Penyaji
Fajri Aulia, S.Ked
Pembimbing
dr. Julianty Kusuma, Sp.OG
1
BAB I
LAPORAN KASUS
A. REKAM MEDIS
1. Anamnesis
Autoanamnesis
a. Identitas
Nama : Ny. RS
Med.Rec/Reg : 749976
Umur : 34 tahun
Suku bangsa : Sumatera
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Desa Bukit Panjaitan, Kec. Sukaraja
MRS : 17 Agustus 2017 pukul 20.50 WIB
b. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, lama 15 tahun
c. Riwayat Reproduksi
Menarche :13 tahun
Siklus haid : teratur, 28 hari
Lamanya haid : 7 hari dengan 2x ganti pembalut/hari
Hari pertama haid terakhir : 12 Januari 2017
Taksiran persalinan : 19 September 2017
KB :-
d. Riwayat Kehamilan/Melahirkan
1. 2003, Laki-laki, aterm, persalinan normal, 2400 gram, bidan, umur
sekarang 14 tahun.
2. 2007, Perempuan, aterm, persalinan normal, 2600 gram, bidan, umur
sekarang 10 tahun.
2
3. 2010, Abortus pada usia kehamilan 16 minggu
4. 2017, Hamil saat ini
h. Anamnesis Khusus
Keluhan utama : Hamil kurang bulan dengan darah tinggi
Riwayat perjalanan penyakit :
1 hari yang lalu pasien memeriksa kehamilannya ke bidan di
puskesmas,dikatakan tekanan darah 200/100mmHg, pasien disarankan ke
RSMY bengkulu. Riwayat perut mules yang menjalar ke pinggang, hilang
timbul makin lama makin sering & kuat (-), riwayat keluar air-air (-),
riwayat keluar darah lendir(-), riwayat darah tinggi sebelum hamil (-),
riwayat darah tinggi pada kehamilan sebelumnya (-), riwayat sakit kepala
(-), riwayat mata kabur (-), riwayat mual-muntah (-), riwayat nyeri
epigastrium (-), pasien mengaku hamil kisaran 7-8 bulan dan gerakan anak
masih dirasakan. Pasien baru dirawat sebelumnya 2 minggu yang lalu di
RSMY dengan keluhan hamil dengan darah tinggi.
3
5. Pemeriksaan Fisik
a) Status Present
1) Keadaan umum
Kesadaran : composmentis
Tipe badan : piknikus
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 158 cm
Tekanan darah : 210/130 mmHg
Nadi : 90x/menit, isi dan tegangan cukup
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,7°C
2) Keadaan khusus
Kepala
Bentuk : Normochepali, tidak ada deformitas
Rambut : Warna hitam, tersebar merata
Wajah
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak pucat, dan tidak ikterik
Mata
Konjungtiva : Tidak anemis
Sclera :Tidak ikterik
Telinga
Bentuk :Dalam batas normal
Hidung
Bagian luar : Normal, tidak terdapat deformitas
Septum : Terletak di tengah dan simetris
Mulut dan Tenggorokan
Bibir : Normal, tidak pucat, tidak sianosis
Mukosa mulut : Normal, tidak hiperemis
Leher
Bendungan vena : Tidak terdapat bendungan vena
Kelenjar tiroid : Tidak membesar, mengikuti gerakan, simetris
KGB : Tidak membesar, tidak ada massa
4
Kulit
Warna : sawo matang
Thoraks
Jantung
Inspeksi : Bentuk simetris
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : BJ I & II reguler, Gallop (-), mur-mur (-)
Paru
Inspeksi &palpasi: Bentuk dan gerak simetris kiri dan kanan
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : Dalam batas normal
Ekstremitas
Tidak tampak deformitas
Akral hangat pada keempat ekstremitas
Terdapat pitting edema pada keempat ekstremitas
b) Status Obstetri
Pada pemeriksaan obstetri saat masuk rumah sakit tanggal 17 Agustus
2017 pukul 21.00 WIB didapatkan :
Pemeriksaan luar
FUT 2 jari atas pusat (21cm), memanjang, punggung kanan, kepala,
U 5/5, His (-), DJJ 143 x/menit, TBJ: 1.240 gram
Pemeriksaan dalam
Portio lunak, posterior, eff 0%, Ø kuncup, ketuban dan penunjuk
belum dapat dinilai
5
c) Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
Hb : 14,5 gr/dl Clorida : 106 mmol/l
Leukosit : 16.500/mm3 HIV : non reaktif
Trombosit : 127.000/mm3 HBSAg : (-) Negatif
Hematokrit : 44%
Asam urat : 7,6 mg/dl Urinalisis
Ureum : 23 mg/dl Protein : +2
Creatinin : 0,6 mg/dl Bilirubin :-
Albumin : 2,4 g/dl Reduksi :-
SGOT : 36 U/L Epitel :+
SGPT : 32 U/L Leukosit : 4-6/lpb
Natrium : 143 mmol/l Eritrosit : 12-14/lpb
Kalium : 3,6 mmol/l Bakteri :-
6. Diagnosa kerja
G4P2A1 Hamil 30 minggu belum inpartu dengan PEB JTH Preskep
6
7. Terapi ekspektatif management
- Observasi tanda vital ibu, denyut jantung janin, his
- IVFD RL xx gtt/menit
- Nifedipin tab 10 mg/8 jam PO
- Inj MgSO4 40% 8gr (4gr boka dan 4gr boki), dilanjutkan dengan MgSO4
40% 4gr/6jam boka/boki IM
- Cek lab H2TL, SGOT/SGPT, ureum, creatinin, albumin.
- USG Konfirmasi
- Kateter menetap
8. Prognosis
Ibu : dubia
Bayi : dubia
B. FOLLOW UP
Kamis, 17 Agustus 2017 Ny.RS/34th/RFD/SMF/YAB/SLM/DWM/LIH/
Pukul 20.50 WIB ABR/DM
O/ S/ Hamil kurang bulan dengan darah tinggi
St. Present
KU : baik A/ G4P2A1 Hamil 30 minggu belum inpartu
Sens : CM dengan PEB + Hipoalbuminemia JTH Preskep
TD : 210/130 mmHg
N : 118x/menit P/ - Obs TVI, DJJ, HIS
RR : 22x/menit - IVFD RL xx gtt/m
T : 36,3o C - Nifedipin 10 mg/8 jam PO
- Inj MgSO4 40% 8gr (4gr boka dan 4gr boki),
St. obstetri dilanjutkan dengan MgSO4 40% 4gr/6jam
PL: FUT 2 japst (21cm), boka/boki IM
memanjang, puka, kepala, U 5/5, - Cek lab DR, UR, crossmatch
his (-), DJJ 143x/menit, TBJ: 1240 - Kateter menetap
g.
VT: R/USG Konfirmasi
7
Portio lunak, posterior,eff
0%, Ø kuncup , ketuban dan
penunjuk belum dapat dinilai.
Laboratorium
GDS : 95 mg/dl
Ureum :23 mg/dl
Creatinin: 0,6 mg/dl
SGOT : 36 U/L
SGPT : 32 U/L
Albumin : 2,4 g/dl
Na : 143 mmol/L
K : 3,6 mmol/L
Cl: 106 mmol/L
Hb : 14,5 gr/dl
Ht : 44 %
Leukosit :16.500 mm3
Trombosit:127.000 sel/mm3
HBSAg : (-)
HIV : Non reaktif
Pemeriksaan urin
Protein : +2
Bilirubin :-
Reduksi :-
Epitel :+
Leukosit : 4-6/lpb
Eritrosit : 12-14/lpb
Bakteri :-
USG:
-Tampak JTH preskep
-Biometri:
8
BPD : 7,51 cm ~ 30w1d
HC : 26,34 cm ~ 29w1d
AA : 22,34 cm ~ 28w
FL : 5,47 cm ~ 30w4d
EFW : 1250 g
-Letak plasenta di corpus anterior
-Cairan ketuban cukup
Kesan: Hamil 30 minggu JTH
preskep
IG: 8
St. obstetri
PL:
FUT 2 japst (21cm), memanjang,
puka, kepala, U 5/5, his (-), DJJ
143x/menit, TBJ: 1240 g.
Follow up S/ Hamil kurang bulan dengan darah tinggi
Tanggal 18 Agustus 2017
Pukul 19.30 WIB A/ G4P2A1 Hamil 30 minggu belum inpartu
9
O/ dengan PEB+ Hipoalbuminemia + gagal
St. Present ekspektatif JTH Preskep
KU : sedang
Sens : CM P/ - Obs TVI, HIS, DJJ
TD :210/130 mmHg - IVFD RL xx gtt/menit
N : 108x/menit - Kateter menetap
RR : 24x/menit - Nifedipin 10 mg/8 jam p.o
T : 36,4o C - MgSO4 40% 4gr/6jam boka/boki IM
10
puka, kepala, U 5/5, his
(1x/10’/10”), DJJ 152x/menit, TBJ:
1240 g
VT: VT: portio lunak, posterior, eff
0%, Ø kuncup , ketuban dan
penunjuk belum dapat dinilai
BS: 2
Lab:
GDS : 78 mg/dl
Ureum :36 mg/dl
Creatinin: 0,7 mg/dl
Albumin : 2,4 gr/dl
Protein total : 4,8 g/dl
Bilirubin Direct : 0,2 mg/dl
Bilirubin Indirect: 0,3 mg/dl
SGOT : 36 U/L
SGPT : 35 U/L
Na : 138 mmol/L
K : 3,8 mmol/L
Cl: 101 mmol/L
Hb : 13,3 gr/dl
Ht : 39%
Leukosit :21.700 mm3
Trombosit: 191.000 sel/mm3
11
Sens : CM - IVFD RL XX gtt/menit
TD :170/110 mmHg - Kateter menetap
N : 88x/menit - Nifedipin 10 mg/8 jam p.o
RR : 20x/menit - MgSO4 40% 4gr/6jam boka/boki IM
T : 36,8o C - Posafit tab/12jam po
St. obstetri
PL: R/ Terminasi perabdominam + Informed consent
FUT 2 japst (21cm), memanjang, tubektomi (os dan suami setuju).
puka, kepala, U 5/5, his
(1x/10’/10”), DJJ 152x/menit, TBJ:
1240 g
VT: VT: portio lunak, posterior, eff
0%, Ø kuncup , ketuban dan
penunjuk belum dapat dinilai
BS: 2
12
T : 36,8o C Urin Lengkap
St. obstetri
PL:
FUT 2 jbpst, kontraksi baik,
perdarahan aktif (-), lokhia (+)
rubra, luka tertutup verban
Follow up S/ keluhan (-)
Tanggal 21 Agustus 2017
Pukul 06.00 WIB A/ P3A1 post SSTP a.i PEB gagal ekspektatif +
(ICU) post tubektomi pomeroy + hipoalbuminemia
O/
St. Present P/ - Obs TVI, kontraksi, perdarahan
KU : sedang - Aff kateter
Sens : CM - Cefixime tab 200mg/12jam po
TD :140/100 mmHg - Paracetamol tab 500mg/8jam po
N : 90x/menit - Metildopa tab 250mg/8jam po
RR : 20x/menit - Neurodex tab/24jam
T : 36,8o C - Posafit tab/12 jam p.o
- Infus Albumin 20%/24 jam
St. obstetri - Inf. Metronidazol 500mg/8jam iv
PL:
FUT 2 jbpst, kontraksi baik, R/ transfusi PRC hingga Hb> 8 g/dl
perdarahan aktif (-), lokhia (+)
rubra, luka tertutup verban
Lab:
Hb : 7,3 gr/dl
Ht : 35%
Leukosit :23.000 mm3
Trombosit:168.000 sel/mm3
Albumin: 2,3 g/dl
13
Pemeriksaan urine
Protein : +2
Bilirubin :-
Reduksi :-
Epitel :+
Leukosit : 4-6/lpb
Eritrosit : 12-14/lpb
Bakteri :-
Follow up S/ keluhan (-)
Tanggal 22 Agustus 2017
Pukul 06.00 WIB A/ P3A1 post SSTP a.i PEB gagal ekspektatif +
O/ post tubektomi pomeroy + hipoalbuminemia
St. Present
KU : sedang P/ - Obs TVI, kontraksi, perdarahan
Sens : CM - Cefixime tab 200mg/12jam po
TD :140/90 mmHg - Paracetamol tab 500mg/8jam po
N : 84x/menit - Metildopa tab 250mg/8jam po
RR : 20x/menit - Neurodex tab/24jam p.o
T : 36,8o C - Posafit tab/12 jam p.o
St. obstetri - Infus Metronidazol 500mg/8jam iv
PL: - Cek ulang Hb, albumin post transfusi
FUT 2 jbpst, kontraksi baik, - Pindah ruangan bangsal mawar
perdarahan aktif (-), lokhia (+)
rubra, luka tertutup verban
Follow up S/ keluhan (-)
Tanggal 23 Agustus 2017
Pukul 06.00 WIB A/ P3A1 post SSTP a.i PEB gagal ekspektatif +
O/ post tubektomi pomeroy
St. Present
KU : sedang P/ - Obs TVI, kontraksi, perdarahan
Sens : CM - Aff infus
TD :130/80 mmHg - Cefixime tab 200mg/12jam po
14
N : 80x/menit - Paracetamol tab 500mg/8jam po
RR : 20x/menit - Metildopa tab 250mg/8jam po
T : 36,8o C - Neurodex tab/24jam p.o
- Posafit tab/12 jam p.o
St. obstetri
PL: R/ Acc rawat jalan
FUT 2 jbpst, kontraksi baik,
perdarahan aktif (-), lokhia (+)
rubra, luka tertutup verban
Lab:
Hb: 9,1 g/dl Keadaan pasien baik, pasien boleh pulang
Albumin : 2,9 g/dl
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
16
Anamnesis:
- Umur > 40 tahun
- Nulipara
- Multipara dengan riwayat preeklampsia sebelumnya
- Multipara dengan kehamilan oleh pasangan baru
- Multipara yang jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih
- Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan
- Kehamilan multipel
- IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus)
- Hipertensi kronik
- Penyakit Ginjal
- Sindrom antifosfolipid (APS)
- Kehamilan dengan inseminasi donor sperma, oosit atau embrio
- Obesitas sebelum hamil
Pemeriksaan fisik:
- Indeks masa tubuh > 35
- Tekanan darah diastolik > 80 mmHg
- Proteinuria (dipstick >+l pada 2 kali pemeriksaan berjarak 6 jam atau
secara kuantitatif (300 mg/24 jam).
2.1.3 Patofisiologi Preeklampsia
Teori kelainan vaskularisasi plasenta menjelaskan bahwa pada
preeklampsia tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri
spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi
tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan
mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relatif
mengalami vasokonstriksi dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis
sehingga aliran darah utero-plasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan
iskemia plasenta.
Plasenta yang mengalami iskemia akibat tidak terjadinya invasi
trofoblas secara benar akan menghasilkan radikal bebas. Salah satu radikal
bebas penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil.
Radikal hidroksil akan mengubah asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida
17
lemak. Kemudian, peroksida lemak akan merusak membran sel endotel
pembuluh darah .Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya
fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini
disebut sebagai disfungsi endotel.
Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel yang mengakibatkan disfungsi
sel endotel, maka akan terjadi gangguan metabolisme prostaglandin karena
salah satu fungsi sel endotel adalah memproduksi prostaglandin. Dalam kondisi
ini terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGE2) yang merupakan suatu
vasodilator kuat. Kemudian, terjadi agregasi sel-sel trombosit pada daerah
endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi
tromboksan yang merupakan suatu vasokonstriktor kuat. Peningkatan produksi
bahan-bahan vasopressor(endotelin) dan penurunan kadar NO (vasodilatator),
serta peningkatan faktor koagulasi juga terjadi.
2.1.4 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria preeklampsia berat.
Diagnosis preeklampsia berat dapat ditegakkan jika memenuhi kriteria
minimal Preeklampsia ditambah salah satu kriteria PEB.
Kriteria Minimal Preeklampsia
1. Hipertensi : Tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau
90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit
menggunakan lengan yang sama.
2. Protein urin : Protein urin melebihi 300 mg dalam 24 jam atau tes urin
dipstik > positif 1
Kriteria Preeklampsia berat (diagnosis preeklampsia dipenuhi dan jika
didapatkan salah satu kondisi klinis dibawah ini :
1. Hipertensi : Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau
110/mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit
menggunakan lengan yang sama.
2. Trombositopenia : Trombosit < 100.000 / mikroliter
3. Gangguan ginjal : Kreatinin serum diatas 1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum dari sebelumnya pada kondisi dimana
tidak ada kelainan ginjal lainnya
18
4. Gangguan Liver :Peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal
dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen
5. Edema Paru
6. Gejala Neurologis : Stroke, nyeri kepala, gangguan visus
Gangguan Sirkulasi uteroplasenta : Oligohidramnion, Fetal Growth
Restriction (FGR) atau didapatkan adanya absent or reversed end
diastolic velocity (ARDV)
2.1.5 Tatalaksana PEB
Pengelolaan preeklampsia mencakup pencegahan kejang, pengobatan
hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan supportif terhadap penyulit organ
yang terlibat, dan saat yang tepat untuk bersalin.
a. Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya yaitu terapi
medikamentosa dengan pemberian obat-obatan untuk penyulitnya.
b. Kedua baru menentukkan rencara sikap terhadap kehamilannya yang
tergantung pada umur kehamilan.
Sikap terhadap kehamilannya dibagi 2, yaitu;
1. Ekspektatif: Bila umur kehamilan < 37 minggu, artinya: kehamilan
dipertahankan selama mungkin sampai aterm sambil memberikan terapi
medikamentosa.
2. Aktif: bila umur kehamilan ≥ 37 minggu, artinya: kehamilan diakhiri
setelah mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu.
19
20
1. Pemberian Magnesium Sulfat untuk mencegah kejang
Sejak tahun 1920-an, magnesium sulfat sudah digunakan untuk
eklampsia di Eropa dan Amerika Serikat. Tujuan utama pemberian
magnesium sulfat pada preeklampsia adalah untuk mencegah dan
mengurangi angka kejadian eklampsia, serta mengurangi morbiditas dan
mortalitas maternal serta perinatal. Cara kerja magnesium sulfat belum
dapat dimengerti sepenuhnya. Salah satu mekanisme kerjanya adalah
menyebabkan vasodilatasi melalui relaksasi dari otot polos, termasuk
pembuluh darah perifer dan uterus, sehingga selain sebagai antikonvulsan,
magnesium sulfat juga berguna sebagai antihipertensi dan tokolitik.
Magnesium sulfat juga berperan dalam menghambat reseptor N-metil-D-
aspartat (NMDA) di otak, yang apabila teraktivasi akibat asfiksia, dapat
menyebabkan masuknya kalsium ke dalam neuron, yang mengakibatkan
kerusakan sel dan dapat terjadi kejang.
Efek samping dan toksisitas magnesium sulfat
Penggunaan magnesium sulfat berhubungan dengan efek samping
minor yang lebih tinggi seperti rasa hangat, flushing, nausea atau muntah,
kelemahan otot, ngantuk, dan iritasi dari lokasi injeksi. Dari uji acak
dilaporkan kejadian efek samping terjadi pada 15 – 67% kasus. Efek
samping ini merupakan penyebab utama wanita menghentikan pengobatan.
Dosis pemakaian magnesium sulfat
Regimen pada penderita preeklampsia diawali dengan loading dose
8 gr 40% IM bokong kanan dan kiridiikuti dosis pemeliharaan 4 gr 40% tiap
4-6 jam bergantian salah satu bokong pada penderita eklampsia diawali
dengan loading dose 2 gr 20% IV, diikuti dosis pemeliharaan 4 gr 40% tiap
4-6 jam bergantian salah satu bokong.
2. Injeksi dexamethason 12 mg/24 jam selama 2 hari
Injeksi dexamethasone untuk PEB yaitu 12 mg/24 jam selama 2 hari.
Injeksi dexamethasone tersebut berfungsi sebagai untuk pematangan paru
janin. Injeksi dexamethason diberikan pada usia kehamilan 27-34 minggu.
21
3. Pemberian Nifedipin sebagai antihipertensi
Nifedipine merupakan calcium channel blocker yang bekerja pada
otot polos arteriolar dan menyebabkan vasodilatasi dengan menghambat
masuknya kalsium ke dalam sel. Berkurangnya resistensi perifer akibat
pemberian calcium channel blocker dapat mengurangi afterload, sedangkan
efeknya pada sirkulasi vena hanya minimal. Nifedipin selain berperan
sebagai vasodilator arteriolar ginjal yang selektif dan bersifat natriuretik
juga dapat meningkatkan produksi urin sehingga dapat menurunkan tekanan
darah.
2.1.7 Komplikasi
1. Perubahan pada plasenta dan uterus
Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi
plasenta. Pada hipertensi yang agak lama pertumbuhan janin terganggu.
Pada hipertensi yang lebih pendek bisa terjadi gawat janin sampai
kematiannya karena kekurangan oksigenasi.
2. Perubahan pada ginjal
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal
menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Pada
penyelidikan biopsi menunjukkan kelainan pre-eklampsia berupa: kelainan
glomerulus, hiperplasia sel-sel jukstaglomerulus, kelainan pada tubulus-
tubulus Henle, dan spasmus pembuluh darah ke glomerulus.
3. Hati
Pada pemeriksaan mikroskopik dapat ditemukan perdarahan dan nekrosis
pada tepi lobulus, disertai trombosis pada pembuluh darah kecil,terutama
disekitar vena porta.
4. Otak
Pada pemeriksaan yang belum lanjut hanya ditemukan edema dan anemia
pada korteks serebri, pada keadaan lanjut dapat ditemukan perdarahan.
5. Retina
Kelainan yang sering ditemukan pada retina adalah spasmus pada
arteriola-arteriola, terutama pada siklus optikus dan retina.
6. Paru
22
menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena
bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi.
7. Jantung
Biasanya mengalami perubahan degeneratif pada miokardium, dan sering
ditemukan degenerasi lemak serta nekrosis dan perdarahan.
2.1.8 Prognosis
Prognosis preeklamsia dikatakan buruk karena kematian ibu antara
9,8-20,5 %, sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi, yaittu 42,2 -48,9%.
Kematian ini disebabkan karena kurang sempurnanya pengawasan antenatal,
disamping itu penderita eklampsia biasanya sering terlambat mendapatkan
pertolongan.
23
2.2 Hipoalbuminemia
2.2.1 Definisi Hipoalbuminemia
Hipoalbuminemia adalah kadar albumin yang rendah/dibawah nilai
normal atau keadaan dimana kadar albumin serum < 3,5 g/dL.
Hipoalbuminemia mencerminkan pasokan asam amino yang tidak memadai
dari protein, sehingga mengganggu sintesis albumin serta protein lain oleh
hati. Di Indonesia, data hospital malnutrition menunjukkan 40-50% pasien
mengalami hipoalbuminemia atau berisiko hipoalbuminemia, 12%
diantaranya hipoalbuminemia berat, serta masa rawat inap pasien dengan
hospital malnutrition menunjukkan 90% lebih lama daripada pasien dengan
gizi baik.
24
6. Luka akibat Pre dan Post pembedahan (penurunan albumin plasma yang
terjadi setelah trauma),
7. Penyakit hati akut yang berat atau penyakit hati kronis (sintesa albumin
menurun),
8. Penyakit ginjal (hemodialisa),
9. Penyakit saluran cerna kronik,
10.Radang atau Infeksi tertentu (akut dan kronis),
11. Diabetes mellitus dengan gangren, dan
12. TBC paru.
25
- Presentasi Ganda atau Majemuk
b. Gawat Janin
c. Ukuran Janin
Indikasi Ibu dan Janin
- Gemelli atau Bayi Kembar
- Riwayat Sectio Caesarea
- Preeklampsia dan Eklampsia
Indikasi Sosial
26
BAB III
PEMBAHASAN
Pemeriksaan Fisik
- Didapatkan hasil tekanan darah dengan dua kali pemeriksaan dengan jarak
antar pemeriksaan 15 menit pada lengan yang sama sebesar 210/130
mmHg
27
- Didapatkan pitting oedem pada kedua daerah sekitar pretibial pasien.
Pemeriksaan Penunjang
- Didapatkan proteinuria +2 pada pemeriksaan protein urin
28
Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel yang mengakibatkan disfungsi
sel endotel, maka akan terjadi gangguan metabolisme prostaglandin karena
salah satu fungsi sel endotel adalah memproduksi
prostaglandin. Dalam kondisi ini terjadi penurunan produksi
prostasiklin(PGE2) yang merupakan suatu vasodilator kuat. Kemudian,
terjadi agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami
kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi tromboksan yang merupakan
suatu vasokonstriktor kuat. Peningkatan produksi bahan-bahan
vasopressor(endotelin) dan penurunan kadar NO (vasodilatator), serta
peningkatan faktor koagulasi juga terjadi.
29
loading dose 2 gr 20% IV, diikuti dosis pemeliharaan 4 gr 40% tiap 4-6
jam bergantian salah satu bokong sampai dengan 24 jam post partum.
Ion Mg2++
Potensial MEP ↓
Kontraksi otot↓
Pencegahan kejang
30
Magnesium sulfat juga berperan dalam menghambat reseptor N-metil-D-
aspartat (NMDA) di otak, yang apabila teraktivasi akibat asfiksia, dapat
menyebabkan masuknya kalsium ke dalam neuron, yang mengakibatkan
kerusakan sel dan dapat terjadi kejang.
Nifedipine
Pemberian Nifedipine 10 mg/8 jam po pada pasien ini juga sudah
tepat. Hal ini dikarenakan nifedipine merupakan calcium channel blocker
yang bekerja pada otot polos arteriolar dan menyebabkan vasodilatasi
dengan menghambat masuknya kalsium ke dalam sel. Berkurangnya
resistensi perifer akibat pemberian calcium channel blocker dapat
mengurangi afterload, sedangkan efeknya pada sirkulasi vena hanya
minimal. Nifedipin selain berperan sebagai vasodilator arteriolar ginjal yang
selektif dan bersifat natriuretik juga dapat meningkatkan produksi urin
sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
31
BAB IV
KESIMPULAN
1. Diagnosis pada pasien ini, yaitu G4P2A1 hamil 30 minggu belum inpartu
dengan PEB + Hipoalbuminemia JTH Preskep, sudah dapat diterima karena
memenuhi kriteria penegakan diagnosis untuk preeklampsia berat dan
hipoalbuminemia.
32
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M., Baziad, A., dan Prabowo, P. (Editor) Ilmu Kandungan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 2011
33