1. Pengertian
Oksigenasi merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas. Masuknya oksigen ke
jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi kardiovaskuler dan keadaan hematologi
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan oksigen di atmosfer. Konsentrasi oksigen dalam udara ruangan adalah
21%. Tujuan terapi oksigen adalah memberikan transport oksigen yang adekuat dalam darah
sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stres pada miokardium ( Mutaqqin2005 )
2. Etiologi
1
1. Faktor predisposisi
4. Faktor perkembangan. Pada bayi premature berisiko terkena penyakit membrane hialin
karena belum matur dalam menghasilkan surfaktan. Bayi dan toddler berisiko mengalami
infeksi saluran pernafasan akut. Pada dewasa, mudah terpapar faktor risiko kardiopulmoner.
System pernafasan dan jantung mengalami perubahan fungsi pada usia tua / lansia.
5. Perilaku atau gaya hidup. Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopilmonar. Obesitas yang
berat menyebabkan penurunan ekspansi paru. Latihan fisik meningkatkan aktivitas fisik
metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen. Gaya hidup perokok dikaitkan dengan sejumlah
penyakit termasuk penyakit jantung, PPOK, dan kanker paru (Potter&Perry, 2006).
4. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi
(proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila
pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan
sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses
ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup,
2
afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan
nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek,
posisi tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang,
menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea, kelelahan,
somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS abnormal, sianosis, warna kulit abnormal
6. Pemeriksaan Penunjang
oksigenasi yaitu:
stres fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respond miokard terhadap
3
c. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi ; pemeriksaan
Muttaqin (2005) menyatakan bahwa indikasi utama pemberian terapi O2 sebagai berikut :
a. Klien dengan kadar O2 arteri rendah dari hasil analisa gas darah
b. Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap keadaan
hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya kerja otot-otot
tambahan pernafasan
c. Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk mengatasi
Teknik sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Teknik
ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan
volume tidal pasien. Pemberian O2 sistem aliran rendah ini ditujukan untuk klien yang
memerlukan O2 tetapi masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien
dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit (Harahap,
2005).
4
Yang termasuk dalam sistem aliran rendah yaitu kataeter nasal, kanula nasal, sungkup
muka sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing, sungkup muka dengan kantong
non rebreathing.
klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai
sebagai kateter penghisap. Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 45%,
tehnik memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi
lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran lebih dari 6 L/mnt dapat
menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat
(Harahap, 2005).
dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah memasukkan kanul dibanding
kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien. Kerugian tidak
dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2 berkurang bila klien bernafas
lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lender
(Harahap, 2005).
diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan
melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi
5
aerosol. Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat
tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lender. Kerugian Tidak
dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan
diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput lendir. Kerugian kantong O2
Suatu teknik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe
pernafasan, sehingga dengan teknik ini dapat menambahkan konsentrasi O2 yang lebih tepat
dan teratur. Adapun contoh teknik sistem aliran tinggi yaitu sungkup muka dengan ventury.
Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke
sungkup kemudian dihimpit untuk mengatur suplai O2 sehingga tercipta tekanan negatif,
akibat udara luar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara
pada alat ini ± 4–14 L/mnt dan konsentrasi 30 – 55% (Harahap, 2005).
6
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1) Data Subjektif
2) Data Objektif
1) Data Subjektif
7
2) Data Objektif
b) Orthopnea
c) Pernafasan disritmik
d) Letargi
1) Data Subjektif
2) Data Objektif
8
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3) Edema paru
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d peningkatan sputum ditandai dengan batuk
produktif
9
No Tujuan dan Kriteria Hasil INTERVENSI RASIONAL
DX
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Auskultasi dada 1.Pernafasan rochi,
selama … x 24 jam diharapkan bersihan untuk karakter bunyi wheezing
jalan napas efektif sesuai dengan nafas dan adanya menunjukkan
tertahannya secret
kriteria: secret.
obstruksi jalan nafas
1. Menunjukkan jalan nafas bersih
2. Suara nafas normal tanpa suara 2.Membantu
tambahan 2.Berikan air minum mengencerkan secret
3. Tidak ada penggunaan otot bantu hangat
nafas 3. Memudahkan pasien
4. Mampu melakukan perbaikan untuk bernafas
bersihan jalan nafas 3.Beri posisi yang
nyaman seperti posisi 4.Pakaian yang ketat
semi fowler menyulitkan pasien
untuk bernafas
4.Sarankan keluarga
agar tidak memakaikan 5.Kelembapan
pakaian ketat kepada mempermudah
pasien pengeluaran dan
mencegah
5.Kolaborasi pembentukan mucus
penggunaan nebulizer tebal pada bronkus dan
membantu pernafasan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1.Kaji frekuensi 1.Mengetahui frekuensi
selama….X24 jam diharapkan pola pernafasan pasien. pernafasan paasien
napas efektif dengan kriteria :
1. Menunjukkkan pola nafas efektif 2.Tinggikan kepala dan
dengan frekuensi nafas 16-20 kali/menit bantu mengubah posisi. 2.Duduk tinggi
dan irama teratur memungkinkan
2. Mampu menunjukkan perilaku 3.Ajarkan teknik ekpansi paru dan
bernafas dan relaksasi memudahkan
peningkatan fungsi paru
yang benar pernafasan
4.Kolaborasikan dalam
3.HE dapat
pemberian obat
memberikan
pengetahuan pada
pasien tentang teknik
bernafas
4.Pengobatan
mempercepat
penyembuhan dan
memperbaiki pola
nafas
10
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Auskultasi dada 1.Weezing atau
selama ….X 24 jam diharapkan untuk karakter bunyi mengiindikasi
pertukaran gas dapat dipertahankan nafas dan adanya akumulasi
dengan kriteria : secret. sekret/ketidakmampuan
1. Menunjukkan perbaikan ventilasi membersihkan jalan
dan oksigenasi jaringan napas sehingga otot
2. Tidak ada sianos aksesori digunakan dan
kerja pernapasan
meningkat.
11
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
keperawatan
a. Mandiri: aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan bukan merupakan
b. Delegatif: tindakan keperawatan atas intruksi yang diberikan oleh petugas kesehatan yang
berwenang
c. Kolaboratif: tindakan perawat dan petugas kesehatan yang lain dimana didasarkan atas
keputusan bersama.
5. EVALUASI KEPERAWATAN
b. Dx 2:
1) Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman nafas yang normal
c. Dx 3:
12
DAFTAR PUSTAKA
Harahap. (2005). Oksigenasi Dalam Suatu Asuhan Keperawatan. Jurnal Keperwatan Rufaidah
Sumatera Utara Volume 1
Muttaqin. (2005). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Pernafasan. Salemba Medika.
Jakarta
Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. (2000). Nursing Outcame Clasification. Mosby.
Philadelphia
McCloskey & Gloria M Bulechek. (1996). Nursing Intervention Clasification. Mosby. USA
Wartonah dan Tarwoto. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
13