Anda di halaman 1dari 1

Hukum barang sewaan yang di sewakan

Maksud dengan sewa menyewa adalah pengambilan manfaat sesuatu benda. Jadi, dalam hal ini bendanya sama
sekali tidak berkurang. Dengan perkataan lain terjadinya sewa menyewa yang berpindah hanyalah manfaat dari
benda yang disewakan tersebut.
Barang yang disewakan harus diketahui secara jelas yang berbentuk, yang bisa diambil manfaat secara langsung
dan tidak mengandung cacat yang menghalangi fungsinya.
Barang sewaan yang di persewakan lagi adalah boleh hukumnya[1]. Pihak penyewa di bolehkan juga menyewakan
sama besar dengan harga sewa awal atau lebih.
Misalnya : karmidi mempunyai binatang ( semisal kuda ) dan karmono menyewa kuda tersebut dengan akad yang
sudah di sepakati. Setelah kepemilikan manfaat sudah di serah terimakan ke karmono, karmono berhak
memanfaatkannya. Sesuai dengan kesepakatan tadi. Karmono di bolehkan juga menyewakan kembali yang hasilnya
sewaan tadi ( pihK ke Tiga ) di miliki sepenuhnya oleh karmono (karena karmono berhak mengambil manfaatnya).
Syarat Sah Sewa
1. Adapun Syarat Sewa Menyewa adalah :
a. Yang menyewakan dan yang menyewa telah baligh, berakal sehat dan sama-sama ridla, (apabila salah satu pihak
di paksa untuk melakukan akad, maka akad tersebut adalah tidak sah)
b. Barang/sesuatu yang disewakan itu mempunyai faedah ( manfaat ), faedahnya dapat dinikmati oleh yang
menyewa dan kadarnya jelas itu misalnya: Rumah disewa 1 tahun, Taksi disewa dari yogya sampai solo 1 hari.
c. Harga sewanya dan keadaannya jelas, misalnya: Rumah Rp. 100.000,- sebulan, dibayar tunai atau angsuran
d. Yang menyewakan adalah pemilik barang sewa, walinya/orang yang menerima wasiat (washiy) untuk bertindak
sebagai wali
e. Ada kerelaan kedua belah pihak yang menyewakan dan penyewa yang digambarkan pada adanya ijab Kabul
f. Yang disewakan ditentukan barang atau sifat-sifatnya
g. Manfaat yang dimaksud bukan hal yang dilarang syara’
h. Berapa lama waktu menikmati manfaat barang sewa harus jelas
i. Harga sewa yang harus dibayar bila berupa uang ditentukan berapa besarnya
Rukun Akad Sewa
akad sewa di anggap sah setelah ijab Qobul di lakukan dengan lafadz sewa atau akad lain yang menunjukkan
makna sama.
Kedua pihak yang melakukan akad di syaratkan memiliki kemampuan, yaitu berakal dan dapat membedakan (baik-
buruk). Jika salah satu pihak adalah orang gila atau anak kecil, akadnya di anggap tidak sah.
Para penganut madzhab syafi’i dan hambali menambahkan syarat lain, yaitu balig, jadi menurut mereka, akad anak
kecil meski sudah tamyiz, di nyatakan tidak sah jika belum balig.
Batalnya Perjanjian Sewa
Ø Telah habis masanya
Ø Barang/sesuatu yang disewa rusak sendiri, misalnya rumah roboh sebelum masa sewa habis.
Ø Barang yang disewakan bukan hak pemberi sewa yang sah
Ø Terjadinya cacat pada barang sewaan yang terjadi pada tangan penyewa
Ø Rusaknya barang ( bukan Human error )
Ø Terpenuhinya manfaat yang diakadkan Yang dimaksud dalam hal ini adalah tujuan perjanjian sewa menyewa telah
tercapai, atau masa perjanjian sewa menyewa telah berakhir sesuai dengan ketentuan yang disepakati.

[1] Sabiq, Sayyid, Fiqh al-sunnah, Jilid 4 (Jakarta: darul fath, 2004), hlm. 212.

Sumber: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2342929-menyewakan-harta-barang-sewaan/#ixzz34NyiRiPX

Anda mungkin juga menyukai