Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

A. Pengertian Keterampilan Proses


B. Pengertian Keterampilan Proses Terpadu
C. Komponen-komponen Keterampilan Proses
D. Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Sains
E. Pelaksanaan Penilaian Keterampilan Proses Sains
PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES
(Format Observasi dan Pokok Uji)

A. Pengertian Keterampilan Proses


Sebuah pembelajaran sains adalah sistem yang dirancang untuk mencari
informasi mengenai fenomena yang terjadi di alam. Cara yang paling mudah
dalam mempelajari kejadian alam melalui sebuah pemodelan yang membawa
kejadian alam ke dalam laboratorium untuk diamati. Proses percobaan ini
selanjutnya membutuhkan keterampilan proses sains agar dapat ditarik
kesimpulan yang benar mengenai fenomena yang sedang dipelajari.
Beberapa ahli pendidikan mengemukakan pengertian tentang proses dan
keterampilan proses sains, diantaranya yaitu:
1. Robin Millar (1989) menyatakan bahwa istilah proses sains (Science
Processes) sangat banyak digunakan di Inggris, istilah ini mengacu kepada
pendekatan proses (process approach) yang digunakan oleh guru dalam
membahas materi (content) yang mengacu kepada prosesnya.
2. Func, James. H. (1979) mengajukan batasan perihal keterampilan proses
(Science Processes Skill) sebagai hal-hal yang dilakukan oleh ahli sains dalam
mereka belajar dan melakukan investigasi (penyelidikan).
3. Menurut Semiawan, dkk (Nasution, 2007) menyatakan bahwa keterampilan
proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-
kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam
suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuwan berhasil menemukan sesuatu
yang baru.
4. American Association for the Advancement of Science (1970)
mengklasifikasikan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses
terpadu. Keterampilan proses dasar meliputi, observasi (pengamatan),
clasifying (menggolongkan), communication (komunikasi), measuring
(pengukuran), inferensi (menyimpulkan), prediksi (meramalkan). Sedangkan
keterampilan proses terpadu meliputi pengontrolan variable, interpretasi data,
perumusan hipotesa, pendefinisian variabel secara operasional, merancang
eksperimen.
Seperti kita ketahui, bahwa sains tidak hanya tediri dari kumpulan
pengetahuan atau berbagai macam fakta yang harus dihafalkan, sains juga terdiri
dari kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala
alam yang belum diungkapkan. Para ahli pendidikan sains berpendapat bahwa
sains itu dipandang sebagai proses dan produk. Namun fakta dilapangan,
pembelajaran sains hanya menanamkan konsep atau materi kepada peserta didik
saja, tidak memperhatikan pengembangan proses dalam diri peserta didik. Jika
hanya menanamkan konsep saja, maka pembelajaran sains tidak akan melahirkan
produk yang memiliki sikap seperti para ilmuwan yang dapat berguna bagi diri
peserta didik dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat. Berdasarkan
uraian di atas maka pembelajaran saisn hendaknya dapat mengembangkan kedua
dimensi tersebut, sains sebagai proses meliputi keterampilan-keterampilan dan
sikap-sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk mencapai produk sains.
Dengan kata lain, pengembangan keterampilan proses ini dapat menumbuhkan
sikap-sikap seperti yang dimiliki oleh para ilmuwan (sikap ilmiah) untuk
mencapai produk sains. Jika sains mengandung produk dan proses, maka dalam
mengajar kepada peserta didik tidak hanya sekedar menyampaikan produk sains
saja, melainkan guru harus melatih peserta didik tentang kegiatan-kegiatan ilmiah
yang melibatkan berbagai keterampilan dasar yang terdapat dalam aspek
keterampilan proses sains. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan
seperti perolehan yang didapatkan dari sebuah proses, peserta didik akan mampu
menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan
dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian,
keterampilan-keterampilan itu yang menjadi roda penggerak utama dan juga dasar
yang baik dalam sebuah proses penemuan dan pengembangan sikap yang
dilakukan oleh peserta didik sebagaimana para saintis melakukannya.
B. Pengertian Keterampilan Proses Terpadu
Keterampilan proses sains adalah pendekatan yang didasarkan pada anggapan
bahwa sains itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah. Dalam
pembelajaran sains, proses ilmiah tersebut harus dikembangkan pada peserta didik
sebagai pengalaman yang bermakna. Bagaimanapun pemahaman konsep sains
tidak hanya mengutamakan hasil (produk) saja, tetapi proses untuk mendapatkan
konsep tersebut juga sangat penting dalam membangun pengetahuan peserta
didik. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah memiliki peran yang penting dalam
menemukan konsep sains. Peserta didik dapat membangun gagasan baru sewaktu
mereka berinteraksi dengan suatu gejala. Pembentukan gagasan dan pengetahuan
peserta didik ini tidak hanya bergantung pada karakteristik objek, tetapi juga
bergantung pada bagaimana peserta didik memahami objek atau memproses
informasi sehingga diperoleh dan dibangun suatu gagasan baru.
Ada tiga dimensi ilmiah yang sangat penting dalam mengajarkan sains. Yang
pertama adalah isi dari sains yaitu konsep dasar dan pengetahuan ilmiah. Dimensi
ilmiah yang pertama ini adalah yang kebanyakan dipikirkan orang. Dua dimensi
ilmiah penting lain di samping pengetahuan ilmiah adalah proses ilmiah dan sikap
ilmiah. Proses ilmiah adalah bagaimana ilmuwan melakukan proses dalam
mendapatkan sains, sedangkan sikap ilmiah adalah bagaimana para ilmuwan
bersikap ketika melakukan proses dalam mendapatkan sains tersebut. Sains adalah
upaya untuk mempelajari, merumuskan permasalahan, dan menemukan jawaban
tentang berbagai gejala alam. Oleh karena itu, maka keterampilan roses yang sama
seperti yang dimiliki ilmuwan harus kita miliki dalam memecahkan berbagai
permasalahan kehidupan sehari-hari. Ketika memberikan proses pengajaran
kepada peserta didik untuk menggunakan keterampilan proses dalam memahami
sains, kita juga mengajarkan pada mereka keterampilan yang akan mereka
gunakan dalam masa depan di setiap area kehidupan mereka.
Keterampilan proses sains diklasifikasikan menjadi keterampilan proses dasar
dan keterampilan proses terpadu, American Association for the Advancement of
Science (1970), mengklasifikasikan keterampilan proses menjadi keterampilan
proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses dasar
meliputi, observasi (pengamatan), clasifying (menggolongkan), communication
(komunikasi), measuring (pengukuran), inferensi (menyimpulkan), prediksi
(meramalkan). Sedangkan keterampilan proses terpadu meliputi pengontrolan
variable, interpretasi data, perumusan hipotesa, pendefinisian variabel secara
operasional, merancang eksperimen.
C. Komponen-komponen Keterampilan Proses
Keterampilan proses terpadu meliputi pengontrolan variable, interpretasi data,
perumusan hipotesa, pendefinisian variabel secara operasional, merancang
eksperimen.
1. Mengidentifikasi Variabel.
Variabel adalah satuan besaran kualitatif atau kuantitatif yang dapat
bervariasi atau berubah pada situasi tertentu. Kedudukan sebuah variabel dalam
penelitian sangat berpengaruh terhadap hasil dari sebuah penelitian. Besaran
kualitatif adalah besaran yang tidak dinyatakan dalam suatu pengukuran baku
tertentu. Besaran kuantiatif adalah besaran yang dinyatakan dalam suatu
pengukuran baku tertentu.D alam suatu eksperimen terdapat tiga macam
variable, yaitu: variable manipulasi, variable respon dan variable control.
Namun untuk tingkatan sekolah dasar ketrampilan ini belum diperkenalkan.
2. Intepretasi Data
Keterampilan intepretasi data biasanya diawali dengan pengumpulan data,
analisis data, dan mendeskripsikan data. Mendeskripsikan data artinya
menyajikan data dalam bentuk yang mudah dSainshami. Misalnya dalam
bentuk tabel, grafik dengan angkaangka yang sudah ditentukan rata-ratanya.
Data yang sudah dianalisis kemudian diimpretasikan menjadi suatu kesimpulan
dalam bentuk pernyataan. Data yang diinterpretasikan harus yang membentuk
pola atau beberapa kecenderungan.
3. Hipotesis
Hipotesis biasanya dibuat pada suatu perencanaan penelitian yang
merupakan pekerjaan tentang pengaruh yang akan terjadi dari variable
manipulasi terdapat variable respon. Menurut (Nur, 1996) hipotesis
dirumuskan dalam bentuk pernyataan bukan pertanyaan, pertanyaan biasanya
digunakan dalam merusumkan masalah yang akan diteliti. Hipotesis dapat
dirumuskan secara induktif dan deduktif. Perumusan induktif berdasarkan data
pengamatan sedangkan perumusan deduktif berdasarkan teori.
4. Definisi Variabel Secara Operasional
Mendefinisikan secara operasional suatu variable berarti menetapkan
bagaimana suatu variable itu diukur. Devinisi operasional suatu variable adalah
definisi yang menguraikan bagaimana mengukur suatu variable. Definisi ini
harus menyatakan tindakan apa yang akan dilakukan dan pengamatan apa yang
dicatat dari suatu eksperimen. Ketrampilan ini merupakan ketrampilan proses
yang paling sulit untuk dilatihkan karena itu harus sering di ulang-ulang.
Contoh : peserta didik melakukan percobaan pengaruh suhu terhadap kelarutan
gula.
Rumusan hipotesis : makin tinggi suhu, makin cepat kelarutan gula
Tabel data hasil observasi
Volume air (cm3) Suhu air ( oC ) Waktu (detik)
100 25 30
100 50 20
100 80 10
Identifikasi Variabel :
Variabelmanipulasi : Suhu
Variabel respon: Waktu
Variabel control: Volum air, thermometer, jenis air, gelas ukur, stop watch,
dll
Definisi Operasional Variabel :
Definisi operasional manipulasi: suhu air diukur menggunakan thermometer
Definisi operasional respon:waktu diukur menggunakan stop watch.
Definisi operasional control: Alat-alat ukur yang digunakan harus sama
untuk semua percobaan. Air yang dicoba harus sama berasal dari satu tempat
5. Eksperimen
Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan
untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu
hipotesis. Suatu eksperimen akan berhasil jika variable yang dimanipulasi dan
jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis,
juga penentuan kondisi-kondisi yang akan dikontrol sudat tepat. Untuk
keberhasilan eksperimen ini maka setiap eksperimen harus dirancang terlebih
dahulu kemudian diuji coba. Melatihkan merencanakan eksperimen tidak harus
dalam bentuk penelitian yang rumit, tetapi cukup dilatihkan dengan menguji
hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan konsep-konsep di dalam
kurikulum
D. Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Sains
Pembelajaran biologi dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, antara
lain pendekatan inkuiri, keterampilan proses, konstruktivistik, dan sains teknologi
masyarakat. Kesemua pendekatan tersebut bertujuan menumbuhkan kemampuan
berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek
penting dalam kecakapan hidup. Oleh karena itu, pemberian pengalaman belajar
menekankan pada penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap
ilmiah. Pengembangan keterampilan proses peserta didik dapat dilatihkan melalui
suatu kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan keterampilan proses.
Pendekatan keterampilan proses adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa, sehingga peserta didik dapat menemukan fakta-fakta,
membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan intelektual dan
sikap ilmiah peserta didik sendiri. Peserta didik diberi kesempatan untuk terlibat
langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan para ilmuwan,
tetapi pendekatan keterampilan proses tidak bermaksud menjadikan setiap peserta
didik menjadi ilmuwan.
Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan
secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk
kreativitas. Dengan demikian, Pendekatan Keterampilan Proses adalah perlakuan
yang diterapkan dalam pembelajaran yang menekankan pada pembentukan
keterampilan memperoleh pengetahuan kemudian mengkomunikasikan
perolehannya. Keterampilan memperoleh pengetahuan dapat dengan
menggunakan kemampuan olah pikir (psikis) atau kemampuan olah perbuatan
(fisik).
American Association for the Advancement of Science (1970),
mengklasifikasikan keterampilan proses menjadi keterampilan proses dasar dan
keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses dasar meliputi, observasi
(pengamatan), classifying (menggolongkan), communication (komunikasi),
measuring (pengukuran), inferensi (menyimpulkan), prediksi (meramalkan).
Sedangkan keterampilan proses terpadu meliputi pengontrolan variable,
interpretasi data, perumusan hipotesa, pendefinisian variabel secara operasional,
merancang eksperimen. Penilaian dalam keterampilan proses dilakukan selama
proses pembelajaran (penilaian proses) dengan menggunakan indikator dan kata
operasional:
1. Mengamati: melihat, mendengar, merasa, meraba, mambaur, mencicipi,
mengecap, menyimak, mengukur, membaca.
2. Menggolongkan (mengklasifikasikan): mencari persamaan, menyamakan,
membedakan, membandingkan, mengontraskan, mecari dasar penggolongan.
3. Menafsirkan (menginterprestasikan): menaksir, memberi arti, mengartikan,
memposisikan, mencari hubungan, ruang-waktu, menentukan pola, menarik
kesimpulan, mengeneralisasikan.
4. Meramalkan (memprediksi): mengantisSainssi berdasarkan kecenderungan,
pola atau hubungan antar data atau informasi.
5. Menerapkan/menggunakan (informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori,
sikap, nilai atau keterampilan dalam situasi): menghitung, menentukan
variabel, mengendalikan variabel, menghubungkan konsep, merumuskan
konsep, pertanyaan penelitian, menyusun hipotesis, membuat modul.
6. Merencanakan penelitian: menentukan masalah/objek yang akan diteliti,
menentukan tujuan penelitian, menentukan ruang lingkup penelitian,
menentukan sumber data, menentukan alat, bahan, dan sumber kepustakaan,
menentukan cara penelitian.
7. Mengkomunikasikan: berdiskusi, mendeklamasikan, mendramakan,
merenungkan, meragakan, mengugkapkan, melaporkan (dalam bentuk lisan,
tulisan, gerak atau penampilan). Penilaian dalam pembelajaran yang
menggunakan keterampilan proses dapat dilakukan secara tes dan nontes.

Penilaian secara tes dapat dilakukan melalui ujian tertulis dan lembar kerja.
Sedangkan tes perbuatan dapat dilakukan melalui observasi dan tes perbuatan.
Namun demikian, secara spesifik penilaian sangat ditentukan oleh tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan serta kreativitas dan kemampuan guru.
E. Pelaksanaan Penilaian Keterampilan Proses Sains
Penilaian merupakan tahapan penting dalam proses pembelajaran. Penilaian
dalam pembelajaran sains dapat dimaknai sebagai membawa konten, proses sains
dan sikap ilmiah secara bersama-sama. Penilaian dilakukan terutama untuk
menilai kemajuan siswa dalam pencapaian keterampilan proses sains.
Menurut Smith dan Welliver, pelaksanaan penilaian keterampilan proses dapat
dilakukan dalam beberapa bentuk, diantaranya:
1. Pretes dan postes. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains
siswa pada awal tahun sekolah. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan
kekuatan dan kelemahan dari masing-masing siswa dalam keterampilan yang
telah diidentifikasi. Pada akhir tahun sekolah, guru melaksanakan tes kembali
untuk mengetahui perkembangan skor siswa setelah mengikuti pembelajaran
sains.
2. Diagnostik. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa
pada awal tahun ajaran. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan pada bagian
mana siswa memerlukan bantuan dengan keterampilan proses. Kemudian guru
merencanakan pelajaran dan kegiatan laboratorium yang dirancang untuk
mengatasi kekurangan siswa.
3. Penempatan kelas. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains
siswa sebagai salah satu kriteria dalam penempatan kelas. Misalnya, criteria
untuk memasuki kelas akselerasi, kelas sains atau kelas unggulan.
4. Pemilihan kompetisis siswa. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses
sains siswa sebagai kriteria utama dalam pemilihan siswa yang akan ikut dalam
lomba-lomba sains. Jika siswa memiliki skor tes tinggi, maka dia akan dapat
mengikuti lomba sains dengan baik.
5. Bimbingan karir. Biasanya para peneliti melakukan uji coba menggunakan
penilaian keterampilan proses sains untuk mengidentifikasi siswa yang
memiliki potensi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dibina.
Penilaian keterampilan proses sains dilakukan dengan menggunakan
instrumen yang disesuaikan dengan materi dan tingkat perkembangan siswa atau
tingkatan kelas (Rezba, 1999). Oleh karena itu, penyusunan instrumen penilaian
harus direncanakan secara cermat sebelum digunakan. Menurut Widodo (2009),
penyusunan instrumen untuk penilaian terhadap keterampilan proses siswa dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasikan jenis keterampilan proses sains yang akan dinilai.
2. Merumuskan indikator untuk setiap jenis keterampilan proses sains.
3. Menentukan dengan cara bagaimana keterampilan proses sains tersebut diukur
(misalnya apakah tes unjuk kerja, tes tulis, ataukah tes lisan).
4. Membuat kisi-kisi instrumen.
5. Mengembangkan instrumen pengukuran keterampilan proses sains berdasarkan
kisi-kisi yang dibuat. Pada saat ini perlu mempertimbangkan konteks dalam
item tes keterampilan proses sains dan tingkatan keterampilan proses sains
(objek tes)
6. Melakukan validasi instrumen.
7. Melakukan ujicoba terbatas untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas
empiris.
8. Perbaikan butir-butir yang belum valid.
9. Terapkan sebagai instrumen penilaian keterampilan proses sains dalam
pembelajaran sains.

Pada langkah-langkah penyusunan instrument di atas, pencarian validitas dan


reabilitas empiris terutama dilakukan untuk penilaian keterampilan proses sains
yang beresiko tinggi. Penilaian yang beresiko tinggi yang dimaksud adalah
penilaian dalam penelitian, penilaian dalam skala besar atau penilaian untuk
tujuan tertentu.
Pengukuran terhadap keterampilan proses siswa, dapat dilakukan dengan
menggunakan instrumen tertulis. Pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan secara
tes (paper and pencil test) dan bukan tes. Penilaian melalui tes dapat dilakukan
dalam bentuk tes tertulis (paper and pencil test). Sedangkan penilaian melalui
bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau pengamatan. Menurut
Bajah (2000), penilaian dalam keterampilan proses agak sulit dilakukan melalui
tes tertulis dibandingkan dengan teknik observasi. Namun demikian,
menggunakan kombinasi kedua teknik penilaian tersebut dapat meningkatkan
akurasi penilaian terhadap keterampilan proses sains.

Penilaian keterampilan proses melalui tes tertulis


Penilaian secara tertulis terhadap keterampilan proses sains dapat dilakukan
dalam bentuk essai dan pilihan ganda . Pertanyaan yang disusun dalam bentuk
pertanyaan konvergen dan pertanyaan divergen. Penilaian dalam bentuk essai
memerlukan jawaban yang berupa pembahasan atau uraian kata-kata. Jawaban
yang dituliskan oleh siswa akan lebih bersifat subjektif, yang berarti
menggambarkan pemahaman yang lebih indiviualistik.
Sebuah contoh konstruksi instrument penilaian secara tertulis dalam bentuk
tes essai, sebagai berikut:
Sebuah percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh air terhadap
pertumbuhan tanaman jagung. Setelah dilakukan pengukuran dalam selama tujuh
hari, diperoleh data sebagai berikut:
Tinggi tanaman (cm)
Hari Ke-
Disiram air setiap hari Tidak disiram air
1 5 5
2 7 6
3 8,5 6,5
4 11 6,9
5 12,8 7,2
6 14 7,3
7 15,9 7,3

Pertanyaan:
1. Tuliskan rumusan masalah pada percobaan di atas! (skor 2)
________________________________________________________
1. Buatlah kesimpulan berdasarkan data hasil percobaan di atas! (skor 2)
________________________________________________________
Pengukuran keterampilan proses yang dilakukan melakui tes yang dikontruksi
dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda, kemungkinan jawaban atas pertanyaan
sudah disiapkan dan biasanya terdiri atas empat atau lima pilihan. Penilaian yang
diperoleh dengan menggunakan pilihan jawaban dapat memberikan hasil yang
lebih obyektif, sebab jawaban atas masalah yang ada telah ditetapkan. Menurut
Arikunto (2009), penilaian dalam bentuk pilihan ganda, lebih representative
mewakili isi dan luas bahan atau materi. Selain itu, dalam proses pemeriksaan
dapat terhindar dari unsur-unsur subjektivitas. Namun demikian, penggunaan
penilaian model ini, cenderung mengungkapkan daya pengenalan kembali dan
banyak memberi peluang tebakan. Hasil yang diperoleh pun dapat berbeda dengan
kondisi siswa yang sesungguhnya.
Smith dan Welliver telah mengembangkan instrumen penilaian untuk
mengukur keterampilan proses sains bagi siswa sekolah dasar dan sekolah
menengah. Instrumen tes tertulis disusun dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda.
Untuk menjawab soal ini, siswa terlibat dalam pemecahan masalah dan
mengharuskan menerapkan keterampilan proses yang tepat untuk setiap
pertanyaan.
Penilaian keterampilan proses melalui bukan tes
Penilaian melalui keterampilan proses sains melalui bukan tes dapat
dilakukan dalam bentuk observasi atau pengamatan. Pengamatan dalam penilaian
ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Selama proses
kegiatan pembelajaran sains dilaksanakan, guru dapat melakukan penilaian
dengan mengamati perilaku siswa secara langsung dalam menunjukkan
kemampuan keterampilan proses sains yang dimiliki. Selain itu, hasil-hasil
pekerjaan tugas siswa atau produk hasil belajar siswa juga dapat diamati untuk
menilai keterampilan proses siswa secara integrative.
Menurut Sumiati dan Asra (2008), Arikunto (2009) dan Widyatiningtyas
(2010), penilaian keterampilan proses dengan melalui bukan tes diperlukan
lembar pengamatan yang lebih rinci untuk menilai perilaku yang diharapkan.
Lembar pengamatan ini dapat berupa rubrik, daftar chek atau skala bertingkat.
Menilai siswa dengan menggunakan rubrik, dapat mendeterminasikan
kemampuan siswa berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan. Rubrik penilaian
memuat kriteria esensial terhadap tugas atau standar keterampilan proses sains
serta level unjuk kerja yang tepat terhadap setiap kriteria.
Sebuah contoh rubrik penilaian untuk mengukur kegiatan percobaan
laboratorium dapat disajikan, sebagai berikut:
Tabel 1. Rubrik Percobaan Laboratorium
Skor
Kriteria 4 3 2 1
(sangat baik) (baik) (cukup) (kurang)
Mengidentifikasi Salah
Tujuan Mengidentifikasi Mengidentifikasi
tujuan dan cirri mengidentifikasi
percobaan tujuan sebagian tujuan
khusus tujuan
Alat dan Melist semua alat Melist semua Melist beberapa Salah melist
Bahan dan bahan bahan bahan bahan
Memprediksi
dengan benar Memprediksi Memprediksi
Hypotesis fakta dan dengan benar dengan beberapa Menebak-nebak
membuat fakta fakta
hipotesis
Melist semua
Melist semua Melist beberapa Salah melist
Prosedur tahap dan detail-
tahap tahap tahap
detail khusus
Data direkam,
Data direkam, Hasil salah atau
Hasil diorganisir, dan Data direkam
diorganisir tidak betul
digrafiskan
Tampak
memahami
Tampak Tidak ada
konsep dan Tampak
memahami kesimpulan atau
Simpulan membuat memahami
konsep yang tampak
hipotesis baru beberapa konsep
telah dipelajari miskonsepsi
untuk aplikasi
pada situasi lain.

Sebagaimana pada contoh di atas, sebuah rubric memuat dua komponen,


yaitu kriteria dan level unjuk kerja (performance). Pada setiap rubrik terdiri atas
minimal dua criteria dan dua level unjuk kerja. Criteria biasanya ditempatkan
pada kolom paling kiri, sedangkan level unjuk kerja ditempatkan pada baris paling
atas dalam tabel rubrik. Untuk memudahkan dalam penggunaannya, level unjuk
kerja terdiri atas level kuantitatif berupa angka (1, 2, 3, dan 4) dan level kualitatif.
Dalam rubrik biasanya juga disertai dengan deskriptor. Dekriptor menyatakan
harapan kondisi siswa pada setiap level unjuk kerja untuk setiap criteria. Pada
contoh rubrik, dapat dilihat adanya perbedaan diskriptor antara tujuan kegiatan
yang dirumuskan dengan sangat baik dan tujuan kegiatan yang dirumuskan
dengan baik. Pada descriptor, siswa dapat melihat syarat unjuk kerja untuk
mencapai sebuah level kriteria. Bagi guru, descriptor dapat membantu guru untuk
memberikan penilaian secara konsisten pada hasil kerja siswa.
Dalam implementasinya, penilaian melalui observasi dengan menggunakan
rubrik penilaian memiliki beberapa keunggulan. Ketika rubrik penilaian ini
dikomunikasikan kepada siswa di awal pembelajaran, ekspektasi terhadap
pencapaian level keterampilan proses dapat diidentifikasikan dan dipahami secara
baik oleh siswa. Observasi dapat menghasilkan penilaian yang konsisten dan
obyektif. Selain itu, hasil penilaian dapat menghasilkan umpan balik (feedback)
yang lebih baik. Hasil penilaian dapat menunjukkan level khusus performans
siswa selanjutnya yang harus dicapai oleh siswa. Dalam hal ini, guru dan siswa
dapat mengetahui secara pasti, area kebutuhan siswa yang perlu pengembangan.
Dengan demikian, perihal rencana penilaian yang dilakukan untuk mengukur
keterampilan proses sains dapat dikomunikasikan secara pasti kepada siswa
sebelum pelaksanaan pembelajaran. Siswa sebagai subyek pembelajaran dapat
menentukan target yang harus dicapai selama proses pembelajaran berlangsung.
Penilaian pun dapat mencapai tujuan sebagaimana mestinya.

Waktu dan Subjek Penilaian


Selain perihal instrumen penilaian yang penting dirumuskan sebagai bagian
terintegrasi dari rencana penilaian pembelajaran, waktu dan subyek penilaian juga
harus direncanakan. Pelaksanaan penilaian keterampilan proses sains, dapat
dilakukan di awal pembelajaran sebagai pretes, di akhir pembelajaran sebagai
postes, atau selama pelaksanaan pembelajaran sebagai penilaian proses (on going
assessment). Waktu pelaksanaan penilaian ini bersifat relative, dan sangat
ditentukan oleh aspek keterampilan proses sains yang diukur dan tujuan penilaian
itu sendiri. Jika penilaian dimaksudkan untuk melihat kemajuan perkembangan
keterampilan proses sains yang dicapai siswa selama pembelajaran, maka
penilaian dapat dilakukan dengan cara pretes/postes. Sedangkan penilaian
keterampilan proses yang dimaksudkan untuk mengukur secara langsung detail-
detail pencapaian keterampilan proses sains, maka penilaian dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi atau
rubrik penilaian.
Perihal subyek penilaian dalam keterampilan proses sains juga dapat
disesuaikan dengan tujuan penilaian dilakukan. Pelaksanaan penilaian
keterampilan proses sains dapat dilakukan dalam bentuk tiga arah yaitu penilaian
guru, penilaian sebaya dan penilaian diri. Keterampilan proses sains umumnya
dilakukan penilaiannya oleh guru pengampuh mata pelajaran. Dalam hal ini,
penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran yang harus dilaksanakan
oleh guru. Namun, untuk tujuan tertentu penilaian keterampilan proses sains dapat
melibatkan siswa sebagai subyek penilaian.
Penilaian yang melibatkan siswa terhadap siswa lain dapat dilakukan dalam
sebuah kelompok. Selama proses belajar berlansung, siswa bekerja dalam
kelompok untuk sebuah percobaan. Keberadaan siswa dalam kelompok, tentu
memiliki peran tersendiri sehingga masing-masing memberikan konstribusi
sebagai tim. Aktivitas siswa selama bekerja dalam kelompok dan kontribusinya
dalam mendukung hasil kerja dapat dirasakan dan diamati secara persis oleh
setiap anggota kelompok. Dalam situasi ini, penilaian teman sebaya dapat
digunakan sebagai data pembanding yang dapat diekuilibrasikan dengan hasil
pengamatan yang dilakukan oleh guru. penilaian dengan melibatkan teman
kelompok, dapat memberikan efek positif dalam perkembangan sikap ilmiah
siswa. Secara korelasional hal ini diharapkan dapat meningkatkan peran siswa
dalam kelompok sehingga berpengaruh kepada perkembangan keterampilan
proses sains siswa.
Sementara itu, penilaian keterampilan proses sains yang melibatkan siswa
dalam menilai dirinya dapat digunakan untuk memberikan bahan refleksi
langsung bagi siswa. Dalam proses ini, siswa akan mengevaluasi kemampuan
yang telah dicapainya, dan secara sportif memberikan pengakuan terhadap diri
sendiri. Proses ini memiliki dampak psikologis yang diharapkan dapat memicu
motivasi intrinsik siswa untuk terus mengembangkan keterampilan proses sains
yang telah dicapai. Namun demikian, penilaian keterampilan proses sains yang
melibatkan siswa hanya dapat dilakukan secara sinergis dan optimal jika
instrumen penilaian disiapkan dengan kriteria yang jelas dan telah ditetapkan
guru.

1. Evaluasi pembelajaran biologi


Soal untuk Penilaian Keterampilan Proses.
2. Mengapa Keterampilan Proses Perlu dinilai?
 Salah satu butir Standar Kompetensi Lulusan (SKL) SMA terkait mata
pelajaran biologi menyatakan “kemampuan kerja ilmiah” sebagai hasil belajar:
Melakukan percobaan, antara lain merumuskan masalah, mengajukan dan
menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen,
mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta
mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis
 Dalam Pedagogik biologi, kemampuan kerja ilmiah dipandang sebagai
kumpulan dari keterampilan proses (process skills).
3. Dalam Standar Isi (SI)
 Mata Pelajaran Biologi dinyatakan bahwa: “pembelajaran biologi menekankan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah”.
 Keterampilan Proses adalah keterampilan berpikir (thinking skills) yang
digunakan ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah.
 Keterampilan proses mencakup antara lain: mengamati (observing),
menafsirkan (interpreting), meramalkan (predicting), menggunakan konsep
(using concepts), merancang penelitian (designing an investigation), serta
mengkomunikasikan (communicating).
4. Deskripsi Keterampilan Poses
 Mengamati: Melakukan pengumpulan data dengan menggunakann inderanya,
termasuk ke dalamnya mengenal sifat obyek, membanding secara kualitatif dan
kuantitatif obyek/peristiwa, mendeskripsikan hasil suatu interaksi,
menggunakan instrumen sebagai ekstensi dari indera.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. https://kkgsatubojonegoro.wordpress/2012/09/08/memahami-keterampilan-
proses-dalam-pembelajaran-ipa/ Di akses pada tanggal 2 November 2017 pukul
16.02 WITA

Anonim. https://mahmuddin.wordpress.com/2010/04/10/komponen-penilaian-
keterampilan-proses-sains/ Di akses pada tanggal : 2 November 2017 pukul 15.37
WITA

Anonim: https://mahmuddin.wordpress.com/2009/11/05/pendekatan-keterampilan-
proses-dalam-pembelajaran-ipa/ Di akses pada tanggal : 2 November 2017 pukul
14.58

Nasution Noehi, dkk. 2007. Pendidikan IPA di SD. Jakarta. Universitas Terbuka.

Poppy Kamalia Devi. 2010. Ketrampilan Proses dalam Pembelajaran IPA. Jakarta.
PPPPTKIPA

T r i a n t o . 2 0 1 0 . Model Pembelajaran Terpadu.Surabaya: PT. Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai