PEMERIKSAAN REFLEK
2.1 PENGERTIAN
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun ada pula gerak yang terjadi tanpa
disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari
reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian
hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang
harus dilaksanakan oleh efektor. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi
secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat
dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu.
Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk.
a. Pemeriksaan Neurologi
1. Fungsi Cerebral
Keadaan umum, tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan dengan
Glasgow Coma Scala (GCS) :
• Refleks membuka mata (E)
4 : Membuka secara spontan
3 : Membuka dengan rangsangan suara
2 : Membuka dengan rangsangan nyeri
1 : Tidak ada respon
• Refleks verbal (V)
5 : Orientasi baik
4 : Kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan.
3 : Kata-kata baik tapi kalimat tidak baik
2 : Kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang
1 : Tidak keluar suara
• Refleks motorik (M)
6 : Melakukan perintah dengan benar
5 : Mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukaan perintah dengan benar
4 : Dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi
3 : Hanya dapat melakukan fleksi
2 : Hanya dapat melakukan ekstensi
1 : Tidak ada gerakan
Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang didapatkan. Penderita yang
sadar = Compos mentis pasti GCS-nya 15 (4-5-6), sedang penderita koma dalam,
GCS-nya 3 (1-1-1). Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata
bengkak sedang V dan M normal, penulisannya X – 5 – 6. Bila ada trakheastomi
sedang E dan M normal, penulisannya 4 – X – 6. Atau bila tetra parese sedang E an V
normal, penulisannya 4 – 5 – X. GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat
kesadaran pada anak berumur kurang dari 5 tahun.
Derajat kesadaran :
Ø Sadar : Dapat berorientasi dan berkomunikasi
Ø Somnolens : Dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara
motorik / verbal kemudian terlenan lagi. Gelisah atau tenang.
Ø Stupor : Gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan
nyeri, pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin
terjadi tapi terbatas pada satu atau dua kata saja. Non verbal dengan menggunakan
kepala.
Ø Semi koma : Tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada
yang menghindar (contoh mnghindri tusukan)
Ø Koma : Tidak bereaksi terhadap stimulus
Kualitas kesadaran :
Ø Compos mentis : Bereaksi secara adekuat
Ø Abstensia drowsy/kesadaran tumpul : Tidak tidur dan tidak begitu waspada.
Perhatian terhadap sekeliling berkurang. Cenderung mengantuk. Bingung/confused:
disorientasi terhadap tempat, orang dan waktu
Ø Delerium : Mental dan motorik kacau, ada
halusinasi dan bergerak sesuai dengan kekacauan fikirannya.
Ø Apatis : Tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara
dan pandangan hampa
Gangguan fungsi cerebral meliputi : Gangguan komunikasi, gangguan intelektual,
gangguan perilaku dan gangguan emosi
Pengkajian status mental / kesadaran meliputi :
GCS, orientasi (orang, tempat dan waktu), memori, interpretasi dan komunikasi.
3. Fungsi motorik
a. Otot
Ukuran : atropi / hipertropi
Tonus : kekejangan, kekakuan, kelemahan
Kekuatan : fleksi, ekstensi, melawan gerakan, gerakan sendi.
Derajat kekuatan motorik :
5 : Kekuatan penuh untuk dapat melakukan aktifitas
4 : Ada gerakan tapi tidak penuh
3 : Ada kekuatan bergerak untuk melawan gravitas bumi
2 :Ada kemampuan bergerak tapi tidak dapat melawan gravitasi bumi.
1 : Hanya ada kontraksi
0 : tidak ada kontraksi sama sekali
b. Gait (keseimbangan) : dengan Romberg’s test
4. Fungsi sensorik
Test : Nyeri, suhu, raba halus, gerak, getar, sikap, tekan, refered pain.
5. Refleks
a.Refleks superficial
• Refleks dinding perut
Cara : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal,
intra umbilikal dari lateral ke medial
Respon : kontraksi dinding perut
• Refleks cremaster
Cara : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah
Respon : elevasi testes ipsilateral
• Refleks gluteal
Cara : goresan atau tusukan pada daerah gluteal
Respon : gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateral
b. Refleks patologis
a. Hoffmann Tromer
Tangan pasein ditumpu oleh tangan pemeriksa. Kemudian ujung jari tangan
pemeriksa yang lain disentilkan ke ujung jari tengah tangan penderita. Reflek positif
jika terjadi fleksi jari yang lain dan adduksi ibu jari.
b. Rasping
Gores palmar penderita dengan telunjuk jari pemeriksa diantara ibu jari dan
telunjuk penderita. Maka timbul genggaman dari jari penderita, menjepit jari
pemeriksa. Jika reflek ini ada maka penderita dapat membebaskan jari pemeriksa.
Normal masih terdapat pada anak kecil. Jika positif pada dewasa maka kemungkinan
terdapat lesi di area premotorik cortex.
c. Reflek Palmomental
Garukan pada telapak tangan pasien menyebabkan kontraksi muskulus mentali
ipsilateral. Reflek patologis ini timbul akibat kerusakan lesi UMN di atas inti saraf
VII kontralateral.
d. Reflek Snouting
Ketukan hammer pada tendo insertio m. Orbicularis oris maka akan
menimbulkan reflek menyusu. Menggaruk bibir dengan tongue spatel akan timbul
reflek menyusu. Normal pada bayi, jika positif pada dewasa akan menandakan lesi
UMN bilateral.
e. Mayer Reflek
Fleksikan jari manis di sendi metacarpophalangeal, secara halus normal akan
timbul adduksi dan aposisi dari ibu jari. Absennya respon ini menandakan lesi di
tractus pyramidalis.
f. Reflek babinski
Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi
lateral. Orang normal akan memberikan resopn fleksi jari-jari dan penarikan tungkai.
Pada lesi UMN maka akan timbul respon jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan
jari-jari lain akan menyebar atau membuka. Normal pada bayi masih ada.
g. Reflek Oppenheim
Lakukan goresan pada sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas ke bawah,
dengan kedua jari telunjuk dan tengah. Jika positif maka akan timbul reflek seperti
babinski.
h. Reflek Gordon
Lakukan goresan/memencet otot gastrocnemius, jika positif maka akan timbul
reflek seperti babinski.
i. Reflek Schaefer
Lakukan pemencetan pada tendo achiles. Jika positif maka akan timbul refflek
seperti Babinski.
j. Reflek Caddock
Lakukan goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki di luar telapak kaki, dari
tumit ke depan. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski.
k. Reflek Rossolimo
Pukulkan hammer reflek pada dorsal kaki pada tulang cuboid. Reflek akan terjadi
fleksi jari-jari kaki.
l. Reflek Mendel-Bacctrerew
Pukulan telapak kaki bagian depan akan memberikan respon fleksi jari-jari kaki.
Selain pemeriksaan tersebut di atas juga ada beberapa pemeriksaan lain seperti :
Pemeriksaan fungsi luhur:
1. Apraxia : hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan volunter atas perintah
2. Alexia : ketidakmampuan mengenal bahasa tertulis
3. Agraphia : ketidakmampuan untuk menulis kata-kata
4. Fingeragnosia: kesukaran dalam mengenal, menyebut, memilih dan membedakan
jari-jari, baik punya sendiri maupun orang lain terutama jari tengah.
5. Disorientasi kiri-kanan: ketidakmampuan mengenal sisi tubuh baik tubuh sendiri
maupun orang lain.
6. Acalculia : kesukaran dalam melakukan penghitungan aritmatika sederhana.
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood,Lauralee.2001.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.EGC
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC
Guyton & Hall.2006.Text Book of Medical Phisiology.Elsevisier Saunders
Afrizal Mustaqim di 06.54
Berbagi