Anda di halaman 1dari 13

A.

Pengertian
Mioma uteri adalah tumor yang paling umum pada traktus genitalis (Derek Llewellyn-
Jones, 1994). Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya (www.
Infomedika. htm, 2004).

B. Etiologi dan Patologi


Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan
penyakit multifaktorial. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di
samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth
hormone.
ü Estrogen.
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang
cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada
saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan
lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik
dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium
(9,3%).Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan
wanita dengan sterilitas. Hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah
estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada
jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak
daripada miometrium normal.
ü Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat
pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase
dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
ü Hormon pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini,
memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan
mingkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat
sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
1. Umur :
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada
wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala
klinis antara 35 – 45 tahun.
1. Paritas :
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang relatif infertil, tetapi sampai
saat ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya
mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling
mempengaruhi.
1. Faktor ras dan genetik :
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri
tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat
keluarga ada yang menderita mioma.
1. Fungsi ovarium :
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma,
dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan
mengalami regresi setelah menopause. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama
sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen
terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi
reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor yang
distimulasi oleh estrogen.
Patologi
Jika tumor dipotong, akan menonjol diatas miometrium sekitarnya karena kapsulnya
berkontraksi. Warnanya abu keputihan, tersusun atas berkas- berkas otot jalin- menjalin
dan melingkar- lingkar didalam matriks jaringan ikat. Pada bagian perifer serabut otot
tersusun atas lapisan konsentrik dan serabut otot tersusun atas lapisan konsentrik serta
serabut otot normal yang mengelilingi tumor berorientasi sama. Antara tumor dan
miometrium normal, terdapat lapisan jaringan areolar tipis yang membentuk
pseudokapsul, tempat masuknya pembuluh darah kedalam mioma.
Pada pemeriksaan mikroskopis, kelompok – kelompok sel otot berbentuk kumparan
dengan inti panjang dipisahkan menjadi berkas – berkas oleh jaringan ikat. Karena
seluruh suplai darah mioma berasal dari beberapa pembuluh darah yang masuk ke
pseudokapsul, berarti pertumbuhan tumor tersebut selalu melampaui suplai darahnya.
Ini menyebabkan degenerasi, terutama pada bagian tengah mioma. Mula – mula terjadi
degenerasi hyalin, mungkin menjadi degenerasi kistik, atau kialsifikasi dapat terjadi
kapanpun oleh ahli ginekologi pada abad ke –19 disebut sebagai “batu rahim”. Pada
kehamilan, dapat terjadi komplikasi. dengan dikuti ekstravasasi darah diseluruh tumor
yang memberikan gambaran seperti daging sapi mentah. Kurang dari 0,1% terjadi
perubahan tumor menjadi sarkoma.

C. Tanda dan Gejala


Gejala tergantung pada besar dan posisi mioma. Kebanyakan mioma kecil dan
beberapa yang besar tidak menimbulkan gejala dan hanya terdeteksi pada
pemeriksaan rutin. Jika mioma terletak subendometrium, mungkin disertai minoragia.
Jika perdarahan yang hebat menetap, pasien mungkin mengalami anemia. Ketika
uterus berkontraksi, dapat timbul nyeri kram. Mioma subendometrium yang bertangkai
dapat menyebabkan perdarahan persisten dari uterus.
Dimanapun posisinya didalam uterus, mioma besar dapat menyebabkan gejala
penekanan pada panggul, disuria dan sering kencing serta konstipasi atau nyeri
punggung jika uterus yang membesar menekan rectum. Mioma servic dapat
menyebabkan nyeri panggul dan kesulitan melakukan hubungan seksual. Mioma
fibrosa dapat tidak menunjukan gejala/ menyebabkan perdarahan vagina abnormal.
Gejala lain akibat tekanan pada organ – organ sekitarnya mencakup nyeri, sakit kepala,
konstipasi dan masalah -masalah perkemihan. Menorrhagi dan metroragi terjadi karena
fibroid (dapat merusak lapisan uterus).
D. Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.
1. Lokasi
Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi. Isthmica
(7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius. Corporal
(91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
2. Lapisan Uterus
 Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga
jenis yaitu : Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula
sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke
arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma
intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai
suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya
menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya
tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus
sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal
sebagai jenis parasitik.
 Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil tidak
merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol,
uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan
gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah
perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan
kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat
(jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).
 Mioma Uteri Submukosa
Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma
bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah
terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruangan rahim.
Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting
dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural
walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak
berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan
keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga
sebagai terapinya dilakukan histerektomi.
Atropi : setelah menopause dan rangsangan estrogen menghilang.
1. Degenerasi hialin (merupakan perubahan degeneratif yang paling umum
ditemukan):
 Jaringan ikat bertambah
 Berwarna putih dan keras Disebut “mioma durum”
 Bagian tengah dengan degenerasi hialin mencair
 Menjadi poket kistik
 Terdapat timbunan kalsium pada mioma uteri.
 Padat dan keras
 Berwarna putih
 Terjadi paling sering pada masa kehamilan.
 Estrogen merangsang tumbuh kembang mioma.
 Aliran darah tidak seimbang (edema sekitar tungkai dan tekanan hamil).
 Terjadi kekurangan darah menimbulkan nekrosis, pembentukan trombus,
bendungan darah dalam mioma, warna merah (hemosiderosis/hemofusin).
 Proses ini biasanya disertai nyeri, tetapi dapat hilang sendiri. Komplikasi lain yang
jarang ditemukan meliputi: kelahiran preterm, ruptur tumor dengan perdarahan
peritoneal, shock dan bahkan mencetuskan DIC.
1. Degenerasi kistik:
1. Degenerasi membatu (calcareous degeneration) :
1. Red degeneration (carneous degeneration) :
1. Degenerasi Mukoid :
Daerah hyaline digantikan oleh bahan gelatinosa yang lembut. Biasanya terjadi pada
tumor yang besar, dengan aliran arterial yang terganggu.
1. Degenerasi Lemak:
Lemak ditemukan di dalam serat otot polos.
1. Degenerasi sarkomatous (transformasi maligna)
Terjadi pada kurang dari 1% mioma. Kontroversi yang ada saat ini adalah apakah hal
ini mewakili sebuah perubahan degeneratif ataukah sebuah neoplasma spontan.
Leiomyosarkoma merupakan sebuah tumor ganas yang jarang terdiri dari sel-sel yang
mempunyai diferensiasi otot polos.
E. Gambaran Klinik
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar
bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus. Faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi :
1. Besarnya mioma uteri.
2. Lokalisasi mioma uteri.
3. Perubahan-perubahan pada mioma uteri.
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % – 50% dari pasien yang terkena. Adapun
gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri:
1. Perdarahan abnormal, merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%).
Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa: menoragi, metroragi, dan
hipermenorrhea. Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe.
Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya area
permukaaan dari endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot
rahim, distorsi dan kongesti dari pembuluh darah di sekitarnya dan ulserasi dari
lapisan endometrium.
2. Penekanan rahim yang membesar :
 Terasa berat di abdomen bagian bawah.
 Gejala traktus urinarius: urine frequency, retensi urine, obstruksi ureter dan
hidronefrosis.
 Gejala intestinal: konstipasi dan obstruksi intestinal.
 Terasa nyeri karena tertekannya saraf.
1. Nyeri, dapat disebabkan oleh :
 Penekanan saraf.
 Torsi bertangkai.
 Submukosa mioma terlahir
 Infeksi pada mioma.
1. Infertilitas, akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di cornu.
Perdarahan kontinyu pada pasien dengan mioma submukosa dapat menghalangi
implantasi. Terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran prematur pada
pasien dengan mioma intramural dan submukosa.
2. Kongesti vena, disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan edema
ekstremitas bawah, hemorrhoid, nyeri dan dyspareunia.
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi :
Kehamilan dapat mengalami keguguran.
1. Persalinan prematuritas.
2. Gangguan proses persalinan.
3. Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infentiritas.
4. Pada kala III dapat terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.
Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah kelahiran.
Pengaruh kehamilan dan persalinan pada mioma uteri :
 Cepat bertambah besar, mungkin karena pengaruh hormon estrogen yang
meningkat dalam kehamilan.
 Degenerasi merah dan degenerasi karnosa : tumor menjadi lebih lunak, berubah
bentuk, dan berwarna merah. Bisa terjadi gangguan sirkulasi sehingga terjadi
perdarahan.
 Mioma subserosum yang bertangkai oleh desakan uterus yang membesar atau
setelah bayi lahir, terjadi torsi (terpelintir) pada tangkainya, torsi menyebabkan
gangguan sirkulasi dan nekrosis pada tumor. Wanita hamil merasakan nyeri yang
hebat pada perut (abdoment akut).
 Kehamilan dapat mengalami keguguran.
 Persalinan prematuritas.
 Gangguan proses persalinan.
 Tertutupnya saluran indung telur sehingga menimbulkan infertilitas.
 Pada kala III dapat terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.
 Mioma yang lokasinya dibelakang dapat terdesak kedalam kavum douglasi dan
terjadi inkarserasi.
Pengaruh mioma pada kehamilan dan persalinan :
 Subfertil (agak mandul) sampai fertil (mandul) dan kadang- kadang hanya punya
anak satu. Terutama pada mioma uteri sub mucosum.
 Sering terjadi abortus. Akibat adanya distorsi rongga uterus.
 Terjadi kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan
letak sub serus.
 Distosia tumor yang menghalangi jalan lahir, terutama pada mioma yang letaknya
diservix.
 Inersia uteri terutama pada kala I dan kala II.
 Atonia uteri terutama paska persalinan; perdarahan banyak, terutama pada
mioma yang letaknya didalam dinding rahim.
 Kelainan letak plasenta.
 Plasenta sukar lepas (retensio plasenta), terutama pada mioma yang sub mukus
dengan intra mural.
Penanganan berdasarkan pada kemungkinan adanya keganasan, kemungkinan torsi
dan abdomen akut dan kemungkinan menimbulkan komplikasi obstetrik, maka : Tumor
ovarium dalam kehamilan yang lebih besar dari telur angsa harus dikeluarkan.

Waktu yang tepat untuk operasi adalah kehamilan 16 – 20 minggu.

Operasi yang dilakukan pada umur kahamilan dibawah 20 minggu harus diberikan
substitusi progesteron :
ü Beberapa hari sebelum operasi.
ü Beberapa hari setelah operasi, sebab ditakutkan korpus luteum terangkat bersama
tumor yang dapat menyebabkan abortus.
 Operasi darurat apabila terjadi torsi dan aboment akut.
 Bila tumor agak besar dan lokasinya agak bawah akan menghalangi persalinan,
penanganan yang dilakukan :
ü Coba reposisi, kalau perlu dalam narkosa.
ü Bila tidak bisa persalinan diselesaikan dengan sectio cesarea dan jangan lupa, tumor
sekaligus diangkat.
F. Komplikasi
1) Perdarahan sampai terjadi anemia.
2) Torsi tangkai mioma dari :
a) Mioma uteri subserosa.
b) Mioma uteri submukosa.
3) Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
4) Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.

Pengaruh mioma terhadap kehamilan.


 Infertilitas.
 Abortus.
 Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
 Inersia uteri.
 Gangguan jalan persalinan.
 Perdarahan post partum.
 Retensi plasenta

Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri


 Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.
 Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.
G. Diagnosis
Diagnosis mioma uteri ditegakkan berdasarkan:
1. Anamnesis
a. Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama.
b. Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang air besar.
c. Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.
2. Pemeriksaan fisik
1. Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.
2. Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor
tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi kavum Douglasi.
3. Konsistensi padat, kenyal, mobil, permukaan tumor umumnya rata.
3. Gejala klinis
1. Adanya rasa penuh pada perut bagian bawah dan tanda massa yang padat
kenyal.
2. Adanya perdarahan abnormal.
3. Nyeri, terutama saat menstruasi.
1. Pemeriksaan luar
Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor dapat
terbatas atau bebas.
1. Pemeriksaan dalam.
Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas
dan ini biasanya ditemukan secara kebetulan.

Pemeriksaan penunjang
a) USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometriium dan
keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan
ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus
sebaik USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat
membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa jaringan.
b) Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola gemanya pada
beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung dengan uterus; lebih
lanjut uterus membesar dan berbentuk tak teratur.
c) Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta
menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
d) Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai
dengan infertilitas.
e) Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
f) Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati, ureum,
kreatinin darah.
g) Tes kehamilan.
H. Diagnosis banding
1. Tumor solid ovarium.
2. Uterus gravid.
3. Kelainan bawaan rahim.
4. Endometriosis, adenomiosis.
5. Perdarahan uterus disfungsional
I. Penanganan
Penanganan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu penanganan secara
konservatif dan penanganan secara operatif.
1. Penanganan konservatif sebagai berikut :
 Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
 Bila anemia, Hb
1. Penanganan secara operatif
Indikasi mioma uteri yang diangkat adalah mioma uteri subserosum bertangkai. Pada
mioma uteri yang masih kecil khususnya pada penderita yang mendekati masa
menopause tidak diperlukan pengobatan, cukup dilakukan pemeriksaan pelvic secara
rutin tiap tiga bulan atau enam bulan. Adapun cara penanganan pada myoma uteri yang
perlu diangkat adalah dengan pengobatan operatif diantaranya yaitu dengan
histerektomi dan umumnya dilakukan histerektomi total abdominal. Tindakan
histerektomi total tersebut dikenal dengan nama Total Abdominal Histerektomy and
Bilateral Salphingo Oophorectomy (TAH-BSO). TAH–BSO adalah suatu tindakan
pembedahan untuk mengangkat uterus, serviks, kedua tuba falofii dan ovarium dengan
melakukan insisi pada dinding, perut pada malignan neoplasmatic desease, leymyoma
dan chronic endrometriosis (Tucker, Susan Martin, 1998).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PEREMPUAN DENGAN MASALAH
GINEKOLOGI: MIOMA UTERI

1. A. Pengkajian
I. Pengkajian primer: Identitas Klien, data fokus:
1. Usia :
1. Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan pada usia
35 tahun keatas.
2. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang.
3. Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam menyesuaikan diri
terutama terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya akibat tindakan TAH-
BSO.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri karena terjadi
tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah biasanya berlangsung 24-
48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut adalah :
ü Lokasi nyeri :
ü Intensitas nyeri
ü Waktu dan durasi
ü Kwalitas nyeri.
3. Riwayat Reproduksi
1. Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak pernah
ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada masa menopause
1. Hamil dan Persalinan
ü Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana mioma uteri tumbuh cepat
pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan
dalam jumlah yang besar.
ü Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien dan keluarga
terhadap hilangnya oirgan kewanitaan.
1. Data Psikologi.
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap emosional klien
dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi. Organ reproduksi
merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi menstruasi sebagai lambang
feminitas, sehingga berhentinya menstruasi bias dirasakan sebagai hilangnya perasaan
kewanitaan.
Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani. Beberapa wanita
merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi atau hilangnya kepuasan.
Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu persiapan psikologi
klien.

1. Status Respiratori
Respirasi bias meningkat atau menurun. Pernafasan yang ribut dapat terdengar tanpa
stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau akibat terdapat secret.
Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas. Usaha
batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien yang memakai anaestesi
general.

1. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang harus dijawab oleh
klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran dimulai dari
siuman sampai ngantuk , harus di observasi dan penurunan tingkat kesadaran
merupakan gejala syok.

1. Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang
hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah
pembedahan. Jumlah output urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat
operasi, muntah akibat anestesi.

1. Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah pembedahan,
tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori dan
kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus.

II. Pengkajian sekunder


 Pemeriksaan USG: Untuk melihat lokasi, besarnya mioma, diagnosis banding
dengan kehamilan.
 Laparaskopi: Untuk melihat lokasi, besarnya mioma uteri

B. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan

No. Analisa Data Diagnosa Keperawatan


DS:
ü Ibu mengatakan bahwa perutnya
terasa sakit.
ü Ibu mengatakan bahwa dari angka 1
sampai 10, nyeri yang ibu rasakan
berada pada angka 7
DO: Nyeri b.d. gangguan sirkulasi
ü Wajah ibu meringis darah pada sarang mioma akibat
1. ü RR > 20 x per menit nekrosis dan peradangan
DS: Ansietas berhubungan dengan
ü Ibu mengeluh cemas akan penyakit kurang pengetahuan tentang
yang dideritanya penyakit, prognosis, dan
ü Ibu bertanya-tanya kapan bisa kebutuhan pengobatan
sembuh.
ü Ibu menanyakan banyak hal tentang
penyakitnya.
DO:
2. ü Wajah ibu terlihat khawatir
ü RR> 20x per menit
DS:
ü Ibu mengatakan bahwa ada ada
yang keluar dari vaginanya tidak
dalam masa haid.
ü Ibu mengeluh lelah dan lemah. Resiko tinggi kekurangan
DO: volume cairan tubuh b.d.
ü Adanya perdarahan per vaginam perdarahan pervaginam
3. ü Ibu pucat dan lemah. berlebihan.
1. C. Intervensi dan Implementasi
NANDA, NOC, dan NIC terlampir

1. D. Evaluasi
Setelah implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan, maka
dilakukan evaluasi untuk melihat respon pasien apakah criteria hasil yang ditetapkan
sudah tercapai atau belum.

Anda mungkin juga menyukai