Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PEMBAHASAN

Sarkoma sel spindel merupakan salah satu keganasan pada jaringan lunak

yang sangat jarang. Paling sering muncul pada pasien di atas usia 40 dan sangat

jarang, hanya 2-5% dari semua kasus kanker tulang primer. Gejalanya sering

muncul diawali dengan benjolan yang tanpa disertai nyeri. Rasa nyeri akan

muncul setelah ukuran tumor cukup besar untuk mengekspansi jaringan sekitar

dan meregangkan serabut-serabut reseptor nyeri pada saraf sensorik somatik

sekitar tumor.2 Begitu pula yang dirasakan pasien yang merasakan benjolan

pada paha kanan sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Benjolan kemudian

membesar menjadi sebesar bola tenis dalam kurun waktu 1 bulan dan kemudian

menimbulkan rasa nyeri.

Sarkoma sel spindel merupakan tumor yang berasal dari jaringan ikat

(connective tissue). Ada tiga macam klasifikasi yakni pleomorphic

undifferentiated sarcoma, fibrosarcoma, dan leiomyosarcoma. Secara garis

besar asal jaringan tumor tersebut adalah sel fibrous dan otot. Karakteristik

secara klinis tumor ini adalah soliter, pada perabaan teraba sedikit lunak hingga

padat, dapat disertai tanda-tanda inflamasi disekitar tumor.3 Hal ini juga sesuai

dengan karakteristik klinis yang ditemukan pada pasien.

Penyebab terjadinya sarkoma sel spindel masih belum jelas, kebanyakan

tidak diketahui namun, mutasi genetik dicurigai menjadi salah satu penyebab

utamanya. Merokok merupakan salah satu faktor risiko yang ada pada pasien

yang mungkin menjadi penyebab terjadinya keganasan ini.

37
38

Penegakan diagnosis sarkoma sel spindel adalah melalui pencitraan sinar X

yakni Ct-scan atau MRI-scan. Berdasarkan hasil MRI-scan didapatkan tumor

pada posterior femur denhgan ukuran 8x8x10 cm. Diagnosis pasti ditegakkan

melalui pemeriksaan histologis yakni pemeriksaan patologi anatomi. Pada

dewasa, biopsi sebaiknya dilakukan pada massa jaringan yang simtomatik atau

semakin lama semakin membesar, lebih dari 5 cm, dan sudah bertahan lebih

dari 4-6 minggu. Untuk tumor yang besar dan dalam berkaitan dengan struktur

vital, dilakukan biopsi insisional.2,3

Selain dilakukan imaging pada tumor, dilakukan juga foto toraks untuk

menilai sudah atau belum terjadinya metastasis ke paru-paru. Pada pasien

dengan stadium yang tinggi dengan ukuran tumor > 5 cm perlu dilakukan

pemeriksaan CT-scan untuk melihat metastasis. Untuk massa yang ada di

daerah ekstremitas, MRI lebih baik digunakan sebagai pilihan karena dapat

membedakan dengan jelas antara tumor, otot, dan pembuluh darah yang

berdekatan.8

Pasien ini kemudian direncanakan untuk operasi biopsi insisional dan Eksisi

luas. Disamping itu dilakukan serangkaian pemeriksaan untuk menilai

metastasis seperti foto toraks dan Ct-scan toraks. Pasien juga mengeluhkan

batuk produktif selama perawatan di rumah sakit. Gejala ini dicurigai

merupakan suatu gejala metastasis ke paru. Namun berdasarkan hasil foto sinar

X dan Ct-scan toraks beserta ekspertise dari sejawat Penyakit Dalam, didapat

kesimpulan bahwa gejala batuk dan lesi pada apeks paru kanan pasien

merupakan PPOK. Pasien mendapat terapi untuk PPOK serta hipertensi sesuai

dengan terapi dari bagian Penyakit Dalam.


39

Penatalaksanaan utama dari sarkoma sel spindel adalah sama dengan

sarkoma pada jaringan lunak pada umumnya yakni pembedahan dan

radioterapi.

Pengelolaan sarkoma jaringan lunak di daerah ekstremitas sedapat mungkin

haruslah dengan tindakan “limb-sparing operation” dengan atau tanpa terapi

ajuvan (radiasi atau kemoterapi). Tindakan amputasi harus ditempatkan sebagai

pilihan terakhir. Pada pasien dengan tumor yang tak dapat direseksi dengan

prosedur limb-sparing dan penyelamatan fungsi < 5%, amputasi merupakan

pilihannya.1,7 Ukuran tumor pada pasien masih memungkinkan untuk dilakukan

pengangkatan tanpa harus melibatkan amputasi.

Pembedahan dapat bertujuan untuk pengangkatan tumor dan penegakan

diagnosis (pemeriksaan histologis). Setelah persyaratan pre operatif terpenuhi

pasien dilakukan operasi biopsi insisi dan eksisi luas pada tanggal 10

September 2018. Intraoperasi didapatkan massa eksisi sebesar 20x15x15 cm,

kemudian dilakukan pemeriksaan histopatologis. Pasien tidak dilakukan

radioterapi. Tumor dengan ukuran kecil (≤ 5 cm) tidak berhubungan dengan

kekambuhan sehingga radioterapi tidak terlalu diperlukan. Batas radiasi yang

standar adalah 5-8 cm. Setelah mendapatkan perawatan luka operasi dan

keadaan luka membaik pasien diperbolehkan pulang.

Anda mungkin juga menyukai

  • BAB v. Penutup
    BAB v. Penutup
    Dokumen1 halaman
    BAB v. Penutup
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii.2
    Bab Iii.2
    Dokumen18 halaman
    Bab Iii.2
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii.2
    Bab Iii.2
    Dokumen18 halaman
    Bab Iii.2
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen17 halaman
    Bab Ii
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen3 halaman
    Bab Iv
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen12 halaman
    Bab Iii
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • BAB v. Penutup
    BAB v. Penutup
    Dokumen1 halaman
    BAB v. Penutup
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen1 halaman
    Bab Iii
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Imunisasi Tetanus Dan Difteri Untuk Remaja
    Imunisasi Tetanus Dan Difteri Untuk Remaja
    Dokumen21 halaman
    Imunisasi Tetanus Dan Difteri Untuk Remaja
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen16 halaman
    Bab Ii
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustak1
    Daftar Pustak1
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustak1
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Bab III. Penutup
    Bab III. Penutup
    Dokumen1 halaman
    Bab III. Penutup
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen13 halaman
    Bab Iii
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Anestesi-Terkait Hipovolemia Relatif
    Anestesi-Terkait Hipovolemia Relatif
    Dokumen19 halaman
    Anestesi-Terkait Hipovolemia Relatif
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Influence of Crown
    Influence of Crown
    Dokumen7 halaman
    Influence of Crown
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen27 halaman
    Bab Ii
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • BAB v. Penutup
    BAB v. Penutup
    Dokumen1 halaman
    BAB v. Penutup
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen35 halaman
    Bab Ii
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen9 halaman
    Bab Iv
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • BAB III. Laporan Kasus
    BAB III. Laporan Kasus
    Dokumen7 halaman
    BAB III. Laporan Kasus
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen20 halaman
    Bab Iii
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Sugar Consumption and Changes in Dental Caries From Childhood To Adolescence
    Sugar Consumption and Changes in Dental Caries From Childhood To Adolescence
    Dokumen11 halaman
    Sugar Consumption and Changes in Dental Caries From Childhood To Adolescence
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Dental Caries
    Dental Caries
    Dokumen5 halaman
    Dental Caries
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat
  • Imunisasi Tetanus Dan Difteri Untuk Remaja
    Imunisasi Tetanus Dan Difteri Untuk Remaja
    Dokumen21 halaman
    Imunisasi Tetanus Dan Difteri Untuk Remaja
    Rully Syahrizal
    Belum ada peringkat