Referat Dry Eye
Referat Dry Eye
DAFTAR ISI 4
BAB I PENDAHULUAN 5
BAB IV KESIMPULAN 24
DAFTAR PUSTAKA 25
1
BAB I
PENDAHULUAN
permukaan okuler. Perubahan patologis yang terlihat pada sindrom mata kering
(dry eye disease) mempengaruhi semua komponen tear film. Sindrom mata
kering adalah suatu gangguan pada permukaan mata yang ditandai dengan
Angka kejadian Sindroma Mata Kering ini lebih banyak pada wanita dan
sindrom mata kering mempengaruhi lebih dari satu komponen film air mata atau
berakibat perubahan permukaan mata yang secara sekunder menyebabkan film air
penambahan keratinasi.1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
lakrimal)
2. Saluran air mata yang diteruskan ke dalam hidung (sistem ekskresi lakrimal)
Bagian-bagian dari aparatus lakrimalis adalah: ( 2,4 )
1. Kelenjar lakrimalis terdapat pada fossa lakrimal, sisi medial prosesus zigomatikum
os frontal. Berbentuk oval, kurang lebih bentuk dan besarnya menyerupai almond,
dan terdiri dari dua bagian, disebut kelenjar lakrimal superior (pars orbitalis) dan
inferior (pars palpebralis). Duktus kelenjar ini, berkisar 6-12, berjalan pendek
sebelah medial bagian superior dan inferior dari kelopak mata. Punctum relatif
avaskular dari jaringan disekitarnya selain itu warna pucat dari punctum ini sangat
terlihat kecuali jika kelopak bawah mata dibalik sedikit. Jarak superior dan inferior
6,5mm dan 6,0 mm. Air mata dari canthus medial masuk ke punctum lalu masuk ke
canalis lakrimalis.
4. Kanalikuli lakrimalis : Lacrimal ducts (lacrimal canals), berawal pada orifisium
yang sangat kecil, bernama puncta lacrimalia, pada puncak papilla lacrimales,
terlihat pada tepi ekstremitas lateral lakrimalis. Duktus superior, yang lebih kecil dan
lebih pendek, awalnya berjalan naik, dan kemudian berbelok dengan sudut yang
tajam, dan berjalan ke arah medial dan ke bawah menuju lacrimal sac. Duktus
inferior awalnya berjalan turun, dan kemudian hamper horizontal menuju lacrimal
3
sac. Pada sudutnya, duktus mengalami dilatasi dan disebut ampulla. Pada setiap
lacrimal papilla serat otot tersusun melingkar dan membentuk sejenis sfingter.
5. Saccus lakrimalis (kantong lakrimal) : ujung bagian atas yang dilatasi dari duktus
nasolakrimal, dan terletak dalam cekungan (groove) dalam yang dibentuk oleh
tulang lakrimal dan prosesus frontalis maksila. Bentuk lacrimal sac oval dan ukuran
panjangnya sekitar 12-15 mm; bagian ujung atasnya membulat; bagian bawahnya
memanjang dari bagian bawah lacrimal sac menuju meatus inferior hidung, dimana
saluran ini berakhir dengan suatu orifisium, dengan katup yang tidak sempurna,
nasolakrimal terdapat pada kanal osseous, yang terbentuk dari maksila, tulang
segmen temporal atas anterior orbita yang dipisahkan dari bagian palpebra oleh
kornu lateralis muskulus levator palpebra. Untuk mencapai bagian kelenjar ini
dengan pembedahan, harus diiris kulit, muskulus orbikularis okuli, dan septum
orbita.
2. Bagian Palpebra yang lebih kecil terletak tepat di atas segmen temporal forniks
lubang kecil, yang mengubungkan bagian orbita dan bagian palpebra kelenjar
kelenjar akan memutus semua saluran penghubung dan mencegah seluruh kelenjar
bersekresi.
Kelenjar Lakrimal aksesorius terletak di dalam substansia propria di konjungtiva
salivarius superior.
4
3. Saraf simpatis yang menyertai arteria dan nervus lakrimalis.
Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis yang terletak di
fossa glandulae lacrimalis yang terletak di kuadran temporal atas orbita. Kelenjar
yang berbentuk kenari ini dibagi oleh kornu lateral aponeurosis levator menjadi
lobus orbita yang lebih besar dan lobus palpebra yang lebih kecil, masing-masing
kelenjar utama datang dari nucleus lacrimalis di pons melalui nervus intermedius
5
Kelenjar lakrimal assesorius, walaupun hanya sepersepuluh dari massa
glikoprotein dalam bentuk musin. Modifikasi kelenjar sebasea meibom dan zeis di
tepian palpebra memberi lipid pada air mata. Kelenjar Moll adalah modifikasi
Sekresi kelenjar lakrimal dipicu oleh emosi atau iritasi fisik dan
goblet, berakibat mengeringnya korena meskipun banyak air mata dari kelenjar
lakrimal.
Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7-10 µm yang menutup epitel
sekitar 80%. Bahkan sebuah perubahan kecil pada kestabilan dan volume tear film
kontras). “Tear break up” menyebabkan aberasi optik yang akan menurunkan
kualitas fokus gambaran yang didapatkan retina. Oleh karena itu, ketidakteraturan
6
pada tear film preocular merupakan penyebab munculnya gejala visual fatigue
dan fotofobia.
2. Membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan konjungtiva yang
lembut.
Pergerakan kelopak mata dapat menimbulkan gaya ± 150 dyne/cm yang
mempengaruhi tear film. Lapisan musin pada tear film dapat mengurangi efek
apoptosis.
3. Menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan pembilasan mekanik dan
efek antimikroba.
Permukaan okuler adalah permukaan mukosa yang paling sering terpapar
lingkungan. Bagian ini selalu terpapar suhu yang ekstrim, angin, sinar UV, alergen
dan iritan. Tear film harus memiliki stabilitas untuk menghadapi paparan
adalah IgA, laktoferin, lisozim dan enzim peroksidase yang dapat melawan infeksi
pada growth factors yang terdapat pada tear film dan mendapat nutrisi dari tear
film. Tear film menyediakan elektolit dan oksigen untuk epitel kornea sedangkan
glukosa yang dibutuhkan kornea berasal dari difusi dari aqueous humor. Tear film
terdiri dari ± 25 g/mL glukosa, kira-kira 4% dari konsentrasi glukosa pada darah,
7
terdapat pada tear film juga mengurangi radikal bebas akibat pengaruh
lingkungan. Tear film juga mengandung growth factor yang penting untuk
1. Lapisan Superfisial
Merupakan film lipid monomokuler yang berasal dari kelenjar meibom.
Diduga lapisan ini menghambat penguapan dan membentuk sawar kedap air saat
palpebra ditutup. Lapisan ini terdiri dari lipid polar dan non polar yang menyebar
ke seluruh permukaan mata saat mata berkedip. Penyebaran lipid ini penting
lapisan musin yang dapat mengakibatkan lapisan ini tidak bisa dibasahi.
2. Lapisan akueosa tengah
Lapisan yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal mayor dan minor,
mengandung substansi larut air (garam dan protein). Lapisan ini mengandung
oksigen, elektrolit dan banyak protein seperti growth factors, yang berfungsi
sebagai sumber nutrisi dan menyediakan lingkungan yang cocok untuk epitel
8
EGF, HGF dan KGF. Immunoglobulin dan protein lainnya seperti laktoferin,
lisozim, defensin dan IgA, menjaga pemukaan mata dari infeksi bakteri dan virus.
volume sel epitel. Ion juga membantu proses enzimatik dengan melarutkan
3. Lapisan musinosa
Terdiri atas glikoprotein dan melapisi sel-sel epitel kornea dan konjungtiva.
Membran sel epitel terdiri atas lipoprotein dan karenanya relatif hidrofobik.
Permukaan yang demikian tidak dapat dibasahi dengan larutan berair saja. Musin
diadsorpsi sebagian pada membran epitel kornea dan oleh mikrovili ditambatkan
pada sel-sel permukaan. Ini menghasilkan permukaan hidrofilik baru bagi lapisan
akueosa untuk menyebar secara merata ke bagian yang dibasahinya dengan cara
epitel kornea yang bersifat hidrofobik. Lapisan ini juga berfungsi dalam
9
mempertahankan kejernihan penglihatan dan kekuatan refraksi.Lapisan musin
mencakup 60% dari protein total air mata; sisanya globulin dan lisozim yang
berjumlah sama banyak. Terdapat IgA, IgG, dan IgE. Yang paling banyak adalah
IgA, yang berbeda dari IgA serum karena bukan berasal dari transudat serum saja;
IgA juga diproduksi oleh sel-sel plasma dalam kelenjar lakrimal. Pada keadaan
alergi tertentu, seperti konjungtivitis vernal, konsentrasi IgE dalam cairan mata
meningkat.
Lisozim air mata menyusun 21-25% protein total, bekerja secara sinergis
mekanisme pertahanan penting terhadap infeksi. Enzim air mata lain juga bisa
10
berperan dalam diagnosis berbagai kondisi klinis tertentu, mis., hexoseaminidase
irregular.
Perubahan jumlah dan komposisi tear film dapat terjadi karena defisiensi
aqueous, difisiensi musin atau sebaliknya kelebihan aqueous dan musin dan /atau
osmolaritas tear film terlhat pada pasien dengan keratoconjunctivitis sicca atau
pada blefaritis dan pada orang yang menggunakan lensa kontak. Penyebaran air
mata yang tidak merata dapat terjadi bersamaan dengan permukaan kornea atau
limbus yang tidak rata (inflamasi, jaringan parut, perubahan distropi) atau
penggunaan lensa kontak yang tidak benar. Dapat juga terjadi akibat gangguan
pada kelopak mata akibat kelainan kongenital, disfungsi kelopak mata neurogenik,
mata dimana jumlah atau kualitas produksi air mata berkurang atau penguapan air
11
2. Etiologi
Banyak diantara penyebab sindrom mata kering mempengaruhi lebih dari satu
komponen film air mata atau berakibat perubahan permukaan mata yang secara
sekunder menyebabkan film air mata menjadi tidak stabil. Ciri histopatologik
12
6. Medikasi-antihistamin, agen muskarin, agen Beta-adregenic blocker
13
4. Epidemiologi
Mata kering merupakan salah satu gangguan yang sering pada mata,
persentase insidenisanya sekitar 10-30% dari populasi, terutama pada orang yang
usianya lebih dari 40 tahun dan 90% terjadi pada wanita. Frekuensi insidensia
sindrom mata kering lebih banyak terjadi pada ras Hispanic dan Asia
5. Manifestasi Klinis
Pasien dengan mata kering paling sering mengeluh tentang sensasi gatal atau
berpasir (benda asing). Gejala umum lainnya adalah gatal, sekresi mukus
merah, sakit, dan sulit menggerakkan palpebra.2 Pada kebanyakan pasien, ciri
paling luar biasa pada pemeriksaan mata adaah tampilan yang nyata-nyata normal.
Ciri yang paling khas pada pemeriksaan slitlamp adalah terputus atau tiadanya
14
meniskus air mata di tepian palpebra inferior. Benang-benang mukuskental
Pada konjungtiva bulbi tidak tampak kilauan yang normal dan mungkin menebal,
Epitel kornea terlihat bertitik halus pada fissura interpalpebra. Sel-sel epitel
konjungtiva dan kornea yang rusak terpulas dengan bengal rose 1% dan defek
pada epitel kornea terpulas dengan fluorescein.. Pada pasien dengan sindrom
Filamen Kornea
satu ujung setiap filamen melekat pada epitel kornea dan ujung lain bergerak
bebas. Filamen ini terdiri dari sel epitel kornea yang berdegenerasi dan mukus
yang berkembang dan menempel pada permukaan kornea yang menyebabkan rasa
Filamen ini terbentuk karena peningkatan mukus film air mata hingga
aqueous. Hal ini biasanya disebabkan oleh penurunan produksi air mata, tetapi
Perubahan dalam makeup film air mata ini menjadi dasar pembentukan filamen
mukoid. Cacat kecil pada epitel kornea memberikan permukaan tempat untuk
filamen berada. Mucin menempel pada defek epitel dan untaian epitel longgar
menempel pada permukaan kornea. Filamen dapat bervariasi dari 0.5mm sampai
15
10mm panjangnya. Opasitas subepitel berwarna abu-abu terkadang bisa dilihat di
dasar filamen. Berkedip menyebabkan traksi yang menyakitkan pada filamen dan
rose Bengal, tapi bisa juga dilihat dengan fluorescein. Lokasi filamen dapat
6. Diagnosis
Saat ini tidak ada kriteria diagnosis yang uniform untuk menegakan diagnosis
dry eye. Kombinasi dari anamnesis dan beberapa tes pemeriksaan biasa dipakai
Diagnosis dan penderajatan keadaan mata kering dapat diperoleh dengan teliti
A. Tes Schirmer
Tes ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan memasukkan strip
Schirmer (kertas saring Whatman No. 41) kedalam cul de sac konjungtiva inferior
pada batas sepertiga tengah dan temporal dari palpebra inferior. Bagian basah
16
yang terpapar diukur 5 menit setelah dimasukkan. Panjang bagian basah kurang
utama, yang aktivitas sekresinya dirangsang oleh iritasi kertas saring itu. Tes
hasil false positive dan false negative. Hasil rendah kadang-kadang dijumpai pada
orang normal, dan tes normal dijumpai pada mata kering terutama yang sekunder
mungkin tidak mempengaruhi tes Schirmer namun dapat berakibat tidak stabilnya
film air mata. Ini yang menyebabkan lapisan itu mudah pecah. Bintik-bitik kering
terbentuk dalam film air mata, sehingga memaparkan epitel kornea atau
konjungtiva. Proses ini pada akhirnya merusak sel-sel epitel, yang dapat dipulas
dengan bengal rose. Sel-sel epitel yang rusak dilepaskan kornea, meninggalkan
17
daerah-daerah kecil yang dapat dipulas, bila permukaan kornea dibasahi
flourescein.
Tear film break-up time dapat diukur dengan meletakkan secarik keras
berflourescein pada konjungtiva bulbi dan meminta pasien berkedip. Film air
sementara pasien diminta agar tidak berkedip. Waktu sampai munculnya titik-titik
kering yang pertama dalam lapisan flourescein kornea adalah tear film break-up
time. Biasanya waktu ini lebih dari 15 detik, namun akan berkurang nyata oleh
anestetika lokal, memanipulasi mata, atau dengan menahan palpebra agar tetap
terbuka. Waktu ini lebih pendek pada mata dengan defisiensi air pada air mata dan
selalu lebih pendek dari normalnya pada mata dengan defisiensi musin.1,5
(ferning) mikroskopik terlihat pada mata normal. Pada pasien konjungtivitis yang
18
a. ferning mukus uniform dan bercabang banyak
D. Sitologi Impresi
Sitologi impresi adalah cara menghitung densitas sel goblet pada permukaan
konjungtiva. Pada orang normal, populasi sel goblet paling tinggi di kuadran
A.1,5,6
19
a. berkurangnya sel goblet pada konjungtiva
E. Pemulasan Flourescein
indikator baik untuk derajat basahnya mata, dan meniskus air mata mudah terlihat.
konea dapat dibagi menjadi lima area dan grading dilakukan untuk setiap area.
20
Bengal rose lebih sensitif dari flourescein. Pewarna ini akan memulas semua
sindrom Sjorgen dan berguna untuk mendiagnosis penyakit ini. Air mata
ditampung pada kertas Schirmer dan diuji kadarnya. Cara paling umum adalah
pada pasien dengan Schirmer normal dan pemulasan bengal rose normal. 1,5
Osmolaritas normal untuk air mata adalah 295-309 mosm/L. Osmolaritas film air
mata direkomendasikan oleh National Eye Institute untuk menentukan dry eye.
Sebuah penelitian oleh Tomlinson dan peneliti lainnya menghasilkan batas ukur
bagi osmolalitas air mata pada dry eye adalah 316 mOsm/liter.
21
Tiga metode digunakan untuk mengukur osmolaritas air mata yaitu dengan
freezing point depression (FDP), tekanan uap, dan konduktivitas elektrik. Untuk
melakukan tes tekanan uap dan konduktivitas elektrik dibutuhkan sample air mata
sebanyak 0.8 mikroliter sampai 0.96 mikroliter dan untuk mendapatkan air mata
merangsang refleks menangis. Sedangkan FDP memerlukan jumlah air mata yang
lebih sedikit yaitu 0.2 mikroliter namun berpotensi untuk menghasilkan hasil yang
tidak akurat karena adanya proses evaporasi atau penguapan. Karena alasan
tersebut, pengukuran osmolaritas air mata jarang digunakan karena tidak adanya
instrumen yang mudah untuk mengukur osmolalitas air mata yaitu dengan system
berdasarkan kandungan garam pada airmata. Tes ini membutuhkan sample airmata
sebanyak 0.05 mikroliter dan memakan waktu 30 detik. Osmometer air mata
titik bekunya. Air beku pada nol derajat celcius namun solusi (campuran air
dengan zat lain) misalnya garam, akan membeku pada suhu lebih rendah yaitu
dibawah nol derajat jadi semakin rendah titik bekunya suatu cairan solusi, maka
22
Tear osmometer
I. Lactoferrin
Lactoferrin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan
23
Pasien harus mengerti bahwa mata kering adalah keadaan menahun dan
pemulihan pemulihan total sukar terjadi, kecuali pada kasus ringan, saat
perubahan epitel pada kornea dan konjungtiva masih reversibel. Air mata buatan
adalah terapi yang kini dsering digunakan. Salep berguna sebagai pelumas jangka
adalah tugas yang lebih berat. Tahun-tahun belakangan ini, ditambahkan polimer
larut air dengan berat molekul tinggi pada air mata buatan, sebagai usaha
24
mukomimetik lain termasuk Na-hialuronat dan larutan dari serum pasien sendiri
sebagai tetesan mata. Jika mukus itu kental, seperti pada sindrom Sjorgen, agen
Topikal cyclosporine A
Topikal corticosteroids
sintesis dari mediator lemak dan memblok produksi dari IL-1 and TNF-alpha.
Pasien dengan kelebihan lipid dalam air mata memerlukan instruksi spesifik untuk
Semua pengawet kimiawi dalam air mata buatan akan menginduksi sejumlah
larutan tanpa bahan pengawet. Bahan pengawet dapat pula menimbulkan reaksi
punktum yang bersifat temporer (kolagen) atau untuk waktu lebih lama (silikon),
25
untuk menahan sekret air mata. Penutupan puncta dan kanalikuli secara permanen
dapat dilakukan dengn terapi themal (panas), kauter listrik atau dengan laser.1,2,6
atau transplantasi kelenjar saliva, yaitu dengan cara memindahkan kelenjar saliva
yang berada pada bibir bawah dan menanamnya di dekat mata, kelenjar saliva
8. Prognosis
Secara umum, prognosis untuk ketajaman visual pada pasien dengan sindrom
9. Komplikasi
Pada kasus lanjut, dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea, dan perforasi.
vaskularisasi pada kornea, yang sangat menurunkan penglihatan. Terapi dini dapat
BAB III
KESIMPULAN
26
Dry Eye Syndrome adalah suatu gangguan pada permukaan mata yang
ditandai dengan ketidakstabilan produksi dan fungsi dari lapisan air mata. Pasien
dengan mata kering paling sering mengeluh tentang sensasi gatal atau berpasir
(benda asing). Gejala umum lainnya adalah gatal, sekresi mukus berlebihan, tidak
mampu menghasilkan air mata, sensasi terbakar, fotosensitivitas, merah, sakit, dan
sulit menggerakkan palpebra. Ciri yang paling khas pada pemeriksaan slitlamp
adalah terputus atau tiadanya meniskus air mata di tepian palpebra inferior.
satu komponen film air mata atau berakibat perubahan permukaan mata yang
secara sekunder menyebabkan film air mata menjadi tidak stabil. Air mata buatan
adalah terapi yang kini dianut. Salep berguna sebagai pelumas jangka panjang,
kacamata pelembab bilik, atau kacamata berenang. Secara umum, prognosis untuk
ketajaman visual pada pasien dengan sindrom mata kering baik. Pada kasus lanjut,
terjadi infeksi bakteri sekunder, dan berakibat parut dan vaskularisasi pada kornea,
komplikasi ini
DAFTAR PUSTAKA
27
1. Vaugan, Daniel, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva; alih bahasa : Jan
Apparatus lakrimalis dalam Oftalmologi Umum, edisi 14. Jakarta: 2000. Hal
Ophtalmology
3. Vaugan, Daniel, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva; alih bahasa : Jan
FKUI.
5. Plugfelder, Stephen C et al. Dry Eye and Ocular Surface Disorders. New
tanggal 17-06-2017.
7. Anonim. The Definitive Source for Dry Eye Information on Internet. 2008.
06-2017.
11. http://www.pharmaceutical-journal.com/learning/learning-article/dry-eye-
17-06-2015.
12. http://www.nhs.uk/Conditions/Dry-eye-syndrome/Pages/Treatment.aspx
28
29