Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun.
imunisasi untuk remaja juga sangat penting
karena kekebalan yang diperoleh sebelumnya, tidak semuanya dapat bertahan seumur hidup. Difteri adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae
Difteri menimbulkan gejala dan
tanda berupa Demam yang tidak begitu tinggi, 38C, Munculnya pseudomembran / selaput di tenggorokan yang berwarna putih keabu-abuan yang mudah berdarah jika dilepaskan, Sakit waktu menelan, kadang2 disertai pembesaran kelenjar getah bening leher dan pembengakan jaringan lunak leher yang disebut bullneck. Adakalanya disertai sesak napas dan / suara mengorok (stridor). Pencegahan utama Difteri adalah dengan imunisasi.
Keberhasilan pencegahan Difteri dengan
imunisasi sangat ditentukan oleh cakupan imunisasi, yaitu minimal 95%. Munculnya KLB Difteri dapat terkait dengan adanya immunity gap, yaitu kesenjangan atau kekosongan kekebalan di kalangan penduduk di suatu daerah.
Kekosongan kekebalan ini terjadi akibat adanya
akumulasi kelompok yang rentan terhadap Difteri, karena kelompok ini tidak mendapat imunisasi atau tidak lengkap imunisasinya.
Akhir-akhir ini, di beberapa daerah di Indonesia,
muncul penolakan terhadap imunisasi. Tetanus merupakan penyakit yang disebakan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan Tetanospasmin, yaitu sejenis neurotoksin yang menginfeksi sistem neuromuskular sehingga otot menjadi kaku (rigid). Dalam program imunisasi di Indonesia, imunisasi dasar pada bayi digunakan vaksin gabungan difteri, tetanus, dan pertusis (DTP), diberikan 3 kali pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
Pada kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah
(BIAS), jenis imunisasi yang diberikan dapat berubah sesuai dengan kebutuhan.
Misalnya untuk program tahun 2007, murid
Sekolah Dasar kelas I mendapat imunisasi DT, sedangkan murid-murid kelas 2 dan 3 mendapat imunisasi tetanus toksoid (TT). Vaksin DTP yang ada di Indonesia sekaligus dengan vaksin HB dan Hib untuk usia 2,3, dan 4 bulan Tingkat kekebalan pasca imunisasi akan menurun seiring dengan bertambahnya usia pada saat memasuki usia remaja, sehingga kelompok remaja dan dewasa merupakan kelompok rentan mendapat difteri.
Semakin lama jarak sejak mendapat imunisasi terakhir maka akan
semakin rendah nilai proteksi. Volk dkk mendapatkan 10% anak sudah kehilangan daya proteksi terhadap difteri setelah 7–10 tahun pasca imunisasi dasar.
Penelitian lain mendapatkan 10% anak sudah tidak mempunyai proteksi
setelah satu tahun pasca imunisasi dasar, 67% setelah 3–13 tahun, dan 84% setelah 14–23 tahun.
Data tersebut menunjukkan bahwa remaja merupakan kelompok rentan
terhadap infeksi difteri sehingga harus terus terjaga status kekebalannya melalui imunisasi ulangan (booster). Untuk anak umur lebih dari 7 tahun, imunisasi DPT ini diberikan sebagai dalam bentuk imunisasi Td atau TdaP dan di-booster setiap 10 tahun.
IDAI merekomendasikan 2x pemberian pada masa remaja, yakni
1x pada umur 10-12 tahun dan 1x pada umur 18 tahun.
Imunisasi Td memberikan kekebalan lanjutan terhadap tetanus
dan difteria, serta menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit difteria dan tetanus pada remaja.
Suntikan imunisasi diberikan dengan dosis 0,5 ml di otot lengan bahu.
Walau jarang, ada beberapa efek samping yang mungkin muncul antara lain nyeri di tempat suntikan, kemerahan, bengkak, dan demam. Vaksin difteri di pasaran tidak ada yang berisi antigen difteri saja (monovalen), tetapi merupakan vaksin kombinasi dengan tetanus. Dosis tunggal 0,5 mL vaksin Td (Bio Farma) berisi 2 Lf (limit of flocculation) toksoid difteri, dan 7,5 Lf toksoid tetanus. Dt atau Td? Jika ibu belum pernah imunisasi atau status imunisasinya tidak diketahui, berikan dosis vaksin (0,5 ml IM di lengan atas) sesuai tabel berikut. Dosis booster mungkin diperlukan pada ibu yang sudah pernah diimunisasi. Pemberian dosis booster 0,5 ml IM disesuaikan dengan jumlah vaksinasi yang pernah diterima sebelumnya seperti pada tabel berikut: Demam rendah Rasa sakit, kemerahan dan bengkak pada bekas suntikan Bentolan kecil sementara di tempat suntikan Alergi Syok Anafilaktik