TINJAUAN PUSTAKA
10
11
3.2 Definisi
Gagal jantung adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan oleh suatu
kelainan jantung sehingga jantung tidak mampu memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh pada tekanan pengisian yang normal, meskipun aliran balik
vena (venous return) ke jantung dalam keadaan normal (Sonnenblik 1989;
Prabowo & Priyatini, 2010). Sindrom klinis ini bisa disebabkan oleh karena
perubahan struktur dan atau fungsi dari jantung oleh karena penyakit jantung
bawaan maupun didapat. (Fauci, et al., 2008)
3.3 Etiologi
Secara umum penyebab reversible dari gagal jantung antara lain: aritmia
(misalnya: atrial fibrillation), emboli paru-paru (pulmonary embolism), hipertensi
maligna atau accelerated, penyakit tiroid (hipotiroidisme atau hipertiroidisme),
valvular heart disease, unstable angina, high output failure, gagal ginjal,
permasalahan yang ditimbulkan oleh pengobatan (medication-induced problems),
intake (asupan) garam yang tinggi, dan anemia berat. Secara epidemiologi, di
Negara maju penyebab terbanyak yaitu penyakit arteri koroner 60-75% dan
hipertensi 75%, sedangkan di Negara berkembang adalah penyakit katup jantung
10% dan penyakit jantung akibat malnutrisi.
Menurut Cowie MR, Dar O (2008), penyebab gagal jantung dapat
diklasifikasikan dalam enam kategori utama:
1. Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas miokard, dapat disebabkan
oleh hilangnya miosit (infark miokard), kontraksi yang tidak terkoordinasi (left
bundle branch block), berkurangnya kontraktilitas (kardiomiopati).
2. Kegagalan yang berhubungan dengan overload (hipertensi).
3. Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas katup.
4. Kegagalan yang disebabkan abnormalitas ritme jantung (takikardi).
5. Kegagalan yang disebabkan abnormalitas perikard atau efusi perikard
(tamponade).
6. Kelainan kongenital jantung.
• Faktor Predisposisi
Hipertensi, penyakit arteri koroner, kardiomiopati, penyakit pembuluh darah,
penyakit jantung kongenital, stenosis mitral, dan penyakit perikardial.
12
• Faktor Pencetus
Faktor pencetus gagal jantung antara lain: meningkatnya asupan (intake)
garam, ketidak patuhan menjalani pengobatan anti gagal jantung, infak
miokard akut, hipertensi, aritmia akut, infeksi, demam, emboli paru, anemia,
tirotoksikosis, kehamilan, dan endokarditis infektif (Prasetyanto H, 2010).
3.4 Patogenesis
Gagal jantung adalah suatu sindroma klinik yang kompleks akibat kelainan
struktural dan fungsional jantung yang mengganggu kemampuan pengisian atau
pengeluaran darah pada ventrikel.
Pada kebanyakan pasien dengan gagal jantung, disfungsi sistolik dan
disfungsi diastolik ditemukan bersama. Pada disfungsi sistolik, kekuatan kontraksi
ventrikel kiri terganggu sehingga ejeksi darah berkurang, menyebabkan curah
jantung berkurang. Pada disfungsi diastolik, relaksasi dinding ventrikel terganggu
sehingga pengisian darah berkurang, menyebabkan curah jantung berkurang.
Berkurangnya curah jantung inilah yang menimbulkan gejala-gejala gagal
jantung, sebagai akibat langsung dan/atau kompensasinya. Disfungsi sistolik
biasanya terjadi akibat infrak miokard yang menyebabkan kematian sebagian sel
otot jantung, sedangkan disfungsi diastolik biasanya terjadi akibat hipertensi yang
menyebabkan kompensasi miokard berupa hipertrofi dan kekakuan dinding
ventrikel. Sel miokard yang mati pada infrak miokard diganti dengan jaringan
ikat, dan pada sel miokard yang tinggal (jumlahnya telah berkurang) terjadi
hipertrofi sebagai mekanisme kompensasi.
Kompensasi pada gagal jantung sistolik terjadi melalui 2 mekanisme utama,
yaitu sistem simpatis dan sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAA). Aktivitas
sistem simpatis terjadi sebagai reaksi terhadap penurunan curah jantung yang
dipersepsi oleh baroreseptor. Peningkatan aktivitas simpatis menyebabkan
peningkatan kontraksi otot jantung dan frekuensi denyut jantung melalui stimulasi
reseptor adrenergik ß1 di jantung. Akibatnya terjadi peningkatan curah jantung
sebagai kompensasi terhadap penurunan curah jantung pada gagal jantung sistolik.
Aktivitas sistem RAA di mulai dengan sekresi renin oleh sel jukstaglomerular di
ginjal melalui stimulus reseptor adrenergik ß1 dan sebagai reaksi terhadap
berkurangya perfusi ke ginjal. Sekresi renin akan menghasilkan angiotensin 2
13
yang memiliki dua efek utama yaitu sebagai vasokonstriktor kuat dan sebagai
perangsang produksi aldosteron di korteks adrenal. Efek vasokonstriksi dan
aktivitas simpatis dan Ang II akan meningkatkan preload dan afterload jantung,
dan aldostreon menyebabkan retensi air dan natrium yang akan menambah
penigkatan preload jantung. Tekanan pengisian ventrikel (preload) yang
meningkat akan meningkatkan curah jantung (menurut hubungan Frank-Starling)
sebagai mekanisme kompensasi.
Akan tetapi mekanisme kompensasi ini tidak berjalan lama, karena dengan
berjalannya waktu, mekanisme kompensasi tersebut justru memperburuk
disfungsi miokard. Dengan tujuan untuk tetap meningkatkan curah jantung yang
kurang, terjadilah perubahan maladaptasi berupa hipertrofi dinding ventrikel
untuk meningkatkan kontraktilitas miokard dan ekspansi volume ventrikel untuk
meningkatkan tekanan dinding ventrikel sehingga meningkatkan kontraktilitas
miokard. Akan tetapi perubahan maladaptasi tersebut, terutama peningkatan
dinding ventrikel yang berlebih akan menyebabkan apoptosis sel jantung dan
proliferasi jaringan ikat sehingga kontraktilitas miokard akan menurun. Proses
yang menghasilkan perubahan maladaptaasi dalam struktur dan fungsi jantung ini
disebut proses remodeling jantung. Selain itu melalui peningkatan stres
hemodinamik pada ventrikel, aktivasi sitem neurohormonal endogen sendiri
maupun bersama-sama memiliki, juga memiliki efek toksik langsung pada sel
jantung untuk terjadinya remodeling jantung dengan menstimulasi terjadinya
apoptosis dan fibrosis miokard.
Proses remodeling jantung merupakan proses yang progresif, sehingga akan
berjalan terus tanpa perlu adanya kerusakan berulang pada jantung. Proses
remodeling jantung yang progresif ini menyebabkan kontraktilitas miokard akan
makin menurun, sehingga curah jantung akan makin menurun. Disamping itu
peningakatan after load juga akan menurunkan curah jantung akibatnya terjadi
gagal jantung (Setiawati A dan Nafrialdi, 2007).
Gagal jantung kiri lebih sering disebabkan oleh penyakit jantung iskemik,
hipertensi, penyakit katup mitral dan aorta, serta penyakit miokardial non-
iskemik. Efek morfologis dan klinis gagal jantung kiri merupakan akibat dari
14
aliran balik darah ke sirkulasi paru yang progresif dan akibat dari berkurangnya
aliran dan tekanan darah perifer.
Gagal jantung kanan yang terjadi tanpa didahului gagal jantung kiri muncul
pada beberapa penyakit. Biasanya gagal jantung kanan merupakan konsekuensi
sekunder gagal jantung kiri akibat peningkatan tekanan sirkulasi paru pada gagal
jantung kiri. Gagal jantung kanan murni, paling sering muncul bersama hipertensi
pulmoner berat kronik. Pada keadaan ini ventrikel kanan terbebani oleh beban
kerja tekanan akibat peningkatan resistensi sirkulasi paru. Hipertrofi dan dilatasi
secara umum terbatas pada ventrikel dan atrium kanan, walaupun penonjolan
septum ventrikel kiri dapat menyebabkan disfungsi ventrikel kiri. (Manurung,
2006)
3.5 Diagnosa
3.5.1 Gejala dan Tanda Klinik
Tabel 2. Klasifikasi gagal jantung berdasarkan kelainan struktural (ACC/AHA)
atau berdasarkan gejala, berdasarkan kelas fungsionalnya (NYHA)
(Mann DL, 2008)
Tahapan Gagal Jantung berdasarkan Beratnya gagal jantung berdasarkan gejala dan
struktural dan kerusakan otot jantung. aktivitas fisik.
Memiliki risiko tinggi gagal Aktivitas fisik umum tidak terganggu,
Stage jantung. Tidak ditemukan kelainan Kelas aktivitas tidak menyebabkan kelelahan,
A struktural atau fungsional, tidak I palpitasi, atau sesak nafas.
terdapat tanda/gejala.
Secara struktural terdapat kelainan Aktivitas fisik sedikit terbatasi, aktivitas
jantung yang dihubungkan dengan fisik yang umum dilakukan
Stage Kelas
gagal jantung, tapi tanpa mengakibatkan kelelahan, palpitasi atau
B II
tanda/gejala gagal jantung. sesak nafas. Tapi Saat istirahat tidak ada
keluhan.
Gagal jantung bergejala dengan Aktivitas fisik sangat terbatasi, aktivitas
Stage kelainan struktural jantung. Kelas ringan menimbulkan rasa lelah, palpitasi,
C III atau sesak nafas. Tapi saat istirahat tidak
ada keluhan.
Secara struktural jantung Tidak dapat beraktivitas tanpa
Stage mengalami kelainan berat, gejala Kelas menimbulkan keluhan. aktivitas fisik,
gagal jantung terasa saat istirahat keluhan bertambah berat. Saat istirahat
D IV
walau telah mendapatkan
bergejala.
pengobatan.
15
Tabel 4. Temuan pada Foto Toraks , Penyebab dan Implikasi Klinis (Mann DL, 2008)
Kelainan Penyebab Implikasi Klinis
Kardiomegali Dilatasi ventrikel kiri, Ekhokardiografi,
ventrikel kanan, atria, efusi doppler
perikard
Hipertropi ventrikel Hipertensi, stenosis aorta, Ekhokardiografi,
kardiomiopati hipertropi doppler
Kongesti vena paru Peningkatan tekanan pengisian Gagal jantung kiri
ventrikel kiri
Edema interstisial Peningkatan tekanan pengisian Gagal jantung kiri
ventrikel kiri
Efusi pleura Gagal jantung dengan Pikirkan diagnosis
peningkatan pengisian tekanan non kardiak
jika ditemukan bilateral,
infeksi paru, keganasan
17
EKG
Pada elektrokardiografi 12 lead didapatkan gambaran abnormal pada hampir
seluruh penderita dengan gagal jantung, meskipun gambaran normal dapat
dijumpai pada 10% kasus. Gambaran yang sering didapatkan antara lain
gelombang Q, abnormalitas ST – T, hipertrofi ventrikel kiri, bundle branch
block dan fibrilasi atrium. Bila gambaran EKG dan foto dada keduanya
menunjukkan gambaran yang normal, kemungkinan gagal jantung sebagai
penyebab dispneu pada pasien sangat kecil kemungkinannya (Davies MK,
2000).
Ekokardiografi
Ekokardiografi merupakan pemeriksaan non-invasif yang sangat berguna pada
gagal jantung. Ekokardiografi dapat menunjukkan gambaran obyektif
mengenai struktur dan fungsi jantung. Penderita yang perlu dilakukan
ekokardiografi adalah: semua pasien dengan tanda gagal jantung, susah
bernafas yang berhubungan dengan murmur, sesak yang berhubungan dengan
fibrilasi atrium, serta penderita dengan risiko disfungsi ventrikel kiri (infark
miokard anterior, hipertensi tak terkontrol, atau aritmia). Ekokardiografi dapat
mengidentifikasi gangguan fungsi sistolik, fungsi diastolik, mengetahui adanya
gangguan katup, serta mengetahui risiko emboli (Davies MK, et al., 2000).
Ukuran dan bentuk ventrikel Ejeksi fraksi ventrikel kiri Ejeksi fraksi ventrikel kiri
Ejeksi fraksi ventikel kiri berkurang <45% normal > 45-50%
(LVEF) Ventrikel kiri membesar Ukuran ventrikel kiri
Gerakan regional dinding Dinding ventrikel kiri tipis normal
jantung, synchronisitas Remodelling eksentrik Dinding ventrikel kiri tebal,
kontraksi ventrikular ventrikel kiri atrium kiri berdilatasi
Remodelling LV (konsentrik Regurgitasi ringan-sedang Remodelling eksentrik
vs eksentrik) katup mitral* ventrikel kiri.
Hipertrofi ventrikel kiri atau Hipertensi pulmonal* Tidak ada mitral
18
Darah lengkap
Pemeriksaan darah perlu dikerjakan untuk menyingkirkan anemia sebagai
penyebab susah bernafas, dan untuk mengetahui adanya penyakit dasar serta
komplikasi. Pada gagal jantung yang berat akibat berkurangnya kemampuan
mengeluarkan air sehingga dapat timbul hiponatremia dilusional, karena itu
adanya hiponatremia menunjukkan adanya gagal jantung yang berat.
Pemeriksaan serum kreatinin perlu dikerjakan selain untuk mengetahui adanya
gangguan ginjal, juga mengetahui adanya stenosis arteri renalis apabila terjadi
peningkatan serum kreatinin setelah pemberian angiotensin converting enzyme
inhibitor dan diuretik dosis tinggi. Pada gagal jantung berat dapat terjadi
proteinuria. Hipokalemia dapat terjadi pada pemberian diuretic tanpa
suplementasi kalium dan obat potassiumsparring. Hiperkalemia timbul pada
gagal jantung berat dengan penurunan fungsi ginjal, penggunaan ACE-
inhibitor serta obat potassium sparring. Pada gagal jantung kongestif tes fungsi
hati (bilirubin, AST dan LDH) gambarannya abnormal karena kongesti hati.
Pemeriksaan profil lipid, albumin serum fungsi tiroid dianjurkan sesuai
kebutuhan. Pemeriksaaan penanda BNP sebagai penanda biologis gagal
jantung dengan kadar BNP plasma 100pg/ml dan plasma NT-proBNP adalah
300 pg/ml (Santoso A, 2007; Davies MK, et al., 2003).
3.6 Penatalaksanaan
Tindakan dan pengobatan pada gagal jantung ditunjukkan pada 5 aspek
(Ganiswarna, 2000).
19
pasien gagal jantung stabil ringan, sedang atuau berat (Massie dan
Amidon, 2002). Obat ini digunakan untuk terapi gagal jantung adalah
karvedilol, bisoprolol dan metoprolol succinate (Hunt et al., 2005).
c. Antagonis kanal kalsium
Secara langsung menyebabkan relaksasi otot polos pembuluh darah dan
penghambat pemasukan kalsium kedalam sel otot jantung. Kegunaan
pokok obat ini dalam terapi gagal jantung adalah berasal dari
pengurangan iskemia pada pasien dengan penyakit jantung koroner yang
mendasari. Semua antagonis kalsium mempunyai sifat inotropik negatif
sehingga digunakan secara berhati-hati pada pasien dengan difungsi
ventrikal kiri (Kelly dan Fry, 1995). Obat-obat golongan tersebut
sebaiknya dihindari kecuali untuk dipakai dalam terapi hipertensi dan
anginadan untuk indikasi tersebut hanya amlodipin yang boleh digunakan
pada pasien gagal jantung (Hunt et al., 2005)
d. Nitrat
Terutama berkhasiat venodilator dan oleh karena ini bermanfaat untuk
menyembuhkan gejala-gejala penumpukan vena dan paru-paru. Obat-
obat golongan ini mengurangi iskemia otot dengan menetralkan tekanan
pengisian ventrikel dan dengan melebarkan arteri koroner secara
langsung (Kelly dan Fry, 1995). Contoh obat golongan ini adalah
Isosorbit mono nitrat (ISMN) dan dinitrat (ISND).
e. Hidralazin
Hidralazin adalah obat yang murni mengurangi beban jantung setelah
konstraksi yang bekerja langsung pada otot polos arteri untuk
menimbulkan vasodilatasi. Hidralazin terutama berguna dalam
pengobatan reguitasi mitral kronis dan insufisiensi aorta (Kelly dan Fry,
1995). Hidralazin oral merupakan dilator arterioral poten dan
meningkatkan output kardiak pada pasien gagal jantung kongestif
(Massie dan Amidon, 2002).
f. Diuretik
Tujuan dari pemberian diuretik adalah mengurangi gejala retensi cairan
yaitu meningkatkan tekanan vena jugularis atau edema ataupun
22