Anda di halaman 1dari 2

Ijaroh berasal dari kata al–ajru yang arti menurut bahasanya adalah al-iwadh dalam bahasa

Indonesia diartikan sebagai ganti dan upah. Sedangkan menurut istilah ijaroh diartikan sebagai
berikut :

1. Menurut Hanafiyah ijaroh diartikan ”Akad untuk membolehkan pemilikan manfaat


yang diketahui dan sengaja dari suatu zat yang disewa dengan imbalan.“

2. Menurut Malikiyah ijaroh ialah ” Nama bagi akad – akad untuk kemanfaatan yang bersifat
manusiawi dan untuk sebagian yang dapat dipindahkan.“

3. Menurut Sayyid Sabiq ijaroh ialah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat
dengan jalan penggantian.

4. Menurut fatwa DSN ijaroh didefinisikan sebagai akad pemindahan hak guna (manfaat) atas
suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri.

Dasar Hukum Ijarah

Landasan hukum yang dipergunakan sebagai rujukan tentang ijarah ini diambil dari beberapa
ayat Al-Qur’an dan Sunnah Rosul :

Dalam al-qur’an allah swt berfirman :

”…..Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada


mereka upahnya…..” (Ath-Thalaq : 6)

”Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang
bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. (Al-Qashash : 26)

Didalam beberapa Hadits Rasulullah bersabda, diantaranya :

”Berikanlah olehmu upah orang sewaan sebelum keringatnya kering”. (H.R Ibnu Majjah)

”Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu

”Dahulu kami menyewa tanah degan jalan membayar dengan tanaman yang tumbuh. Lalu
Rosulullah SAW mwlarang kami cara itu dan memerintahkan kami agar membayarnya dengan
uang emas atau perak”. (Riwayat Ahmad dan Abu Daud)

Berdasarkan dengan ayat-ayat dan hadits-hadits Rosul tersebut diatas, maka jelaslah bahwa Islam
memperbolehkan adanya sewa menyewa baik itu berupa barang atau jasa (tenaga).

Rukun dan Syarat Ijaroh


Adapun rukun dan syarat ijarah adalah sebagai berikut :

1. Mu’jir dan musta’jir, yaitu orang yang melakukan akad sewa menyewa atau upah
mengupah. Dalam hal upah mengupah, mu’jir adalah orang yang memberikan upah,
sedangkan musta’jir adalah orang yang menerima upah untuk melakukan sesuatu. Dalam
hal sewa menyewa, mu’jir adalah orang yang menyewakan sesuatu, sedangkan musta’jir
adalah orang yang menyewa sesuatu. Disyaratkan kepada mu’jir dan musta’jir adalah
orang yang baligh, barakal, cakap melakukan tasharruf (mengendalikan harta), dan saling
meridhai.
2. Sighat ijab kabul antara mu’jir dan musta’jir.
3. Ujrah (Upah / harga sewa), disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak, baik
dalam sewa menyewa ataupun upah mengupah.
4. Barang yang disewakan atau sesuatu yang dikerjakan.

Pembatalan dan Berakhirna Ijarah

Ijarah akan menjadi batal apabila terdapat hal-hal berikut :

1. Terjadi cacat pada barang sewaan yang terjadi pada tangan penyewa
2. Rusaknya barang yang disewakan, (seperti rumah yang menjadi runtuh)
3. Rusaknya barang yang diupahkan (baju yang diupahkan untuk dijahit)
4. Terpenuhinya manfaat yang diadakan, berakhirnya masa yang ditentukan, dan selesainya
pekerjaan.
5. Menurut ulama hanafiyah boleh fasakh (membatalkan) ijarah dari salah satu pihak.

Anda mungkin juga menyukai