Anda di halaman 1dari 24

BAB I

STATUS PASIEN

1.1. IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn. M
Usia : 60 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Tahunan, Jepara
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
Agama : Islam
No. RM : 0006495xx

2.1. ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 25 Januari
2018 di Poliklinik Mata RSUD RA Kartini Jepara.
a. Keluhan Utama
ODS pandangan kabur.
b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD RA Kartini hari Kamis, 25


Januari 2018 pasien merupakan pasien baru dengan keluhan penglihatan
kabur. Keluhan tersebut dirasakan sejak 4 bulan yang lalu, dirasakan pada
kedua mata, terjadi perlahan-lahan dan semakin lama semakin memberat.
Tidak ada faktor yang memperburuk atau memperingan gejala tersebut.
Pasien juga mengeluh silau jika melihat cahaya. Pasien belum pernah
memakai kacamata minus dan kacamata baca. Pasien mengaku tidak ada
riwayat kemasukan debu atau benda asing ke dalam mata atau riwayat
trauma pada mata yang sakit. Keluhan tersebut tidak disertai dengan mata
merah ataupun nyeri pada mata. Pasien menyangkal mempunyai keluhan

2
sering menabrak saat berjalan. Pasien juga menyangkal susah melihat ketika
dalam ruangan atau dalam keadaan gelap.

c. Riwayat Penyakit Dahulu dan Kebiasaan


 Riwayat hipertensi disangkal
 Riwayat diabetes melitus disangkal
 Riwayat adanya trauma seperti mata terkena bahan-bahan kimia,
terbentur benda tumpul atau benda tajam disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien.
e. Riwayat Pengobatan
Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti kortikosteroid
dalam waktu lama disangkal.
f. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang petani dan biaya pengobatan ditanggung
oleh BPJS.

3.1. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status Generalis
 Kesadaran : Compos mentis
 Aktivitas : Normoaktif
 Kooperatif : Kooperatif
 Status gizi : Baik
b. Vital Sign
 TD : 120/70 mmHg
 Nadi : 92 x/menit
 RR : 24 x/menit
 Suhu : 36,4oC
c. Pemeriksaan Fisik
 Kepala : Normocephal, tidak terdapat deformitas

 Telinga : Discharge (-)

3
 Hidung : Deviasi septum (-), discharge (-), epistaksis (-)

 Mulut : Karies gigi (-)

 Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)

 Thorax

- Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

- Paru-paru : Suara napas dasar vesikuler,rhonki (-),wheezing (-)

 Abdomen : supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) N.


 Ekstremitas : Hangat, udema -/-, deformitas (-)

d. Status Ophthalmicus

No. Pemeriksaan Oculus Dexter Oculus Sinister


1. Visus 4/60 F 5/60 F
Bulbus Okuli
- Gerak bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
2. - Enoftalmus
- -
- Eksoftalmus
- -
- Strabismus
- -

3. Suprasilia Normal Normal


Palpebra Superior : PalpebraSuperiInferior PalpebraSuperior-Inferi
- Vulnus laceratum - -
- Edema - -
- Hematom - -
- Hiperemia - -
4. - Entropion - -
- Ektropion - -
- Blefarospasme - -
- Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
- Ptosis/ Pseudoptosis - -
- Secret - -

4
Palpebra Inferior :
- Vulnus laceratum - -
- Edema - -
- Hematom - -
5.
- Hiperemia - -
- Entropion - -
- Ektropion - -
- Blefarospasme - -
- Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Konjungtiva :
- Injeksi konjungtiva - -
6. - Injeksi siliar - -
- Sekret - -
- Laserasi - -
Kornea :
- Kejernihan Jernih Jernih
- Edema - -
7. - Infiltrat - -
- Sikatrik - -
- Ulkus - -
- Pannus - -
COA :
- Kedalaman + +
8. - -
- Hifema
- Hipopion - -
Iris :
- Kripta Normal Normal
- Edema - -
9. - Sinekia
 Anterior - -
 Posterior - -

Pupil :
- Bentuk Bulat Bulat
10. ± 3mm ± 3mm
- Diameter
- Reflek pupil + +
Lensa:
11. - Kejernihan Keruh Keruh
- Iris shadow + +

5
- Edema - -

15. TIO Meningkat (41) Meningkat (42)

4.1. DIAGNOSA BANDING


- ODS Katarak Senilis Imatur
- ODS POAG (Primary Open Angle Glaucoma)

5.1. DIAGNOSA KERJA


ODS Katarak Senilis Imatur

6.1. TERAPI
 Non Medikamentosa :
1. Edukasi tentang penyakit katarak.
2. Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi faktor resiko, diet dan
olahraga teratur.
 Medikamentosa :
- Topikal : Sanbe tears 4 x ODS
 Rencana Tindakan Operasi:
ODS: Operasi ECCE (Extracapsular Cataract Extraction) + IOL.
Dilakukan sebagai terapi definitif untuk katarak imatur. Dipilih ECCE +
IOL, karena insisi pada kornea yang dibutuhkan lebih kecil dengan resiko
astigmatisme post-operatif yang lebih kecil daripada ICCE. Komplikasi
yang lebih sedikit dan pemulihan visus yang lebih cepat.

7.1. KOMPLIKASI
-ODS Glaukoma fakomorfik

6
8.1. PROGNOSIS
Oculus Dexter Oculus Sinister
Quo ad visam : Dubia Ad bonam Dubia Ad bonam
Quo ad sanam : Dubia Ad bonam Dubia Ad bonam
Quo ad cosmeticam : Ad Bonam Ad bonam
Quo ad vitam : Ad bonam Ad bonam

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA


Bola mata memiliki 3 lapisan. Bola mata memiliki 3 lapisan. Dari
permukaan luar, terdapat lapisan fibrosa, yang terdiri dari sklera di belakang
dan kornea di bagian depan. Lapisan kedua yaitu lapisan berpigmen dan
vaskular, yang terdiri dari koroid, korpus siliaris, dan iris. Lapisan ketiga yaitu
lapisan neural yang dikenal sebagai retina. Bola mata orang dewasa normal
hampir mendekati bulat, dengan diameter anteroposterior sekitar 24, 5 mm.

Gambar 1. Anatomi Mata


a) Konjungtiva
Merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebris/tarsal) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbi). Perdarahan konjungtiva
berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis.
b) Sklera
Merupakan pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar. Jaringan
bersifat padat dan berwarna putih, serta bersambungan dengan kornea di
sebelah anterior, dan durameter nervus optikus di posterior. Permukaan luar

8
sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis dari jaringan elastik
halus yang mengandung banyak pembuluh darah yang memasuk sklera,
yang disebut sebagai episklera.
c) Kornea
Merupakan jaringan transparan yang memiliki tebal 0,54 mm ditengah, dan
0,65 mm di tepi, serta berdiameter sekitar 11,5 mm. Sumber nutrisi kornea
berasal dari pembuluh darah limbus, humor aqueous, dan air mata. Dalam
axis penglihatan, kornea berperan sebagai jendela paling depan dari mata
dimana sinar masuk dan difokuskan ke dalam pupil . Bentuk kornea
cembung dengan sifat yang transparan dimana kekuatan pembiasan sinar
yang masuk 80 % atau 40 dioptri ,dengan indeks bias 1, 38 .
d) Uvea
Uvea terdiri atas iris, korpus siliaris, dan koroid. Bagian ini adalah lapisan
vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera.
e) Iris
Merupakan perpanjangan korpus siliaris ke anterior. Iris terletak
bersambungan dengan anterior lensa, yang memisahkan bilik anterior dan
blik posterior mata. Di dalam stroma iris terdapat otot sfingter dan dilator
pupil. Iris juga merupakan bagian yang memberi warna pada mata. Dalam
axis penglihatan, iris berfungsi mengatur jumlah sinar yang masuk kedalam
bola mata dengan mengatur besar pupil menggunakan otot sfingter dan
dilator pupil.
f) Pupil
Pupil berwarna hitam pekat yang mengatur jumlah sinar masuk kedalam
bola mata.Pada pupil terdapat m.sfinger pupil yang bila berkontraksi
akanmengakibatkan mengecilnya pupil (miosis) dan m.dilatator pupil yang
bila berkontriksi akan mengakibatkan membesarnya pupil (midriasis)
g) Corpus siliaris
Membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris. Corpus
silliaris berperan untuk akomodasi dan menghasilkan humor aquaeus

9
h) Lensa
Merupakan struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan transparan.
Memiliki tebal sekitar 4mm dan diameter 9mm. Terletak di belakang iris.
Lensa digantung oleh zonula yang menghubungkannya dengan korpus
siliaris. Dalam axis penglihatan, lensa berperan untuk berakomodasi dan
memfokuskan cahaya ke retina.
i) Retina
Merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan yang
melapisi dua per tiga bagian dalam posterior dinding bola mata. Dalam aksis
penglihatan, retina berfungsi untuk menangkap rangsangan jatuhnya cahaya
dan akan diteruskan berupa bayangan benda sebagai impuls elektrik ke otak
untuk membentuk gambaran yang dilihat.Pada retina terdapat sel batang
sebagai sel pengenal sinar dan sel kerucut yang mengenal frekuensi sinar.
j) Nervus Optikus
Saraf penglihatan yang meneruskan rangsangan listrik dari mata ke korteks
visual untuk dikenali bayangannya

Gambar 2. Fisiologis Penglihatan

10
2.2. ANATOMI DAN HISTOLOGI LENSA
Lensa merupakan struktur yang transparan, bikonveks, dan kristalin
terletak di antara iris dan badan kaca. Lensa memiliki ukuran diameter 9-10
mm dengan ketebalan 3,5 mm – 5 mm. Di belakang iris, lensa terfiksasi pada
serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula tersebut menempel dan
menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa.
Kapsul merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan
epitel lensa. Permukaan anterior dan posterior lensa memiliki beda
kelengkungan, dimana permukaan anterior lensa lebih melengkung
dibandingkan bagian posterior. Kedua permukaan ini bertemu di bagian
ekuator. Sebagai media refraksi, lensa memiliki indeks refraksi sebesar 1,39,
dan memilki kekuatan hingga 15-16 dioptri. Dengan bertambahnya usia,
kemampuan akomodasi lensa akan berkurang, sehingga kekuatan lensa pun
akan menurun.
Struktur lensa dapat diurai menjadi :
1. Kapsul lensa
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang transparan. Kapsul lensa
tersusun dari kolagen tipe-IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul
berfungsi untuk mempertahankan bentuk lensa saat akomodasi. Kapsul
lensa paling tebal pada bagian anterior dan posterior zona preekuator (14
um,) dan paling tipis pada bagian tengah kutub posterior (3um).
2. Epitel anterior
Epitel anterior lensa dapat ditemukan tepat dibelakang kapsul anterior.
Merupakan selapis sel kuboid yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
lensa dan regenerasi serat lensa. Pada bagian ekuator, sel ini berproliferasi
dengan aktif untuk membentuk serat lensa baru.
3. Serat lensa
Serat lensa merupakan hasil dari proliferasi epitel anterior. Serat lensa
yang matur adalah serat lensa yang telah keihlangan nucleus, dan
membentuk korteks dari lensa. Serat-serat yang sudah tua akan terdesak
oleh serat lensa yang baru dibentuk ke tengah lensa.

11
4. Ligamentum suspensorium (Zonulla zinnii)
Secara kasar, ligamentun suspensorium merupakan tempat tergantungnya
lensa, sehingga lensa terfiksasi di dalam mata. Ligamentum suspensorium
menempel pada lensa di bagian anterior dan posterior kapsul lensa.
Ligamentum suspensorium merupakan panjangan dari corpus silliaris.

Gambar 3. Anatomi Lensa

2.3. FISIOLOGI LENSA


1. Transparansi lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous
humour sebagai penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan
produknya. Namun hanya sisi anterior lensa saja yang terkena aqueous
humour. Oleh karena itu, sel-sel yang berada ditengah lensa membangun
jalur komunikasi terhadap lingkungan luar lensa dengan membangun low
resistance gap junction antar sel.
2. Akomodasi lensa
Akomodasi lensa merupakan mekanisme yang dilakukan oleh mata
untuk mengubah fokus dari benda jauh ke benda dekat yang bertujuan untuk

12
menempatkan bayangan yang terbentuk tepat jatuh di retina. Akomodasi
terjadi akibat perubahan lensa oleh badan silluar terhadap serat zonula. Saat
m. cilliaris berkontraksi, serat zonular akan mengalami relaksasi sehingga
lensa menjadi lebih cembung dan mengakibatkan daya akomodasi semakin
kuat. Terjadinya akomodasi dipersarafi ole saraf simpatik cabang nervus III.
Pada penuaan, kemampuan akomodasi akan berkurang secara klinis oleh
karena terjadinya kekakuan pada nukelus.
Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi sebagai berikut:

Gambar 4. Fisiologi Akomodasi

2.4. METABOLISME LENSA NORMAL

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation


(sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humor aqueus dan vitreus.
Kadar kalium dibagian anterior lensa lebih tinggi dibandingkan posterior,
sedangkan kadar Natrium lebih tinggi dibagian posterior lensa. Ion kalium
bergerak ke bagian posterior dan keluar ke humor aqueus, dari luar ion natrium
masuk secara difusi bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion
kalium dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar
kalsium tetap dipertahankan didalam oleh Ca-ATPase

Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%).


Jalur HMP-shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan
ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose

13
reduktase adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol
dirubah menjadi fruktosa oleh enzim sorbitol dehidrogenase.

Gambar 5. Metabolisme Lensa

2.5. KATARAK
1. Definisi Katarak
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa
atau terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua
mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan
dalam waktu yang lama.
2. Klasifikasi Katarak
A. Klasifikasi etiologi
1. Katarak kongenital
2. Katarak akuisita
a. Katarak senilis
b. Katarak traumatik
c. Katarak komplikata

14
d. Katarak metabolik
e. Katarak oleh karena cedera listrik
f. Katarak oleh karena radiasi
g. Katarak oleh karena logam berat dan obat-obatan
h. Katarak yang berhubungan dengan penyakit kulit
i. Katarak yang berhubungan dengan penyakit tulang
j. Katarak dengan sindroma lainnya seperti sindroma Down
B. Klasifikasi morfologis
1. Katarak kapsular, meliputi :
a. Katarak kaspular anterior
b. Katarak kapsular posterior
2. Katarak subkapsular :mengenai bagian superfisial dari
korteks (dibawah kapsul)
a. Katarak subkapsular anterior
b. Katarak subkapsular posterior
3. Katarak kortikal :meliputi sebagian besar dari korteks
4. Katarak supranuklear :meliputi bagian dalam korteks
(diluar nukelus)
5. Katarak nuklear :meliputi nukelus dari lensa
6. Katarak polaris :meliputi kapsul dan bagian
superfisial dari korteks pada daerah polar
a. Katarak polaris anterior
b. Katarak polaris posterior

15
3. KATARAK SENILIS
A. Definisi
Katarak senilis (age-related cataract) merupakan jenis katarak
didapat (akuisita) yang paling sering ditemukan pada laki-laki maupun
perempuan, biasanya berusia di atas 50 tahun. Pada usia sekitar 70
tahun, hampir 90% individu menderita katarak. Kondisi kekeruhan
biasanya bilateral akan tetapi hampir selalu kondisi salah satu mata
lebih berat dari mata lainnya. Secara morfologis katarak senilis dapat
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu katarak kortikal dan katarak nuklear.
Kedua jenis katarak ini sering terjadi secara bersamaan.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi tipe, maturasi dan usia munculnya
katarak senilis:
- Keturunan : mempengaruhi peran genetik dalam
mulainya awitan seorang individu terkena katarak dan maturasi
dari kataraknya tersebut,
- Radiasi Ultraviolet : paparan UV yang tinggi mempercepat
maturasi dan usia munculnya katarak.
- Faktor diet : Defisiensi dari beberapa jenis protein, asam
amino dan vitamin C, E serta riboflavin dihubungkan dengan
kecepatan maturasi dan usia munculnya katarak
- Krisis dehidrasi : Riwayat dehidrasi berat seperti pada kolera
meningkatkan resiko.
- Merokok :Merokok menyebabkan penumpukan
molekul berpigmen -3 hydroxykhynurine dan chromophores,
yang menyebabkan terjadinya penguningan warna lensa, yang
menyebabkan kekuningan. Sianat dalam rokok juga
menyebabkan terjadinya karbamilasi dan denaturasi protein.

16
C. Stadium maturasi katarak senilis :
1. Maturasi dari katarak senilis tipe kortikal
a. Stadium katarak insipien
Merupakan stadium yang paling dini, yang belum
menimbulkan gangguan visus. Kekeruhan terutama terdapat pada
bagian perifer berupa bercak-bercak seperti jari-jari roda, terutama
mengenai korteks anterior, sedang aksis relatif masih jernih.
Gambaran berupa Spokes of a wheel yang nyata bila pupil
dilebarkan. Pada stadium ini belum menimbulkan gangguan visus.
Visus pada stadium ini bisa normal atau 6/6 – 6/20. Dengan
koreksi, visus masih dapat 5/5 – 5/6.

Gambar : Katarak stadium insipien “Spokes of a wheel”

b. Katarak senilis imatur:

Lensa terlihat putih keabu-abuan, namun masih terdapat


korteks yang jernih, maka terdapat iris shadow. Sebagian lensa
keruh tetapi belum mengenai seluruh lapis lensa. Visus pada
stadium ini 6/60 – 1/60. Kekeruhan ini terutama terdapat dibagian
posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada
kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa
ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan berada di posterior
lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh ini,
akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan terlihat di
pupil, ada daerah yang terang sebagai reflek pemantulan cahaya

17
pada daerah lensa yang eruh dan daerah yang gelap, akibat
bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut
shadow test (+).

Kekeruhan terdapat dibagian posterior dan bagian belakang


nukleus lensa. Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi korteks,
yang mengakibatkan lensa menjadi cembung, sehingga indeks
refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata
menjadi miopia. Keadaan ini dinamakan intumesensi. Dengan
mencembungnya lensa iris terdorong kedepan, menyebabkan
sudut bilik mata depan menjadi lebih sempit, sehingga dapat
menimbulkan glaukoma sebagai penyulitnya.

c. Katarak senilis matur

Kekeruhan korteks secara total sehingga iris shadow tidak


ada.Lensa telah menjadi keruh seluruhnya.Pada pupil nampak
lensa yang seperti mutiara.Pada stadium ini, lensa akan berukuran
normal kembali akibat terjadi pengeluaran air. Visus pada
stadium ini 1/300. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman
normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang
keruh, sehingga uji bayangan iris negatif shadow test (-).

d. Katarak senilis hipermatur


- Katarak hipermatur tipe Morgagni: Pada kondisi ini,
korteks mencair dan lensa menjadi seperti susu. Nukleus
yang berwarna coklat tenggelam ke dasar. Pada stadium ini
juga terjadi kerusakan kapsul lensa, sehingga isi korteks
yang cair dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang
dibawahnya terdapat nukleus lensa.
- Katarak hipermatur tipe sklerotik: Pada kondisi ini, korteks
terdisintegrasi dan lensa menjadi berkerut yang
menyebabkan COA menjadi dalam

18
Gambar : Katarak hipermatur tipe Morgagni

2. Maturasi dari katarak senilis tipe nuklear:

Pada keadaan ini, lensa menjadi keras dan tidak elastis,


sehingga menurunkan kemampuan akomodasi serta menghalangi
cahaya. Perubahan dimulai dari tengah, lalu secara perlahan
menyebar ke perifer sampai hampir meliputi seluruh kapsul,
namun masih terdapat sedikit bagian dari korteks yang masih
jernih. Warna yang dapat dilihat ialah coklat (cataracta
brunescens), hitam (cataracta nigra) dan merah (cataracta rubra)

Gambar : A.Cataracta brunescens, B.Cataracta nigra, C.Cataracta rubra

19
D. Gejala Klinis

Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan


dijumpai pada pemeriksaan mata rutin. Gejala katarak yang sering
dikeluhkan adalah :

1. Silau
Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi
keparahannya mulai dari penurunan sensitivitas kontras dalam
lingkungan yang terang hingga silau pada saat siang hari atau
sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari.
Keluhan silau tergantung dengan lokasi dan besar kekeruhannya,
biasanya dijumpai pada tipe katarak posterior subkapsular.
2. Diplopia monokular atau polypia
Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan dalam nukleus
lensa, menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa
sehingga menyebabkan refraksi yang ireguler karena indeks bias
yang berbeda.
3. Halo
Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya
sinar putih menjadi spektrum warna oleh karena meningkatnya
kandungan air dalam lensa.
4. Distorsi
Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang
5. Penurunan tajam penglihatan
Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif tanpa rasa
nyeri. Umumnya pasien katarak menceritakan riwayat klinisnya
langsung tepat sasaran. Dalam situasi lain, pasien hanya menyadari
adanya gangguan penglihatan setelah dilakukan pemeriksaan. Pada
katarak kupuliform (opasitas sentral) gejala lebih buruk ketika
siang hari dan membaik ketika malam hari. Pada katarak kuneiform
(opasitas perifer) gejala lebih buruk ketika malam hari.

20
6. Myopic shift
Seiring dengan perkembangan katarak, dapat terjadi peningkatan
dioptri kekuatan lensa, yang pada umumnya menyebabkan miopia
ringan atau sedang. Umumnya, pematangan katarak nuklear
ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena
meningkatnya miopia akibat kekuatan refraktif lensa nuklear
sklerotik yang menguat, sehingga kacamata baca atau bifokal tidak
diperlukan lagi. Perubahan ini disebut ”second sight”. Akan tetapi,
seiring dengan penurunan kualitas optikal lensa, kemampuan
tersebut akhirnya hilang.

E. Penatalaksanaan
a. Tindakan non-bedah:
1. Pengobatan dari penyebab katarak: Penyebab katarak harus
dicari, karena apabila penyakit tersebut dapat ditemui dan
diobati seringkali memberhentikan progresi dari penyakit
tersebut, contohnya adalah:
- Kontrol gula darah pada pasien DM
- Menghentikan penggunaan obat-obatan seperti
kortikosteroid
- Pengobatan uveitis untuk mencegah komplikasi
2. Memperlambat progresi: penggunaan yodium, kalsium,
kalium, vitamin E dan aspirin dihubungkan dengan
perlambatan dari kataraktogenesis.
3. Meningkatkan penglihatan pada katarak insipien dan imatur
dengan:
- Refraksi
- Pencahayaan: Pada opasitas sentral menggunakan
penerangan yang terang. Pada opasitas perifer
menggunakan penerangan yang sedikit redup.

21
4. Pengunaan kacamata hitam ketika beraktifitas diluar ruangan
pada pasien dengan opasitas sentral
5. Midriatikum pada pasien dengan katarak aksial yang kecil.

b. Pembedahan Katarak Senilis


1. Ekstraksi katarak intrakapsular (ICCE)
Pada teknik ini, keseluruhan lensa katarak dan kapsulnya
diangkat. Zonula yang lemah dan terdegenerasi merupakan
syarat dari operasi ini. Karena hal ini, teknik ini tidak bisa
dilakukan pada pasien yang muda karena zonula yang kuat.
Pada usia 40-50 tahun, digunakan enzim alphachymotrypsin
yang melemahkan zonula.
Indikasi: Subluksasi dan dislokasi lensa.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsular (ECCE)
Pada teknik ini, bagian besar dari kapsula anterior dan epitel,
nukleus dan korteks diangkat; kapsula posterior ditinggalkan
sebagai penyangga lensa implant.
Indikasi: Operasi katarak pada anak-anak dan dewasa.
Kontraindikasi: Subluksasi dan dislokasi lensa.
3. Fakoemulsifikasi
Pembedahan menggunakan vibrator ultrasonik untuk
menghancurkan nukleus yang kemudian diaspirasi melalui
insisi 2.5-3 mm, dan kemudian dimasukan lensa intraokular
yang dapat dilipat. Keuntungan yang didapat ialah pemulihan
visus lebih cepat, induksi astigmatis akibat operasi minimal,
komplikasi dan inflamasi pasca bedah minimal.

22
Gambar : Teknik Fakoemulsifikasi pada operasi katarak

LENSA TANAM INTRAOKULER

Implantasi lensa intraokular merupakan metode pilihan untuk koreksi afakia.


Biasanya bahan lensa intraokuler terbuat dari polymethylmethacrylate (PMMA).

Pembagian besar dari lensa intraokular berdasarkan metodi fiksasi pada mata ialah:
1. IOL COA: Lensa di depan iris dan disangga oleh sudut dari COA.

2. Lensa yang disangga iris: lensa dijahit kepada iris, memiliki tingkat
komplikasi yang tinggi.

3. Lensa Bilik Mata Belakang: Lensa diletakan di belakang iris, disangga oleh
sulkus siliaris atau kapsula posterior lensa.

23
Indikasi operasi katarak ialah:

1. Fungsi penglihatan: Ini merupakan indikasi yang paling sering. Operasi


katarak dilakukan ketika cacat visus menjadi menyebabkan gangguan
signifikan pada kehidupan sehari-hari pasien.
2. Indikasi medis: meskipun pasien merasa nyaman dari aspek penglihatan,
operasi dapat dianjurkan apabila pasien menderita:
- Glaukoma lens-induced
- Endoftalmitis fakoanafilaktik
- Penyakit retina seperti retinopati diabetikum dan ablasio retina yang
terapinya terganggu karena adanya kekeruhan lensa.
3. Indikasi kosmetik: Terkadang pasien dengan katarak matur meminta
ekstraksi katarak agar pupil kembali menjadi hitam.

24
DAFTAR PUSTAKA
1. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. Anshan publishers
2007.
2. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. 4th 3 rev. ed. Badan penerbit
FKUI. 2013.
3. Riordan-eva P, Cunningham E. Vaughan & Asbury general ophthalmology.
18th ed. McGraw-Hill Professional. 2011.
4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: systemic approach. 7th ed.
Saunders.2012
5. Nana Wijana. Ilmu Penyakit Mata.1993
6. Voughan & Asbury. 2010. Oftalmologi Umum edisi 17. Jakarta : EGC

25

Anda mungkin juga menyukai