Anda di halaman 1dari 12

i

Makalah K3

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA


INDUSTRI BATU BATA

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat dalam Menjalani


Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Disusun Oleh:

ADITYA
TEUKU SULTAN ALAUDDINSYAH
ALFIN RADHIAN
KURNIA GILANG RAMADHANA

Pembimbing:

dr. Hafni Andayani, M.kes.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
BANDA ACEH
2017
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya, penulisan laporan kasus ini dapat diselesaikan.
Selanjutnya shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membimbing umat manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh
dengan ilmu pengetahuan.

Adapun makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas dalam menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Kesehatan Masyarakat Faskultas
Kedokteran, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Selanjutnya tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada dr. Hafni Andayani, M.kes yang telah bersedia meluangkan
waktu membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas ini.

Akhir kata, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan
saran yang membangun sangat penulis nantikan untuk perbaikan di masa
mendatang.

Banda Aceh, November 2017


Wassalam,

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i


DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan ................................................................................................1
BAB II Laporan Kasus ............................................................................................3
BAB III Pembahasan ...............................................................................................4
BAB IV Kesimpulan ................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu ciri negara berkembang adalah terjadinya pembangunan yang
semakin pesat, seperti pembangunan industri untuk memenuhi kebutuhan
penduduk di sebuah negara yang semakin meningkat. Salah satu industri yang
berperan penting adalah industri batu-bata yang merupakan salah satu material
untuk membangun sebuah bangunan seperti rumah sebagai tempat berteduhnya
manusia. Batu-bata terbuat dari tanah liat yang dibakar hingga warna menjadi
kemerahan (1).

Karena peningkatan kebutuhan bahan dasar bangunan batu-bata, saat ini


banyak berdirinya industri batu-bata diberbagai daerah sehingga kebutuhan akan
pekerja di industri pun semakin meningkat, kemajuan industri yang pesat juga
mempunyai dampak negatif bagi pekerja apabila tidak diiringi dengan perhatian
terhadap kesehatan dan keselamatan kerja juga harus ditunjang dengan
perkembangan alat pelindung diri yang sesuai dengan faktor resiko kerja (2).

Dituliskan pada sebuah penelitian di negara Rusia, 2 dekade terkhir


didapatkan semakin meningkatnya jumlah kematian saat kerja. Penyebab
eksternalnya adalah kecelakaan, keracunan dan cedera. Ada pun penyebab lainnya
dikarenakan oleh manajemen sebuah industri yang kurang baik, pihak industri
tidak menyediakan standar keamanan kerja dengan baik, kurangnya personil yang
melatih dan memberi penyuluhan terhadap karyawan tentang cara menjaga
kesehatan dan keselamatan saat bekerja, juga disebabkan kurangnya perhatian
pihak industri dalam melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi pekerja (3).

Proses pembuatan batu-bata diawali dengan penggalian bahan mentah dan


pengolahan bahan mentah dilakukan dengan tangan yang membuat tingginya
resiko terjangkit infeksi cacing, hingga ke tahap pembakarannya dengan suhu
yang sangat tinggi yang dapat mempengaruhi tekanan darah dan menghasilkan
banyak asap yang dapat mengganggu kesehatan saluran pernapasan (4).

1
2

Salah satu langkah dalam pencegahan kecelakaan dan menjaga kesehatan


kerja adalah dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang baik, benar
dan sesuai dengan kebutuhan kerja, penggunaan APD merupakan langkah akhir
dalam mejaga keselamatan dan kesehatan kerja (5). Langkah awal dalam menjaga
kesehatan dan keselamatan kerja adalah managemen dan teknis yang baik, namun
walaupun hal tersebut telah dilaksanakan dengan baik, penggunaan APD harus
tetap dilakukan juga (3) (5).
BAB II
LAPORAN KASUS

Minimnya kesadaran pekerja terhadap penggunaan alat pelindung diri


masih sangat minim, khusnya pada para pekerja pembuat batu bata. Pada
pengamatan kami terhadap pabrik batu bata yang terletak di desa kajhu, Kab.
Aceh Besar, para pekerja tidak menggunakan APD sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan. Dari hasil pengamatan kami, para pekerja hanya menggunakan
sepatu bot ketika para pekerja menggali dan mengaduk tanah. Proses pengolahan
pun hanya dilakukan dengan sepatu bot dan bantuan traktor. Ketika proses
pengeringan dan pembakaran, pekerja masuk ke dalam tungku api besar tanpa
menggunakan pelindung. Pekerja hanya sesekali menutup mulut ketika asap
sudah mulai banyak menggunakan pakaian yang digunakan.
Selain proses pembuatan yang tidak baik, pekerja batu bata kebanyakan
tinggal di tempat pembuatan batu bata tersebut. Area kerja yang tidak bersih dan
terkadang becek, menjadi tempat bermain anak-anak pekerja. Rendahnya sistem
sanitasi membuat lokasi pembuatan batu bata ini sangat tidak layak untuk
ditinggali oleh pekerja khususnya anak-anak.

3
BAB III
PEMBAHASAN

Pabrik batu-bata adalah sebuah usaha yang memproduksi batu-bata. Batu-


bata merupakan salah satu bahan dasar bangunan yang sering digunakan (6).
Dalam pembuatan batu-bata melalui beberapa tahap sebagai berikut :

2.3.1 Penggalian Tanah

Bahan utama pembuatan batu-bata adalah tanah, tanah yang dipilih adalah
tanah yang mengandung sedikit pasir, lapisan paling atas setebal 40 – 50cm dan
bersih dari plastik, akar pohon, dan sebagainya. Tanah digali hingga 1,5 hingga
2,5 meter, tergantung dengan kondisi tanah yang digali. Tanah yang telah digali
kemudian disimpan dalam waktu yang lama untuk membusukkan organisme
yang berada dalam tanah tersebut, semakin lama disimpan semakin baik kualitas
tanah tersebut untuk pembuatan batu-bata (4)

2.3.2 Pengolahan Bahan Mentah

Setelah didapatkan tanah dan material lain yang sesuai dengan syarat
untuk pembuatan batu-bata, selanjutnya bahan mentah tersebut diolah. Tanah liat
dicampur dengan bahan mentah lainnya hingga merata, 20% bahan mentah
pembuatan batu-bata adalah air yang bertujuan untuk proses pelumatan, proses
pelumatan dapat dilakukan dengan kaki atau diaduk dengan menggunakan
tangan, air yang digunakan harus sesuai dengan syarat yang telah dijelaskan
diatas. Setelah itu bahan yang telah dicampurkan tersebut didiamkan kembali
selama 2 sampai 3 hari guna untuk memberikan kesempatan partikel tanah
menyerap air dan bahan mentah lainnya secara merata. (4)

2.3.3 Pembentukan Batu-bata

Setelah bahan mentah yang campurkan dan didiamkan 2 hingga 3 hari,


tanah telah mempunyai sifat plastisitas yang sesuai dengan syarat untuk membuat
batu-bata, kemudian bahan mentah tersebut dibentuk menggunakan alat
pencetaknya dengan ukuran sesuai yang telah ditentukan oleh SNI S-04-1989-F

4
5

atau SII-0021-78. Alat cetak terbuat dari kayu atau kaca, langkah pencetakannya
adalah sebagai berikut :

 Alat cetak basahi dengan air agar tanah tidak lengket pada alat cetak
 Bagian lantai dasar pencetakan harus rata dan ditaburi dengan abu
 Alat cetak diletakkan di atas lantai pencetakan
 Bahan mentah pembuatan batu-bata dimasukkan kedalam cetakan dan
dipadatkan hingga ke sudut-sudut alat cetak
 Angkat alat cetak tersebut dari lantai pencetakan
 Biarkan terkena matahari dan kumpulkan di tempat yang terlindung
sambil diangin-anginkan. (4)

2.3.4 Pengeringan Batu-bata

Pengeringan batu-bata setelah proses pembentukan dilakukan secara


bertahap, saat pengeringan batu-bata batu-bata ditutup dengan plastik agar tidak
terpapar sinar matahari secara langsung, agar batu-bata tidak retak. Setelah 1 hari
batu-bata dibalik, kira-kira sudah cukup kering, batu-bata ditumpuk dengan posisi
menyilang satu sama lainnya agar terkena angin. Biasanya pengeringan batu-bata
berlangsung selama 2 hari apabila cuacanya sesuai dengan kebutuhan
pengeringan, namun pada cuaca lembab pengeringan bisa sampai hingga 1
minggu.

2.3.4 Pembakaran Batu-bata

Proses akhir dari pembuatan batu-bata adalah pembakaran, pada proses


ini harus diperhatikan suhu, kecepatan pembakaran dan kecepatan pendinginan.
Pada proses ini terjadi perubahan kimia dan fisika serta minerology tanah.
Kenaikan suhu dan kecepatan pembakaran harus seimbang, kenaikan temperatur
harus perlahan untuk mencegah terjadinya kerugian akibat batu-bata yang pecah-
pecah, adanya noda hitam, pengembangan dan lain-lain. Berikut taha-tahap
pembakaran batu-bata :

 Penguapan, bertujuan untuk pengeluaran air yang digunakan untuk


pembentukan batu-bata, tahap ini berlangsung hingga temperatur 120°C.
6

 Oksidasi, pada tahap ini terjadi pembakaran sisa tumbuhan (karbon) yang
terdapat pada tanah, berlangsung pada suhu 650°C - 800°C.
 Pembakaran penuh, batu-bata mengalami pembakaran hingga matang dan
terjadi proses sintering hingga batu-bata padat, berlangsung pada suhu
920°C - 1020°C tergantung dengan kualitas tanah yang digunakan.
 Penahanan, temperatur dipertahankan selama 1 – 2 jam. (4)

2.4 Bahaya yang dapat ditimbulkan pembuatan

2.4.1 Tanah

Tanah merupakan zat yang mempunyai agen infeksius seperti beberapa


jenis nematoda yang mengeluarkan telur atau larvanya ke tanah dengan jumlah
mencapai 20 hingga 200.000 perhari, kemudian bentuk infektif nematoda
memasuki tubuh manusia dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan
aktif seperti cacing tambang dan strongyloides, dimana nematoda menembus
kulit manusia. Manusia merupakan hospes definitife utama semua nematode,
dimana menjadi parasit untuk manusia.6

2.4.2 Asap

Asap atau smoke adalah salah satu aerosol padat yang berukuran kurang
dari 0,1 mikrometer dan terbentuk oleh pembakaran tidak sempurna dari material
yang mengandung karbon. Kandungan asap berupa droplet cairan disamping
partikulat kering.6

1.4.3 Partikel

Partikel atau debu akan berbahaya apabila terhirup oleh manusia dan
masuk ke dalam saluran pernapasan, tingkat bahaya tergantung dari jenis dan
diameter dari partikel tersebut, ukuran partikel yaitu 0,1 - 10 mikron, WHO juga
menuliskan debu berdiameter 0,3 – 0,6 mikrometer dapat terhirup ke dalam
alveoli, sedangkan partikel yang lebih besar akan tersangkut di saluran
pernapasan. Salah satu contoh sumber partikel adalah partikel yang dihasilkan
7

oleh pembakaran pabrik yang dapat melayang di udara beberapa hari dan
melayang hingga ribuan kilometer. Partikel dapat berupa karbon, jelaga, abu
terbang, lemak, minyak, pecahan logam.7

Partikel debu atau total suspended particulate (TSP) adalah komponen


yang dapat menurunkan kualitas udara ambien dan bersifat karsinogen, yang
dapat menimbulkan gangguan fungsi paru bagi manusia. 7
8

BAB IV
KESIMPULAN

Dari laporan kasus diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa masih
banyaknya industri batu bata yang tidak menggunakan alat pelindung diri selama
proses produksi batu bata tersebut. Salah satu alasan rendahnya penggunaan APD
pada produksi batu bata adalah tidak pengetahuan pata pekerja yang rendah serta
minimnya biaya dan support pemerintah dalam upaya peningkatan kesehatan dan
keselamatan kerja.
Diperlukan upaya dari setiap lapisan masyarakat dalam upaya peningkatan
kesehatan serta keselamatan kerja. Menjadi suatu kewajiban bagi tenaga
kesehatan yang bertugas di desa tersebut untuk menumbuhkan kesadaran
pentingnya penggunaan alat pelindung diri dan bahaya-bahaya yang dapat
ditimbulkan oleh industry batu bata.
9

DAFTAR PUSTAKA

1. Dudarev AA, Karnachev IP, Odland JØ. Occupational accidents in Russia


and the Russian Arctic. coactionpublishing. 2013.
2. Handayani EE, Wibowo TA, Suryani D. HUBUNGAN ANTARA
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI, UMUR DAN MASA
KERJA DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA BAGIAN
RUSTIC DI PT BORNEO MELINTANG BUANA EKSPORT
YOGYAKARTA. KES MAS. 2010.
3. Merry S, Teza M. Analisa Polusi Kerja. JITI. 2012 juni; 11.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Tenyang Alat Pelindung Diri. , Tenaga Kerja Dan Transmigrasi; 2010.
5. Notoadmojo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Jakarta: Rineka Cipta;
2003.
6. Stephan L, MG R, BS C, D G. Mercury as a serous helath hazard for
children in gold mining areas. Evironmental Research. 2008;: p. 89-97.
7. Gaidajis G.. Ambient concentrations of total suspended particulate matter
and its elemental constituents at the wider area of the mining facilities of
TVX Hellas in Chalkidiki, Greece. J Environ Sci Health A Tox Hazard
Subst Environ Eng. 2003;38(11):2509-20.

Anda mungkin juga menyukai