ABSTRAK
Bukti dari pembangunan daerah diantaranya dengan tumbuh kembangnya infrastruktur daerah
yang membutuhkan lahan besar dan tentunya menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan. Alih fungsi
lahan yang tidak sesuai dengan arahan ruang akan berdampak terlampauinya daya dukung
lingkungan. Upaya untuk mengatasi terlampauinya daya dukung lingkungan maka diperlukan suatu
analisis kesesuaian penggunaan lahan berdasarkan kelas kemampuan lahan. Tujuan dari penelitian
ini yaitu menduga tingkat laju erosi serta menentukan perubahan luas kesesuaian penggunaan lahan
antara kondisi existing dan RTRW. Metode yang digunakan yaitu analisis spasial dengan cara overlay
data spasial untuk menghasilkan unit pemetaan baru yang akan digunakan sebagai unit analisis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai laju erosi pada kondisi penggunaan
lahan existing dan RTRW sebesar 0.020 ton ha-1 y-1. Didapatkan pula hasil bahwa terjadi peningkatan
luas ketidaksesuaian penggunaan lahan pada kondisi existing sebesar 46.18% (33,285.278 Ha),
sedangkan pada RTRW sebesar 76.48% (51,531.952 Ha). Hal ini menunjukkan perkembangan daerah
di Kabupaten Sidoarjo belum memperhatikan kesesuaian peruntukan berdasarkan kelas kemampuan
lahan.
Abstract
Evidence of such local area development with the growth of infrastructure require large land areas and certainly
cause land conversion. Land use that does not comply with the directives of space will have an impact exceeding
the carrying capacity of the environment. Efforts to address exceeding the carrying capacity of the environment
will require a proper analysis of land use based on land capability class. The aim of this study is suspected the
rate of erosion and determine the suitability of use of land area change between the existing condition and the
RTRW. Spatial analysis used overlay spatial data in a way to generate new mapping unit that will be used as
the unit of analysis. The results showed that an increase in the value of the rate of erosion on the condition of the
existing land use and spatial planning of 0.020 ton ha-1 y-1. Found also the result that an increasing mismatch
extensive land use on the existing condition of 46.18% (33,285.278 ha), while the RTRW amounted to 76.48%
(51,531.952 ha). This shows the development of the area in Sidoarjo yet to suitability designation based on land
capability class.
1
Faradina, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
2
Faradina, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
3
Faradina, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
4
Faradina, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
tekstur tanah (t), permeabilitas tanah (p), Penentuan Daya Dukung Lingkungan
kedalaman efektif (k), drainase tanah (d), Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah
lereng permukaan (l), dan erosi (e). Data (Tabel 4).
yang dibutuhkan untuk klasifikasi
diantaranya peta jenis tanah Kabupaten 3. Evaluasi Penggunaan Lahan Existing
Sidoarjo, peta kontur untuk menentukan dan RTRW 2009-2029
kelerengan, dan peta erosi. Evaluasi kesesuaian penggunaan lahan
dilakukan pada lahan existing dan RTRW
2. Tingkat Kelas 2009-2029 dengan metode overlay. Teknik
Klasifikasi kemampuan lahan berdasarkan overlay dilakukan dengan bantuan
tingkat kelas diperlukan untuk perangkat lunak berupa ArcView 3.1.
menggolongkan lahan sehingga dapat Overlay dilakukan pada dua peta yaitu peta
diketahui alokasi pemanfaatan yang tepat penggunaan lahan existing dan peta arahan
sesuai dengan kemampuan lahan yang penggunaan lahan berdasarkan kelas
dimiliki. Kemampuan lahan kemampuan, yang selanjutnya tahap ini
diklasifikasikan ke dalam 8 kelas yang dilakukan juga pada peta RTRW. Evaluasi
ditandai dengan huruf romawi I – VIII. Dua dilakukan dengan membandingkan
kelas pertama (kelas I, II) adalah lahan penggunaan lahan awal dan penggunaan
yang cocok untuk pertanian dan dua kelas lahan arahan. Hasil evaluasi diperoleh
terakhir (VII dan VIII) adalah lahan yang output berupa pengklasifikasian lahan
harus dilindungi atau untuk fungsi berdasarkan tingkat kesesuaian yang
konservasi. Kelas III, IV, V, dan VI dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu S1
dipertimbangkan untuk berbagai (sangat sesuai) jika penggunaan lahan
pemanfaatan lainnya. Klasifikasi tersebut sudah sesuai dengan arahan yang
kemampuan lahan berdasarkan tingkat ada, S2 (cukup sesuai) jika penggunaan
kelas dilakukan berdasarkan hasil dari klasi lahan tidak sesuai dengan arahan tetapi
fikasi tingkat sub kelas. Acuan yang masih dapat ditoleransi, N (tidak sesuai)
digunakan untuk klasifikasi berdasarkan jika penggunaan lahan tidak sesuai dengan
tingkat kelas adalah Peraturan Menteri LH arahan dan sudah tidak dapat ditoleransi.
No. 17 Tahun 2009 tentang Pedoman
5
Faradina, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
6
Faradina, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Gambar 2. Peta Klasifikasi Erosi : (a) Kondisi Existing 2008; (b) Kondisi RTRW tahun 2029
Kabupaten Sidoarjo
7
Faradina, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
8
Faradina, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
tanaman.
Kabupaten Sidoarjo termasuk wilayah Kabupaten Sidoarjo memiliki kelas
yang topografinya datar, oleh karena itu kemampuan lahan yang bermacam-macam
lereng permukaan yang mendominasi di yaitu Kelas I, II, III, V, VI, VII, VIII. Semakin
Kabupaten Sidoarjo yaitu kategori l0. Lereng besar tingkat kelas kemampuan lahan, maka
permukaan ini berkaitan dengan nilai pilihan penggunaan lahan akan semakin
tingkat erosi, sehingga kategori tingkat erosi sedikit. Kecamatan yang termasuk dalam
yang paling dominan di Kabupaten Sidoarjo Kelas I diantaranya Balongbendo, Tarik,
yaitu sangat ringan (e0). Kategori tingkat Prambon, Tulangan, Sidoarjo, Sukodono,
erosi sangat berat ada di kawasan Jabon. Kelas II tersebar di Kecamatan
Kecamatan Tanggulangin, hal ini balongbendo, Tarik, Tulangan, Candi,
9
Faradina, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Sidoarjo, Buduran, Sedati, waru, Jabon, 18246.674 Ha atau 25.30% dari luas
Sukodono. Kelas III tersebar di Kecamatan keseluruhan yang seharusnya untuk lahan
Krian, Krembung, Porong, Tanggulangin, persawahan. Hal ini menunjukkan terjadi
Jabon. Kelas V tersebar di Kecamatan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan
Wonoayu, Sukodono, Gedangan, Sidoarjo, arahan, atau terjadi pembukaan lahan yang
Taman, Waru. Kelas VI tersebar di Kecamatan tidak sesuai dengan peruntukannya. Menurut
Jabon, Tanggulangin, Tulangan, Buduran. Rifai (2009), ketepatan dalam pemilihan lokasi
Kelas VII tersebar di Kecamatan Waru. Kelas untuk pemukiman mempunyai arti yang
VIII tersebar di Kecamatan Tanggulangin, penting dalam aspek keruangan karena akan
Candi. Sebesar 59,25% kesesuaian didominasi menentukan tingkat keawetan bangunan,
oleh lahan pertanian. nilai ekonomis, dampak pemukiman terhadap
lingkungan disekitarnya atau bahkan dapat
Hasil Evaluasi Kesesuaian Penggunaan menyebabkan pemukiman tersebut terkena
Lahan bencana alam seperti erosi, banjir, dan tanah
Evaluasi penggunaan lahan existing dan longsor.
RTRW 2009-2029 Kabupaten Sidoarjo
dilakukan setelah didapatkan peta kelas
kemampuan lahan. Kemudian dapat
diketahui perbedaan kesesuaian pengunaan DAFTAR PUSTAKA
lahan yang terjadi antara existing dan RTRW
2009-2029 Kabupaten Sidoarjo. Perbedaan Arsyad. 1989. Evaluasi Kemampuan Lahan
kesesuaian penggunaan lahan existing dan untuk Arahan Penggunaan Lahan
RTRW 2009-2029 Kabupaten Sidoarjo untuk dengan Foto Udara.
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8. http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/
LAINNYA/HENDRO_MURTIANTO
Tabel 8. Perbedaan Kesesuaian Penggunaan Lahan /03_Evaluasi_Kemampuan_Lahan.pd
Existing dan RTRW 2009-2029 Kabupaten Sidoarjo
Existing RTRW
f. Diakses pada tanggal 23 Juli 2015
Kategori
Kesesuaian Luasan (Ha) % Luasan (Ha) % Jam 11.42 WIB.
S1
20,136.51 27.93 13,207.79 18.33
Arsyad, Sitanala. 2010. Konservasi Tanah dan
(sangat sesuai) Air. Edisi Kedua. Cetakan Kedua. IPB
S2
(cukup sesuai)
18,666.65 25.89 7,348.69 10.19 Press. Bogor.
N Asmin dan Syamsiar. 2006. Pengenalan Sifat
33,285.28 46.18 51,531.95 71.48
(tidak sesuai) Fisik Tanah untuk Kesesuaian
Total 72,088.439 100 72,088.439 100 Pengelolaan Lahan Tanpa Olah Tanah
Sumber: Hasil Analisis dan Perhitungan, 2015
pada Lahan Kering di Sulawesi Tenggara.
Berdasarkan Tabel diatas perubahan Buletin dan Informasi Pertanian. Balai
persentase kategori kesesuaian antara existing Pengkajian Teknologi Pertanian
dan RTRW, untuk kategori S1 (sangat sesuai) Sulawesi Tenggara.
sebesar 9.60%. Kategori S2 (cukup sesuai) http://jurnal.unsyiah.ac.id/agrista/ar
sebesar 15.70%. Kategori N (tidak sesuai) ticle/viewFile/685/669. Diakses pada
sebesar 25.30%. Evaluasi penggunaan lahan tanggal 29 Juli 2015 jam 1.28 WIB.
juga dilakukan oleh Suryoputro (2006) untuk Dariah A., Achmad R., Undang K. 2004. Erosi
mengetahui informasi dasar dalam upaya dan Degradasi Lahan Kering di Indonesia.
mendukung pengembangan wisata pantai http://balittanah.litbang.pertanian.go
srau Kabupaten Pacitan. .id/ind/dokumentasi/buku/buku%2
Perbandingan kesesuaian penggunaan 0lahan%20kering/01erosi_dan_degra
lahan antara kondisi existing dan RTRW dasi.pdf. Diakses pada tanggal 28 Juli
didominasi oleh kesesuaian peruntukan 2015 Jam 6.08 WIB.
sawah dengan luas 31908.409 Ha atau 44.26% DPRD Kabupaten Sidoarjo. 2011.
dari luas keseluruhan Kabupaten Sidoarjo. http://dprdsidoarjokab.go.id/pertah
Ketidaksesuaian penggunaan lahan un-lahan pertanian-sidoarjo-susut-
didominasi oleh peruntukan pemukiman 200-hektar.html. Diakses pada tanggal
yang meliputi industri dan jasa dengan luas 22 Juli 2015 Jam 21.47 WIB.
10
Faradina, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
11
Faradina, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
12
Faradina, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
13