BAB II Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Vitamin D
a. Definisi Vitamin D
mineral dan berbagai fungsi biologis lainnya, termaksud efek pada imunitas.
disebabkan karena masa paruh 25(OH)D cukup panjang yaitu 2-3 minggu.
Disamping itu 25(OH)D mudah diperiksa dan memiliki kadar paling tinggi
diantara metabolit vitamin D lainnya serta memiliki korelasi yang kuat antara
keadaan defisiensi 25(OH)D dengan gejala klinis. Dengan kadar normal 25(OH)D
dalam tubuh 30-100 ng/mL, Kadar insufisiensi 25(OH)D 20-29,9 ng/mL, Kadar
b. Sumber Vitamin D
vitamin D. Sebagian besar vitamin D tubuh berasal dari paparan UVB sinar
matahari. Beberapa faktor yang menghambat paparan UVB sinar matahari adalah
kulit hitam (melanin tinggi), memakai pakaian yang menutup seluruh tubuh,
kuning telur, ikan salmon atau tuna, dan susu sapi. Cara memasak makanan
c Metabolisme Vitamin D
kuning telur, dan sebagainya. Selain bersumber dari bahan hewani, vitamin D3
diproduksi oleh tubuh sendiri melalui paparan sinar ultraviolet B (UVB) yang
memiliki panjang gelombang 290-320 nm, yang berasal dari sinar matahari dan 7-
vitamin D3 yang terbentuk dengan cepat akan diubah menjadi tachysterol dan
lumisterol yang tidak aktif. Mekanisme inilah yang mencegah intoksikasi vitamin
berasal dari makanan atau suplementasi (vitamin D2 dan D3) berikatan dengan
Masa paruh 25 (OH)-D yang disebut juga calcidiol cukup panjang yaitu 2-3
yang disebut calcitriol. Bentuk aktif vitamin D ini bekerja pada intestinal
d. Defisiensi Vitamin D
- Kulit gelap. Pada populasi berkulit gelap kadar melanin kulit sangat
- Musim dan letak gegrafis. Pada musim dingin dan pada daerah yang
terletak pada lintang utara dan lintang selatan lapisan ozone relatif
vitamin D.
D juga terganggu.
B. Kejang Demam
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal diatas 38,5o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium 7.
Kejang demam ini terjadi pada 2% - 4 % anak berumur 6 bulan – 5 tahun 8. Anak
yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali
tidak termasuk dalam kejang demam10. Kejang demam harus dibedakan dengan
epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam9. Anak yang
pernah mengalami kejang tanpa demam kemudian kejang demam kembali tidak
termasuk dalam kejang demam7. Kejang disertai demam pada bayi berumur
kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam 10. Bila anak berumur
kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahuluidemam,
kemungkinan lain harus dipertimbangkan misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang
pada keadaan ini mempunyai prognosis berbeda dengan kejang demam karena
b. Etiologi
Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan infeksi
saluran kemih.8
c. Faktor Resiko
Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam 8. Ada
riwayat kejang demam keluarga yang kuat pada saudara kandung dan orang tua,
7,9
menunjukkan kecenderungan genetik . Selain itu terdapat faktor perkembangan
terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan kadar
temperatur yang rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam, dan riwayat
keluarga epilepsi7,9.
lamanya demam saat awitan, lebih dari satu kali kejang demam kompleks7.
d. Patofisiologi
suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak
yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi, dimana oksigen
disediakan dengan perantaraan fungsi paru – paru dan diteruskan ke otak melalui
kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses
oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air . Sel dikelilingi oleh suatu membran yang
terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik.
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na +) dan elektrolit lainnya,
kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat
perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk
keturunan.
Pada seorang anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh
tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Jadi pada kenaikan
suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium
melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi
rendahnya ambang kejang. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang
telah terjadi pada suhu 38o C, sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang
tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40oC atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah
disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang
akibat hipertermia.11
pada keadaan demam terjadi peningkatan reaksi kimia tubuh. Dengan demikian
reaksi-reaksi oksidasi terjadi lebih cepat dan akibatnya oksigen akan lebih cepat
meningkat.11
Saat kejang demam akan timbul kenaikan konsumsi energi di otak, jantung,
otot, dan terjadi gangguan pusat pengatur suhu. Demam akan menyebabkan
kejang bertambah lama, sehingga kerusakan otak makin bertambah. Pada kejang
yang lama akan terjadi perubahan sistemik berupa hipotensi arterial, hiperpireksia
sekunder akibat aktifitas motorik dan hiperglikemia. Semua hal ini akan
matang/immatur.
- Timbul dehidrasi sehingga terjadi gangguan elektrolit yang menyebabkan
e. Klasifikasi
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan umumnya
akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa
gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam7. Kejang demam
merupakan keharusan pada kejang demam sederhana, kejang timbul bukan oleh
infeksi sendiri, akan tetapi oleh kenaikan suhu yang tinggi akibat infeksi di tempat
lain, misalnya pada radang telinga tengah yang akut, dan sebagainya. Bila dalam
dimana anak menderita suhu yangsangat tinggi akan tetapi tidak mengalami
kejang; maka pada kejang yang terjadi kemudian harus berhati – hati, mungkin
kejang yang ini ada penyebabnya(8). Pada kejang demam yang sederhana kejang
seringkali orang tua tidak mengetahui sebelumnya bahwa anak menderita demam.
Agaknya kenaikan suhu yang tiba – tiba merupakan faktor yang penting untuk
umum, biasanya bersifat tonik – klonik seperti kejang grand mal; kadang –
kadang hanya kaku umum atau mata mendelik seketika. Kejang dapat juga
berulang, tapi sebentar saja, dan masih dalam waktu 16 jam meningkatnya suhu,
umumnya pada kenaikan suhu yang mendadak, dalam hal ini juga kejang
Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial.
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang
berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang
lama terjadi pada 8 % kejangn demam. Kejang fokal adalah kejang parsial satu
sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial. Kejang berulang adalah
kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, diantara 2 bangkitan kejang anak sadar.
Kejang berulang terjadi pada 16 % diantara anak yang mengalami kejang demam.8
f. Manifestasi Klinik
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dengan cepat yang disebabkan oleh
infeksi susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis media kut, bronkitis,
fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti
anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik
atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf 12.
Livingston (1954, 1963) membuat kriteria dan membagi kejang demam atas 2
golongan, yaitu:
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh kriteria
demam.12
g. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau
laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula
darah. 10
2. Pungsi lumbal
adalah 0,6 % - 6,7 %.Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau
Bayi lebih dari 18 bulan tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis secara
3. Elektroensefalografi
dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya kejang demam
kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.10
4. Pencitraan
Foto X – ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT –
scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin
Paresis nervus VI
Papiledema
h. Penatalaksanaan
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang
kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling
intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3 – 0,5 mg/kgBB perlahan – lahan
maksimal 20 mg. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di
rumah adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5 – 0,75 mg/kgBB
atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan
10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5
mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3
tahun. Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat
diulang lagi dengan caradan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.Bila
setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah
sakit. Dirumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3 – 0,5
mg/kgBB. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena
belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif.Bila kejang
terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik
mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5
menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak kurang dari 18 bulan, sehingga
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat demam
dengan diazepam rektal dosis 0,5mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu > 38,5 o C.
Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkanataksia, iritabel dan sedasi yang
hidrosefalus.
3. Kejang fokal.
Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam > 15 menit merupakan
Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai
fokus organik.
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping,
maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dandalam jangka
dan kesulitan belajar pada 40 % - 50 % kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam
valproat. Pada sebagian kecil kasus,terutama yang berumur kurang dari 2 tahun
– 2 dosis. 9
jangka panjang dan seringkali melibatkan beberapa obat sehingga kita harus
memperhatikan efek samping dari masing-masing OAE. Salah satu efek samping
yang menjadi perhatian para klinisi akhir-akhir ini adalah defisiensi vitamin D.
jumlah ini semakin meningkat pada penderita epilepsi. Data dari Korea, sekitar
61,5 % anak dengan epilepsi akan mengalami defisiensi vitamin D, serupa dengan
penelitian dari Swiss dengan prevalensi defisiensi vitamin D 55% pada anak
efek defisiensi vitamin D akibat penggunaan obat antiepilepsi pada anak masih
jarang dilakukan.13
enzim (misalnya asam valproik) juga dikaitkan dengan kesehatan tulang yang
buruk. Oleh karena itu, walaupun OAE yang lebih baru (misalnya lamotrigin,
karbamazepin atau fenitoin, mereka tidak harus inert dalam metabolisme tulang.14
sampai 75%. Penelitian yang dilakukan Fong dan Riney pada pasien epilepsi anak
yang mengonsumsi obat antiepilepsi selama >2 tahun didapatkan angka kejadian
tinggi, yaitu 62,5%. Angka kejadian defisiensi vitamin D yang bervariasi ini
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti nilai cut-off defisiensi yang berbeda-
beda, kondisi geografis negara yang berhubungan dengan paparan sinar matahari,
lama akan berpengaruh terhadap penurunan kadar vitamin D pada pasien epilepsi.
Penelitian di India oleh Patil dan Rai merupakan salah satu penelitian yang
anak penderita epilepsi usia 2-16 tahun, semakin lama mengonsumsi obat
secara bermakna antara kelompok yang mengonsumsi obat selama <2 tahun
Selain menjadi gejala utama epilepsi, kejang bisa menjadi akibat dari banyak
elektrolit, infeksi pada sistem saraf pusat, pendarahan, iskemia, dan trauma
menyebabkan kejang.15
penting untuk fungsi sel otak normal, dan vitamin D dan hormon paratiroid (PTH)
pada periode pertumbuhan yang cepat, seperti pada masa bayi dan remaja.
sekresi PTH, yang meningkatkan pelepasan kalsium dan fosfor dari tulang untuk
mempertahankan kadar normal kalsium serum. Tingkat PTH yang lebih tinggi
hilangnya fosfor dalam urin. Oleh karena itu, penurunan kadar fosfor dan kalsium
gizi yang paling parah. Schnadower dkk. melaporkan bahwa fraktur femoral
penyakit demam.15
hati. Diagnosis defisiensi vitamin D nutrisi dibuat bila kadar kalsium rendah
Perubahan biokimia ini adalah bagian dari keadaan osteomalasia pada pasien
tersebut, dan karena dosis kecil vitamin D dapat meningkatkan kandungan mineral
tulang.16
pada percobaan terapeutik terkontrol pada 23 pasien rawat inap epilepsi sebelum
namun tidak dengan plasebo. Efeknya tidak terkait dengan perubahan kalsium
vitamin D dan kontrol kejang pada epilepsi menemukan bahwa pemberian vitamin
Vitamin D terbentuk di sel epitel manusia melalui sintesis fotokimia dan juga
didapat dari sumber makanan. Efek klasik yang disebut vitamin ini melibatkan
regulasi homeostasis kalsium dan metabolisme tulang. Terlepas dari ini, efek
vitamin D non-klasik baru-baru ini mendapat perhatian baru. Satu hal yang
penting namun sedikit diketahui dari banyak fungsi vitamin D adalah regulasi
oksidatif pada jaringan saraf. Studi klinis menunjukkan bahwa defisiensi vitamin
(SSP).17
dan fungsi sel saraf dan potensi konsekuensi kekurangan vitamin D dalam hal
ini.Keterlibatan vitamin D dalam fungsi sistem saraf pusat didukung oleh adanya
intraselular. Selain itu, enzim 1a-hidroksilase dan VDR nukleus juga terdapat di
mikroglia, yaitu sel-sel nonneuronal dari sistem saraf pusat (SSP). Ini
menunjukkan efek autokrin dan parakrin untuk calcitriol pada sel saraf. Peran
homeostasis kalsium seluler, yang sangat penting untuk fungsi sel otak.17