STATUS PASIEN
2.1. ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 25 Januari
2018 di Poliklinik Mata RSUD RA Kartini Jepara.
a. Keluhan Utama
ODS pandangan kabur.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
2
sering menabrak saat berjalan. Pasien juga menyangkal susah melihat ketika
dalam ruangan atau dalam keadaan gelap.
3
Hidung : Deviasi septum (-), discharge (-), epistaksis (-)
Thorax
d. Status Ophthalmicus
4
Palpebra Inferior :
- Vulnus laceratum - -
- Edema - -
- Hematom - -
5.
- Hiperemia - -
- Entropion - -
- Ektropion - -
- Blefarospasme - -
- Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Konjungtiva :
- Injeksi konjungtiva - -
6. - Injeksi siliar - -
- Sekret - -
- Laserasi - -
Kornea :
- Kejernihan Jernih Jernih
- Edema - -
7. - Infiltrat - -
- Sikatrik - -
- Ulkus - -
- Pannus - -
COA :
- Kedalaman + +
8. - -
- Hifema
- Hipopion - -
Iris :
- Kripta Normal Normal
- Edema - -
9. - Sinekia
Anterior - -
Posterior - -
Pupil :
- Bentuk Bulat Bulat
10. ± 3mm ± 3mm
- Diameter
- Reflek pupil + +
Lensa:
11. - Kejernihan Keruh Keruh
- Iris shadow + +
5
- Edema - -
6.1. TERAPI
Non Medikamentosa :
1. Edukasi tentang penyakit katarak.
2. Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi faktor resiko, diet dan
olahraga teratur.
Medikamentosa :
- Topikal : Sanbe tears 4 x ODS
Rencana Tindakan Operasi:
ODS: Operasi ECCE (Extracapsular Cataract Extraction) + IOL.
Dilakukan sebagai terapi definitif untuk katarak imatur. Dipilih ECCE +
IOL, karena insisi pada kornea yang dibutuhkan lebih kecil dengan resiko
astigmatisme post-operatif yang lebih kecil daripada ICCE. Komplikasi
yang lebih sedikit dan pemulihan visus yang lebih cepat.
7.1. KOMPLIKASI
-ODS Glaukoma fakomorfik
6
8.1. PROGNOSIS
Oculus Dexter Oculus Sinister
Quo ad visam : Dubia Ad bonam Dubia Ad bonam
Quo ad sanam : Dubia Ad bonam Dubia Ad bonam
Quo ad cosmeticam : Ad Bonam Ad bonam
Quo ad vitam : Ad bonam Ad bonam
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis dari jaringan elastik
halus yang mengandung banyak pembuluh darah yang memasuk sklera,
yang disebut sebagai episklera.
c) Kornea
Merupakan jaringan transparan yang memiliki tebal 0,54 mm ditengah, dan
0,65 mm di tepi, serta berdiameter sekitar 11,5 mm. Sumber nutrisi kornea
berasal dari pembuluh darah limbus, humor aqueous, dan air mata. Dalam
axis penglihatan, kornea berperan sebagai jendela paling depan dari mata
dimana sinar masuk dan difokuskan ke dalam pupil . Bentuk kornea
cembung dengan sifat yang transparan dimana kekuatan pembiasan sinar
yang masuk 80 % atau 40 dioptri ,dengan indeks bias 1, 38 .
d) Uvea
Uvea terdiri atas iris, korpus siliaris, dan koroid. Bagian ini adalah lapisan
vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera.
e) Iris
Merupakan perpanjangan korpus siliaris ke anterior. Iris terletak
bersambungan dengan anterior lensa, yang memisahkan bilik anterior dan
blik posterior mata. Di dalam stroma iris terdapat otot sfingter dan dilator
pupil. Iris juga merupakan bagian yang memberi warna pada mata. Dalam
axis penglihatan, iris berfungsi mengatur jumlah sinar yang masuk kedalam
bola mata dengan mengatur besar pupil menggunakan otot sfingter dan
dilator pupil.
f) Pupil
Pupil berwarna hitam pekat yang mengatur jumlah sinar masuk kedalam
bola mata.Pada pupil terdapat m.sfinger pupil yang bila berkontraksi
akanmengakibatkan mengecilnya pupil (miosis) dan m.dilatator pupil yang
bila berkontriksi akan mengakibatkan membesarnya pupil (midriasis)
g) Corpus siliaris
Membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris. Corpus
silliaris berperan untuk akomodasi dan menghasilkan humor aquaeus
9
h) Lensa
Merupakan struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan transparan.
Memiliki tebal sekitar 4mm dan diameter 9mm. Terletak di belakang iris.
Lensa digantung oleh zonula yang menghubungkannya dengan korpus
siliaris. Dalam axis penglihatan, lensa berperan untuk berakomodasi dan
memfokuskan cahaya ke retina.
i) Retina
Merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan yang
melapisi dua per tiga bagian dalam posterior dinding bola mata. Dalam aksis
penglihatan, retina berfungsi untuk menangkap rangsangan jatuhnya cahaya
dan akan diteruskan berupa bayangan benda sebagai impuls elektrik ke otak
untuk membentuk gambaran yang dilihat.Pada retina terdapat sel batang
sebagai sel pengenal sinar dan sel kerucut yang mengenal frekuensi sinar.
j) Nervus Optikus
Saraf penglihatan yang meneruskan rangsangan listrik dari mata ke korteks
visual untuk dikenali bayangannya
10
2.2. ANATOMI DAN HISTOLOGI LENSA
Lensa merupakan struktur yang transparan, bikonveks, dan kristalin
terletak di antara iris dan badan kaca. Lensa memiliki ukuran diameter 9-10
mm dengan ketebalan 3,5 mm – 5 mm. Di belakang iris, lensa terfiksasi pada
serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula tersebut menempel dan
menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa.
Kapsul merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan
epitel lensa. Permukaan anterior dan posterior lensa memiliki beda
kelengkungan, dimana permukaan anterior lensa lebih melengkung
dibandingkan bagian posterior. Kedua permukaan ini bertemu di bagian
ekuator. Sebagai media refraksi, lensa memiliki indeks refraksi sebesar 1,39,
dan memilki kekuatan hingga 15-16 dioptri. Dengan bertambahnya usia,
kemampuan akomodasi lensa akan berkurang, sehingga kekuatan lensa pun
akan menurun.
Struktur lensa dapat diurai menjadi :
1. Kapsul lensa
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang transparan. Kapsul lensa
tersusun dari kolagen tipe-IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul
berfungsi untuk mempertahankan bentuk lensa saat akomodasi. Kapsul
lensa paling tebal pada bagian anterior dan posterior zona preekuator (14
um,) dan paling tipis pada bagian tengah kutub posterior (3um).
2. Epitel anterior
Epitel anterior lensa dapat ditemukan tepat dibelakang kapsul anterior.
Merupakan selapis sel kuboid yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
lensa dan regenerasi serat lensa. Pada bagian ekuator, sel ini berproliferasi
dengan aktif untuk membentuk serat lensa baru.
3. Serat lensa
Serat lensa merupakan hasil dari proliferasi epitel anterior. Serat lensa
yang matur adalah serat lensa yang telah keihlangan nucleus, dan
membentuk korteks dari lensa. Serat-serat yang sudah tua akan terdesak
oleh serat lensa yang baru dibentuk ke tengah lensa.
11
4. Ligamentum suspensorium (Zonulla zinnii)
Secara kasar, ligamentun suspensorium merupakan tempat tergantungnya
lensa, sehingga lensa terfiksasi di dalam mata. Ligamentum suspensorium
menempel pada lensa di bagian anterior dan posterior kapsul lensa.
Ligamentum suspensorium merupakan panjangan dari corpus silliaris.
12
menempatkan bayangan yang terbentuk tepat jatuh di retina. Akomodasi
terjadi akibat perubahan lensa oleh badan silluar terhadap serat zonula. Saat
m. cilliaris berkontraksi, serat zonular akan mengalami relaksasi sehingga
lensa menjadi lebih cembung dan mengakibatkan daya akomodasi semakin
kuat. Terjadinya akomodasi dipersarafi ole saraf simpatik cabang nervus III.
Pada penuaan, kemampuan akomodasi akan berkurang secara klinis oleh
karena terjadinya kekakuan pada nukelus.
Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi sebagai berikut:
13
reduktase adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol
dirubah menjadi fruktosa oleh enzim sorbitol dehidrogenase.
2.5. KATARAK
1. Definisi Katarak
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa
atau terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua
mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan
dalam waktu yang lama.
2. Klasifikasi Katarak
A. Klasifikasi etiologi
1. Katarak kongenital
2. Katarak akuisita
a. Katarak senilis
b. Katarak traumatik
c. Katarak komplikata
14
d. Katarak metabolik
e. Katarak oleh karena cedera listrik
f. Katarak oleh karena radiasi
g. Katarak oleh karena logam berat dan obat-obatan
h. Katarak yang berhubungan dengan penyakit kulit
i. Katarak yang berhubungan dengan penyakit tulang
j. Katarak dengan sindroma lainnya seperti sindroma Down
B. Klasifikasi morfologis
1. Katarak kapsular, meliputi :
a. Katarak kaspular anterior
b. Katarak kapsular posterior
2. Katarak subkapsular :mengenai bagian superfisial dari
korteks (dibawah kapsul)
a. Katarak subkapsular anterior
b. Katarak subkapsular posterior
3. Katarak kortikal :meliputi sebagian besar dari korteks
4. Katarak supranuklear :meliputi bagian dalam korteks
(diluar nukelus)
5. Katarak nuklear :meliputi nukelus dari lensa
6. Katarak polaris :meliputi kapsul dan bagian
superfisial dari korteks pada daerah polar
a. Katarak polaris anterior
b. Katarak polaris posterior
15
3. KATARAK SENILIS
A. Definisi
Katarak senilis (age-related cataract) merupakan jenis katarak
didapat (akuisita) yang paling sering ditemukan pada laki-laki maupun
perempuan, biasanya berusia di atas 50 tahun. Pada usia sekitar 70
tahun, hampir 90% individu menderita katarak. Kondisi kekeruhan
biasanya bilateral akan tetapi hampir selalu kondisi salah satu mata
lebih berat dari mata lainnya. Secara morfologis katarak senilis dapat
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu katarak kortikal dan katarak nuklear.
Kedua jenis katarak ini sering terjadi secara bersamaan.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi tipe, maturasi dan usia munculnya
katarak senilis:
- Keturunan : mempengaruhi peran genetik dalam
mulainya awitan seorang individu terkena katarak dan maturasi
dari kataraknya tersebut,
- Radiasi Ultraviolet : paparan UV yang tinggi mempercepat
maturasi dan usia munculnya katarak.
- Faktor diet : Defisiensi dari beberapa jenis protein, asam
amino dan vitamin C, E serta riboflavin dihubungkan dengan
kecepatan maturasi dan usia munculnya katarak
- Krisis dehidrasi : Riwayat dehidrasi berat seperti pada kolera
meningkatkan resiko.
- Merokok :Merokok menyebabkan penumpukan
molekul berpigmen -3 hydroxykhynurine dan chromophores,
yang menyebabkan terjadinya penguningan warna lensa, yang
menyebabkan kekuningan. Sianat dalam rokok juga
menyebabkan terjadinya karbamilasi dan denaturasi protein.
16
C. Stadium maturasi katarak senilis :
1. Maturasi dari katarak senilis tipe kortikal
a. Stadium katarak insipien
Merupakan stadium yang paling dini, yang belum
menimbulkan gangguan visus. Kekeruhan terutama terdapat pada
bagian perifer berupa bercak-bercak seperti jari-jari roda, terutama
mengenai korteks anterior, sedang aksis relatif masih jernih.
Gambaran berupa Spokes of a wheel yang nyata bila pupil
dilebarkan. Pada stadium ini belum menimbulkan gangguan visus.
Visus pada stadium ini bisa normal atau 6/6 – 6/20. Dengan
koreksi, visus masih dapat 5/5 – 5/6.
17
pada daerah lensa yang eruh dan daerah yang gelap, akibat
bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut
shadow test (+).
18
Gambar : Katarak hipermatur tipe Morgagni
19
D. Gejala Klinis
1. Silau
Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi
keparahannya mulai dari penurunan sensitivitas kontras dalam
lingkungan yang terang hingga silau pada saat siang hari atau
sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari.
Keluhan silau tergantung dengan lokasi dan besar kekeruhannya,
biasanya dijumpai pada tipe katarak posterior subkapsular.
2. Diplopia monokular atau polypia
Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan dalam nukleus
lensa, menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa
sehingga menyebabkan refraksi yang ireguler karena indeks bias
yang berbeda.
3. Halo
Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya
sinar putih menjadi spektrum warna oleh karena meningkatnya
kandungan air dalam lensa.
4. Distorsi
Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang
5. Penurunan tajam penglihatan
Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif tanpa rasa
nyeri. Umumnya pasien katarak menceritakan riwayat klinisnya
langsung tepat sasaran. Dalam situasi lain, pasien hanya menyadari
adanya gangguan penglihatan setelah dilakukan pemeriksaan. Pada
katarak kupuliform (opasitas sentral) gejala lebih buruk ketika
siang hari dan membaik ketika malam hari. Pada katarak kuneiform
(opasitas perifer) gejala lebih buruk ketika malam hari.
20
6. Myopic shift
Seiring dengan perkembangan katarak, dapat terjadi peningkatan
dioptri kekuatan lensa, yang pada umumnya menyebabkan miopia
ringan atau sedang. Umumnya, pematangan katarak nuklear
ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena
meningkatnya miopia akibat kekuatan refraktif lensa nuklear
sklerotik yang menguat, sehingga kacamata baca atau bifokal tidak
diperlukan lagi. Perubahan ini disebut ”second sight”. Akan tetapi,
seiring dengan penurunan kualitas optikal lensa, kemampuan
tersebut akhirnya hilang.
E. Penatalaksanaan
a. Tindakan non-bedah:
1. Pengobatan dari penyebab katarak: Penyebab katarak harus
dicari, karena apabila penyakit tersebut dapat ditemui dan
diobati seringkali memberhentikan progresi dari penyakit
tersebut, contohnya adalah:
- Kontrol gula darah pada pasien DM
- Menghentikan penggunaan obat-obatan seperti
kortikosteroid
- Pengobatan uveitis untuk mencegah komplikasi
2. Memperlambat progresi: penggunaan yodium, kalsium,
kalium, vitamin E dan aspirin dihubungkan dengan
perlambatan dari kataraktogenesis.
3. Meningkatkan penglihatan pada katarak insipien dan imatur
dengan:
- Refraksi
- Pencahayaan: Pada opasitas sentral menggunakan
penerangan yang terang. Pada opasitas perifer
menggunakan penerangan yang sedikit redup.
21
4. Pengunaan kacamata hitam ketika beraktifitas diluar ruangan
pada pasien dengan opasitas sentral
5. Midriatikum pada pasien dengan katarak aksial yang kecil.
22
Gambar : Teknik Fakoemulsifikasi pada operasi katarak
Pembagian besar dari lensa intraokular berdasarkan metodi fiksasi pada mata ialah:
1. IOL COA: Lensa di depan iris dan disangga oleh sudut dari COA.
2. Lensa yang disangga iris: lensa dijahit kepada iris, memiliki tingkat
komplikasi yang tinggi.
3. Lensa Bilik Mata Belakang: Lensa diletakan di belakang iris, disangga oleh
sulkus siliaris atau kapsula posterior lensa.
23
Indikasi operasi katarak ialah:
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. Anshan publishers
2007.
2. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. 4th 3 rev. ed. Badan penerbit
FKUI. 2013.
3. Riordan-eva P, Cunningham E. Vaughan & Asbury general ophthalmology.
18th ed. McGraw-Hill Professional. 2011.
4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: systemic approach. 7th ed.
Saunders.2012
5. Nana Wijana. Ilmu Penyakit Mata.1993
6. Voughan & Asbury. 2010. Oftalmologi Umum edisi 17. Jakarta : EGC
25