Anda di halaman 1dari 11

Kapasitor Hibrid Sodium Organik: Sistem Penyimpanan Energi

Tinggi yang Menjembatani Baterai dan Kapasitor

Ranjith Thangavel, Karthikeyan Kaliyappan, Dae-Ung Kim, Xueliang


Sun, and Yun-Sung Lee.
1. PENDAHULUAN
Permintaan yang terus meningkat untuk perangkat penyimpanan energi
cerdas di kendaraan listrik dan jaringan listrik bertenaga besar yang harus
memberikan energi tinggi dan daya tinggi seiring dengan siklus hidup yang lebih
lama. Karena kerapatan energi yang tinggi, daya tinggi, dan seiring dengan
siklisitasnya yang tinggi, kapasitor hibrid terus menunjukkan keunggulannya sebagai
sistem penyimpanan energi generasi mendatang untuk mengganti baterai isi ulang
berdaya rendah. Kapasitor hibrid memiliki kombinasi dua mekanisme penyimpanan
muatan: (i) interkalasi / deinterkalasi pada elektroda tipe baterai dan (ii) adsorpsi /
desorpsi pada elektroda kapasitor electric doublelayer capacitor (EDLC). Karena
manfaat kedua mekanisme tersebut, kapsitor hibrid secara mampu memberikan
energi tinggi dan daya tinggi. Kerapatan energi dari perangkat kapasitor hibrida
dapat melebihi ~ 20 Wh kg-1, yang hampir 3 kali lebih tinggi dari pada kapasitor
lapisan ganda konvensional.
Meskipun kapasitor hibrid lithium telah mencapai tingkat keberhasilan
komersial, penipisan sumber daya lithium telah mengalihkan fokus penelitian ke
sistem penyimpanan energi berbasis sodium. Baru-baru ini, kapasitor hibrid sodium
(NHC) yang mengungguli analog lithium. Sebagai contoh, oksida logam seperti
Nb2O5, dan WO3 menghasilkan kerapatan energi yang tinggi 43,2 dan 67 Wh kg-1,
keduanya muncul sebagai saingan kapasitor hibrid lithium. Berbagai oksida logam
seperti senyawa interkalasi V2O5, NiCo2O4, dan TiO2, termasuk Na3V3(PO4)3, Na-
Ti2(PO4)3, Mxenes, dan NaMn1 / 3Co1 / 3Ni1 / 3PO4, telah menunjukkan peningkatan
kinerja secara progresif. Namun, keberlanjutan dan fleksibilitas sistem kapasitor
hibrida berkinerja tinggi menjadi sangat penting dengan meningkatnya kekhawatiran
akan perubahan iklim dan pemanasan global yang cepat. Sampai saat ini, kapasitor
hibrid menggunakan elektroda baterai yang mengandung logam beracun yang
mengandung logam dan elektroda kapasitor berpori yang mengandung bahan
berbahaya dari batu arang. Mengganti elektroda konvensional beracun dengan
senyawa ramah lingkungan dapat menjamin keberlanjutan kapasitor hibrid sodium.
Namun, pendekatan ini belum terealisasi dalam sistem kapasitor. Mengganti
elektroda yang mengandung natrium anorganik dan elektroda adsorpsi berpori di
kapasitor hibrid sodium dengan bahan organik dapat menjadi penerapan sistem
penyimpanan energi generasi baru secara konseptual berupa kapasitor hibrid
organik, yang bersifat fleksibel secara struktural dan ramah lingkungan.
Gambar 1. (a) Charge−discharge PTCD pada berbagai kerapatan arus. (b) Stabilitas
siklus PTCD pada kerapatan arus 0,25 A g-1. (c) Kurva CD PTCD pada siklus yang
berbeda (0,25 A g-1). (d) Mekanisme penyimpanan ion natrium di PTCD.

Dalam elektroda baterai konvensional kapasitor hibrid sodium,


penyimpanan muatan terjadi melalui interkalasi reversibel ion natrium ke dalam
elektroda baterai, dimana terjadi oksidasi logam transisi yang menstabilkan struktur.
Logam transisi pada elektroda baterai sangat beracun dan kompleks anorganik yang
memerlukan proses ekstraksi yang berbahaya dan sangat kompleks. Kompleks
anorganik adalah sumber daya yang dapat habis, dan sintesisnya menghabiskan
banyak energi. Mengganti senyawa beracun dengan molekul organik yang sangat
melimpah, bebas logam, dan bioinspired dapat memberikan tahap penting untuk
pengembangan perangkat penyimpanan energi yang ramah lingkungan.
Sejumlah besar senyawa organik dengan sisi aktif redoks telah berhasil
digunakan sebagai penyimpan ion natrium dalam baterai ion natrium organik.
Penyimpanan ion natrium dalam molekul organik terutama didasarkan pada reaksi C
= O, reaksi doping, dan reaksi C = N. Reaksi karbonil (C = O) lazim terjadi pada
senyawa karboksilat, kuinon, imida, dan anhidrida. Radikal organik, organometalik,
dan polimer mikroporous mengalami reaksi doping, sedangkan basa Schiff dan
turunan pteridine mengalami reaksi C = N. Dalam mencari bahan yang efisien untuk
menyimpan ion Na di kapasitor hibrid organik, asam perilene-3,4,9,10-tetrakarbosilik
dianhidrida (PTCD) telah muncul sebagai pilihan yang tepat karena memiliki
beberapa lokasi ikatan ion natrium, yang menyebabkan kapasitas tinggi. Ion natrium
dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam cincin aromatik PTCD dengan proses
enolasi sederhana tanpa ekspansi struktural. Selanjutnya, ketersediaan komersial
perilena dapat mendorong penerapan praktisnya dalam sistem penyimpanan energi
berskala besar.
Namun, kekurangan seperti konduktivitas listrik yang buruk, kinetika redoks
yang lambat, kelarutan elektrolit yang tinggi, dan kemampuan molekul organik yang
buruk harus ditangani, bila ingin digunakan pada perangkat kapasitor berdaya tinggi
dan bekerja cepat. Strategi seperti menggabungkan bahan organik ke karbon yang
sangat konduktif dan mengonjugasi molekul organik ke dalam jaringan karbon telah
dilakukan untuk meningkatkan kinetika reaksi dan siklus hidup. Berbagai jenis
karbon konduktif, termasuk CMK, ketjen hitam, graphene, dan asetilen hitam. Oleh
karena itu, molekul PTCD harus digabungkan dengan dukungan karbon yang sangat
konduktif untuk mewujudkan retensi energi tingkat tinggi pada daya tinggi.
Dalam kasus elektroda tipe kapasitor, karbon aktif berpori umumnya berasal
dari batubara dan kokas minyak bumi yang telah digunakan secara komersial.
Namun, aktivasi suhu tingginya yang berbahaya bagi lingkungan dan rendahnya
ketersediaan bahan bakar fosil membatasi penggunaan karbon aktif. Selanjutnya,
konduktivitas elektronik yang buruk dan penyumbatan pori-pori menghalangi kinetika
penyimpanan ion pada kondisi arus tinggi, sehingga mengurangi daya yang
dihasilkan. Pada arus yang lebih tinggi, pengangkutan ion yang buruk di dalam pori-
pori yang lebih dalam menyebabkan kapasitansi yang tidak proporsional, sehingga
membatasi daya keluaran yang tinggi.
Sebagai pendekatan efektif untuk mengembangkan bahan yang efisien
untuk menampung anion dalam kapasitor hibrdi organik, strategi
mengakomodasikan anion dengan memanfaatkan polimer konduktor tampaknya
layak dilakukan. Meskipun kinerja mereka sangat baik pada supercapacitors, kinerja
polimer konduktor di kapasitor hibrid belum banyak diselidiki. Di antara berbagai
polimer yang tersedia, polianilin elektrik (PANI) adalah pilihan populer. Tidak seperti
karbon berpori yang menyimpan ion dengan pembentukan lapisan ganda pada
antarmuka elektroda-elektrolit, polimer-polimer menyimpan ion melalui reaksi
pseudocapacitive. Dalam keadaan terprotonasi, PANI secara efisien menyimpan
anion melalui pseudocapacitance pada permukaan secara cepat dan dengan
demikian akan dihasilkan energi tinggi bahkan pada daya tinggi dibanding elektroda
karbon berlapis ganda. Selain itu, konduktivitas elektronik dan morfologi struktur
nano yang disesuaikan dapat dikontrol dengan mudah dengan kondisi reaksi.
Penyimpanan anionik Pseudocapacitance oleh PANI menawarkan keuntungan lebih
banyak karena murah, ringan, dan memiliki fleksibilitas struktur yang sangat baik.
Di sini, kami memperkenalkan sebuah kapasitor hibrid all-organic yang
konseptual, kapasitor hibrid organik yang dibangun dengan PTCD sebagai tempat
penyisipan natrium dan PANI sebagai pembawa anionik. Kapasitor hibrid organik
yang baru dan dapat memberikan kerapatan energi maksimum ~ 95 Wh kg-1
(berdasarkan massa aktif kedua elektroda) dan kerapatan daya ultrahigh 7 kW kg-1.
Selanjutnya, stabilitas yang kuat ~89% setelah 5000 siklus (0,22% kehilangan
kinerja per 100 siklus) tercapai, bukti kapasitor hibrid organik ini mengungguli
kapasitor hibrid tradisional dan kapasitor ion natrium. Pendekatan baru ini harus
memulai sebuah tren penelitian baru terhadap pengembangan kapasitor hibrid
organik sebagai sistem penyedia energi penerangan bagi generasi selanjutnya yang
prospektif.

2. Metode Penelitian
2.1. Sintesis Polianilin
Serat polianilin disintesis dengan teknik polimerisasi menggunakan oksida monomer
anilin (Sigma-Aldrich) dan ammonium persulfat (Sigma-Aldrich) dalam medium HCl
berair. Monomer anilin 0,2 M dilarutkan dalam 0,2 M HCF berair, dan polimerisasi
dilakukan dengan penambahan amonium persulfat ke larutan yang dijelaskan di
atas. Semua reaksi dilakukan di bawah kondisi es dengan pengadukan terus
menerus. Produk yang dihasilkan kemudian dicuci bersih dengan akuades dan
etanol beberapa kali untuk menghilangkan sisa kotoran dan kemudian dikeringkan di
alat vakum pada suhu 60 ° C.
2.2. Karakterisasi
Pola difraksi X-ray (XRD) semua sampel bubuk dikumpulkan pada Rigaku Rint 1000
difraktometer, memanfaatkan radiasi Cu Kα. Morfologi sampel bubuk diamati
menggunakan mikroskop elektron pemindaian medan Hitachi S4700. Spektrum FT-
IR dicatat pada spektrometer IRPresitge-21. Data XPS direkam dengan Multilab
2000 menggunakan radiasi monokromatisasi Al Ka (hn = 1486,6 eV). Isotop
adsorpsi nitrogen dan desorpsi dilakukan dengan menggunakan alat analisa
permukaan Micromeritics ASAP 2010.

2.3. Pengukuran Elektrokimia


Untuk mengevaluasi kinerja elektrokimia, digunakan komposisi elektroda berikut: (i)
elektroda PTCD, bahan aktif 70 wt%, aditif konduktif 15 wt% (ketjen hitam), dan 10%
berat pengikat (asetilen benflonat hitam); dan (ii) elektroda PANI, bahan aktif 80
wt%, aditif konduktif 10 wt% (ketjen hitam), dan 10% berat pengikat (asetilena
teflonized hitam). slurry kemudian digulung dan ditekan di atas jala stainless steel
dan dikeringkan pada suhu 90 ° C selama 12 jam di bawah vakum sebelum
pembuatan sel berbentuk koin. Elektroda dipasang di sel koin CR2032 standar di
dalam glovebox yang diisi argon dengan kadar air <0,1 ppm. Kapasitor hibrid
dipasang dengan cara yang sama, dan keseimbangan massa antara dua elektroda
ditetapkan pada ~ 1: 1,5 dan pemuatan massa dipertahankan pada ~ 2,5 mg cm-2.
Film berpori polipropilena berpori digunakan sebagai pemisah, dan NaClO 4 dalam
elektrolit etilena karbonat / dimetil karbonat 1: 1 (v / v). Analisis siklis voltametri (CV)
dan elektrokimia impedansi spektroskopi (EIS) dari OHC dilakukan dengan
menggunakan workstation elektrokimia SP-150 Bio-Logic. Studi charge-discharge
galvanostatik dilakukan dengan siklus Won-A-Tech. Kerapatan daya dihitung
sebagai P = IV / 2 W kg-1, di mana I adalah arus yang dinormalisasi oleh massa aktif
di kedua elektroda (ampere per gram) dan V adalah potensi kerja sistem (volt).
Kerapatan energi dihitung sebagai E = Pt Wh kg-1, dimana t adalah waktu.

3. HASIL DAN DISKUSI


PTCD dapat langsung digunakan untuk analisis tanpa pengolahan lebih
lanjut. Pola difraksi sinar-X (XRD) pada PTCD pada Gambar S1a menunjukkan
bahwa PTCD berada dalam bentuk β kristal pada kelompok ruang mono- metrik P21
/ c. Investigasi struktural dengan mikroskop elektron pemindaian emisi lapangan
(Gambar S1b) menunjukkan morfologi rodlike PTCD, yang dibentuk oleh aglomerasi
partikel berukuran submicrometer. Struktur terkonjugasi PTCD yang terkonjugasi
sangat bermanfaat untuk peningkatan konduktivitas elektronik elektroda PTCD.
PTCD dapat memasukkan dua ion natrium ke dalam strukturnya dengan
kemampuan reversibilitas struktural yang baik.
PANI yang disintesis menunjukkan morfologi mirip cacing dengan partikel
nanosida yang saling terhubung (Gambar S1c). PANI yang terhubung dengan baik
dapat sangat mengurangi hambatan antarpartikel dan meningkatkan kemampuan
transfer elektron dari struktur nano. Spektrum Fourier Transform Infrared (FT-IR)
pada Gambar S1d menunjukkan dua puncak karakteristik kuat pada ~ 1575 dan
1482 cm-1 karena getaran peregangan cincin quinoid dan benzenoid, masing-masing
teridentifikasi membentuk warna zamrud. Spektrum N 1s yang terdekomposisi dari
PANI dari studi XPS (Gambar S2) menunjukkan tiga komponen utama pada ~398,5,
399,2, dan 401 eV yakni quinoid imine (-N =), benzoin amina (-N-), dan nitrogen
bermuatan positif (N+). Isoterm adsorpsi-desorpsi nitrogen dari PANI menunjukkan
luas permukaan sebesar ~35 m2 g-1 dengan histeresis pada daerah tekanan parsial
tinggi, yang menyatakan bahwa mesopori adalah konstituen pori utama (Gambar
S2). Sifat mesopori PANI sangat bermanfaat untuk meningkatkan pengangkutan ion
ke dalam partikel, dan meningkatkan kinetika daya tinggi kapasitor hibrid organik
dengan reaksi pseudocapacitance reversibel.

3.1. Kinerja Setengah Sel.


Gambar 1a menunjukkan kinerja elektrokimia PTCD pada kisaran 1-3 V dan
Na pada arus yang berbeda. Gradien menunjukkan penyisipan sekuensial dan
ekstraksi dua ion Na+ ke dan dari molekul PTCD, di mana mekanisme penyimpanan
melibatkan reaksi redoks gugus karboksil melalui proses enolasi. Sebuah studi baru-
baru ini mengungkapkan kemungkinan penyisipan hingga 15 ion natrium ke dalam
struktur PTCD antara 0 dan 3 V dan Na (penyisipan natrium terjadi di dalam cincin
aromatik menyatu). Namun, dengan tingkat penyisipan natrium yang tinggi ke dalam
struktur PTCD, kristalinitas dan stabilitas PTCD sangat terpengaruh, sehingga untuk
mempertahankan reversibilitas pada perangkat kapasitor, PTCD sengaja dikurangi
hanya untuk dianion. Pada 0,25 A g-1, PTCD memiliki kapasitas ~ 110 mAh g-1,
sesuai dengan penyisipan ke dalam gugus karboksil dari hampir dua ion natrium.
Bahkan pada 1 A g-1, kapasitas pelepasan tinggi ̴ 80 mAh g-1 tercapai, menunjukkan
tingkat kemampuan yang sangat baik dan stabilitas struktural yang superior pada
arus yang lebih tinggi. Mengingat strukturnya kurang kaku daripada senyawa
anorganik, PTCD menunjukkan afinitas elektron yang tinggi, sehingga
memungkinkan mobilitas natrium tinggi dalam struktur terkonjugasi. Selain itu, PTCD
memunculkan peluruhan kapasitas yang relatif rendah dengan efisiensi mendekati
~99% bahkan setelah 150 siklus pada 0,25 A g-1 (Gambar 1b, c). Skema mekanisme
penyimpanan ion natrium di PTCD diberikan pada Gambar 1d. Analisis CV PTCD
pada Gambar S3 menunjukkan serangkaian puncak reduksi tajam antara ~ 1,8 dan
2,1 V, sesuai dengan penyisipan natrium ke dalam molekul PTCD, dan natrium yang
dimasukkan diekstraksi kembali selama pemindaian anodik pada ~ 2,6 V. Redoks
puncak yang diperoleh berkorelasi dengan kurva CD (charge-discharge) dan laporan
sebelumnya. Kurva CV PTCD setelah 1 siklus menunjukkan beberapa perubahan
dibandingkan dengan kurva CV yang tercatat sebelum 1 siklus. Selama pemindaian
katodik, tiga puncak berturut-turut pada awalnya hadir menjadi terintegrasi ke dalam
satu puncak yang luas dengan perubahan yang tak berarti dalam arus faradic.
Selama pemindaian anodik, munculnya puncak baru dicatat dengan sedikit
penurunan arus faradik. Perbedaan dalam bentuk profil kurva CV ini menunjukkan
bahwa mungkin ada perubahan material PTCD dan mekanisme transfer muatan.
Terlepas dari perubahan ini, sifat elektrokimia PTCD dijaga dengan baik dengan
retensi kapasitas lebih dari 150 siklus.
Efek dari aditif karbon konduktif juga dipelajari pada senyawa organik
PTCD. Meskipun PTCD murni tanpa karbon mengalami reaksi dengan melibatkan
dua elektron selama siklus awal dengan kapasitas ~ 90 mAh g-1, jumlah natrium
diambil dan retensi kapasitas menurun karena resistansi tinggi antara bahan aktif
tanpa dukungan karbon (Gambar S4). Hal ini telah diatasi dengan dukungan karbon
hitam ketjen, dan kandungan karbon konduktif sangat mempengaruhi Coulombic
efisiensi dan tingkat kinerja molekul PTCD (Gambar S5). Dengan peningkatan
tingkat dukungan karbon, penggunaan bahan aktif sangat meningkat tingkat arus
yang lebih tinggi, memberikan kapasitas tinggi karena perbaikan konduktivitas listrik
antar partikel. Namun, dengan peningkatan kandungan karbon, sedikit penurunan
efisiensi Coulombic dicatat. Pada kandungan karbon yang lebih tinggi (20% berat),
efisiensi Coulombic awal tidak stabil dan menjadi stabil setelah bersepeda.
Kontribusi ketjen hitam terhadap PTCD dapat diabaikan dan ditunjukkan pada
Gambar S6.
Struktur PTCD yang kurang kaku dapat dengan mudah menampung ion
natrium yang besar, dan kinetika natrium yang cepat di dalam struktur sangat
menguntungkan dalam hal penyimpanan natrium dalam jumlah maksimum di bawah
kondisi arus tinggi pada kapasitor hibrid. Kinerja PTCD yang superior, termasuk
kemampuan reversibel yang tinggi, stabilitas panjang, dan kemampuan tingkat
tinggi, sangat kompetitif, sehingga dapat dipastikan bahwa senyawa organik dapat
menjadi alternatif yang efisien untuk menampung ion sodium di kapasitor hibrid
organik.

Gambar 2. (a) Charging-discharging muatan PANI vs Na pada kisaran 3-4,5 V pada


0,25 A g-1. (b) Kestabilan siklus PANI pada 1 A g-1. (c) Tingkat kinerja PANI. (d)
Mekanisme penyimpanan anion di PANI.

Gambar 2a menampilkan kinerja elektrokimia PANI pada kisaran 3-4,5 V


dan Na+ / Na. Kurva charge-discharge (CD) tidak linier menunjukkan bahwa
mekanisme penyimpanan utama adalah reaksi pseudokaprilat dari anion ClO 4
melalui reaksi cepat yang reversibel.Terjadinya reaksi pseudocapacitive yang cepat
sangat menguntungkan untuk mengakomodasi sejumlah besar anion dalam waktu
singkat, sehingga secara bersamaan meningkatkan kerapatan energi pada daya
yang lebih tinggi. Kapasitas ouput ~68 mAh g-1 pada 0,25 A g-1, yang jauh lebih
tinggi daripada yang diperoleh dengan elektroda adsorpsi karbon berpori. PANI
menghasilkan kinerja tinggi ~51 mAh g-1 pada kapasitas output tinggi 1 A g-1
dengan stabilitas yang sangat tinggi, di mana efisiensi bernilai~100% dan ~ 90% dari
kapasitas awal pada 200 siklus ( Gambar 2b). Kinerja dan tingkat pemulihan yang
sangat baik (Gambar 2c) menunjukkan bahwa PANI bisa menjadi pembawa anionik
yang efisien untuk kapasitor hibrid organik dengan kekuatan tinggi dan berenergi
tinggi. Skema penyimpanan anionik pseudocapacitance PANI diberikan pada
Gambar 2d. Kinerja PANI dalam penyimpanan anionik cukup atraktif, dan
penyimpanan pseudocapacitance permukaan cukup membantu dalam mengatasi
keterbatasan difusi di dalam mikropori dari elektroda berpori karbon pada kekuatan
tinggi. Konduktivitas listrik yang melekat dan pseudocapacitance cepat secara
sinergis berkontribusi pada kapasitas yang lebih tinggi dan kemampuan tingkat
superior. Spektrum XPS X1 tingkat dekonvolusi dari PANI setelah 1 siklus (Gambar
S7) menunjukkan adanya komponen nitrogen bermuatan positif (N+) pada ~401,1
eV, yang mengkonfirmasikan sifat kimia PANI yang stabil dan tidak tahan lama
dengan siklus berulang-ulang. Komponen quinoid imine (-N =) dan benzoind amin (-
N-) berpusat di sekitar ~ 399 dan 400,1 eV, dan hanya sedikit penyimpangan dari
posisi semula setelah siklus. Reaksi pseudocapacitive tidak menyebabkan degradasi
kimia pada rantai polimer. Dengan demikian, sisi redoks tetap sangat aktif setelah
siklus dan bisa menjamin umur panjang pada kapasitor hibrid organik.

3.2. Kapasitor Hibrid Organik.

Gambar 3. (a) Kurva siklis voltametri dari kapasitor hibrid organik. (b)
Charge−discharge kapasitor hibrid organik pada berbagai kerapatan arus.

Kurva siklis voltametri (CV) kapasitor hibrid organikpada kisaran 0-3 V


(Gambar 3a) tidak sempurna berbentuk segi empat, terlihat menyimpang dari bentuk
linearitas. Puncak redoks tidak beraturan yang luas dan menunjukkan dua
mekanisme penyimpanan energi yang berbeda, menjadikan perangkat penyimpan
energi kapasitor hibrid organik. Bahkan dengan peningkatan laju, bentuk kurva CV
kapasitor hibrid organik dipertahankan dengan baik, menunjukkan daya tahannya
karena penggunaan bahan aktif yang efisien dan efektif.
Kurva charge-discharge CD kapasitor hibrid organik (Gambar 3b) tidak
sesuai dengan bentuk persegi panjang yang khas karena efek sinergis antara dua
mekanisme penyimpanan muatan; mekanisme penyimpanan muatan yang diusulkan
untuk kapasitor hibrid organik disajikan pada Gambar 4. Selama pengisian, ion
natrium dimasukkan ke dalam gugus karboksil PTCD oleh reaksi redoks untuk
membentuk natrium enolat, dan ini diimbangi dengan penyimpanan anion simultan
pada PANI oleh permukaan yang cepat denganreaksi pseudocapacitance. Kedua
proses ini dibalik saat proses dicharge. Bentuk kurva charge-discharge CD kapasitor
hibrid organik dipertahankan bahkan pada tingkat arus tinggi, yang menyiratkan
kemampuan tingkat superior. Kapasitansi sel kapasitor hibrid organik kira-kira 76,
73, 68, 61, 43, 31, 22, dan 19 F g-1 pada 0,1, 0,125, 0,25, 0,5, 1, 2, 4, dan 4,7 A g-1
(Gambar S8), kapasitor hibrid organik ini menunjukkan stabilitas elektrokimia yang
sangat baik pada ~89% bahkan setelah 5000 siklus kuat pada 2,25 A g -1 dianggap
berasal dari stabilitas struktural kuat dari molekul organik, seperti yang dijelaskan
sebelumnya dari kinerja setengah sel. Kestabilan kapasitor hibrid organik jauh lebih
tinggi daripada yang dicapai dengan sistem baterai, di mana terus-menerus terjadi
dekomposisi pada bahan aktif yang akan mempengaruhi kinerjanya. Kinerja EDLC
ketjen hitam juga dievaluasi dan ditunjukkan pada Gambar S9. Gambar S9
menunjukkan bahwa karbon konduktif pada bahan elektroda tidak hanya mengubah
sifat konduktif yang melekat pada bahan elektroda tetapi juga secara signifikan
membantu meningkatkan kapasitansi dan kestabilan kapasitor hibrid organik secara
keseluruhan.

Gambar 4. Prinsip Kerja Kapasitor Hibrid Organik.


Gambar 5. (a) Kurva charge−discharge kontinyu kapasitor hibrid organik pada 2,25
A g-1. (b) Stabilitas siklus kapasitor hibrid organik.

Asal mula kinerja superior kapasitor hibrid organik ini dapat dijelaskan oleh
spektrum impedansi kapasitor hibrid organik sebelum dan sesudah siklus (Gambar
S10). Plot Nyquist menunjukkan titik setengah lingkaran di daerah frekuensi tinggi
yang terjadi karena transfer muatan pada antarmuka elektroda-elektrolit dan profil
miring di wilayah frekuensi rendah yang terjadi karena proses difusi yang terkontrol.
Hanya sedikit perubahan pada resistansi larutan dan resistansi antarmuka elektroda-
elektrolit terdeteksi, menyiratkan bahwa permukaan elektroda sangat aktif dan
mudah tersedia untuk reaksi bahkan setelah 5000 siklus pengisian daya.
Kerapatan energi dan kerapatan daya kapasitor hibrid organik dihitung dari
waktu pemakaian dan disajikan dalam plot Ragone pada Gambar 6a, yang
menggambarkan bahwa kapasitor hibrid organik menghasilkan kepadatan energi
maksimum ~ 95 Wh kg-1 (berdasarkan massa aktif pada kedua elektroda). Bahkan
pada kepadatan daya yang ultrahigh 7 kW kg-1, di mana banyak kapasitor hibrid
gagal memberikan energi spesifik yang tinggi, kapasitor hibrid organik masih dapat
menghasilkan kerapatan energi ~24 Wh kg-1. Energi spesifik ini memberikan bukti
bahwa kapasitor hibrid organik melebihi kapasitor hibrida tradisional yang
memanfaatkan oksida logam anorganik dan senyawa interkalasi sebagai tempat
penyisipan anionik (Gambar 6a). Kemampuan untuk berfungsi secara efisien pada
daya tinggi menunjukkan keunggulan kapasitor hibrid organik dibanding baterai.
Daya spesifik dan retensi energi spesifik pada daya tinggi yang dicapai oleh
kapasitor hibrid organik lebih unggul dari sistem kapasitor hibrida yang
memanfaatkan elektroda adsorpsi karbon berpori. Selanjutnya, kapasitor hibrid
organik menunjukkan kinerja ultralow yang memudar per siklus bahkan di bawah
kondisi daya tinggi dibandingkan dengan kapasitor hibrid konvensional, sehingga
dapat menjadi kandidat alternatif yang kompetitif untuk kendaraan listrik dan aplikasi
listrik.
Gambar 6. (a) plot Ragone untuk kapasitor hibrid organik dan perbandingan dengan
sistem kapasitor hibrida anorganik. (b) plot Ragone yang membandingkan kapasitor
hibrid organik dengan sistem penyimpanan energi lainnya.

Output energi yang begitu besar pada daya spesifik yang tinggi
dimungkinkan dengan memanfaatkan polianilin (PANI) sebagai tempat penyimpan
anionik, di mana pseudocapacitance yang cepat menguntungkan untuk
penyimpanan anion besar pada arus yang lebih tinggi, sedangkan karbon aktif (AC)
gagal dalam kondisi ini. Reaksi tersebut secara kinetis diimbangi dengan banyaknya
ion natrium yang dimasukkan ke dalam PTCD. Selanjutnya, kinerja kapasitor hibrid
organik secara komprehensif dibandingkan dengan sistem lainnya seperti
ditunjukkan pada Gambar 6a, menunjukkan bahwa kapasitor hibrid organik jauh
lebih unggul daripada sistem kapasitor hibrida anorganik konvensional, termasuk
Li4Ti4O12 // AC, grafit // AC, TiO2 // AC , Nb2O5 // AC, V2O5 / AC, Na2Ti3O7 // AC, NVP
// NVP, dan banyak sistem lain yang terdokumentasi dalam literatur. Gambar S11
membandingkan skema kerja kapasitor hibrid sodium organik dan kapasitor hibrid
konvensional. Tabel S1 membandingkan kinerja arus output kapasitor hibrid organik
dengan kapasitor hibrid lithium / sodium. Ini jelas menggambarkan keunggulan
kapasitor hibrid organik versus kapasitor lainnya dalam hal output energi dan
tenaga. Mengganti senyawa anorganik beracun membuat sistem saat ini lebih
berkelanjutan untuk aplikasi praktis. Serentak daya tinggi dan perilaku berenergi
tinggi dari kapasitor hibrid organik menjembatani baterai isi ulang dan
supercapacitors (Gambar 6b), dan kapasitor hibrid organik telah muncul sebagai
perangkat penyimpanan energi generasi selanjutnya. Selain itu, berdasarkan kinerja
ini kapasitor hibrid organik adalah kandidat yang menjanjikan untuk perangkat
penyimpanan energi generasi mendatang, memenuhi persyaratan untuk
menyalakan kendaraan listrik masa depan secara lebih efisien dan aman.
Kinerja superior kapasitor hibrid organik terutama disebabkan oleh (i)
struktur terkonjugasi perilen yang mendukung penyimpanan cepat dan reversibel ion
natrium dalam jumlah besar, (ii) struktur kristal perilen yang kurang kaku yang
dibentuk oleh ikatan hidrogen yang kuat, yang memberikan bantuan penyisipan dan
ekstraksi natrium yang cepat dan memberikan stabilitas yang baik terhadap
elektrolit, (iii) penyimpanan pseudocapacitive pada polianilin yang memfasilitasi
penyimpanan anion dalam jumlah besar, membantu mempertahankan energi
spesifik tinggi bahkan pada daya spesifik tinggi, dan (iv) konduktivitas listrik ultrahigh
yang melekat dan mesopori polianilin yang secara sinergis berfungsi untuk
mengatasi pergerakan ion yang lamban dengan mengurangi hambatan permukaan
antarmuka dan daya tahan transfer.

4. KESIMPULAN
Telah dibuat sebuah sistem baru penyimpanan energi yang ramah
lingkungan, bebas dari logam, yaitu kapasitor hibrid organik, yang dikembangkan
dengan memanfaatkan bahan elektroda yang tersedia secara komersial, ramah
lingkungan, dan aman, 3,4,9,10-tetracarboxylic acid dianhydride dan polianilin
(PANI). Kapasitor hibrid organik baru ini memberikan kerapatan energi tinggi ~ 95
Wh kg-1 dan dapat menahan daya ultrahigh 7 kW kg-1. Selain itu, kapasitor hibrid
organik baru ini menunjukkan stabilitas yang sangat baik selama 5000 siklus ~89%
retensi kinerja, mengungguli kapasitor hibrid konvensional yang memanfaatkan
senyawa anorganik dan karbon berpori sebagai tempat penyimpan ionik. Kapasitor
hibrid organik baru ini mempertahankan kepadatan energi ultrahigh tanpa
menghilangkan kerapatan daya dan dengan demikian menjembatani kesenjangan
kinerja antara kapasitor lapisan ganda listrik dan baterai. Konsep baru ini membuka
gerbang baru penelitian untuk memanfaatkan tempat penyimpan ion organik dalam
aplikasi kapasitor hibrid sebagai perangkat penyimpanan energi yang aman, ramah
lingkungan, dan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai