Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

SEJARAH HUKUM REKAM MEDIS

Disusun Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Sejarah Hukum

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Mashudi., S.H, M.H.

Oleh :
Rafa Zhafirah Amaani
NPM : 178040014

Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Kesehatan


Pasca Sarjana Universitas Pasundan
Bandung
2018
DAFTAR ISI

Daftar isi…………………………………………………………………………………………..i

BAB 1 Pendahuuan……………………………………………………………………………….1

A. Latar Belakang……………………………………………………………………1

B. Identifikasi Masalah……………………………………………………………….2

C. Metode Penelitian………………………………………………............................2

BAB II Landasan Teori dan Landasn Yuridis……………………………………………………3

BAB III Pembahasan……………………………………………………………………………...6

BAB IV Kesimpulan……………………………………………………………………………..10

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………..………..11

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembuatan Rekam Medis) di rumah sakit atau boleh dokter pada kartu pasien di

tempat praktek sebenarnya sudah merupakan kebiasaan sejak zaman dahulu, namun

belum menjadi kewajiban, sehingga pelaksanaannya dianggap tidak begitu serius.

Seiring dengan perkembangan masyarakat; termasuk masyarakat Indonesia, maka

rekam medis menjadi sangat penting dan dibutuhkan . Maka karena itu, khusus di

Negara Kesatuan Republik Indonesia, pemerintah mellaui Departemen Kesehatan telah

mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 749a/Menkes/ Per/XII/1989

tentang Rekam Medis/ Medical Records. Melalui diterbitkannya Permenkes ini

pengadaan rekam medis menjadi suatu keharusan atau telah menjadi hukum yang harus

ditaati bagi setiap sarana pelayanan kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 749s/Menkes/Per XII/1989 tentang Rekam

Medis/Medical Records, yang dimaksud rekam medis ialah berkas yang berisikan

catatan, dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan

pelayaran lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan (Pasal 1 huruf a)

Rekam medis merupakan kumpulan segala kegiatan yang dilakukan oleh para

pelayan kesehatan yang tertulis, maka akan mencerminkan setiap langkah yang diambil

dalam rangka hubungan pasien dengan dokter yang disebut hubungan transaksi

terapeutik. Pada transaksi ini pasien dilindungi oleh dokumen internasional yang terdiri

dari hak untuk mendapatkan informasi dan hak untuk menentukan kebutuhan medis.

1
B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada penelitian ini adalah deskripsi sejarah dan perkembangan

hukum tentang rekam medis..

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah yuridis normatif. Data

menggunakan data kepustakaan dengan menggunakan sumber-sumber pustaka tentang

sejarah hukum rekam medis

2
BAB II
LANDASAN TEORI DAN LANDASAN YURIDIS

Hayt and Hayt menyatakan bahwa rekam medis itu ialah himpunan fakta-fakta yang

berhubungan dengan sejarah /riwayat kehidupan pasien, sakitnya, perawat/pengobatannya.

Pengertian yang lebih luas menjelaskan rekam medik ialah suatu himpunan data ilmiah dari banyak

sumber, dikoordinasikan pada satu dokumen dan yang disediakan untuk bermacam-macam

kegunaan, personel dan impersoanl, untuk melayani pasien dirawat, diobati , ilmu kedokteran, dan

masyarakat secara keseluruhan1.Gemala menyatakan bahwa peranan Rekaman Medik/Kesehatan

(medical record) dalam Hukum Kedokteran,” rekam medis dirumuskan sebagai kumpulan segala

kegiatan yang dilakukan oleh para pelayan kesehatan yang ditulis, digambarkan, atas aktivitas

terhadap pasien. 2

Rekam medis sifatnya wajib bagi penyelenggaraan praktek kedokteran, serta pelanggaran

terhadap ketentuan tersebut dapat dikenai sanksi. Mengenai kewajiban pembuatan rekam medis

dalam penyelenggaraan praktek kedokteran telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan dan

Undang-undang Praktek Kedokteran. Rekam medis diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan

nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis pada bab III mengenai tata cara penyelenggaraan.

Pada Pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan nomor 269 tahun 2008 berbunyi 3 :

Ayat 1 : “Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran wajib

membuat rekam medis”

1
Hayt, Emanuel and Hayt, Jonathan. 1964. Legal Aspect of Medical Record
2
Gemala R. Hatta. 1986, “ Peranan Rekam Medik/Kesehatan (medical Record) dalam Hukum Kedokteran”.
3
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis

3
Ayat 2 : Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat segera dan

dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan.

Kewajiban dokter dan dokter gigi dalam membuat rekam medis juga tercantum pada

Undang-undang praktek kedokteran Nomor 29 tahun 2004 pasal 46 paragraf ketiga mengenai

rekam Medis yaitu 4

1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat

rekam medis.

2. Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah

pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.

3. Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas

yang memberikan pelayanan atau tindakan.

Kewajiban akan pembuatan rekam medis ini penggalarannya dapat dikenai sanksi yang

telah tercantum pada Undang-undang praktek kedokteran Nomor 29 tahun 2004 pasal 79 yang

berbunyi, “Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak

Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), setiap dokter atau dokter gigi yang :

a. dengan sengaja tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat

(1) :

b. dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat

(1); atau

c. dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf

a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e.”

4
Undang-undang Praktek Kedokteran nomor 29 tahun 2004

4
Rekam medis terkait dengan sifatnya yaitu rahasia sehingga wajib dijaga kerahasiaannya.

Landasan hukum yang berkaitan dengan sifat rekam medis ini dapat dijumpai dalarn beberapa

peraturan, yaitu :

1. Pasal 11 PP Republik Indonesia Nomor: 749/MENKES/PERlXI1/1989 Tentang Rekam

Medis/Medical Records, yang berbunyi: “Rekam medis merupakan berkas yang wajib

dijaga kerahasiannya”.

2. Bab IV butir 2 Keputusan DIR-JEN Pelayanan Medik Nomor:

78/Yan.Med./RS.UM.DIK/YMU/I/91 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan

Rekam Medik/Medical Record di Rumah Sakit, yang berbunyi: “Isi rekam medis adalah

milik pasien yang wajib dijaga kerahasiannya”. Untuk melindungi kerahasiaan tersebut,

maka dibuat ketentuan sebagai berikut:

a. Hanya petugas rekam medis yang diizinkan masuk ruang penyimpanan berkas rekam

medis.

b. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi rekam medis untuk badan-badan atau

perorangan, kecuali yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

c. Selama penderita dirawat, rekam medis menjadi tanggung jawab perawat ruangan dan

menjaga kerahasiannya.

3. Pasal 22 PP Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan, Ayat

(1) yang berbunyi: “Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas

profesinya berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi

pasien“.

5
BAB III

PEMBAHASAN

Rumah sakit di Indonesia sudah melakukan kegiatan pencatatan, hanya saja masih belum

dilaksanakan dengan penataan yang baik, atau mengikuti sistem yang benar. Pengelolaan dan

pentaan rekam medis sesuai belum terdata dengan baik sehingga dikeluarkannya Peraturan

Pemerintah No 10 Tahun 1966, kepada semua petugas kesehatan diwajibkan untuk menyimpan

rahasia kedokteran, termasuk berkas rekam medis.

Pada tahun 1972 dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 034/Birhup/1972, ada

kejelasan bagi rumah sakit menyangkut kewajiban untuk melaksanakan pembuatan tekam medis.

Bab I pasal 3 menyatakan bahwa guna menunjang terselenggaranya rencana induk ( master plan )

yang baik, maka setiap rumah sakit harus melaksanakan

– Mempunyai dan merawat statistik yang terbaru.

– Membuat rekam medis yang berdasarkan ketentuan – ketentuan yang telah ditetapkan.

Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 031/Birhup1972 menyatakan bahwa semua rumah

sakit diharuskan mengerjakan medical recording, reporting dan hospital statistic. Keputusan

tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan adanya Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

034/Birhup/1972 tentang Perencanaan dan Pemeliharaan Rumah Sakit.

Pelaksanaan kkegiatan pencatatan rekam medis dibuat keputusan dalam Keputusan

Menteri Kesehatan RI no. 134/Menkes/SK/IV/78 tentang susunan organisasi dan tata kera rumah

sakit menyebutkan bagian tentang pencatatan rekam medis mempunyai tugas mengatur

pelaksanaan kegiatan pencatatan medis tersebut. Pencatatan rekam medis ini melibatkan dokter

6
dan dokter gigi sehingga untuk mendukung pencatatan tersebut Ikatan Dokter Indonesia (IDI)

menerbitkan fatwa tentang Rekam Medis, pada SK No. 315PB/A.4/88, yang menegskan bahwa

praktek profesi kedokteran harus melaksanakan Rekam medis baik pada dokter yang bekerja di

rumah sakit, atau dokter yang bekerja dalam praktik pribadi.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) telah mengeluarkan pernyataan IDI tentang rekam medis/

kesehatan (medical record) melalui lampiran SKPB IDI No. 315/PB/A.4/88 yang antara lain berisi

hal-hal sebagai berikut5 :

1. Rekam medis/ kesehatan adalah rekam dalam bentuk tulisan atau gambaran aktivitas

pelayanan yans diberikan oleh pemberi pelayanan medis/ kesehatao kepada seorang pasien.

2. Rekam medis/ kesehatan meliputi: identitas lengkap pasien, catatan tentang penyakit

(diagnosis,terapi pengamatan perjalanan penyakit), catatan dari pihal ketiga, hasil pemeriksaan

laboratorium, foto rontgen, pemeriksaan USG, dan lain-lain serta resume.

3. Rekam medis/ kesehatan harus dibuat segera dan dilengkapi seluruhnya paling lambat 48

jam setelah pasien pulang atau meninggal.

4. Dalam hal dokter memberikain perintah melalui telepon kepada perawat, perawat senior

yang berhak menerinm perintah tersebut harus membaca ulang catatan tentang perintah tersebut

dan bila ada kesalahan dokter harus melakukan koreksi. Dalam waktu paling lamba; 24 jam, dokter

yang memberi perintah harus menandatangani catatan tersebut.

5. Perubahan terhadap rekam medis harus dilakukan dalam lembar khusus yang harus

dijadikan satu dengan dokumen untuk rekam medis lainnya.

5
Jusuf Hanafiah, Amir Amri. Etika Hukum Kedokteran dan Hukum Kesehatan. 1999.

7
6. Rekam medis harus ada untuk mempertahankan kualitas pelayanan profesional yang

tinggi, untuk kepentingan dokter pengganti yang meneruskan perawatan pasien, untuk referensi

masa datang, dan untuk memenuhi hak pasien.

7. Oleh karena itu, rekam medis wajib ada baik di rumah sakit, puskesmas atau balai

kesehatan maupun praktik dokter pribadi/ perorangan atau praktik berkelompok.

8. Rekam medis hanya boleh disimpan di rumah sakit, fasilitas kesehatan lainnya dan dokter

praktik pribadi/ kelompok, karena rekam medis adalah milik sarana yankes tersebut di atas.

9. Pemilik isi rekam medis adalah pasien, maka dalam hal pasien tersebut menginginkannya

dokter yang merawat harus mengutarakannya kepada pasien baik secara lisan maupun tertulis.

10. Pemaparan isi kandungan rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter yang

bertanggung jawab dalam perawatan pasien yang bersangkutan. Dan pemaparan tersebut hanya

boleh dilakukan untuk:

a. pasien yang bersangkutan;

b. kepada konsumen (misalnya: asuransi kesehatan);

c. kepentingan pengadilan (permintaan pemaparan harus ditujukan kepada kepala rumah

sakit).

11. Lama penyimpanan berkas rekam medis adalah 5 (lima) tahun dari tanggal terakhir pasien

berobat atau dirawat dengan catatan selama 5 tahun pasien yang bersangkutan tidak pernah lagi

berkunjung untuk berobat: Dalam hal rekam medis yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat

khusus, maka lama penyimpanan berkas dapat ditetapkan lain.

12. Setelah batas waktu 5 tahun sesuai dengan butir 11 tersebut terlampaui, maka berkas

8
rekam medis looleh dimusnahkan.

13. Rekam medis merupakan berkas yang perlu dirahasiakan.

Tujuan dari peraturan tersebut adalah agar di institusi pelayanan kesehatan termasuk rumah

sakit, penyelenggaraan rekam medis dapat berjalan dengan baik. Pada tahun 1972–1989

penyelenggaraan rekam medis belum berjalan sesuai yang diharapkan. Sehingga dibuat peraturan

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 749a/Menkes/Per/XII/1989 tahun 1989 tentang Rekam Medis,

yang merupakan landasan hukum bagi semua tenaga medis dan paramedis di rumah sakit yang

terlibat penyelenggaraan rekam medis harus melaksanakannya.

Petunjuk pelaksanaan peraturan ini, akan ditetapkan oleh Direktorat Jenderal sesuai dengan

bidang tugas masing – masing. Sesuai dengan pasal 22 ini, maka Direktorat Jenderal Pelayanan

Medis telah menyusun Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Rekam Medis; di Rumah Sakit

dengan Surat Keputusannya No YM000322 1296 Tahun 1996 tanggal 27 Nopember 1966, tentang

Revisi Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah Sakit.

Pembuatan rekam medis merupakan salah satu kewajiban dokter yang tercantum di dalam

pasal 46 ayat (1) sampai dengan ayat (3) dan pasal 47 ayat (1) sampai dengan ayat (3) UU Praktik

Kedokteran yang bila kewajiban ini dilanggar, dokter akan terkena sanksi pidana berdasar pasal

79b UU Praktik Kedokteran.Undang-Undang Praktik Kedokteran yang mulai berlaku pada tanggai

6 Oktober 2005 menyebutkan Rekam Medis di dalam UU Praktik Kedokteran pasal 46 ayat (1)

sampai dengan (3) dan pasal 47 ayat (1) sampai dengan ayat (3). Sehingga dengan diterbitkannya

UU praktik Kedokteran ini Hukum Positif yang berlaku bagi Rekam Medis adalah sebagaimana

yang disebutkan dalam UU Praktik Kedokteran

9
BAB IV
KESIMPULAN

Penyelenggaraan rekam medis harus melaksanakan pengisisan rekam medis harus

dilakukan secara lengkap dan langsung, tepat waktu,. Sejarah rekam medis di Indonesia sudah

dimuali sejak zaman sebelum kemerdekaan. Rekam medis memilki informasi penting tentang

pasien.

Rekam medis mempunyai landasan hukum dalam pelaksanaannya, maka dari itu dalam

sejarahnya rekam medis yang dicatat oleh dokter dan dokter gigi melibatkan banyak undang-

undang daan peraturan menteri kesehatan. Rekam medis dapat menjadi salah satu aspek penting

bagi perlindungan hukum dokter dalam kasus pidana, maka dari itu semakin lama

peneyelanggaraan pelaksanaan rekam medis peraturannya diperbaharui sesuai dengan

perkembangan zaman.

10
DAFTAR PUSTAKA

Gemala R. Hatta. 1986, “ Peranan Rekam Medik/Kesehatan (medical Record) dalam Hukum
Kedokteran”. Makalah. Disampaikan dalam Konggres PERHUKI I,tanggal 8 -9 Agustus 1986 di
Jakarta: PERHUKI.

Hayt, Emanuel and Hayt, Jonathan. 1964. Legal Aspect of Medical Record. Illinois: Physician’s
Record Company

Jusuf Hanafiah, Amir Amri. Etika Hukum Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC.
1999.

Peraturan Menteri Kesehatan nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis

Undang-undang Praktek Kedokteran nomor 29 tahun 2004

11

Anda mungkin juga menyukai