Segala sesuatu didalam kehidupan ini selalu berubah. Para pengelola organisasi pada
saat ini sangat menyadari bahwa sesuatu yang kekal hanyalah perubahan itu sendiri.
Organisasi akan selalu mengalami perubahan meski bersifat evolutif (pelan tapi pasti). Tetapi
juga tidak jarang bahwa sebuah organisasi mengalami perubahan yang bersifat
“revolusioner”. (Luthan, 2006 : 562). Tuntutan terhadap perubahan, tidak hanya terjadi di
sektor bisnis. Bahkan organisasi non-bisnis seperti lembaga pendidikan, rumah sakit,
tuntutan sosial, yang diikuti dengan menanjaknya anggaran pembiayaan yang seolah sulit
untuk membawa pada segi keuntungan mensyaratkan adanya efektifitas maksimal dari
organisasi.
organisasi. Kemampuan untuk beradaptasi secara cepat merupakan persyaratan penting bagi
diharapkan tidak saja bisa bertahan didalam lingkungan yang berubah, namun mereka pun
dituntut untuk : memimpin, bertanggung jawab memberikan jaminan nilai dan peluang
dalam perubahan tersebut, berjuang didalam situasi tak menentu yang mengancam
memberikan sistim dan keteraturan baru yang membawa udara segar dan nilai-nilai baru.
kepolisian, ditinjau dari aspek sejarah, selama 32 tahun berada di bawah naungan ABRI,
secara praktis telah mengikis nilai-nilai kepolisian sipil yang universal dalam jiwa Polri dan
tertransformasi dalam instrumen yang militeristis, baik filosofi, visi, misi, doktrin hingga
petunjuk pelaksanaan tugasnya. Filosofi Tri-Brata dan Catur Prasatya sebagai sumber nilai-
nilai filosofi Polri, seakan tertelan dalam Sapta Marga dan Sumpah Prajurit. Demikian pula
Doktrin Polri “Tata Tentram Kerta Raharja” yang membingkai koridor pelaksanaan tugas
pokok dan pencapain tujuan Polri, tenggelam dalam doktrin “Catur Dharma Eka Karma dan
pun, seperti ‘pembinaan kekuatan’ atau ‘penggunaan kekuatan’, menjadi akrab di telinga
personil Polri.
Dengan latar belakang pemahaman sejarah tersebut dan adanya reformasi total
menuntut adanya suatu paradigma baru terhadap kepolisian negara republik indonesia yang
mengarah pada watak sipil dan bukan militer. Hakekatnya menjunjung tinggi HAM dan
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta menegakkan hukum secara profesional,
obyektif sebagaimana yang tertuang dalam undang-undang No. 2 tahun 2002 tentang polri.
kemudian ditindak lanjuti dengan adanya reformasi organisasi polri terhadap tiga aspek
dari sebagian masyarakat untuk mereposisi kedudukan organisasi polri dibawah departemen
tertentu. Dengan melihat kewenangan yang dimiliki oleh polri begitu luas, dan tidak adanya
institusi pengontrol karena kedudukannya langsung dibawah presiden, terikat pada sisitem
tata usaha negara, rentan pada faktor politik, dukungan anggaran dan motivasi anggota dalam
pelaksanaan tugas masih dirasakan kurang, sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas
Melihat kondisi diatas yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan sebagai
suatu peluang untuk melakukan kejahatan trans nasional crime, maka organisasi polri
dituntut untuk dapat menyikapinya dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk dapat
2
dan bisa menekan dan mengungkap setiap kejahatan bahkan dapat melakukan tindakan
pencegahan dan penangkalan (proaktif) sesuai dengan harapan masyarakat saat ini sehingga
kualitas pelayanan polri dapat dirasakan oleh masyarakat secara luas. Dengan meningkatnya
kualitas pelayanan maka wacana perubahan organisasi tidak begitu penting, melainkan
masyarakat mengharapakan adanya suatu perubahan terhadap kinerja polri sehingga dapat
Perubahan organisasi Polri tersebut, jelas memberikan tantangan yang besar bagi
para pimpinan untuk menghadapi masalah yang tidak sedikit. Berbagai masalah yang ada
memerlukan dukungan yang mempunyai “kekuatan membenahi” pada proses perubahan atau
pada masa transisi yang berlangsung dalam organisasi. Utomo K.W mengutip pendapat
Konovsky dan Pugh (1994) mengidentifikasikan adanya tiga kategori perilaku pekerja
kategori tersebut adalah: pertama individu harus masuk kedalam dan tinggal didalam suatu
organisasi, kedua mereka harus menyelesaikan peran khusus dalam suatu pekerjaan tertentu
dan ketiga mereka harus terikat pada aktifitas yang inovatif dan spontan melebihi persepsi
CitizenshipBehavior (OCB) atau dalam istilah manajemen bisa disebut sebagai Perilaku
Keanggotaan Organisasional.
diharapkan untuk berkembang, terutama agar dapat mendukung organisasi untuk mampu
bertahan dalam menghadapi berbagai masalah, baik dalam masa transisi maupun
perkembangannya. Pada kontes ini penulis akan merumuskan beberapa persipan penilitian
melalui kajian kualitatif terkait peran kepuasan kerja dalam memberikan dukungan
Semarang.
3
I.2. Identifikasi Masalah
Polisi sebagai aparat penegak hukum yang paling menonjol di mata masyarakat
karena langsung bersentuhan dengan masyarakat dengan dinamika kehidupan yang begitu
kompleks serta mobilitas masyarakat yang sangat tinggi menimbulkan kerawanan terhadap
keamanan dan ketertiban. Berbagai bentuk kriminalitas juga terus meningkat kuantitas dan
kualitasnya, sehingga kebutuhan akan peran polisi juga semakin tinggi. Masyarakat pun
menjadi semakin kritis dalam memperhatikan mutu pelayanan yang diberikan oleh instansi
kepolisian.
mengalami masa yang paling sulit pada saat ini. Bertumpuk persoalan, baik internal maupun
dengan kondisi negara yang belum stabil dan sejumlah masyarakat yang masih berada
dalam dunia mispersepsi akan makna demokrasi yang diterjemahkan sebagai kebebasan
sebesar-besarnya dan jika mungkin tanpa batas. Sejumlah masalah internal yang tidak kalah
pentingnya dalam kinerja kepolisian berkenaan dengan sumber daya manusia kepolisian
yang belum sepenuhnya profesional, suatu kondisi yang tidak terlepas dari manajemen
pekerjaan yang sangat rawan stres. Stres yang dialami oleh polisi dapat berasal dari stressor
fisik, sosial, psikologis, politik dan ekonomi, juga dapat berupa stressor kerja seperti beban
kerja yang berlebihan, minimnya sarana, lingkungan kerja yang tidak kondusif, resiko
nyawa pada saat bertugas, rutinitas kerja dan sebagainya. Dengan berbagai keterbatasan
internal dan eksternal tersebut maka tidak mudah menampilkan peran polisi dalam bentuk
ideal.
4
Kendala-kendala tersebut akhirnya menimbulkan stres yang menyebabkan
timbulnya perilaku negatif pada polisi. Pengabdian untuk menjaga keamanan dan
masyarakat. Masyarakat dapat melihat dan menilai secara langsung gerak tindak polisi. Jika
ada cacat atau celanya maka akan segera tampak, begitu pula jika berprestasi akan cepat
kesan kurang puas terhadap penampilan kerja anggota polisi. Polisi lalu lintas yang sering
terlambat datang di jalan macet, atau anggota reskrim yang bermalasan dalam menuntaskan
polisi.
Peneliti yang pernah menjadi bagian dalam organisasi di Polres Semarang (Kapolres
Semarang dari bulan Mei 2016 hingga Oktober 2017), sebelum mendapat tugas baru pada
saat ini, memahami betul kondisi riil di lapangan. Peneliti pada saat menjabat sebagai
pimpinan di jajaran Polres sering mendapat berbagai “curhat” dari anggota terkait
pelaksanaan tugas di lapangan, yang pada prinsipnya sarana dan perlengkapan kerja kurang
memadai, kondisi geografis yang tidak mengenakkan, jarak tempuh antara tempat tinggal
dan tempat dinas yang jauh. Selain itu kurangnya jumlah personel polisi sehingga terdapat
ketidakseimbangan antara rasio polisi : masyarakat.Rasio ideal jumlah personil Polri adalah
1 : 300, sementara di Kabupaten Semarang rasio nya masih 1 : 1.023. Hal ini dapat
dijelaskan dengan melihat jumlah penduduk Kabupaten Semarang sampai akhir tahun 2016
5
Tabel 1
Polisi juga harus siaga 24 jam, setiap saat ketika panggilan datang harus cepat dan
tanggap, fasilitas asrama polisi juga tidak memadai, beberapa polsek tidak memiliki asrama
bagi anggotanya sehingga ketika terjadi peristiwa darurat maka tidak bisa langsung
secepatnya menuju lokasi sehingga berpengaruh pada kurangnya pengakuan dan apresiasi
dari masyarakat. Beberapa polisi juga mengeluhkan banyak kasus yang berhasil ditangani
Beberapa faktor di atas merupakan bagian dari terpenuhi atau tidaknya kepuasan
kerja Jika kondisi ini dibiarkan terus berlanjut maka pelaksanaan tugas dapat terganggu.
Organisasional, sebagai kontribusi individu dalam melebihi tuntutan peran di tempat kerja
6
atau menjalankan tugas di luar tugas pokok dan fungsi. Sementara Polisi di mata
Polisi bekerja secara profesional sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi), namun demikian
polisi senantiasa dituntut menjalakan tugas lebih di luar tupoksinya karena terbatas personil,
denga ntugas Polri yang begitu banyak. Kenyataan dimana personil menjalankan tugas
diluar tupoksi inilah yang secara teori disebut dengan Perilaku Keanggotaan Organisasional.
Sebagai contoh polisi yang bukan merupakan anggota polantas, tiap pagi maupun saat – saat
tertentu ikut melaksanakan tugas mengatur lalu-lintas agar tidak terjadi kemacetan. Pada sisi
lain tugasnya sendiri bukan sebagi polisi lalu lintas. Namun tidak banyak masyarakat yang
tahu hal ini. Untuk itulah peneliti tertarik melakjukan penelitian terkait dengan kepuasan
peneiti akan mengupas terkait dengan kepuasan kerja yang secara teori mampu untuk
Perumusan masalah pada penilitian ini adalah sejauh mana peran kepuasan kerja
I.4. Tujuan
1. Untuk mengetahui hal apa saja yang menjadi penguat kepuasan kerja pada personil
7
2. Untuk mengetahui sejauh mana peran kepuasan kerja dapat membangun dan
Semarang.
I.5. Kegunaan
Hasil akhir penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan secara teoritis dan
praktis :
1. Kegunaan teoritis
Penelitian ini dilakukan dengan harapan akan memperkaya konsep tentang peran
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini dilakukan dengan harapan bisa memberikan kontribusi bagi Kepolisian
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
No. Nama Jurnal, Volume, Edisi, Masalah Penelitian, Tujuan Persamaan dengan Perbedaan dengan
Issue Penulis/ Penelitian, Teori, Model Utama, Penelitian Penulis Penelitian Penulis
Author Metode Penelitian, Teknik Analisis
1. Judul : Agus Masalah Penelitian : Penelitian mengamati 1. Penelitian ini
Organizational Citizenship Triyanto Penelitian ini secara empiris dan menggunaan dua menggunakan
Behaviour(OCB) menindaklanjuti penelitian yang teori yang sama terkait metode kuantitatif
danPengaruhnyaTerhadapKeinginan dilakukan Douglas (2002); Khalid & OCB dan Kepuasan 2. Lokus penelitian
Keluar danKepuasan Kerja Ali (2005) dengan sampel yang Kerja ini berada pada
Karyawan berbeda. Penelitian ini dimaksudkan oganisasi privat
untuk membuktikan pengaruh OCB
Asal : terhadap kepuasan kerja dan keinginan
Jurnal Manajemen, Vol.7, No.4, Mei keluar karyawan
2009
Tujuan Penelitian :
mengkaji OCB dan pengaruhnya
terhadap keinginan keluar dan
kepuasan kerja
Metode Penelitian :
Pendekatan Kuantitatif
1
Teknik Analisis :
Regresi
2. Judul : Vidya Dessy Masalah Penelitian : Persamaan : Perbedaan :
Hubungan Antara Organizational Budi keinginan untuk memajukan organisasi Tedapat bahasan Variabel OCB pada
Citizenship Behaviour (OCB) dan Prihandini dan mempunyai kesamaan rasa yang tentang OCB penelitian ini menjadi
Kohesivitas Kelompok Dengan bisa ditunjukkan melalui perilaku kerja variabel bebas yang
Iklim Organisasi karyawan berhubungan dengan
variabel terikat yaitu
Tujuan Penelitian : iklim kerja dalam
Asal : Melihat hubungan antara : kancah organisasi
Journal Program Studi Psikologi, 1. OCB dengan kohesivitas privat.
Universitas Brawijaya Malang kelompok. Apabila dibandingkan
2. kohesivitas kelompok dengan dengan peneiltian ini,
iklim organisasi. perspektif yang
3. OCB dan kohesivitas kelompok digunakan adalah
dengan iklim organisasi? penelitian kualitatif
yang berupaya untuk
Metode Penelitian : menggali informasi
Deskriptif Kuantitatif secara mendalam
Teori Utama : dukungan kepuasan
Konsep mengenai OCB oleh Organ kerja terhadap OCB
(1983), Kohesivitas kelompok oleh dalam lingkup
Forsyth (2010) dan Iklim organisasi organisasi publik
oleh Hart
Teknik Analisis :
Analisis regresi menggunakan koefisien
korelasi product-moment Pearson
.3 Judul : Unika Masalah Penelitian : Persamaan : Perbedaan :
Hubungan Antara Iklim Organisasi Prihatsanti ; Guru memiliki tugas utama sebagai Organisasi yang diteliti Hasil penelitian
&Organizational Kartika Sari pengajar dan pendidik. Namun adalah organisasi menunjukkan bahwa
2
Citizenship Behavior (OCB) Pada Dewi demikian terdapat kegiatan lain yang publik dan menjalanan ada hubungan yang
Guru SD Negeri di harus dijalankan misalnya menjadi pelayanan dalam hal ini sangat signifikan
Kecamatan Mojolaban Sukoharjo anggota panitia kegiatan sekolah, pelyanan pendidikan antara variabel iklim
menjalankan tugas sebagai ’ibu’ organisasi dan
Asal : disekolah bagi siswa, menghadapi Organizational
Jurnal Psikologi Undip Vol. 7, No. masalah kenakalan anak-anak dan lain Citizenship Behaviour
1, April 2010 sebagainya. Seringkali pekerjaan harus (OCB).
dilakukan diluar jam kerja, yang berarti Apabila dibandingkan
pula bahwa pekerjaan sebagai guru dengan penelitian
adalah pekerjaan yang kompleks . yang akan dilakukan
dalam tesis ini,
Tujuan Penelitian : perbedaaanya pada
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengambilan data
hubungan antara iklim organisasi dan yang dilakukan. Tesis
Organizational Citizenship Behaviour yang disusun ini akan
(OCB) pada guru SD Negeri di melakukan eksplorasi
Kecamatan Mojolaban Sukoharjo. melalui wawancara
Metode Penelitian : terkait Kepuasan kerja
Pendekatan Kuantitatif dalam mendukung
OCB
Teori Utama :
Teori utama yang menjadi referensi
antara lain : OCB oleh Organ dan
Schults (2006) dan Iklim Organisasi
oleh Luthans (1998).
Teknik Analisis :
Analisis kuantitatif korelasional.
3
Organizational Citizenship LayananUmum harus dapat publik perspektif yang
Behaviour (OCB) Dan Kinerja meningkatkan kinerjanya, selain digunakan pada
Karyawan dikarenakan untuk mempertahankan penelitian Merry
Rumah Sakit Bhayangkara Trijata status Badan Layanan Umum juga pendekatan yang
Denpasar untuk dapat ber-saing dengan Rumah digunakan adalah
sakit sejenis lainnya. pendekatan penelitian
Asal : kuantitatif dimana
DIE, Jurnal Ilmu Ekonomi & OCB merupakan
Manajemen Tujuan Penelitian : variabel moderator
Januari 2013, Vol. 9 No.1, hal. 56- untuk mengetahui pengaruh komitmen yang berpengaruh
70 organisasi dan kepuasan kerja terhadap pada kinerja karyawan
OCB dan kinerja karyawan Rumah sedangkan dalam
Sakit Bhayangkara Trijata Denpasar. penelitian ini
menggunakan
Metode Penelitian : pendekatan penelitian
Metode yang digunakan explanatory kualitatif yang
research yang akan membuktikan berupaya untuk
pengaruh dan hubungan antara menggali informasi
independent variabel dan dependent secara mendalam
variabel. dukungan kepuasan
kerja terhadap OCB
Teori Utama : dalam lingkup
Komitmen organisasi oleh Mowday; organisasi publik
Steers; Porter (1982), kepuasan kerja
oleh Luthans dan Spector, OCB oleh
Bateman & Organ (1996) dan kinerja
karyawan oleh Robert L.Mathis dan
John H. Jackson (2001).
Teknik Analisis :
Membuktikan pengaruh dan hubungan
antara independent variabel dan
4
dependent variabel
5. M. Isa Masalah Penelitian : Persamaan : Perbedaan :
Anshori Rendahnya perhatian atasan Meneliti tentang Tesis yang disusun ini
Judul : terhadap bawahan menimbulkan kepuasan dan OCB akan melakukan
Relasi Komitmen Organisasi Dan perasaan pada anggota eksplorasi melalui
Kepuasan Kerja kekecewaan karyawan. Hubungan organisasi wawancara terkait
Terhadap Organizational atasan kepuasan kerja dalam
Citizenship Behavior (OCB) (Studi dengan bawahan bersifat formal dan mendukung OCB
Kasus di Poltekkes Surabaya), mekanistis sehinga kurang memberikan sedangkan pada
motivasi intrinsik bagi karyawan penelitian Anshori
Asal : pendekatan yang
jurnal.stietotalwin.ac.id/2011 Tujuan Penelitian : digunakan adalah
Untuk mengetahui hubungan kepuasan penelitian kuantitatif
kerja dan komitmen organisasi dengan dengan lokus
OCB di Politeknik Kesehatan Surabaya perguruan tinggi yang
berbeda karakteristik
Metode Penelitian : dengan organisasi
Pendekatan Kualitatif dengan Studi Polres
Longitudinal
Teori Utama :
Teori utama yang menjadi referensi
antara lain : OCB oleh oleh Williams
and Anderson (1991), komitmen
organisasi oleh Mowday; Steers; Porter
(1982) dan kepuasan kerja oleh Luthans
dan Spector. (2006)
Teknik Analisis :
Kuantitatif korelasional.
5
Spiritualitas Dan Kepuasan Kerja Herminingsih Perguruan Tinggi perlu Sama-sama meneliti Herminingsih
Sebagai FaktorOrganizational mengembangkan perilaku OCB di OCB mengarah pada
Citizenship Behavior (OCB) antara para karyawannya non dosen analisis pengaruh
sehingga tercipta suasana yang kondusif sekaligus hubungan
dalam kegiatan perkuliahan sehingga tingkat spiritualitas,
Asal : tercapai kualitas yang memenuhi tingkat kepuasan
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial keinginan dan kebutuhan para terhadap tingkat OCB.
Jilid 1, Nomor 2, November 2012 mahasiswa maupun civitas akademika Sedangkan dalam
hlm. 115-232 Vol. 9 No.1, hal. 56- secara keseluruhan. penelitian ini
70 menggunakan
Tujuan Penelitian : pendekatan penelitian
1. Menganalisis tingkat spiritualitas, kualitatif yang
kepuasan kerja, dan tingkat OCB berupaya untuk
para karyawan non dosen menggali informasi
Universitas Mercu Buana. secara mendalam
2. Menguji dan menganalisis pengaruh dukungan Kepuasan
spiritualitas terhadap kepuasan kerja Kerja terhadap OCB.
karyawan.
3. Menguji dan menganalisis pengaruh
spiritualitas terhadap OCB
karyawan.
4. Menguji dan menganalisis pengaruh
kepuasan erja terhadap OCB
karyawan
Metode Penelitian :
Pendekatan Kuantittatif
Teori Utama :
Teori Efektivitas
Teknik Analisis :
6
Statistik Deskriptif
7
Narasi Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dijadikan referensi adalah penelitian yang terkait
bahwa penelitian penulis berbeda dengan penelitian yang pernah ada sebelumnya.
Terdapat enam jurnal yang disandingkan dengan penelitian penulis untuk dilihat
perbedaan dan persamaan penelitiannya. Berikut Jurnal yang dijadian referensi pada
peneilitian ini
Kerja Karyawan.
dan pengaruhnya terhadap keinginan keluar dan kepuasan kerja. Teori Utama
yang digunakan adalah: OCB oleh Bateman & Organ et al. (1983), Turnover oleh
Poza & Hennerberger (2002) dan kepuasan kerja Locke (1976). Analisis yang
Penelitian Agus Triyanto ini berfokus pada OCB dan pengaruhnya terhadap
menunjukkan seberapa besar pengaruh OCB pada keinginan keluar dan kepuasan
kerja pada anggota lembaga privat.Apabila dibandingkan dengan tesis ini , pada
tesis ini akan dikaji secara kualitatif tentang fenomena kepuasan kerja dalam
1
b.Hubungan Antara Organizational Citizenship Behaviour (OCB) dan Kohesivitas
kelompok, dan iklim organisasi. Teori yang digunakan adalah teori tentang OCB
oleh Organ (1983), Kohesivitas kelompok oleh Forsyth (2010) dan Iklim
survey, teknik analisis data secara kuantitatif dengan sampel cluster sampling
Variabel OCB pada penelitian yang dilakukan oleh Vidya Dessy Budi Prihandini
ini menjadi variabel bebas yang berhubungan dengan variabel terikat yaitu iklim
dan pendidik. Namun demikian terdapat kegiatan lain yang harus dijalankan
’ibu’ disekolah bagi siswa, menghadapi masalah kenakalan anak-anak dan lain
sebagainya. Seringkali pekerjaan harus dilakukan diluar jam kerja, yang berarti
2
pula bahwa pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang kompleks . Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Unika Prihatsanti dan Kartika Sari Dewi
menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara variabel iklim
Apabila dibandingkan dengan penelitian yang akan dilakukan dalam tesis ini,
perbedaaanya pada pengambilan data yang dilakukan. Tesis yang disusun ini akan
mendukung OCB.
kepuasan kerja terhadap OCB dan kinerja karyawan Rumah Sakit Bhayangkara
Trijata Denpasar.
Teori utama yang digunakan adalah teori komitmen organisasi oleh Mowday;
Steers; Porter (1982), kepuasan kerja oleh Luthans dan Spector, OCB oleh
Bateman & Organ (1996) dan kinerja karyawan oleh Robert L.Mathis dan John
dependent variabel.
3
Apabila dibandingkan dengan peneiltian ini, perspektif yang digunakan pada
Keanggotaan Organisasional dalam lingkup organisasi publik dalam hal ini Polres
Semarang
menjadi referensi antara lain : OCB oleh oleh Williams and Anderson (1991),
komitmen organisasi oleh Mowday; Steers; Porter (1982) dan kepuasan kerja
oleh Luthans dan Spector. (2006) Metode yang digunakan adalah dengan
Tesis yang disusun oleh M. Isa Anshori lebih pada penelitian secara kuantitatif
4
f.Spiritualitas Dan Kepuasan Kerja Sebagai Faktor Organizational Citizenship
Behavior (OCB)
tingkat kepuasan, dan tingkat OCB para karyawan. Tujuan khusus penelitian
adalah untuk menganalisis dan menguji pengaruh spiritualitas dan kepuasan kerja
adalah OCB oleh Smith, Organ dan Near (1983), spiritualitas oleh Robbins
5
2.1. Tinjauan Teoritis
Organisasional
ketergantungan yang diarahkan pada suatu tujuan tertentu ( Wexley & Yuki,
2003 : 13). Dalam upaya pencapaian tujuan organisasi dengan sumber daya
struktur organisasi yang sudah ditetapkan secara dengan bagan organisasi yang
hidup sebagai subkultur yang relative berkuasa atau dominan dalam organisasi
(Wexley & Yuki, 2003 : 163). Aspek formal dari organisasi tersebut
perhatian dan kepekaan yang tinggi terhadap proses dan permasalahan pada
6
Kelompok informal dalam suatu organisasi memiliki kecenderungan
mempengaruhi setiap langkah kerja organisasi. Hal ini dikatakan oleh Wexley
tentang perilaku apa yang dapat diterima, seperti cara yang ‘benar”
kelompok informal.
formal (in role behavior) akan tetapi memperhatikan pula perilaku informal
tugas yang secara formal menjadi tanggung jawabnya, sedangkan extra role
lebih pada perilaku saling menolong dan mendukung pada masing – masing
pegawai atau anggota organisasi. Perilaku extra role secara teoritis dikenal
merupakan perilaku pilihan yang tidak menjadi bagian dari kewajiban kerja
7
secara efektif (Robbins & Judge 2015 : 40). Perilaku informal dalam
organisasi Nampak pada pola pergaulan dan interaksi antar anggota organisasi.
(kelompok) kerja. Di dalam menjalankan tugasnya, inti dari tim kerja terdiri
atas tiga komponen penting, yaitu komitmen bersama, saling percaya dan
saling menghormati (Ilyas, 2011 : 1). Ketiga hal tersebut menjadi pijakan
untuk membangun kelompok atau tim kerja yang tangguh dalam pencapaian
tujuan organisasi.
sudah barang tentu tidak berimplikasi pada imbalan secara langsung (honor),
yang bekerja melebihi apa yang menjadi tugas pokoknya, dengan tujuan
alasan, meliputi :
8
Perilaku Keanggotaan Organisasional dapat membantu meningkatkan
produktivitas manajerial.
bisnisnya.
9
b. Kerjasama (Cooperation)
c. Motivasi (Motivating)
a. Perwakilan (Representing)
b. Loyalitas (Loyalty)
a. Keteguhan (Persistence)
b. Inisiatif (initiative)
masalah. Pada saat ini perubahan cenderung menjadi objek kritik, kecaman,
antara lain:
diinginkan.
10
b. Kepemimpinan bagi perubahan
yang nirpribadi dan bukan atas dasar pribadi. Pemimpin harus mampu
c. Partisipasi
dan bukan karena keterikatan, kesadaran yang penuh dari anggota untuk
d. Imbalan Bersama
pimpinan serta hal lainnya yang sifatnya dapat memberikan motivasi pada
organisasi.
11
e. Rasa Aman Pegawai
untuk maju, serta hal lain yang dapat memberikan rasa aman pada anggota
f. Komunikasi
pimpinan dengan serikat pekerja dilakukan agar dari pihak serikat pekerja
12
Penolakan perubahan dapat dikurangi dengan membantu para pegawai
anggota organisasi maka sangat penting bagi organisasi untuk mengetahui apa
Organisasional. Konovsky dan Organ, (1996); Organ et al, (2006); Organ dan
individu termasuk sifat yang stabil yang dimiliki individu. Beberapa perbedaan
Organisasional meliputi:
- kemampuan,
- pengalaman,
- pelatihan,
- pengetahuan,
13
- kepribadian (Smith et al., 1983; Van Dyne et al., 1994; Organ and
1993; Smith et al., 1983; Van Dyne et al., 1994; Podsakoff et al.,
2000),
membantu rekan kerja diluar tugas formalnya memiliki beberapa dimensi yang
14
a. Altruism (Perilaku Menolong)
b. Conscientiousness (Kepatuhan)
c. Sportsmanship (Sportifitas)
d. Courtessy (Kesopanan)
sopan dan dapat bekerja sama dengan rekan kerja yang lain sehingga akan
15
operasi atau prosedur organisasi yang dapat diperbaiki, dan melindungi
a. Kepuasan Kerja
c. Komitmen Afektif
d. Kepribadian
Organisasional .
16
e. Kepemimpinan dalam organisasi.
f. Karakteristik Tugas
sendiri.
g. Karakteristik kelompok
h. Karakteristik organisasi
17
Berbagai macam kegiatan organisasi membutuhkan keterlibatan
sudah terbangun kesadaran untuk saling membantu satu sama lain. Anggota
yang berbeda satu sama lain merupakan unsure pendukung organisasi yang
18
yang melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sudah barang tentu
perasaan positif tentang pekerjaan, yang dihasilkan dari suatu evaluasi pada
dikatakan oleh Robbins & Judge, bahwa seseorang dengan tingkat kepuasan
Pendapat lain disampaikan oleh Wexley & Yuki, bahwa kepuasan kerja
factor yang dia rasakan dalam organisasinya. Sementara itu, ukuran kepuasan
ini secara jelas dikatakan oleh Hacman dan Lawler bahwa beberapa studi
sama oleh materi pekerjaan dan sifat-sifat individu (dalam Wexley & Yuki,
2003, 146-147).
(Lawler dalam Wexley & Yuki , 2003 : 150). Seseorang pekerja akan merasa
puas apabila mendapatkan upah yang lebih tinggi dari pekerja lainnya dengan
19
menimbang kapasitas pekerjaan. Pekerja yang rajin akan tidak puas apabila
menerima upah yang sama dengan pekerja lain dalam satu organisasi,
semnetara pekerja yang lain tidak serajin pekerja tersebut. Hal ini merupakan
pekerja.
bahwa memiliki seorang pemimpin yang bijaksana dan tut wuri handayani
barangkali lebih penting bagi pekerja yang rendah dirinya atau pekerjaan-
Wexley dan Yuki adalah : gaji/upah, kondisi kerja, pengawasan, teman kerja,
20
2.1.4. Kepuasan Kerja Dalam Mendukung Perilaku Keanggotaan
Organisasional
nilai diri (Robbins & Judge : 2015 : 46). Anggota organisasi yang memiliki
berkontribusi pada lingkungan psikologis dan sosial tempat kerja serta kinerja
21
seharusnya akan kelihatan berbicara positif mengenai organisasi, membantu
pikiran ini bukti menyakan bahwa kepuasan kerja berkorelasi moderat dengan
itu. Mereka yang merasa rekan kerjanya membantu mereka lebih mungkin
menunjukkan bahwa saat orang dalam suasana hati yang baik, mereka akan
oleh norma – norma kelompok dan penekanan sosial. Riset atas perilaku
keberhasilan dan kelangsungan kelompok (Wexley & Yuki : 2003 : 169). Dua
anggota.
22
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, penelitian ini akan mengupas
telaah secara akademik melalui kkegiatan penelitian ini. Beberapa hal yang
menjadi titik tolak kerangka acuan pragmatis akan menjadi referensi analisis
23
BAB I I I
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan menggali dan menemukan hal – hal yang terkait dengan kepuasaan
Polres Semarang. Penelitian ini menggunakan metode atau pendekatan kualitatif yang
Menurut Bogdan dan Taylor (1975) yang dikutip oleh Moleong (2007:4)
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Selanjutnya dijelaskan oleh David Williams (1995) seperti
pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan
dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Penelitian kualitatif
manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat
atau kepercayaan orang yang diteliti dan kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka.
24
3.2. Fokus Penelitian
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, akan diungkap secara deskriptif
secara apa adanya melalui wawancara, pengamatan dan dukungan data lainnya.
Lokasi pada penelitian ini adalah Kepolisian Resort (Polres) Semarang yang
beralamat di Jalan Gatot Jalan Gatot Subroto no. 85, Bandarjo, Ungaran Barat.,
dengan cara cbservasi dan wawancara. Metode observasi dilakukan guna mendapatkan
Keanggotaan Organisasional pada personil Polres Semarang. Jenis data yang akan
digunakan adalah data dari hasil wawancara untuk menggali informasi langsung dari
subyek pelaku. Informasi langsung tersebut akan menjadi bahan dalam memberikan
Sumber data yang mendukung dalam penelitian ini berasal dari data yang hasil
wawancara, data personil Polres Semarang, data permaslahan yang menjadi tanggung
jawab Polres Semarang, serta data pelengkap lainnya yang mendukung penelitian ini.
25
Menurut Lofland dalam Moleong (2005 :34) sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah katakata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lainnya. Jika dalam penelitian kuantiatif yang menjadi titik
perhatian dalam pengumpulan data adalah sampel yang diperlakukan sebagai subyek
dan tindakan informan dan pelaku itulah yang dijadikan sumber data untuk
dokumentasi.
dengan bagaimana memilih informan atau situasi social tertentu yang dapat
memberikan informasi yang mantap dan terpercaya mengenai elemen-elemen yang ada
Pemilihan informan dalam penelitian ini diarahkan kepada orang yang betul-betul
Informan yang selanjutnya akan disebut dengan subjek akan diambil secara tak acak
Orang yang dimintai informasinya disebut key informans atau informan kunci
akan diteliti. Peneliti mengumpulkan data bergerak dari informan satu ke informan
lainnya sampai data diangap selesai terkumpul, ini sering disebut snow ball, karena
26
3.5. Teknik Pengumpulan Data
pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan
kesimpulan sementara di lapang dan menganalisis data di lapangan yang alami tanpa
penelitian kualitatif mengandung arti bahwa peneliti melakukan kerja lapangan secara
mengumpulkan data.
penelitian kualitatif yang akan digunakan. Peneliti harus dapat menangkap makna
yang tersurat dan tersirat dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan, untuk itu
diri dengan lingkungan yang akan diteliti, untuk itu dibutuhkan sikap yang toleran,
27
Moleong (2007: 7) mengemukakan ciri-ciri manusia atau peneliti sebagai
dalam pengumpulan data adalah pemilihan informan. Dalam penelitian kualitatif tidak
digunakan istilah populasi. Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah
purposive pada penelitian ini akan berpedoman pada syarat-syarat yang harus
subjectis).
pendahuluan.
(2007:173-175) yaitu :
28
1. Kredibilitas untuk menyebut validitas internal
Penelitian ini juga mengikuti prosedur pengujian tersebut, pada setiap tahapnya, yaitu:
Pengamatan pada lokasi penelitian dalam waktu yang cukup panjang dan
2. Memperkuat transferabilitas
kemungkinan. Apakah hasilnya bisa diterapkan pada situasi lain, bergantung pada
pemakai. Pada dasarnya diyakini bahwa tidak ada situasi yang benar-benar sama,
karena itu penggunaan hasil penelitian ini pada situasi yang berbeda memerlukan
3. Memperkuat dependabilitas.
Oleh karena alat penelitian ini adalah peneliti sendiri, maka untuk
4. Memperkuat konfirmabilitas
29
3.8. Analisis Data
Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif menurut Bognan & Biklen (1982)
sebagaimana dikutip Moleong (2007:248), adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan
kepada orang lain. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa langkah
awal dari analisis data adalah mengumpulkan data yang ada, menyusun secara
dalam data,
informan kunci, yaitu seseorang yang benar-benar memahami dan mengetahui situasi
membuat transkrip hasil wawancara, dengan cara memutar kembali rekaman hasil
30
Setelah peneliti menulis hasil wawancara tersebut kedalam transkrip,
selanjutnya peneliti harus membaca secara cermat untuk kemudian dilakukan reduksi
data. Peneliti membuat reduksi data dengan cara membuat abstraksi, yaitu mengambil
atau mengabaikan kata-kata yang tidak perlu sehingga didapatkan inti kalimatnya
dan menyeluruh dari obyek/penelitian atau situasi sosial. Peneliti memperoleh domain
ini dengan cara melakukan pertanyaan grand dan minitour. Sementara itu, domain
sangat penting bagi peneliti, karena sebagai pijakan untuk penelitian selanjutnya.
31