Anda di halaman 1dari 2

Merokok merupakan masalah dunia.

Prevalensi merokok masih cukup tinggi dan


berhubungan terhadap risiko penyakit dan tingginya angka kematian. Pada tahun 2003, di
Inggris populasi dewasa diperkirakan merokok sebanyak 12,5 juta orang, dimana 27% pada
laki-laki dan 24% pada wanita.1 Di Amerika Serikat dilaporkan prevalensi merokok 26,4%
pada lakilaki dan 22% pada wanita.2 Di Indonesia prevalensi merokok tampak lebih tinggi
lagi yaitu pada laki-laki dilaporkan sekitar 50 ! 70 %3 dan pada penelitian sebelumnya di
Desa Tenganan Pegringsingan Bali didapatkan prevalensi merokok sebesar 26,3% dan pada
kelompok laki-laki kami dapatkan 53,93% dan wanita 1,19%.11
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penderita PPOK di Puskesmas Kecamatan
Samdua Aceh Selatan 0% perokok ringan, 19% perokok sedang dan 81% perokok berat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nisa di RSUP Haji Adam
Malik Medan dari 54 pasien PPOK adalah perokok berat 64%, 24% perokok sedang dan 12%
perokok ringan.11 Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Anwar yang
menyatakan bahwa mayoritas penderita PPOK adalah perokok berat.12
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 19% penderita PPOK di Puskesmas
Samadua Aceh Selatan mengalami sesak derajat II, 48% sesak derajat III dan 33% sesak
derajat IV. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Anwar yang menunjukkan
bahwa paling banyak penderita PPOK dengan derajat III yaitu 50%.12 Penderita pada derajat
III menunjukkan kondisi sudah semakin memburuk sehingga memerlukan perawatan yang
intensif di rumah sakit. Menurut GOLD, penderita PPOK pada derajat II mulai menunjukkan
perburukan hambatan aliran udara, disertai dengan adanya pemendekan dalam bernafas
sehingga pada derajat ini penderita mulai mencari pengobatan oleh karena sesak nafas yang
dirasakannya, pada derajat III penderita menunjukkan sesak nafas yang semakin berat,
penurunan kapasitas latihan dan eksaserbasi yang berulang yang berdampak pada kualitas
hidup pasien sehingga penderita harus dirawat di rumah sakit. Oleh karena itu kasus PPOK
derajat II,III banyak kita temukan di rumah sakit terutama derajat III.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa perokok sedang 40% menderita PPOK
dengan sesak derajat II dan 60% menderita PPOK dengan sesak derajat III. Perokok berat
14% menderita PPOK dengan sesak derajat II, 45% sesak derajat III, dan 9% sesak derajat
IV. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan merokok dengan derajat sesak pada
pasien PPOK di Puskesmas Samadua Aceh Selatan. Menurut Menkes RI, hubungan antara
merokok dengan PPOK adalah hubungan dose response, semakin banyak batang rokok yang
di hisap setiap hari dan semakin lama kebiasaan merokok, maka risiko untuk terkena PPOK
akan lebih besar pula.13 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rima, sampel diambil
dari cairan kurasan bronkoalveolar perokok menunjukkan bahwa rokok adalah penyebab
PPOK yang sangat berkontribusi terhadap morbidity dan mortality dimana ditemukannya
peningkatan jumlah makrofag dan neutrofil lebih tinggi pada perokok dibanding bukan
perokok.14 Merokok merupakan faktor risiko utama terjadinya PPOK. Pada perokok aktif
memiliki prevalensi lebih tinggi untuk mengalami gejala respiratorik, abnormalitas fungsi
paru yang dapat menyebabkan batuk, hipersekresi mukus, sumbatan saluran pernapasan dan
berisiko tinggi untuk menderita PPOK. Risiko ini tergantung pada jumlah rokok yang dihisap
perhari, umur mulai merokok dan berapa lama orang tersebut merokok.5 Merokok sangat
mempengaruhi terjadinya PPOK. Di Indonesia, 70% kematian karena penyakit paru kronik
dan emfisema adalah akibat penggunaan tembakau. Lebih daripada setengah juta penduduk
Indonesia pada tahun 2001 menderita penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh
penggunaan tembakau.13 Hal ini dikarenakan zat iritatif dan zat beracun yang terkandung
dalam sebatang rokok seperti nikotin, karbon monoksida dan tar. Terdapat beberapa alasan
yang mendasari pernyataan ini. Pertama, salah satu efek dari penggunaan nikotin akan
menyebabkan konstriksi bronkiolus terminal paru, yang meningkatkan resistensi aliran udara
ke dalam dan keluar paru. Kedua, efek iritasi asap rokok menyebabkan peningkatan sekresi
cairan ke dalam cabang-cabang bronkus serta pembengkakan lapisan epitel. Ketiga, nikotin
dapat melumpuhkan silia pada permukaan sel epitel pernapasan yang secara normal terus
bergerak untuk memindahkan kelebihan cairan dan partikel asing dari saluran pernafasan.
Akibatnya lebih banyak debris berakumulasi dalam jalan napas dan kesukaran bernapas
menjadi semakin bertambah.13

Anda mungkin juga menyukai