan,
memburuk oleh stress, insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas,
gangguan konsentrasi, kadang vertigo, dan rasa tidak nyaman
pada bagian leher, rahang serta temporomandibular.
f. Pemeriksaan penunjang TTH
Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada
saat dilakukan pemeriksaa neurologik tidak ditemukan kelainan
apapun. TTH biasanya tidak memerlukan pemeriksaan darah,
rontgen, CT scan kepala maupun MRI.
g. Diagnosis Banding TTH
Diferensial Diagnosa dari TTH adalah sakit kepala pada
spondilo-artrosis deformans, sakit kepala pasca trauma kapitis,
sakit kepala pasca punksi lumbal, migren klasik, migren
komplikata, cluster headache, sakit kepala pada arteritis
temporalis, sakit kepala pada desakan intrakranial, sakit kepala
pada penyakit kardiovasikular, dan sakit kepala pada anemia.2
h. Penatalaksanaan Tension Type Headache
Relaksasi selalu dapat menyembuhkan TTH. Pasien harus
dibimbing untuk mengetahui arti dari relaksasi yang mana
dapat termasuk bed rest, massage, dan atau latihan
biofeedback. Pengobatan farmakologi adalah simpel analgesia
dan atau mucles relaxants. Ibuprofen dan naproxen sodium
merupakan obat yang efektif untuk kebanyakan orang. Jika
pengobatan simpel analgesia (asetaminofen, aspirin, ibuprofen,
dll.) gagal maka dapat ditambah butalbital dan kafein (dalam
bentuk kombinasi seperti Fiorinal) yang akan menambah
efektifitas pengobatan.
Terapi non-farmakologis

33
Manajemen stress dengan menggunakan terapi perilaku-
kognitif sama efektif dengan menggunakan relaksasi
atau biofeedback dalam mengurangi sakit kepala tension-type.
Terapi non-farmakologi terutama berguna untuk pasien
yang enggan untuk minum obat karena efek samping
sebelumnya dari obat-obatan, seiring masalah medis, atau ada
keinginan untuk hamil. Sementara biofeedback dan terapi
manajemen stres biasanya memerlukan rujukan ke psikolog.3
i. Prognosis dan komplikasi TTH
TTH pada kondisi dapat menyebabkan nyeri yang
menyakitkan tetapi tidak membahayakan. Nyeri ini dapat
sembuh dengan perawatan ataupun dengan menyelesaikan
masalah yang menjadi latar belakangnya jika penyebab TTH
berupa pengaruh psikis. Nyeri kepala ini dapat sembuh dengan
terapi obat berupa analgesia. TTH biasanya mudah diobati
sendiri. Progonis penyakit ini baik, dan dengan
penatalaksanaan yang baik maka > 90 % pasien dapat
disembuhkan.3
Komplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri
kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat – obatan
analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dll yang berlebihan.

j. Pencegahan TTH
Pencegahan TTH adalah dengan mencegah terjadinya stress
dengan olahraga teratur, istirahat yang cukup, relaksasi otot
(massage, yoga, stretching), meditasi, dan biofeedback. Jika
penyebabnya adalah kecemasan atau depresi maka dapat
dilakukan behavioral therapy. Selain itu, TTH dapat dicegah
dengan mengganti bantal atau mengubah posisi tidur dan
mengkonsumsi makanan yang sehat.
3. Cluster Headache

34
a. Definisi Cluster headache
Cluster headache adalah penyakit yang serius, sering
kambuh, dan kronik. Rasa nyeri sangat bervariasi seperti tajam,
seperti ditusuk-tusuk, dibor, tetapi secara umum tidak
berdenyut-denyut seperti migren. Biasanya intensitas nyeri
mencapai puncak selama 10-15 menit dan sangat menyiksa luar
biasa rata-rata selama 1 jam. Setelah serangan biasanya pasien
merasa sangat kelelahan.
b. Epidemiologi Cluster headache
Cluster headache adalah penyakit yang langka.
Dibandingkan dengan migren, cluster headache 100 kali lebih
lebih jarang ditemui. Di Perancis prevalensinya tidak diketahui
dengan pasti, diperkirakan sekitar 1/10.000 penduduk,
berdasarkan penelitian yang dilakukan di negara lainnya.
Serangan pertama muncul antara usia 10 sampai 30 tahun pada
2/3 total seluruh pasien. Namun kisaran usia 1 sampai 73 tahun
pernah dilaporkan. Cluster headache sering didapatkan
terutama pada dewasa muda, laki-laki, dengan rasio jenis
kelamin laki-laki dan wanita 4:1. Serangan terjadi pada waktu-
waktu tertentu, biasanya dini hari menjelang pagi, yang akan
membangunkan penderita dari tidurnya karena nyeri.
c. Etiologi Cluster headache
Etiologi cluster headache adalah sebagai berikut:
1) Penekanan pada nervus trigeminal (nervus V) akibat
dilatasi pembuluh darah sekitar.
2) Pembengkakan dinding arteri carotis interna.
3) Pelepasan histamin.
4) Letupan paroxysmal parasimpatis.
5) Abnormalitas hipotalamus.
6) Penurunan kadar oksigen.
7) Pengaruh genetik

35
Diduga faktor pencetus cluster headache antara lain :
1) Glyceryl trinitrate.
2) Alkohol.
3) Terpapar hidrokarbon.
4) Panas.
5) Terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur.
6) Stres.
Bentuk-bentuk Cluster Headache:
1) tipe episodik, paling sering (80%) : 1-3 serangan singkat
periorbital seharinya selama 2-12 minggu diikuti masa
bebas serangan selama 3 bulan - 3 tahun.
2) tipe kronik (20%) : tidak ada remisi selama lebih dari 1
tahun atau remisi singkat kurang dari 14 hari (NKK tipe
primer), sedangkan yang berkembang dari tipe episodik
disebut sebagai NKK tipe sekunder.
3) varian :
a) Chronic paroxysmal hemicrania (Sjasteed&Dale):
serangan sering, singkat, dapat diatasi dengan
Indometasin.
b) Cluster headache varian-varian NKK
(Medina&Diamond): serangan multipel pada nyeri
kepala vaskuler tanpa bebas nyeri kepala.
d. Manifestasi klinis Cluster headache
1) Nyeri timbul mendadak, eksplosif dan unilateral (mencapai
puncak dalam 10-15 menit dan berlangsung hingga 2 jam)
berupa nyeri seperti dibor disekitar dan belakang mata,
seperti biji mata mau keluar, nyeri seperti dibakar, menetap
tak berdenyut, tanpa disertai gejala aura, frekuensi 4-6
serangan dalam sehari.9-11
2) Nyeri menjalar ke daerah supraorbita, pelipis, maksila dan
gusi atas (daerah divisi 1 dan 2 nervus trigeminus).

36
3) Sering ditemukan nyeri tumpul yang ditemukan menetap di
mata, pelipis rahang atas di luar serangan.
Serangan sering terjadi tepat setelah tertidur dan gangguan
pernafasan waktu tidur dapat mencetuskan serangan
e. Gejala penyerta Cluster headache
1) Gejala otonom: penyumbatan hidung ipsilateral,
pembengkakan jaringan lunak, dahi berkeringat, lakrimasi,
mata merah (injeksi konjungtiva) akibat aktivitas
berlebihan parasimpatis.
2) Paralisis parsial simpatis sindroma Horner ringan (ptosis,
miosis, anhidrosis), bradikardia, muka merah atau pucat,
nyeri di muka dan daerah arteri karotis ipsilateral.
3) Gejala migren : ggn gastrointestinal, fotofobia dan
fonofobia ( tdk sebanyak migren)
4) Perubahan perilaku selama serangan berupa kegelisahan:
berlari-lari atau duduk dalam posisi tertentu dengan mata
yang dikompres, berteriak kesakitan dan kadang-kadang
ada upaya untuk bunuh diri.
5) Gejala neurologik : hiperalgesia pada muka dan kepala
f. Penatalaksanaan Cluster headache
Tujuan penatalaksanaan medis terhadap cluster headache
adalah untuk menghilangkan nyeri dan mencegah serangan.
1) Pengobatan Serangan Akut
a) Oksigen: inhalasi oksigen, kadar 100% sebanyak 10-12
liter/menit selama 15 menit sangat efektif, dan
merupakan pengobatan yang aman untuk cluster
headache akut.
b) Sumatriptan 6 mg subkutan, sumatriptan 20 mg
intranasal, dan zolmitriptan 5 mg intranasal efektif pada
pengobatan akut cluster headache.

37
c) Dihidroergotamin 1 mg intramuskular efektif dalam
menghilangkan serangan akut cluster headache.
d) Lidokain: tetes hidung topikal lidokain dapat digunakan
untuk mengobati serangan akut cluster headache. Pasien
tidur telentang dengan kepala dimiringkan ke belakang
ke arah lantai 30° dan beralih ke sisi sakit kepala. Tetes
nasal dapat digunakan dan dosisnya 1 ml lidokain 4%
yang dapat diulang setekah 15 menit.8
2) Pengobatan Pencegahan
Pilihan pengobatan pencegahan pada cluster
headache ditentukan oleh lamanya serangan, bukan oleh
jenis episodik atau kronis. Preventif dianggap jangka
pendek, atau jangka panjang, berdasarkan pada seberapa
cepat efeknya dan berapa lama dapat digunakan dengan
aman.
a) Verapamil: beberapa ahli menyarankan obat ini sebagai
lini pertama
b) Kortikosteroid dalam bentuk prednison 1 mg/kgbb
sampai 60 mg selama empat hari yang diturunkan
bertahap selama tiga minggu diterima sebagai
pendekatan pengobatan perventif jangka pendek.
c) Lithium karbonat terutama digunakan untuk cluster
headache kronik. Biasanya dosis lithium sebesar 600
mg sampai 900 per-hari dalam dosis terbagi.
d) Topiramat digunakan untuk mencegah serangan cluster
headache. Dosis biasanya adalah 100-200 mg perhari,
dengan efek samping yang sama seperti penggunaannya
pada migraine. 8
4. Neuralgia trigeminal
Neuralgia trigeminal (tic doloreux) dan glosofaringeal.
Nyeri bersifat tajam biasanya timbul berurutan secara cepat selama

38
beberapa menit, terbatas pada daerah saraf yang terkena dan
seringkali dipicu oleh stimulasi organ akhir.
Secara harfiah, Neuralgia Trigeminal berarti nyeri pada
nervus Trigeminus, yang menghantarkan rasa nyeri menuju ke
wajah. Neuralgia Trigeminal adalah suatu keadaan yang
memengaruhi N.V, nervus kranialis terbesar. Dicirikan dengan
suatu nyeri yang muncul mendadak, berat, seperti sengatan listrik,
atau nyeri yang menusuk-nusuk, biasanya pada satu sisi rahang
atau pipi. Pada beberapa penderita, mata, telinga atau langit-langit
mulut dapat pula terserang. Pada kebanyakan penderita, nyeri
berkurang saat malam hari, atau pada saat penderita berbaring.

Tabel 3. Karakteristik Cephalgia


Cephalgia Sifat Lokasi Lama Frekuensi Gejala ikutan
nyeri

Migren Berdenyut Unilateral/bilateral 4-72 Sporadik, Mual muntah ,


tanpa aura jam < 5 fotofobia,fonofobia
serangan
nyeri

Migren Berdenyut Unilateral < 60 Sporadik, Gangguan visual,


dengan menit 2 serangan gangguan sensorik,
aura didahului gangguan bicara
gejala
neurologi
fokal 5-20
menit

Tension Tumpul, bilateral 30’ -7 Terus Depresi ansietas


Tipe tekan hari menerus stress

39
Headache diikat

Cluster Tajam, Unilateral orbita, 15- Periodik 1 Lakrimasi


Headache menusuk supraorbital 180 x tiap 2 ipsilateral.,
menit hari – 8x rhinorrhoea
perhari ipsilatral,
miosis/ptosis
ipsilatral, dahi &
wajah berkeringat

Neuralgia Ditusuk- Dermatom saraf V 15-60 Beberapa Zona pemicu nyeri


trigeminus tusuk detik kali sehari

B. Nyeri kepala sekunder


Cephalgia sekunder terdiri dari nyeri kepala yang berkaitan
dengan trauma kepala dan leher, nyeri kepala akibat kelainan vaskuler
cranial atau servikal, nyeri kepala akibat kelainan non vascular
intracranial, nyeri kepala yang berkaitan dengan zat maupun
withrawalnya, nyeri kepala akibat infeksi, nyeri kepala yang
dikarenakan kelainan hemostasis, nyeri kepala yang berkaitan dengan
kelainan cranium, leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut, atau

40
struktur fasial atau cranial lainnya, nyeri kepala yang berkaitan dengan
kelainan psikiatri.1,3
Nyeri kepala sekunder merupakan sakit kepala yang
disebabkan adanya suatu penyakit tertentu (underlying disease). Pada
kelompok ini sakit kepala merupakan tanda dari berbagai penyakit.
Kriteria diagnosis nyeri kepala sekunder menurut IHS adalah:1
1. Nyeri kepala dengan satu atau lebih memenuhi kriteria 2-4
2. Penyakit lain diketahui dapat menimbulkan nyeri kepala telah
diketahui sebelumnya
3. Nyeri kepala yang timbul berhubungan dengan penyakit lain
4. Nyeri kepala berkurang dengan hebat atau sembuh dalam waktu 3
bulan (lebih singkat dari kelainan lainnya) setelah pengobatan yang
baik atau remisi spontan dari penyakit penyebabnya.

Beberapa nyeri kepala sekunder yang sering terjadi adalah:


1. Nyeri kepala karena sakit gigi
Keluhan sakit gigi dapat disebabkan oleh berbagai macam
penyakit gigi, sehingga kelainan atau penyakit gigi perlu dicari dan
ditangani oleh dokter gigi.
2. Nyeri kepala pada sinusitis
Nyeri kepala ringan hingga hebat dirasakan di daerah muka,
pipi, atau dahi, biasanya juga disertai keluhan THT (Telinga
hidung tenggorokan) misal berdahak, hidung mampet, hidung
meler, dan sebagainya.
3. Nyeri kepala pada kelainan mata
Kelainan pada mata seperti iritis, glaucoma, dan papilitis
dapat menimbulkan nyeri sedang hingga berat pada mata dan
sekitarnya. Mata tampak merah disertai dengan gangguan
penglihatan.

41
4. Nyeri kepala pada tekanan darah tinggi
Penderita tekanan darah tinggi dapat mengeluhkan nyeri
kepala. Minum obat sakit kepala saja tanpa menurunkan tekanan
darah dapat berbahaya, karena tekanan darah tinggi merupakan
ancaman untuk terjadinya kerusakan organ-organ seperti ginjal,
otak, jantung, dan pembuluh darah.
5. Nyeri kepala akibat putus zat (withdrawal headache)
Nyeri kepala dapat terjadi akibat terlalu lama (lebih dari 15
hari) minum obat sakit kepala, kemudian ketika putus obat malah
menimbulkan nyeri kepala.
6. Nyeri Kepala Pasca Trauma Kepala
Kontusio atau komosio serebri bahkan trauma kapitis
ringan seringkali dihubungkan dengan sakit kepala, pusingn kepala
dan keluhan lainnya yang mnyangkut kepala.
Bila dari anamnesa diketahui benar bahwa keluhan-keluhan
itu timbul setelah mengidap trauma kapitis, maka perhatian dan
analisa harus diarahkan kepada kemungkinan adanya perdarahan
subdural akut, shunt arteriovenosa post traumatik, whiplash injury
dan kerusakan kulit kepala setempat. Apabila masih diragukan,
bahkan terungkap bahwa sebelum kecelakaan memang sakit
kepala, sering kali menjadi pendorong untuk mengunjungi dokter,
maka sakit kepala ini merupakan gejala-gejala bagian dari
sindroma pasca trauma kapitis yang bersifat neurotik. Pemeriksaan:
Foto tulang tengkorak AP dan lateral, EEG.
7. Nyeri Kepala pada Trombosis Arteri Karotis Interna
Kira-kira 50% dari orang-orang dengan trombosis arteri
karotis interna (TAKI) sesisi mendapat sakit kepala ipsilateral.
Sebaliknya, korelasi antara sakit kepala dengan trombosis arteri
serebri jauh lebih rendah daripada dengan TAKI.
Gambaran klinis klinisnya dikenal sebagai TIA (Transient
Ischemic Attack) yang dapat berupa hemiparesis, hemiparestesia,

42
afasia atau hemianopia yang semuanya cepat sembuh kembali.
Selama keadaan-keadaan tersebut diatas berlangsung atau
sebelumnya sakit kepala sesisi (ipsilateral) seringkali sudah
dirasakan. Sifatnya ialah berdenyut. Adakalanya sakit kepala itu
dirasakan beberapa bulan sebelum suatu stroke terjadi.
Bahwasanya sakit kepala itu harus dianggap sebagai manifestasi
dari TAKI, dapat dibuktikan oleh adanya kelainan vaskular pada
konjungtiva bulbi/ palpebrale ipsilateral. Disitu terlihat arteri dan
vena yang berukuran sedang dalam keadaan vasodilatasi. Hal
demikian merupakan reaksi vaskular terhadap hipoksia iskemik.
Penatalaksaan
a. Pemberian obat untuk mencegah terjadinya embolisasi dari
trombus didalam arteri karotis interna.
b. Pemberian obat untuk mencegah oklusi arteri karotis interna
(dapat diberikan aspirin dosis 2 x 300mg/ hari).
8. Nyeri Kepala Pasca Pungsi Lumbal
Sakit kepala ini mungkin disebabkan oleh penurunan
tekanan intrakranial akibat bocornya selaput arakhnoid, sehingga
likuor serenrospinalis tetap merembes keluar ruang subarakhnoidal.
Sifat sakit kepala pasca pungsi lumbal ialah bukan nyeri tetapi
perasaan tidak enak dikepala, kadang bersifat nyeri tumpul
berdenyut. Lokasinya ialah bitemporal atau suboksipital, bahkan
servikal bagian atas. Duduk dan berdiri dapat membangkitkan sakit
kepala akan tetapi dengan berbaring akan meredakan nyeri kepala
tersebut. Jika menggelengkan kepala dapat memperberat sakit
kepala.
Pencegahan ialah dengan mempergunakan jarum pungsi
lumbal yang halus dan tajam (18G). Selain itu, setelah pungsi
lumbal penderita disuruh berbaring telungkup selama 4 jam dan
kemudian beristirahat mutlak ditempat tidur selama 24 jam.
Penatalaksanaan

43
a. Istirahat total ditempat tidur selama 3 sampai 5 hari dan minum

sebanyak mungkin.

b. Dapat diberikan analgetika.

c. Mobilisasi diatur secara bertahap.

9. Nyeri Kepala Pada Meningitis Dan Ensefalitis


Nyeri kepala pada ensefalitis dan mengitis merupakan salah
satu gejala prodormal dan juga gejala utama diantara gejala-gejala
serebral lainnya. Sebagai manifestasi prodormal sakit kepala itu
bersifat umum, seperti sakit kepalasewaktu mengidap flu.
Gejala klinis pada penderita biasanya adanya sakit kepala
yang berat, demam tinggi, muntah-muntah dan nyeri kuduk, dapat
juga disertai adanya penurunan kesadaran (delirium). Gejala-gejala
lain yang dapat ditemukan ialah adanya, fotofobia, paresis saraf
otak (pada meningitis), hemiparesis, monoparesis (pada
ensefalitis), kejang fokal (pada ensefalitis dan meningoensefalitis),
kejang umum (meningitis dan ensefalitis), dan papiledema
bilateral.
Penatalaksanaan

a. Dengan segera dirawat di Rumah Sakit.

b. Dilakukan pungsi lumbal.

c. Pemberian antibiotika, antivirus.

d. Pada penderita yang mengalami kejang dapat diberikan

antikonvulsan.

Red Flag Consider Probable


Investigation

44
Tabel sudden onset SAH, Bleed into a Neuroimaging 4. Red
Flag headache mass, AV Lumbar
malformation, Mass Puncture
lesion (especially
posterior fossa)
Worsening Pattern Mass lesion, SDH Neuroimaging
headache Medical overuse
Headache with meningitis, neuroimaging
systemic illness encephalitis, collagen lumbar
vascular disease, puncture
systemic infection blood test
focal neurological mass lesion, AV neuroimaging
signs other than malformation, collagen
typical visual or collagen vascular vascular
sensorial aura disease evaluation
papiloedema mass lesion, neuroimaging
pseudotumor, lumbal
encephalitis, meningitis puncture
headache in encephalitis, meningitis neuroimaging
children lumbar
puncture
Headache in mass lesion, stroke neuroimaging
elderly haemoraghe, iscemic

Cephalgia

45
Table 5. Perbedaan Macam-Macam Penyebab Nyeri Kepala
Jenis Ciri Khas Pemeriksaan
Diagnostik
Ketegangan Sakit kepala sering terjadi Pemeriksaan untuk
otot Nyeri hilang timbul, tidak terlalu berat menyingkirkan
& dirasakan di kepala bagian depan & penyakit fisik
belakang, atau penderita merasakan Penilaian faktor psikis
kekakuan menyeluruh & kepribadian
Migren Nyeri dimulai di dalam & di sekitar Jika diagnosisnya
mata atau pelipis, menyebar ke satu atau masih meragukan &
kedua sisi kepala, biasanya mengenai sakit kepala baru
seluruh kepala tetapi bisa hanya pada terjari, dilakukan CT
satu sisi kepala, berdenyut & disertai scan atau MRI atau
dengan hilangnya nafsu makan, mual & diberikan obat migren
muntah untuk melihat efeknya
Sakit kepala  Serangannya singkat (1 jam) Obat migren
cluster Nyeri sangat hebat & dirasakan di diberikan untuk
satu sisi kepala melihat efeknya
 Serangan terjadi secara periodik (misalnya
dalam sebuah kelompok (diselingi sumatriptan,
periode bebas sakit kepala) & metisergid atau obat
terutama menyerang pria vasokonstriktor,
 Disertai dengan pembengkakan mata, kortikosteroid,
hidung meler & mata berair pada sisi indometasin atau
yg sama dengan nyeri menghirup oksigen

46
Tekanan  Jarang menyebabkan sakit kepala, Analisa kimia darah,
darah tinggi kecuali pada tekanan darah tinggi yg pemeriksaan ginjal
(hipertensi) berat karena adanya tumor di
kelenjar adrenal
 Nyerinya berdenyut & dirasakan di
kepala bagian belakang atau di
puncak kepala
Kelainan Nyeri dirasakan di kepala bagian depat Pemeriksaan mata
mata atau di dalam & di seluruh mata,
(iritis, bersifat sedang sampai berat &
glaukoma) seringkali memburuk jika mata dalam
keadaan lelah
Kelainan Nyeri bersifat akut atau subakut (tidak Rontgen sinus
sinus menahun), dirasakan di kepala bagian
depan, bersifat tumpul atau berat &
biasanya memburuk di pagi hari,
membaik di siang hari & memburuk
dalam keadaan dingin atau lembab
Tumor otak Nyeri baru dirasakan, hilang-timbul, MRI atau CT scan
bersifat ringan sampai berat, dirasakan
di satu titik atau di seluruh kepala
Kelemahan di salah satu sisi tubuh
semakin meningkat, kejang, gangguan
penglihatan, kemampuan berbicara
hilang, muntah, perubahan mental
Infeksi otak Nyeri baru dirasakan, hilang-timbul, MRI atau CT scan
(abses) bersifat ringan sampai berat, dirasakan
di satu titik atau di seluruh kepala
Sebelumnya penderita mengalami
infeksi telinga, sinus atau paru-paru atau
penyakit jantung rematik atau penyakit
jantung bawaan
Infeksi pada  Nyeri baru dirasakan, menetap, berat Pemeriksaan darah,
jaringan di & dirasakan di seluruh kepala, pungsi lumbal
sekitar otak menjalar ke leher
(meningitis)  Penderita tampak sakit, disertai
demam, muntah & sebelumnya
mengalami nyeri tenggorokan atau
infeksi pernafasan, leher sulit ditekuk
Hematoma Nyeri baru dirasakan, hilang-timbul atau MRI atau CT scan
subdural terus menerus, bersifat ringan sampai
berat, bisa dirasakan di satu titik atau di
seluruh kepala, menjalar ke leher
Sebelumnya telah terjadi cedera, bisa
disertai penurunan kesadaran
Perdarahan Nyeri baru dirasakan, menyebar, hebat MRI atau CT scan,

47
subaraknoid & menetap, kadang dirasakan di dalam jika hasilnya negatif
& di sekitar mata, kelopak mata turun dilakukan pungsi
lumbal
Sifilis  Nyeri bersifat tumpul sampai berat & Pungsi lumbal
Tuberkulosis dirasakan di seluruh kepala atau di
Kriptokokosis puncah kepala
Sarkoidosis  Demam tidak terlalu tinggi dan
Kanker terdapat riwayat sifilis, tuberkulosis,
kriptokokosis, sarkoidosis aatau
kanker

48
DAFTAR PUSTAKA
1. Baehr, M dan M. Frostcher. Diagnosis Topik Neurologi Duus : Anatomi,
Fisiologi, Tanda, Gejala. EGC : Jakarta, 2010.

2. Pertemuan Nasional III Nyeri, Nyeri Kepala & Vertigo PERDOSSI, Solo 4-6
Juli 2008

3. Lumbantobing SM. Nyeri kepala, nyeri punggung bawah, nyeri kuduk.


Jakarta : Balai penerbit FKUI. 2008.

4. Buku pedoman standar pelayanan medis (SPM) & standar prosedur operasional
(SPO) neurologi koreksi tahun 1999 & 2005. Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia 2006, hal 97-105.

5. Aru W.sudoyo, Bambang Setyohadi, dkk.Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi IV.
Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.2007.934-936.

6. Sumatriptan Transdermal sebagai Terapi Gejala Migren. Diunduh dari:


http://www.kalbe.co.id/?mn=news&tipe=detail&detail=20565

7. Chawla J. Migraine Headache: Differential Diagnoses & Workup. Diunduh


dari: http://emedicine.medscape.com/article/1142556-diagnosis

8. Sjahrir Hasan, dkk. Konsensus Nasional IV Diagnostik dan penatalaksanaan


Nyeri Kepala 2013. Surabaya : Airlangga University Press.2013

49

Anda mungkin juga menyukai