Anda di halaman 1dari 14

LI dan ANMAL

Manifestasi klinis
Sistem Multiorgan
Preeklamsia / eklampsia menghasilkan banyak gangguan sistemik yang dapat
melibatkan multi sistem organ termasuk sistem hematologis, hati, ginjal, dan kardiovaskular
serta sistem saraf pusat. Tingkat keparahan gangguan ini sering berkorelasi dengan kesehatan ibu
(misalnya, ada patologi ginjal atau vaskular yang sudah ada) atau faktor kebidanan (misalnya,
kehamilan multifetal atau kehamilan mola).
Masalah kardiovaskular
Eklampsia dikaitkan dengan gangguan kardiovaskular seperti vasospasme umum,
peningkatan resistensi vaskular perifer, dan peningkatan indeks kerja stroke ventrikel kiri.
Tekanan baji kapiler paru (PCWP) dapat bervariasi dari yang rendah hingga tinggi. Yang
penting, tekanan vena sentral (CVP) mungkin tidak berkorelasi dengan PCWP pada pasien
dengan preeklamsia berat atau eklampsia.
Gangguan hematologi
Masalah hematologis yang terkait dengan eklampsia dapat mencakup penurunan
volume plasma, peningkatan viskositas darah, hemokonsentrasi, dan koagulopati.
Gangguan ginjal
Kelainan ginjal terkait eklampsia dapat mencakup penurunan laju filtrasi glomerulus,
aliran plasma ginjal, dan pembersihan asam urat.
Gangguan hati
Kelainan hati yang terkait dengan eklampsia dapat mencakup nekrosis periportal,
kerusakan hepatoseluler, dan hematoma subkapsular.
Masalah sistem saraf pusat
Eklampsia dapat menyebabkan kelainan sistem saraf pusat (SSP) seperti
penyimpangan otak karena hilangnya autoregulasi, edema serebral, dan pendarahan otak.

Patofisiologi
1. Vasokontriksi
2. Aktivasi platelet dengan koagulasi intravascular
3. Disfungsi endotel
4. Kontraksi volume plasma maternal
Tatalaksana
Penanganan umum, meliputi:
1. Perawatan selama kehamilan
Jika tekanan darah diastolik >110 mmHg, berikan obat antihipertensi sampai tekanan darah
diastolik diantara 90-100 mmHg. Obat pilihan antihipertensi adalah hidralazin yang diberikan 5
mg IV pelan-pelan selama 5 menit sampai tekanan darah turun. Jika hidralazin tidak tersedia,
dapat diberikan nifedipin 5 mg sublingual dan tambahkan 5 mg sublingual jika respon tidak
membaik setelah 10 menit. Selain itu labetolol juga dapat diberikan sebagai alternatif hidralazin.
Dosis labetolol adalah 10 mg, jika respon tidak baik setelah 10 menit, berikan lagi labetolol 20
mg. Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar (16 gauge atau lebih). Ukur keseimbangan
cairan, jangan sampai overload. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru. Adanya
krepitasi menunjukkan edema paru, maka pemberian cairan dihentikan. Perlu kateterisasi urin
untuk pengeluaran volume dan proteinuria. Jika jumlah urin <30 ml per jam, infus cairan
dipertahankan sampai 1 jam dan pantau kemungkinan edema paru. Observasi tanda-tanda vital
ibu dan denyut jantung janin dilakukan setiap jam.
Untuk hipertensi dalam kehamilan yang disertai kejang, dapat diberikan Magnesium sulfat
(MgSO4). MgSO4 merupakan obat pilihan untuk mencegah dan menangani kejang pada
preeklampsi dan eklampsi. Cara pemberian MgSO4 pada preeklampsi dan eklampsi adalah:
a. Dosis awal
Berikan MgSO4 4 gram IV sebagai larutan 20% selama 5 menit. Diikuti dengan MgSO4 (50%)5
gr IM dengan 1 ml lignokain 2% (dalam semprit yang sama). Pasien akan merasa agak panas
saat pemberian MgSO4.
b. Dosis pemeliharaan
MgSO4 (50%) 5 gr + 1 ml lignokain 2 % IM setiap 4 jam. Pemberian tersebut dilanjutkan
sampai 24 jam postpartum atau kejang terakhir. Sebelum pemberian MgSO4, periksa frekuensi
nafas minimal 16 kali/menit, refleks patella positif dan urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam
terakhir. Pemberian MgSO4 dihentikan jika frekuensi nafas <16 kali/menit, refleks patella
negatif dan urin <30 ml/jam. Siapkan antidotum glukonat dan ventilator jika terjadi henti nafas.
Dosis glukonat adalah 2 gr (20 ml dalam larutan 10%) IV secara perlahan sampai pernafasan
membaik.
2. Perawatan persalinan
Pada preeklampsi berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedang pada eklampsi dalam 12
jam sejak gejala eklampsi timbul. Jika terdapat gawat janin, atau persalinan tidak terjadi dalam
12 jam pada eklampsi, lakukan seksio sesarea.
3. Perawatan pospartum
Antikonvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang terakhir. Teruskan pemberian
obat antihipertensi jika tekanan darah diastolik masih >110 mmHg dan pemantauan urin

ANMAL
a. Bagaimana mekanisme fisiologis kontraksi uterus?
1) Kontraksi oleh ion kalsium
Sebagai pengganti troponin, sel-sel otot polos mengandung sejumlah besar protein
pengaturan yang lain yang disebut kamodulin. Terjadinya kontraksi diawali dengan ion
kalsium berkaitan dengan kalmoduli. Kombinasi kalmodulin ion kalsium kemudian
bergabung dengan sekaligus mengaktifkan myosin kinase yaitu enzim yang melakukan
fosforilase sebagai respon terhadap myosin kinase. Bila rantai ini tidak mengalami
fosforilasi, siklus perlekatan-pelepasan kepala myosin dengan filament aktin tidak akan
terjadi. Tetapi bila rantai pengaturan mengalami fosforilasi, kepala memiliki kemampuan
untuk berikatan secara berulang dengan filament aktin dan bekerja melalui seluruh proses
siklus tarikan berkala sehingga mengghasilkan kontraksi otot uterus.

(2) Kontraksi yang disebabkan oleh hormone


Ada beberapa hormon yang mempengaruhi adalah epinefrin, norepinefrin, angiotensin,
endhothelin, vasoperin, oksitonin serotinin, dan histamine. Beberapa reseptor hormon
pada membran otot polos akan membuka kanal ion kalsium dan natrium serta
menimbulkan depolarisasi membran. Kadang timbul potensial aksi yang telah terjadi.
Pada keadaan lain, terjadi depolarisasi tanpa disertai dengan potensial aksi dan
depolarisasi ini membuat ion kalsium masuk kedalam sel sehingga terjadi kontraksi pada
otot uterus

Penurunsn hormon estrogen dan progesterone


d. Informasi apa saja yang sebaiknya minimal dituliskan saat bidan merujuk pasien ke rumah
sakit?
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal?

Hasil pemeriksaan Interpretasi

Hb 10,2 g / dl Anemia ringan (Hb pada ibu hamil trimester ke 3 : 11 g / dl)  karena
pada ibu hamil terjadi peningkatan volume plasma yang tidak sebanding
dengan peningkatan volume sel darah merah sehingga terjadi
hemodilusi yang menyebabkan anemia fisiologis.

WBC 9.600/mm3 Normal.

Platelet Normal. Belum terjadi aktivasi dan agregasi trombosit serta hemolisis
180.320/mm3 mikroangiopati akibat dari vasospasme berat.

Protein urin 4 + Proteinuria


 Adanya 300 mg protein dalam urin selama 24 jam setara dengan +1
pada dipstick
Mekanisme
 Tidak adanya invasi trofoblast pada lapisan otot arteri spiralis dan
jaringan matriks sekitarnya  Lapisan otot tetap kaku dan keras 
Lumen tidak berdilatasi  vasokontriksi arteri spiralis 
Kegagalan remodelling arteri spiralis  ↓ Aliran darah
uteroplasenta  Hipoksia dan iskemia plasenta  Menghasilkan
oksidan (radikal hidroksil)  Merusak membran sel, nukleus, dan
protein sel endotel  Disfungsi endotel  Perubahan sel endotel
kapiler glomerulus  ↑ permeabilitas kapiler  Proteinuria
 kerusakan sel glomerulus akibat penurunan laju filtrasi ginjal 
menyebabkan peningkatan permeabilitas membran basalis 
protein dengan ukuran molekul yang besar dapat lolos masuk dan
keluar bersama urin  proteinuria

cylinder (-)  Normal


Silinder (-) mungkin menyisihkan kemungkinan patologi ginjal yang
primer.

d. mengapa TD menurun tetapi HR dan RR meningkat?


Ya begitulah

Anda mungkin juga menyukai