Anda di halaman 1dari 33

Presentasi Kasus

MULTIGRAVIDA HAMIL KURANG BULAN DENGAN


PREEKLAMPSIA BERAT

Penyaji
Fajri Aulia, S.Ked

Pembimbing
dr. Julianty Kusuma, Sp.OG

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS
BENGKULU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. M. YUNUS BENGKULU
2017

1
BAB I
LAPORAN KASUS

A. REKAM MEDIS
1. Anamnesis
Autoanamnesis
a. Identitas
Nama : Ny. RS
Med.Rec/Reg : 749976
Umur : 34 tahun
Suku bangsa : Sumatera
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Desa Bukit Panjaitan, Kec. Sukaraja
MRS : 17 Agustus 2017 pukul 20.50 WIB

b. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, lama 15 tahun

c. Riwayat Reproduksi
Menarche :13 tahun
Siklus haid : teratur, 28 hari
Lamanya haid : 7 hari dengan 2x ganti pembalut/hari
Hari pertama haid terakhir : 12 Januari 2017
Taksiran persalinan : 19 September 2017
KB :-

d. Riwayat Kehamilan/Melahirkan
1. 2003, Laki-laki, aterm, persalinan normal, 2400 gram, bidan, umur
sekarang 14 tahun.
2. 2007, Perempuan, aterm, persalinan normal, 2600 gram, bidan, umur
sekarang 10 tahun.

2
3. 2010, Abortus pada usia kehamilan 16 minggu
4. 2017, Hamil saat ini

e. Riwayat Antenatal Care


Selama kehamilan os melakukan pemeriksaan ke puskesmas sebanyak 2
kali.

f. Riwayat Gizi/Sosial Ekonomi


Sedang

g. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat asma : (-)
- Riwayat hipertensi : (-)
- Riwayat penyakit jantung : (-)
- Riwayat diabetes mellitus : (-)
- Riwayat menjalani operasi : (-)

h. Anamnesis Khusus
Keluhan utama : Hamil kurang bulan dengan darah tinggi
Riwayat perjalanan penyakit :
1 hari yang lalu pasien memeriksa kehamilannya ke bidan di
puskesmas,dikatakan tekanan darah 200/100mmHg, pasien disarankan ke
RSMY bengkulu. Riwayat perut mules yang menjalar ke pinggang, hilang
timbul makin lama makin sering & kuat (-), riwayat keluar air-air (-),
riwayat keluar darah lendir(-), riwayat darah tinggi sebelum hamil (-),
riwayat darah tinggi pada kehamilan sebelumnya (-), riwayat sakit kepala
(-), riwayat mata kabur (-), riwayat mual-muntah (-), riwayat nyeri
epigastrium (-), pasien mengaku hamil kisaran 7-8 bulan dan gerakan anak
masih dirasakan. Pasien baru dirawat sebelumnya 2 minggu yang lalu di
RSMY dengan keluhan hamil dengan darah tinggi.

3
5. Pemeriksaan Fisik
a) Status Present
1) Keadaan umum
Kesadaran : composmentis
Tipe badan : piknikus
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 158 cm
Tekanan darah : 210/130 mmHg
Nadi : 90x/menit, isi dan tegangan cukup
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,7°C
2) Keadaan khusus
 Kepala
Bentuk : Normochepali, tidak ada deformitas
Rambut : Warna hitam, tersebar merata
 Wajah
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak pucat, dan tidak ikterik
 Mata
Konjungtiva : Tidak anemis
Sclera :Tidak ikterik
 Telinga
Bentuk :Dalam batas normal
 Hidung
Bagian luar : Normal, tidak terdapat deformitas
Septum : Terletak di tengah dan simetris
 Mulut dan Tenggorokan
Bibir : Normal, tidak pucat, tidak sianosis
Mukosa mulut : Normal, tidak hiperemis
 Leher
Bendungan vena : Tidak terdapat bendungan vena
Kelenjar tiroid : Tidak membesar, mengikuti gerakan, simetris
KGB : Tidak membesar, tidak ada massa

4
 Kulit
Warna : sawo matang
 Thoraks
Jantung
Inspeksi : Bentuk simetris
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : BJ I & II reguler, Gallop (-), mur-mur (-)
Paru
Inspeksi &palpasi: Bentuk dan gerak simetris kiri dan kanan
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : Dalam batas normal
 Ekstremitas
Tidak tampak deformitas
Akral hangat pada keempat ekstremitas
Terdapat pitting edema pada keempat ekstremitas

b) Status Obstetri
Pada pemeriksaan obstetri saat masuk rumah sakit tanggal 17 Agustus
2017 pukul 21.00 WIB didapatkan :
Pemeriksaan luar
FUT 2 jari atas pusat (21cm), memanjang, punggung kanan, kepala,
U 5/5, His (-), DJJ 143 x/menit, TBJ: 1.240 gram
Pemeriksaan dalam
Portio lunak, posterior, eff 0%, Ø kuncup, ketuban dan penunjuk
belum dapat dinilai

5
c) Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
Hb : 14,5 gr/dl Clorida : 106 mmol/l
Leukosit : 16.500/mm3 HIV : non reaktif
Trombosit : 127.000/mm3 HBSAg : (-) Negatif
Hematokrit : 44%
Asam urat : 7,6 mg/dl Urinalisis
Ureum : 23 mg/dl Protein : +2
Creatinin : 0,6 mg/dl Bilirubin :-
Albumin : 2,4 g/dl Reduksi :-
SGOT : 36 U/L Epitel :+
SGPT : 32 U/L Leukosit : 4-6/lpb
Natrium : 143 mmol/l Eritrosit : 12-14/lpb
Kalium : 3,6 mmol/l Bakteri :-

- USG - Indeks Gestosis


 Tampak JTH preskep Edema Pretibial :1
 Biometri: Protein urin (++) :1
BPD : 7,51 cm ~ 30w1d TD sistol >180 mmHg :3
HC : 26,34 cm ~ 29w1d TD Diastol >110 mmHg :3
AC : 22,34 cm ~ 28w Total :8
FL : 5,47 cm ~ 30w4d
EFW : 1250 g - Bishop’s Score
 Letak plasenta di corpus Dilatasi :0
anterior Pendataran :0
 Cairan ketuban cukup Konsistensi uterus (lunak) :2
 Kesan: Hamil 30 minggu Posisi (posterior) :0
JTH preskep Turunnya kepala :0
Total :2

6. Diagnosa kerja
G4P2A1 Hamil 30 minggu belum inpartu dengan PEB JTH Preskep

6
7. Terapi ekspektatif management
- Observasi tanda vital ibu, denyut jantung janin, his
- IVFD RL xx gtt/menit
- Nifedipin tab 10 mg/8 jam PO
- Inj MgSO4 40% 8gr (4gr boka dan 4gr boki), dilanjutkan dengan MgSO4
40% 4gr/6jam boka/boki IM
- Cek lab H2TL, SGOT/SGPT, ureum, creatinin, albumin.
- USG Konfirmasi
- Kateter menetap

8. Prognosis
Ibu : dubia
Bayi : dubia

B. FOLLOW UP
Kamis, 17 Agustus 2017 Ny.RS/34th/RFD/SMF/YAB/SLM/DWM/LIH/
Pukul 20.50 WIB ABR/DM
O/ S/ Hamil kurang bulan dengan darah tinggi
St. Present
KU : baik A/ G4P2A1 Hamil 30 minggu belum inpartu
Sens : CM dengan PEB + Hipoalbuminemia JTH Preskep
TD : 210/130 mmHg
N : 118x/menit P/ - Obs TVI, DJJ, HIS
RR : 22x/menit - IVFD RL xx gtt/m
T : 36,3o C - Nifedipin 10 mg/8 jam PO
- Inj MgSO4 40% 8gr (4gr boka dan 4gr boki),
St. obstetri dilanjutkan dengan MgSO4 40% 4gr/6jam
PL: FUT 2 japst (21cm), boka/boki IM
memanjang, puka, kepala, U 5/5, - Cek lab DR, UR, crossmatch
his (-), DJJ 143x/menit, TBJ: 1240 - Kateter menetap
g.
VT: R/USG Konfirmasi

7
Portio lunak, posterior,eff
0%, Ø kuncup , ketuban dan
penunjuk belum dapat dinilai.
Laboratorium
GDS : 95 mg/dl
Ureum :23 mg/dl
Creatinin: 0,6 mg/dl
SGOT : 36 U/L
SGPT : 32 U/L
Albumin : 2,4 g/dl
Na : 143 mmol/L
K : 3,6 mmol/L
Cl: 106 mmol/L
Hb : 14,5 gr/dl
Ht : 44 %
Leukosit :16.500 mm3
Trombosit:127.000 sel/mm3
HBSAg : (-)
HIV : Non reaktif

Pemeriksaan urin
Protein : +2
Bilirubin :-
Reduksi :-
Epitel :+
Leukosit : 4-6/lpb
Eritrosit : 12-14/lpb
Bakteri :-

USG:
-Tampak JTH preskep
-Biometri:

8
BPD : 7,51 cm ~ 30w1d
HC : 26,34 cm ~ 29w1d
AA : 22,34 cm ~ 28w
FL : 5,47 cm ~ 30w4d
EFW : 1250 g
-Letak plasenta di corpus anterior
-Cairan ketuban cukup
Kesan: Hamil 30 minggu JTH
preskep

IG: 8

Follow up S/ Hamil kurang bulan dengan darah tinggi


Tanggal 18 Agustus 2017
Pukul 07.00 WIB A/ G4P2A1 Hamil 30 minggu belum inpartu
O/ dengan PEB + Hipoalbuminemia JTH Prekep
St. Present
KU : sedang P/ - Obs TVI, HIS, DJJ
Sens : CM - IVFD RL XX gtt/m
TD :170/120 mmHg - Kateter menetap
N : 90x/menit - Nifedipin 10 mg/8 jam PO
RR : 21x/menit - MgSO4 40% 4gr/6jam boka/boki IM
T : 36,4o C

St. obstetri
PL:
FUT 2 japst (21cm), memanjang,
puka, kepala, U 5/5, his (-), DJJ
143x/menit, TBJ: 1240 g.
Follow up S/ Hamil kurang bulan dengan darah tinggi
Tanggal 18 Agustus 2017
Pukul 19.30 WIB A/ G4P2A1 Hamil 30 minggu belum inpartu

9
O/ dengan PEB+ Hipoalbuminemia + gagal
St. Present ekspektatif JTH Preskep
KU : sedang
Sens : CM P/ - Obs TVI, HIS, DJJ
TD :210/130 mmHg - IVFD RL xx gtt/menit
N : 108x/menit - Kateter menetap
RR : 24x/menit - Nifedipin 10 mg/8 jam p.o
T : 36,4o C - MgSO4 40% 4gr/6jam boka/boki IM

St. obstetri R/ Terminasi kehamilan  pematangan serviks


PL: dengan misoprostol 50 mcg/6 jam
FUT 2 japst (21cm), memanjang, Evaluasi sesuai satgas gestasional
puka, kepala, U 5/5, his (-), DJJ
143x/menit, TBJ: 1240 g.
VT: portio lunak, posterior, eff 0%,
Ø kuncup , ketuban dan penunjuk
belum dapat dinilai
BS: 2
Follow up S/ Hamil kurang bulan dengan darah tinggi
Tanggal 19 Agustus 2017
Pukul 01.30 WIB A/ G4P2A1 Hamil 30 minggu belum inpartu
O/ dengan PEB + Hipoalbuminemia + gagal
St. Present ekspektatif JTH Preskep
KU : sedang
Sens : CM P/ - Obs TVI, HIS, DJJ
TD :170/110 mmHg - IVFD RL XX gtt/menit
N : 88x/menit - Kateter menetap
RR : 20x/menit - Nifedipin 10 mg/8 jam p.o
T : 36,8o C - MgSO4 40% 4gr/6jam boka/boki IM
St. obstetri - Infus Albumin 20%/24jam
PL: - Posafit tab/12jam po
FUT 2 japst (21cm), memanjang,

10
puka, kepala, U 5/5, his
(1x/10’/10”), DJJ 152x/menit, TBJ:
1240 g
VT: VT: portio lunak, posterior, eff
0%, Ø kuncup , ketuban dan
penunjuk belum dapat dinilai
BS: 2

Lab:
GDS : 78 mg/dl
Ureum :36 mg/dl
Creatinin: 0,7 mg/dl
Albumin : 2,4 gr/dl
Protein total : 4,8 g/dl
Bilirubin Direct : 0,2 mg/dl
Bilirubin Indirect: 0,3 mg/dl
SGOT : 36 U/L
SGPT : 35 U/L
Na : 138 mmol/L
K : 3,8 mmol/L
Cl: 101 mmol/L
Hb : 13,3 gr/dl
Ht : 39%
Leukosit :21.700 mm3
Trombosit: 191.000 sel/mm3

Follow up S/ Hamil kurang bulan dengan darah tinggi


Tanggal 19 Agustus 2017
Pukul 07.30 WIB A/ G4P2A1 Hamil 30 minggu belum inpartu
O/ dengan PEB + Hipoalbuminemia + gagal
St. Present ekspektatif JTH Preskep
KU : sedang P/ - Obs TVI, HIS, DJJ

11
Sens : CM - IVFD RL XX gtt/menit
TD :170/110 mmHg - Kateter menetap
N : 88x/menit - Nifedipin 10 mg/8 jam p.o
RR : 20x/menit - MgSO4 40% 4gr/6jam boka/boki IM
T : 36,8o C - Posafit tab/12jam po
St. obstetri
PL: R/ Terminasi perabdominam + Informed consent
FUT 2 japst (21cm), memanjang, tubektomi (os dan suami setuju).
puka, kepala, U 5/5, his
(1x/10’/10”), DJJ 152x/menit, TBJ:
1240 g
VT: VT: portio lunak, posterior, eff
0%, Ø kuncup , ketuban dan
penunjuk belum dapat dinilai
BS: 2

Pukul 10.30 WIB Dilakukan operasi


Pukul 10.35 WIB Lahir neonatus hidup, perempuan, BB 1100 g, PB
45 cm, A/S 4/6 PTAGA
Pukul 11.45 WIB Plasenta lahir lengkap BP 250 g, PTP 40 cm, Ø
16x17 cm
Pukul 11.30 WIB Operasi selesai, ibu dirawat di ICU
Follow up S/ keluhan (-)
Tanggal 20 Agustus 2017
Pukul 06.00 WIB A/ P3A1 post SSTP a.i PEB gagal ekspektatif +
O/ post tubektomi pomeroy
St. Present
KU : sedang P/ - Obs TVI, kontraksi, perdarahan
Sens : CM Terapi teruskan
TD :170/120 mmHg - Cek lab post op
N : 84x/menit - Rawat ICU
RR : 20x/menit - Cek lab Hb, leukosit, Trombosit, albumin,

12
T : 36,8o C Urin Lengkap

St. obstetri
PL:
FUT 2 jbpst, kontraksi baik,
perdarahan aktif (-), lokhia (+)
rubra, luka tertutup verban
Follow up S/ keluhan (-)
Tanggal 21 Agustus 2017
Pukul 06.00 WIB A/ P3A1 post SSTP a.i PEB gagal ekspektatif +
(ICU) post tubektomi pomeroy + hipoalbuminemia
O/
St. Present P/ - Obs TVI, kontraksi, perdarahan
KU : sedang - Aff kateter
Sens : CM - Cefixime tab 200mg/12jam po
TD :140/100 mmHg - Paracetamol tab 500mg/8jam po
N : 90x/menit - Metildopa tab 250mg/8jam po
RR : 20x/menit - Neurodex tab/24jam
T : 36,8o C - Posafit tab/12 jam p.o
- Infus Albumin 20%/24 jam
St. obstetri - Inf. Metronidazol 500mg/8jam iv
PL:
FUT 2 jbpst, kontraksi baik, R/ transfusi PRC hingga Hb> 8 g/dl
perdarahan aktif (-), lokhia (+)
rubra, luka tertutup verban

Lab:
Hb : 7,3 gr/dl
Ht : 35%
Leukosit :23.000 mm3
Trombosit:168.000 sel/mm3
Albumin: 2,3 g/dl

13
Pemeriksaan urine
Protein : +2
Bilirubin :-
Reduksi :-
Epitel :+
Leukosit : 4-6/lpb
Eritrosit : 12-14/lpb
Bakteri :-
Follow up S/ keluhan (-)
Tanggal 22 Agustus 2017
Pukul 06.00 WIB A/ P3A1 post SSTP a.i PEB gagal ekspektatif +
O/ post tubektomi pomeroy + hipoalbuminemia
St. Present
KU : sedang P/ - Obs TVI, kontraksi, perdarahan
Sens : CM - Cefixime tab 200mg/12jam po
TD :140/90 mmHg - Paracetamol tab 500mg/8jam po
N : 84x/menit - Metildopa tab 250mg/8jam po
RR : 20x/menit - Neurodex tab/24jam p.o
T : 36,8o C - Posafit tab/12 jam p.o
St. obstetri - Infus Metronidazol 500mg/8jam iv
PL: - Cek ulang Hb, albumin post transfusi
FUT 2 jbpst, kontraksi baik, - Pindah ruangan bangsal mawar
perdarahan aktif (-), lokhia (+)
rubra, luka tertutup verban
Follow up S/ keluhan (-)
Tanggal 23 Agustus 2017
Pukul 06.00 WIB A/ P3A1 post SSTP a.i PEB gagal ekspektatif +
O/ post tubektomi pomeroy
St. Present
KU : sedang P/ - Obs TVI, kontraksi, perdarahan
Sens : CM - Aff infus
TD :130/80 mmHg - Cefixime tab 200mg/12jam po

14
N : 80x/menit - Paracetamol tab 500mg/8jam po
RR : 20x/menit - Metildopa tab 250mg/8jam po
T : 36,8o C - Neurodex tab/24jam p.o
- Posafit tab/12 jam p.o
St. obstetri
PL: R/ Acc rawat jalan
FUT 2 jbpst, kontraksi baik,
perdarahan aktif (-), lokhia (+)
rubra, luka tertutup verban
Lab:
Hb: 9,1 g/dl Keadaan pasien baik, pasien boleh pulang
Albumin : 2,9 g/dl

15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Preeklampsia berat (PEB)


2.1.1 Definisi Preeklampsia
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai
dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya
inflamasi sistemik dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Preeklampsia,
sebelumya selalu didefinisikan dengan adanya hipertensi dan proteinuria yang
baru terjadi pada kehamilan (new onset hypertension with proteinuria),
sedangkan Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik
≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih
5 g/24 jam atau ≥ +2 pada tes celup.. Sedangkan sekarang, preeklampsia
ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi spesifik yang disebabkan kehamilan
disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20
minggu.
2.1.2 Etiologi dan Faktor Predisposisi Preeklampsia
Laporan mengenai elampsia telah ditelusuri hingga sejauh tahun 2200
SM. Sejumlah besar mekanisme telah diajukan untuk menjelaskan
penyebabnya. Preeklampsia tidaklah sesederhana “satu penyakit”, melainkan
merupakan hasil akhir berbagai faktor yang kemungkinan meliputi sejumlah
faktor pada ibu, plasenta dan janin. Faktor-faktor yang berperan dalam
terjadinya preeklampsia:
1. Implantasi plasenta disertai invasi trofoblastik abnormal pada pembuluh
darah uterus.
2. Toleransi imunologis yang bersifat maladaptif diantara jaringan maternal
dan fetal.
3. Maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskular atau inflamatorik
yang terjadi pada kehamilan normal.
4. Faktor-faktor genetik termasuk gen predisposisi yang diwariskan, serta
pengaruh epigenetik.
Fakto risiko yang dapat dinilai pada kunjungan antenatal pertama adalah

16
Anamnesis:
- Umur > 40 tahun
- Nulipara
- Multipara dengan riwayat preeklampsia sebelumnya
- Multipara dengan kehamilan oleh pasangan baru
- Multipara yang jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih
- Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan
- Kehamilan multipel
- IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus)
- Hipertensi kronik
- Penyakit Ginjal
- Sindrom antifosfolipid (APS)
- Kehamilan dengan inseminasi donor sperma, oosit atau embrio
- Obesitas sebelum hamil
Pemeriksaan fisik:
- Indeks masa tubuh > 35
- Tekanan darah diastolik > 80 mmHg
- Proteinuria (dipstick >+l pada 2 kali pemeriksaan berjarak 6 jam atau
secara kuantitatif (300 mg/24 jam).
2.1.3 Patofisiologi Preeklampsia
Teori kelainan vaskularisasi plasenta menjelaskan bahwa pada
preeklampsia tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri
spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi
tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan
mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relatif
mengalami vasokonstriksi dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis
sehingga aliran darah utero-plasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan
iskemia plasenta.
Plasenta yang mengalami iskemia akibat tidak terjadinya invasi
trofoblas secara benar akan menghasilkan radikal bebas. Salah satu radikal
bebas penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil.
Radikal hidroksil akan mengubah asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida

17
lemak. Kemudian, peroksida lemak akan merusak membran sel endotel
pembuluh darah .Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya
fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini
disebut sebagai disfungsi endotel.
Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel yang mengakibatkan disfungsi
sel endotel, maka akan terjadi gangguan metabolisme prostaglandin karena
salah satu fungsi sel endotel adalah memproduksi prostaglandin. Dalam kondisi
ini terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGE2) yang merupakan suatu
vasodilator kuat. Kemudian, terjadi agregasi sel-sel trombosit pada daerah
endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi
tromboksan yang merupakan suatu vasokonstriktor kuat. Peningkatan produksi
bahan-bahan vasopressor(endotelin) dan penurunan kadar NO (vasodilatator),
serta peningkatan faktor koagulasi juga terjadi.
2.1.4 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria preeklampsia berat.
Diagnosis preeklampsia berat dapat ditegakkan jika memenuhi kriteria
minimal Preeklampsia ditambah salah satu kriteria PEB.
Kriteria Minimal Preeklampsia
1. Hipertensi : Tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau
90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit
menggunakan lengan yang sama.
2. Protein urin : Protein urin melebihi 300 mg dalam 24 jam atau tes urin
dipstik > positif 1
Kriteria Preeklampsia berat (diagnosis preeklampsia dipenuhi dan jika
didapatkan salah satu kondisi klinis dibawah ini :
1. Hipertensi : Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau
110/mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit
menggunakan lengan yang sama.
2. Trombositopenia : Trombosit < 100.000 / mikroliter
3. Gangguan ginjal : Kreatinin serum diatas 1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum dari sebelumnya pada kondisi dimana
tidak ada kelainan ginjal lainnya

18
4. Gangguan Liver :Peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal
dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen
5. Edema Paru
6. Gejala Neurologis : Stroke, nyeri kepala, gangguan visus
Gangguan Sirkulasi uteroplasenta : Oligohidramnion, Fetal Growth
Restriction (FGR) atau didapatkan adanya absent or reversed end
diastolic velocity (ARDV)
2.1.5 Tatalaksana PEB
Pengelolaan preeklampsia mencakup pencegahan kejang, pengobatan
hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan supportif terhadap penyulit organ
yang terlibat, dan saat yang tepat untuk bersalin.
a. Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya yaitu terapi
medikamentosa dengan pemberian obat-obatan untuk penyulitnya.
b. Kedua baru menentukkan rencara sikap terhadap kehamilannya yang
tergantung pada umur kehamilan.
Sikap terhadap kehamilannya dibagi 2, yaitu;
1. Ekspektatif: Bila umur kehamilan < 37 minggu, artinya: kehamilan
dipertahankan selama mungkin sampai aterm sambil memberikan terapi
medikamentosa.
2. Aktif: bila umur kehamilan ≥ 37 minggu, artinya: kehamilan diakhiri
setelah mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu.

19
20
1. Pemberian Magnesium Sulfat untuk mencegah kejang
Sejak tahun 1920-an, magnesium sulfat sudah digunakan untuk
eklampsia di Eropa dan Amerika Serikat. Tujuan utama pemberian
magnesium sulfat pada preeklampsia adalah untuk mencegah dan
mengurangi angka kejadian eklampsia, serta mengurangi morbiditas dan
mortalitas maternal serta perinatal. Cara kerja magnesium sulfat belum
dapat dimengerti sepenuhnya. Salah satu mekanisme kerjanya adalah
menyebabkan vasodilatasi melalui relaksasi dari otot polos, termasuk
pembuluh darah perifer dan uterus, sehingga selain sebagai antikonvulsan,
magnesium sulfat juga berguna sebagai antihipertensi dan tokolitik.
Magnesium sulfat juga berperan dalam menghambat reseptor N-metil-D-
aspartat (NMDA) di otak, yang apabila teraktivasi akibat asfiksia, dapat
menyebabkan masuknya kalsium ke dalam neuron, yang mengakibatkan
kerusakan sel dan dapat terjadi kejang.
Efek samping dan toksisitas magnesium sulfat
Penggunaan magnesium sulfat berhubungan dengan efek samping
minor yang lebih tinggi seperti rasa hangat, flushing, nausea atau muntah,
kelemahan otot, ngantuk, dan iritasi dari lokasi injeksi. Dari uji acak
dilaporkan kejadian efek samping terjadi pada 15 – 67% kasus. Efek
samping ini merupakan penyebab utama wanita menghentikan pengobatan.
Dosis pemakaian magnesium sulfat
Regimen pada penderita preeklampsia diawali dengan loading dose
8 gr 40% IM bokong kanan dan kiridiikuti dosis pemeliharaan 4 gr 40% tiap
4-6 jam bergantian salah satu bokong pada penderita eklampsia diawali
dengan loading dose 2 gr 20% IV, diikuti dosis pemeliharaan 4 gr 40% tiap
4-6 jam bergantian salah satu bokong.
2. Injeksi dexamethason 12 mg/24 jam selama 2 hari
Injeksi dexamethasone untuk PEB yaitu 12 mg/24 jam selama 2 hari.
Injeksi dexamethasone tersebut berfungsi sebagai untuk pematangan paru
janin. Injeksi dexamethason diberikan pada usia kehamilan 27-34 minggu.

21
3. Pemberian Nifedipin sebagai antihipertensi
Nifedipine merupakan calcium channel blocker yang bekerja pada
otot polos arteriolar dan menyebabkan vasodilatasi dengan menghambat
masuknya kalsium ke dalam sel. Berkurangnya resistensi perifer akibat
pemberian calcium channel blocker dapat mengurangi afterload, sedangkan
efeknya pada sirkulasi vena hanya minimal. Nifedipin selain berperan
sebagai vasodilator arteriolar ginjal yang selektif dan bersifat natriuretik
juga dapat meningkatkan produksi urin sehingga dapat menurunkan tekanan
darah.
2.1.7 Komplikasi
1. Perubahan pada plasenta dan uterus
Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi
plasenta. Pada hipertensi yang agak lama pertumbuhan janin terganggu.
Pada hipertensi yang lebih pendek bisa terjadi gawat janin sampai
kematiannya karena kekurangan oksigenasi.
2. Perubahan pada ginjal
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal
menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Pada
penyelidikan biopsi menunjukkan kelainan pre-eklampsia berupa: kelainan
glomerulus, hiperplasia sel-sel jukstaglomerulus, kelainan pada tubulus-
tubulus Henle, dan spasmus pembuluh darah ke glomerulus.
3. Hati
Pada pemeriksaan mikroskopik dapat ditemukan perdarahan dan nekrosis
pada tepi lobulus, disertai trombosis pada pembuluh darah kecil,terutama
disekitar vena porta.
4. Otak
Pada pemeriksaan yang belum lanjut hanya ditemukan edema dan anemia
pada korteks serebri, pada keadaan lanjut dapat ditemukan perdarahan.
5. Retina
Kelainan yang sering ditemukan pada retina adalah spasmus pada
arteriola-arteriola, terutama pada siklus optikus dan retina.
6. Paru

22
menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena
bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi.
7. Jantung
Biasanya mengalami perubahan degeneratif pada miokardium, dan sering
ditemukan degenerasi lemak serta nekrosis dan perdarahan.

2.1.8 Prognosis
Prognosis preeklamsia dikatakan buruk karena kematian ibu antara
9,8-20,5 %, sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi, yaittu 42,2 -48,9%.
Kematian ini disebabkan karena kurang sempurnanya pengawasan antenatal,
disamping itu penderita eklampsia biasanya sering terlambat mendapatkan
pertolongan.

23
2.2 Hipoalbuminemia
2.2.1 Definisi Hipoalbuminemia
Hipoalbuminemia adalah kadar albumin yang rendah/dibawah nilai
normal atau keadaan dimana kadar albumin serum < 3,5 g/dL.
Hipoalbuminemia mencerminkan pasokan asam amino yang tidak memadai
dari protein, sehingga mengganggu sintesis albumin serta protein lain oleh
hati. Di Indonesia, data hospital malnutrition menunjukkan 40-50% pasien
mengalami hipoalbuminemia atau berisiko hipoalbuminemia, 12%
diantaranya hipoalbuminemia berat, serta masa rawat inap pasien dengan
hospital malnutrition menunjukkan 90% lebih lama daripada pasien dengan
gizi baik.

2.2.2 Klasifikasi Hipoalbuminemia


Defisiensi albumin atau hipoalbuminemia dibedakan berdasarkan
selisih atau jarak dari nilai normal kadar albumin serum, yaitu 3,5–5 g/dl
atau total kandungan albumin dalam tubuh adalah 300-500 gram. Klasifikasi
hipoalbuminemia adalah sebagai berikut:
1. Hipoalbuminemia ringan : 3,5–3,9 g/dl
2. Hipoalbuminemia sedang : 2,5–3,5 g/dl
3. Hipoalbuminemia berat : < 2,5 g/dl

2.2.3 Penyebab Hipoalbuminemia


Hipoalbuminemia adalah suatu masalah umum yang terjadi pada
pasien. Hipoalbuminemia dapat disebabkan oleh masukan protein yang
rendah, pencernaan atau absorbsi protein yang tak adekuat dan peningkatan
kehilangan protein yang dapat ditemukan pada pasien dengan kondisi medis
kronis dan akut:
1. Kurang Energi Protein,
2. Kanker,
3. Peritonitis,
4. Luka bakar,
5. Sepsis,

24
6. Luka akibat Pre dan Post pembedahan (penurunan albumin plasma yang
terjadi setelah trauma),
7. Penyakit hati akut yang berat atau penyakit hati kronis (sintesa albumin
menurun),
8. Penyakit ginjal (hemodialisa),
9. Penyakit saluran cerna kronik,
10.Radang atau Infeksi tertentu (akut dan kronis),
11. Diabetes mellitus dengan gangren, dan
12. TBC paru.

2.2.4 Terapi Hipoalbuminemia


Hipoalbuminemia dapat dikoreksi dengan Albumin intravena dan
diet tinggi albumin, dapat dilakukan dengan pemberian diet ekstra putih
telur, atau ekstrak albumin dari bahan makanan yang mengandung albumin
dalam kadar yang cukup tinggi. Penanganan pasien hipoalbuminemia dari
segi gizi dengan cara pemberian bahan makanan seperti estrak ikan gabus,
putih telur dan tempe kedelai.

2.3 Sectio Sesaria


Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan insisi pada
abdomen dan uterus.
 Indikasi Ibu
- Panggul Sempit Absolut
- Tumor yang dapat mengakibatkan Obstruksi
- Plasenta Previa
- Ruptura Uteri
- Disfungsi Uterus
- Solutio Plasenta
 Indikasi Janin
a. Kelainan Letak
- Letak Lintang
- Presentasi Bokong

25
- Presentasi Ganda atau Majemuk
b. Gawat Janin
c. Ukuran Janin
 Indikasi Ibu dan Janin
- Gemelli atau Bayi Kembar
- Riwayat Sectio Caesarea
- Preeklampsia dan Eklampsia
 Indikasi Sosial

26
BAB III
PEMBAHASAN

1. Apakah diagnosis pasien ini sudah tepat?


Ny. RS berusia 34 tahun datang dengan keluhan hamil kurang bulan
dengan darah tinggi. Pasien didiagnosis G4P2A1 hamil 30 minggu belum inpartu
dengan PEB + Hipoalbuminemia JTH Preskep.Diagnosis kerja pada pasien sudah
tepat berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
a) Diagnosis G4P2A1 hamil 30 minggu belum inpartu menunjukkan bahwa
pasien sedang hamil ke empat, telah melahirkan dua anak dan pernah satu kali
mengalami abortus. Hamil 30 minggu diketahui dari HPHT pasien tanggal 12
Januari 2017, dan dikonfirmasi lagi dengan pemeriksaan penunjang, USG
dengan kesan Hamil 30 minggu JTH preskep.sedangkan Belum inpartu dapat
diketahui dari pemeriksaan dalam yang menunjukan pembukaan yang masih
kuncup, serta pemeriksaaan luar belum adanya his.
b) Diagnosis PEB ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemerikasaan penunjang.
Anamnesis:
- Pasien mengaku tidak ada riwayat darah tinggi sebelum hamil, tekanan darah
biasanya + 130/90mmHg
- Pasien mengaku pada antenatal care trimester kedua memiliki tekanan darah
sebesar 160/100mmhg
- Pasien mengeluh bengkak di sekitar tungkai bawah sejak 3 bulan yang lalu
- Pada hamil kedua pasien mengaku pernah mengalami darah tinggi saat
kehamilan
- Dari keluarga pasien, kakak kandung pasien juga pernah mengalami darah
tinggi yang disebabkan oleh kehamilan

Pemeriksaan Fisik
- Didapatkan hasil tekanan darah dengan dua kali pemeriksaan dengan jarak
antar pemeriksaan 15 menit pada lengan yang sama sebesar 210/130
mmHg

27
- Didapatkan pitting oedem pada kedua daerah sekitar pretibial pasien.

Pemeriksaan Penunjang
- Didapatkan proteinuria +2 pada pemeriksaan protein urin

c) Diagnosis Hipoalbuminemia dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan


fisik dan pemerikasaan penunjang.
Anamnesis:
- Pasien mengeluh bengkak-bengkak di sekitar tungkai bawah sejak 3 bulan
yang lalu
Pemeriksaan Fisik
- Didapatkan pitting oedem pada kedua daerah sekitar pretibial pasien.
Pemeriksaan Penunjang
- Didapatkan kadar albumin 2,4 g/dl pada pemeriksaan darah lengkap

2. Bagaimana patofisiologi terjadinya PEB?


 Teori kelainan vaskularisasi plasenta menjelaskan bahwa pada
preeklampsia tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri
spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis
menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak
memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri
spiralis relatif mengalami vasokonstriksi dan terjadi kegagalan remodeling
arteri spiralis sehingga aliran darah utero-plasenta menurun dan terjadilah
hipoksia dan iskemia plasenta.
 Plasenta yang mengalami iskemia akibat tidak terjadinya invasi trofoblas
secara benar akan menghasilkan radikal bebas. Salah satu radikal bebas
penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil. Radikal
hidroksil akan mengubah asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida
lemak. Kemudian, peroksida lemak akan merusak membran sel endotel
pembuluh darah .Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan
terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel.
Keadaan ini disebut sebagai disfungsi endotel.

28
 Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel yang mengakibatkan disfungsi
sel endotel, maka akan terjadi gangguan metabolisme prostaglandin karena
salah satu fungsi sel endotel adalah memproduksi
 prostaglandin. Dalam kondisi ini terjadi penurunan produksi
prostasiklin(PGE2) yang merupakan suatu vasodilator kuat. Kemudian,
terjadi agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami
kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi tromboksan yang merupakan
suatu vasokonstriktor kuat. Peningkatan produksi bahan-bahan
vasopressor(endotelin) dan penurunan kadar NO (vasodilatator), serta
peningkatan faktor koagulasi juga terjadi.

3. Bagaimana tatalaksana PEB ?


Dasar pengelolaan preeklampsia bila kehamilan dengan penyulit apapun
pada ibunya, dilakukan pengelolaan sebagai berikut;
a. Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya yaitu terapi
medikamentosa dengan pemberian obat-obatan untuk penyulitnya.
b. Kedua baru menentukkan rencana sikap terhadap kehamilannya yang
tergantung pada umur kehamilan.
Sikap terhadap kehamilannya dibagi 2, yaitu;
1) ekspektatif: Bila umur kehamilan < 37 minggu, artinya: kehamilan
dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi
medikamentosa.
2) Aktif: bila umur kehamilan ≥ 37 minggu, artinya: kehamilan diakhiri
setelah mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu(1).
Magnesium sulfat (MgSO4) merupakan salah satu obat terpilih untuk
mengendalikan dan mencegah kejang pada hipertensi dalam kehamilan
(preeklampsia berat dan eklampsia). Enam puluh tahun penelitian pada
magnesium sulfat menunjukan hasil yang efektif dan aman, walaupun cara
kerjanya belum begitu jelas. Regimen pada penderita preeklampsia diawali
dengan loading dose 8 gr 40% IM bokong kanan dan kiri diikuti dosis
pemeliharaan 4 gr 40% tiap 4-6 jam bergantian salah satu bokong sampai
dengan 24 jam post partum, pada penderita eklampsia diawali dengan

29
loading dose 2 gr 20% IV, diikuti dosis pemeliharaan 4 gr 40% tiap 4-6
jam bergantian salah satu bokong sampai dengan 24 jam post partum.

Ion Mg2++

Otot bergaris Otot polos uterus SusunanSyarafPusat(SSP)

Sambungan Mg N-metil-D- Relaksasi otot


neuromuskular(neurom ekstraseluler↑ aspartat polos
uscular junction)
Mg intraseluler↑
InfluksCa↓ Vasodilatasi
Pelepasan ACH ↓
Influks Ca ↓

Kepekaan MEP ↓ Penghantaran Iskemia


Impuls ↓ cerebral ↓

Potensial MEP ↓

Kontraksi otot↓

Pencegahan kejang

4. Apakah Tatalaksana pada pasien ini sudah tepat?


 Injeksi MgSO4 40%~protokol
Pemberian MgSO4 40% 8 gr (4 gr boka dan 4 gr boki), dilanjutkan
dengan MgSO4 40% 4gr/6jam boka/boki IM sudah tepat. Tujuan utama
pemberian magnesium sulfat pada preeklampsia adalah untuk mencegah dan
mengurangi angka kejadian eklampsia, serta mengurangi morbiditas dan
mortalitas maternal serta perinatal. Cara kerja magnesium sulfat belum dapat
dimengerti sepenuhnya. Salah satu mekanisme kerjanya adalah
menyebabkan vasodilatasi melalui relaksasi dari otot polos, termasuk
pembuluh darah perifer dan uterus, sehingga selain sebagai antikonvulsan,
magnesium sulfat juga berguna sebagai antihipertensi dan tokolitik.

30
Magnesium sulfat juga berperan dalam menghambat reseptor N-metil-D-
aspartat (NMDA) di otak, yang apabila teraktivasi akibat asfiksia, dapat
menyebabkan masuknya kalsium ke dalam neuron, yang mengakibatkan
kerusakan sel dan dapat terjadi kejang.

 Nifedipine
Pemberian Nifedipine 10 mg/8 jam po pada pasien ini juga sudah
tepat. Hal ini dikarenakan nifedipine merupakan calcium channel blocker
yang bekerja pada otot polos arteriolar dan menyebabkan vasodilatasi
dengan menghambat masuknya kalsium ke dalam sel. Berkurangnya
resistensi perifer akibat pemberian calcium channel blocker dapat
mengurangi afterload, sedangkan efeknya pada sirkulasi vena hanya
minimal. Nifedipin selain berperan sebagai vasodilator arteriolar ginjal yang
selektif dan bersifat natriuretik juga dapat meningkatkan produksi urin
sehingga dapat menurunkan tekanan darah.

 Infus Albumin 20%


Infus Albumin 20% diberikan pasien ini dikarekan pasien mengalami
hipoalbuminemia. Hipoalbumenia terjadi akibat hilangnya protein melalui
ekskresi ginjal akibat kebocoran dinding pembuluh darah ginjal.
Hipoalbuminemia inilah yang salah satunya dapat menyebabkan terjadinya
edema pada tungkai pasien. Infus albumin dapat memperbaiki tekanan
onkotik darah sehingga dapat mengurangi keluarnya air dari intraseluler.

31
BAB IV
KESIMPULAN

1. Diagnosis pada pasien ini, yaitu G4P2A1 hamil 30 minggu belum inpartu
dengan PEB + Hipoalbuminemia JTH Preskep, sudah dapat diterima karena
memenuhi kriteria penegakan diagnosis untuk preeklampsia berat dan
hipoalbuminemia.

2. Penatalaksanaan pada pasien dengan pemberian MgSO4, Nifedipine dan infus


albumin sudah tepat, dengan pemberian MgSO4 dapat mencegaah terjadinya
eklampsia. Pemberian nifedipine dapat menurunkan tekanan darah serta infus
albumin 20% dapat mengganti protein yang hilang akibat kebocoran
pembuluh darah sehingga meningkatkan tekanan onkotik dan dapat
mengurangi edema.

32
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M., Baziad, A., dan Prabowo, P. (Editor) Ilmu Kandungan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 2011

Cunningham, F.G et al. Breech Presentation and Delivery In: William


Obstetrics.23st edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising
Division, 509-536. 2005

Saifuddin, A. B., Adriaansz, G., Wiknjosastro, G. H., dan Waspodo, D. (Editor)


Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2006

Wiknjosastro, H., Saifuddin, A. B., dan Rachimhadhi, T. (Editor) Ilmu Bedah


Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2007

Pedoman nasional pelayanan kedokteran. Diagnosis dan tatalaksana


Preeklampsia. Jakarta: Kementrian kesehatan republik
indonesia.Perkumpulan obsetri dan ginekologi Indonesia.2016

Agung M, Hendro W. Pengaruh kadar albumin serum terhadap lamanya


penyembuhan luka operasi.Artikel penelitian dexa media. 2005

33

Anda mungkin juga menyukai