Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

BBLR

Oleh :
Ni Putu Ricca Tiara Sari
NIM 072011101004

PUSKESMAS PUGER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2011
BBLR
(Bayi Berat Lahir Rendah)

Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi. Sebagai patokan, berikut adalah klasifikasi berat badan lahir dan
usia kehamilan:
Berat Badan Lahir
Klasifikasi Berat Badan
Berat badan ekstrim rendah <1000 gram
Berat badan sangat rendah <1500 gram
Berat badan rendah <2500 gram
Berat badan normal ≥2500 gram

Usia Kehamilan
Klasifikasi Usia kehamilan
Prematur <37 minggu
Aterm 37-42 minggu
Postmatur >42 minggu

Klasifikasi
BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :
 Prematuritas murni (kurang bulan)
Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan jika
dilihat dari masa kehamilan. Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan
komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.
 Dismaturitas (pertumbuhan janin terhambat)
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. Hal ini disebabkan oleh terganggunya
sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau
hambatan pertumbuhan dari bayinya sendiri. Terdapat 2 macam pola Pertumbuhan
Janin Terhambat (PJT), yaitu:
 PJT Simetris
Lingkar kepala, panjang badan, dan berat badan seluruhnya berkurang secara
proporsional untuk usia kehamilan. PJT simetris disebabkan oleh infeksi
kongenital atau kelainan genetic dan terjadi di awal kehamilan.
 PJT Asimetris
Berat badan lebih rendah secara tidak proporsional terhadap panjang dan
lingkar kepala. PJT asimetris disebabkan oleh insufisiensi uteroplasenta dan
nutrisi ibu yang buruk.

Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Sedanngakan sisanya
karena pertumbuhan janin yang terhambat.
Penyebab kelahiran prematur, yaitu:
 Faktor Janin
 Gawat janin
 Kehamilan kembar (gemeli)
 Eritroblastosis
 Faktor Plasenta
 Plasenta previa
 Solusio plasenta
 Faktor Uterus
 Uterus bikornus
 Inkompetensia serviks
 Faktor Maternal
 Pre eklampsia
 Penyakit kronis (misal: penyakit jantung sianotik)
 Infeksi (misal: ISK)
 Penyalahgunaan obat
 Lain-lain
 Ketuban pecah dini
 Polihiramnion
 Iatrogenik
Untuk pertumbuhan janin yang terhambat dapat dipengaruhi faktor janin, maternal, dan
plasenta. Berikut adalah faktor-faktor yang berpengaruh:
 Faktor janin
 Genetik
 Kelainan kromosom (misal: trisomi 13, 18, dan 21)
 Kelainan bawaan (misal: anensefali, atresia gastrointestinal, dan sindrom
Potter)
 Infeksi bawaan (misal: rubella dan CMV)
 Penyakit metabolic saat lahir (misal: galaktosemia dan fenilketouria)
 Faktor maternal
 Pre eklampsia dan eklampsia
 Penyakit renovaskuler kronis
 Penyakit vaskuler hipertensif kronis
 Malnutrisi
 Ibu perokok
 Hipoksemia maternal (misal: anemia sel sabit)
 Lain-lain meliputi sosio ekonomi rendah, usia ibu yang muda, ibu yang
pendek, anak pertama, dan mutiparitas usia tua.
 Faktor plasenta
 Insufisiensi plasenta karena pre eklampsia, eklampsia, ataupun kehamilan
lewat bulan
 Masalah anatomis meliputi infark multiple dan thrombosis vaskuler umbilical
 Pada kehamilan kembar terkait anastomose vaskuler abnormal

Komplikasi
Pada BBLR dapat timbul berbagai masalah, meliputi:
 Pada Prematuritas
 Ketidakstabilan suhu tubuh
Bayi prematur memiliki kesulitan mempertahankan suhu tubuh akibat:
 Peningkatan hilangnya panas
 Berkurangnya lemak subkutan
 Rasio luas permukaan tubuh terhadap berat badan besar
 Produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai dan
ketidakmampuan untuk menggigil
 Kesulitan bernapas
 Defisiensi surfaktan paru yang mengarah ke sindrom gawat napas
 Risiko aspirasi akibat refleks menelan dan refleks batuk yang buruk,
pengisapan dan penelanan yang tak terkoordinir
 Thoraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah
 Pernapasan periodik dan apnea
 Masalah gastrointestinal dan nutrisi
 Refleks isap dan menelan yang buruk terutama sebelum 34 minggu
 Motilitas usus yang menurun
 Pengosongan lambung lambat
 Absorpsi vitamin yang larut dalam lemak berkurang
 Defisiensi enzim lactase pada jonjot usus
 Menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam tubuh
 Meningkatnya risiko NEC (Necrotizing enterocolitis)
 Imaturitas hati
 Gangguan konjugasi dan eksresi bilirubin
 Defisiensi vitamin K
 Imaturitas ginjal
 Ketidakmampuan mengekskresi beban cairan yang besar
 Akumulasi asam organik dengan asidosis metabolik
 Eliminasi obat dari ginjal dapat menghilang
 Ketidakseimbangan elektrolit, misalnya hipo/hipernatremi, hiperkalemi,
ataupun glikosuria
 Imaturitas imunologis
Berisiko tinggi terkena infeksi karena:
 Bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui plasenta
selama trimester ketiga
 Fagositosis terganggu
 Penurunan berbagai faktor komplemen
 Masalah neurologis
 Refleks isap dan menelan yang imatur
 Penurunan motilitas usus
 Apnea dan bradikardi berulang
 Perdarahan intraventrikel dan leukomalasia periventrikel
 Pengaturan perfusi serebral yang buruk
 Ensefalopati Iskemik Hipoksik
 Retinopathy of prematurity
 Kejang
 Hipotonia
 Masalah kardiovaskular
 Patent ductus arteriosus
 Hipotensi atau hipertensi
 Masalah hematologis
 Anemia
 Hiperbilirubinemia terutama indirek
 DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)
 Penyakit perdarahan pada neonatus
 Masalah metabolisme
 Hipokalsemi
 Hipoglikemi atau hiperglikemi
 Pada Pertumbuhan Janin Terhambat
 Kematian fetus
Disebabkan oleh insufisiensi plasenta, hipoksia kronis, sampai kelainan bawaan.
 Hipoksia
Disebabkan oleh asfiksia perinatal, persistent pulmonary hypertension of the
newborn, sampai aspirasi mekonium.
 Hipotermia
Disebabkan kurangnya lemak subkutan dan meningkatnya luas permukaan tubuh.
Selain itu hipoglikemi dan hipoksia juga dapat mengganggu produksi panas pada
bayi.
 Hipoglikemi
Disebabkan menurunnya cadangan glikogen, penurunan glukoneogenesis. Dapat
terjadi pada 3 hari pertama.
 Polisitemia
Disebabkan peningkatan kadar eritropoetin yang bersifat sekunder terhadap
hipoksia fetus.
 Keterlambatan perkembangan
Disebabkan oleh infeksi intrauterin, malformasi berat, hipoksia kronis, asfiksia
pasca kelahiran, sampai hipoglikemi.
 Penurunan kekebalan tubuh
Disebabkan oleh malnutrisi dan hal ini dapat mempengaruhi hitung limfosit dan
kadar immunoglobulin.

Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat badan lahir bayi serta ditunjang
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk mencari etiologi dan faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR :
 Umur ibu
 Riwayat hari pertama haid terakir
 Riwayat persalinan sebelumnya
 Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
 Kenaikan berat badan selama hamil
 Aktivitas
 Penyakit yang diderita selama hamil
 Obat-obatan yang diminum selama hamil
2. Pemeriksaan Fisik
Yang dapat diperiksa saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :
 Berat badan
 Tanda-tanda prematuritas (bayi kurang bulan)
 Tulang rawan telinga belum terbentuk
 Masih terdapat lanugo
 Refleks masih lemah
 Alat kelamin luar:
perempuan: labium mayora belum menutup labium minora, sedangkan untuk
laki-laki: belum terjadi penurunan testis & kulit testis rata
 Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bayi kecil untuk masa kehamilan)
 Tidak dijumpai tanda prematuritas
 Kulit keriput
 Kuku lebih panjang
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan skor ballard, darah
rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas, diperiksa kadar elektrolit dan analisa
gas darah.

Penatalaksanaan
 Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 :
Injeksi 1 mg im sekali pemberian, atau per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali
pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)
 Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya
masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas
dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan
menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah
dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI
merupakan pilihan utama. Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang
cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi
menghisap paling kurang sehari sekali. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan iv dan
beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan
bayi adalah sebagai berikut :
Berat lahir 1750 – 2500 gram
Bayi Sehat
 Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah
merasa letih dan malas minum, anjurkan agar bayi diberi susu lebih sering (contoh:
setiap 2 jam) bila perlu.
 Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Bayi Sakit
 Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan iv, berikan minum
seperti pada bayi sehat.
 Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
 Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
 Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.
Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap
untuk menyusu.
 Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh: gangguan
nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung:
- Berikan cairan iv dan ASI menurut umur
- Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh: 3 jam sekali)
 Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar
berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi
sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu
tanpa terbatuk atau tersedak.

Berat lahir 1500-1749 gram


Bayi Sehat
 Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat
diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru
(batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung.
 Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat
menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada
kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)
 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum.
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
Bayi Sakit
 Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
 Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan iv
secara perlahan.
 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum.
 Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi
sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.

Berat lahir 1250-1499 gram


Bayi Sehat
 Beri ASI peras melalui pipa lambung
 Beri minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap
kali minum
 Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
Bayi Sakit
 Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
 Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan
intravena secara perlahan.
 Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap
kali minum
 Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.

Berat lahir < 1250 gram (tidak tergantung kondisi)


 Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
 Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian
cairan intravena secara perlahan.
 Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap
kali minum
 Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.

 Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal:
 Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,
seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau
ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
 Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
 Ukur suhu tubuh dengan berkala
Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
 Jaga dan pantau patensi jalan nafas
 Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
 Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (misalnya hipotermia, kejang,
gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
 Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
 Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

 Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan saat dirawat
 Terapi
 Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
 Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
 Tumbuh kembang
 Pantau berat badan bayi secara periodik
 Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk
bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan beratlahir
<1500)
 Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir)
dan telah berusia lebih dari 7 hari :
 Tingkatkan jumlah ASI 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180
ml/kg/hari
 Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar
jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
 Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian
ASI hingga 200 ml/kg/hari
 Ukur berat badan setiap hari, panjang badan, dan lingkar kepala setiap
minggu.
Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan mencegah/
mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut
(lakukan sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan):
 Hitung umur koreksi.
 Pertumbuhan meliputi berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala.
 Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST).
 Awasi adanya kelainan bawaan

Prognosis BBLR
Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis akan lebih
buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena komplikasi neonatal
seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemi. Bila hidup,
dapat dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, dan IQ rendah.

Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan adalah langkah yang penting. Hal-hal
yang dapat dilakukan adalah:
 Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,
terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,
dipantau, dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
 Berikan penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan, dan perawatan diri selama kehamilan
agar ibu hamil dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandungnya dengan
baik
 Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat
(20-34 tahun)

Tanda Kecukupan Pemberian ASI


 BAK minimal 6 kali/ 24 jam
 Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI
 BB naik pada 7 hari pertama sebanyak 20 gram/ hari
 Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap  ASI akan menetes dari payudara
yg lain.

Indikasi Pulang BBLR


 Suhu bayi stabil
 Toleransi minum oral baik, terutama ASI
 Ibu sanggup merawat BBLR di rumah

Cara Menghangatkan Bayi


 Kontak kulit  Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau menghangatkan
bayi hipotermi (32-36,4oC) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan.
 KMC  Untuk menstabilkan bayi dengan berat badan <2.500 g, terutama
direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan berat badan <1.800 g.
Metode ini tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat) ataupun ibu
yang menderita penyakit berat yang tidak dapat merawat bayinya.
 Pemancar panas  Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1.500 g atau lebih.
Dilakukan untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau
menghangatkan kembali bayi hipotermi.
 Inkubator Penghangatan berkelanjutan  Untuk bayi dengan berat <1.500 g yang
tidak dapat dilakukan KMC.
 Ruangan hangat  Untuk merawat bayi dengan berat <2.500 g yang tidak
memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan. Metode ini tidak untuk
bayi sakit berat.
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : Bayi Ny. Icun Jahroliza
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 1 hari
Alamat : Puger Kulon
Tanggal Lahir : 23 Pebruari 2011

DATA AWAL MASUK PKM


Anamnesis
Bayi lahir pada tanggal 23 Pebruari 2011 pada jam 00.15 WIB partus secara spontan. Ketika
lahir, bayi tidak menangis. Dilakukan manajement asfiksia dengan metode HAIKAP,
kemudian bayi menangis kuat.
Pemeriksaan
Jenis kelamin : laki-laki
BB Lahir : 2600 gram
Panjang Lahir : 46 cm
Lain-lain : cacat (-), anus (+), Bayi tidak mau menyusu, dan tiap diberi ASI bayi
muntah.
Pengobatan
 Infus D5/NS  RL 28 tpm
 Gentamycin 0,5 cc iv
 Colsan 0,5 cc iv

FOLLOW UP (tanggal 23-25 Pebruari 2011)


Tanggal 23 Pebruari 2011
Anamnesis
 Keluhan utama (saat lahir):
Bayi kecil dan tidak dapat menyusu
 RPS (saat lahir):
Bayi lahir tanpa tangis kemudian dengan manajemen asfiksia dengan metode
HAIKAP bayi menangis kuat. Bayi lahir dengan BB 2600 gram, panjang 46 cm, tanpa
cacat dan dengan anus. Bayi tidak mau menyusu dan tiap diberi ASI, bayi muntah.
 Riwayat Kehamilan:
Bayi ini adalah anak pertama. Sebelumnya ibu tidak pernah keguguran/abortus,
selama hamil tidak pernah mengalami sakit berat, dan selalu memeriksakan diri ke
bidan secara teratur setiap bulan.
Nafsu makan ibu meningkat selama kehamilan, tetapi berat badan ibu hanya naik 15
kg selama hamil. Ketika ditanyakan masalah makan, pada saat hamil usia 1-4 bulan
ibu sering muntah-muntah dan pada 1 bulan akhir kehamilan ibu hanya makan nasi
pecel dan sering diare. Sehari menjelang kelahiran ibu tidak makan sama sekali.
Selama hamil ibu tidak minum jamu-jamuan, merokok, maupun mengkonsumsi obat
selain obat yang diberikan oleh posyandu.
Jika dihitung dari HPHT bayi lahir cukup bulan yaitu lahir pada usia kehamilan 38-39
minggu.
 Riwayat Persalinan:
Ibu melahirkan pada usia 40 tahun (risiko tinggi). Bayi lahir dengan letak sungsang
dengan APGAR score 4-6 dimana bayi saat lahir tidak menangis. Bayi kemudian
menangis setelah dilakukan manajement asfiksia dengan metode HAIKAP. Ketuban
pecah sekitar jam 18.30 (maghrib) dan jernih.

Keluhan saat di follow up:


Bayi tidak mau menetek dan ASI tidak keluar.

Pemeriksaan
 Pemeriksaan Umum:
Keadaan Umum : Lemah
Vital Sign :
N : 120x/menit
RR : 32x/menit
t : 36,5° C
 Pemeriksaan Khusus:
Napas bayi berbunyi tetapi tidak ada suara napas tambahan pada auskultasi pulmo,
bayi tidak apneu maupun dispneu, tidak ikterik, tidak sianosis, dan tidak ada tanda-
tanda sepsis. Pada pemeriksaan extramitas:
Akral Hangat : Superior : ka/ki : +/+
Inferior : ka/ki : +/+
Oedem : Superior : ka/ki : -/-
Inferior : ka/ki : -/-

Tanggal 24 Pebruari 2011


Anamnesis
Keluhan saat di follow up:
Bayi masih tidak mau menetek tetapi sudah mau minum susu formula melalui dot. ASI hanya
keluar sedikit.
Pemeriksaan
 Pemeriksaan Umum:
Keadaan Umum : Baik
Vital Sign :
N : 122x/menit
RR : 40x/menit
t : 36,3° C
 Pemeriksaan Khusus:
Napas bayi masih berbunyi tetapi tidak ada suara napas tambahan pada auskultasi
pulmo, bayi tidak apneu maupun dispneu, tidak ikterik, tidak sianosis, dan tidak ada
tanda-tanda sepsis. Pada pemeriksaan extramitas:
Akral Hangat : Superior : ka/ki : +/+
Inferior : ka/ki : +/+
Oedem : Superior : ka/ki : -/-
Inferior : ka/ki : -/-

Tanggal 25 Pebruari 2011


Anamnesis
Keluhan saat di follow up:
Bayi masih tidak mau menetek tetapi sudah mau minum susu formula melalui dot. Keinginan
bayi untuk minum susu meningkat, bayi tidak rewel, dan BAB lancar serta tidak diare. ASI
masih keluar sedikit-sedikit.
Pemeriksaan
 Pemeriksaan Umum:
Keadaan Umum : Baik
Vital Sign :
N : 130x/menit
RR : 41x/menit
t : 36,5° C
 Pemeriksaan Khusus:
Napas bayi sudah tidak berbunyi dan tidak ada suara napas tambahan pada auskultasi
pulmo, bayi tidak apneu maupun dispneu, tidak ikterik, tidak sianosis, dan tidak ada
tanda-tanda sepsis. Pada pemeriksaan extramitas:
Akral Hangat : Superior : ka/ki : +/+
Inferior : ka/ki : +/+
Oedem : Superior : ka/ki : -/-
Inferior : ka/ki : -/-

Diagnosis
BBLR

Terapi
Tanggal 24 Pebruari 2011
 Infus NS 28 tpm micro
 Injeksi Gentamycin 0,5 cc iv
 Po (-)
Tanggal 25 Pebruari 2011
Dilakukan imunisasi dan koordinasi dengan bidan terkait kontrol ke posyandu untuk bayi
selanjutnya.

Prognosis
Ad Bonam
DAFTAR PUSTAKA

Azis, Abdul L. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Kesehatan Anak, edisi III.
Surabaya: RSU Dokter Sutomo.

Bickley, Lynn S. 2009. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Jakarta:
EGC

Kosim, S. 2008. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia.

Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).


Departemen Kesehatan.

Suraatmaja, S. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Denpasar: RSUP
Sanglah.

Anda mungkin juga menyukai