13.2 PARITAS
Teori ekonomi yang menghubungkan kurs nilai tukar, tingkat harga, dan suku
bunga disebut sebagai kondisi paritis internasional. Kondisi paritas internasional ini
membentuk inti teori finansial yang merupakan keunikan dari keuangan internasional.
Teori ini barangkali tidak selalu terlihat tepat ketika dibandingkan dengan apa
yang akan terlihat dalam dunia nyata, namun teori-teori ini penting untuk memahami
bagaimana bisnis multinasional dilakukan dan didanai saat ini.
Kesalahan yang terjadi seringkali tidak terkait dengan teori itu sendiri,
melainkan dengan interpretasi dan penerapannya.
Teori paritas menyatakan bahwa jika suatu produk atas jasa yang serupa :
1. Dijual di dua pasar yang berbeda
2. Tidak ada restriksi atas penjualan
3. Biaya transportasi untuk memindahkan produk antar pasar sama besarnya.
Maka, harga produk atau jasa tersebut semestinya sama di kedua pasar yang ada.
Inilah yang disebut sebagai hukum satu harga (law of one price)
Prinsip utama pasar kompetitif adalah harga akan sama di semua pasar jika tidak
terdapat deviasi misanya biaya transportasi. Karenanya, jika membandingkan
komponen harga saja, maka akan seperti halnya melakukan konversi dari satu mata
uang ke mata uang lainnya, sebagai berikut :
P$ x S = P y
Yaitu, harga produk dalam dolar AS adalah (P$), kurs spot (S) dan harga dalam
Yen (P).
Jika hukum satu harga memang berlaku untuk seluruh barang dan jasa, maka
nilai tukar berdasarkan paritas daya beli (PPP) dapat ditemukan dengan menghitung
harga apa saja. Dengan membandingkan harga produk yang serupa dinyatakan dalam
mata uang yang berbeda, kurs nilai tukar riil dapat ditentukan, dengan catatan pasar
bersifat efisien. Ini yang disebut sebagai teori PPP absolut.
Pengujian empiris terhadap PPP dan hukum satu harga sudah dilakukan berkali kali,
namun masih belum dapat membuktikan bahwa PPP dapat secara akurat memprediksi
kurs nilai tukar di masa mendatang. Dua kesimpulan umum yang dapat diambil dari
pengujian yang dilakukan adalah :
1. PPP Cukup akurat untuk periode waktu yang sangat panjang, namun tidak akurat
untuk periode jangka pendek, dan
2. Teori ini berlaku dengan lebih baik untuk Negara Negara dengan karakteristik
inflasi yang relative tinggi dan pasar modal yang belum maju.
Mata uang suatu Negara perlu untuk dibandingkan dengan mata uang lain untuk
menentukan daya beli relative. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah kurs nilai
tukar suatu mata uang “overvalued” atau “undervalued” dilihat dari aspek PPP. Hal ini
dilakukan melalui pehitungan indeks kurs nilai tukar, seperti yang disebut Indeks kurs
nilai tukar efektif. Salah satu hal yang menimbulkan deviasi terhadap indeks nilai tukar
efektif riil suatu Negara adalah adanta exchange rate pass – through yang tidak lengkap.
Meskipun PPP menyatakan bahwa seluruh perubahan kurs nilai tukar merupakan
kelanjutan dari ekuivalen perubahan harga dengan para mitra dagang, riset empiris pada
tahun 1980-an telah mempertanyakan asumsi yang lama diyakini ini. Sebagai contoh,
sebuah perusahaan mobil dapat saja melakukan penyesuaian harga mobil yang dijual
di suatu Negara asing jika kurs nilai tukar yang ada mengubah struktur biaya produsen
mobil tersebut jika dibandingkan dengan produsen dari Negara lain.
Efek fisher menyatakan bahwa suku bunga nominal di masing – masing Negara
sama dengan tingkat pengembalian yang diinginkan ditambah dengan kompensasi
untuk ekspektasi inflasi. Hal ini dapat dilihat dari persamaan berikut ini :
i = r + E(P)
Yaitu : i = tingkat suku bunga nominal, r = suku bunga riil, dan E(P) = Ekspektasi
inflasi.
Pengujian empiris terhadap laju inflasi (secara ex-post) telah menunjukkan
bahwa efek fisher umumnya timbul terhadap sekuritas pemerintah jangka pendek
(seperti surat perbendaharaan atau surat utang-treasury biils dan notes). Hubungan
antara presentase perubahan kurs spot dalam beberapa periode waktu dan selisih antara
suku bunga pada pasar modal nasional berbeda yang dibandingkan disebut sebagai Efek
Fisher Internasional.
“Fisher-Open” demikian istilahnya, menyatakan bahwa kurs spot akan berubah
dalam besaran yang sama namun berkebalikan arah, terhadap selisih suku bunga antar
dua Negara.
S1 – S2
Yaitu is and iY masing masing merupakan suku bunga nasional dan S merupakan kurs
nilai tukar dengan menggunakan kuotasi tidak langsung (Y.$).
Penjelasan terhadap efek fisher internasional adalah bahwa investor harus
mendapatkan imbalan atau pinalti untuk mengimbangi ekspektasi perubahan kurs nilai
tukar.
Untuk Teori paritas Suku Bunga menjelaskan keterkaitan antara pasar valuta
asing dan pasar uang internasional. Teori ini menjelaskan bahwa “perbedaan antara
suku bunga nasional untuk sekuritas yang memiliki risiko dan jatuh tempo yang serupa
memiliki besaran yang sama, namun berkebalikan arah, dengan tingkat diskonto atau
premium forward untuk mata uang asing, dengan tidak memasukkan biaya transaksi.
Deviasi dari arbitrase suku bunga terlindungi dikenal sebagai Uncovered
Interest Arbitrage (UIA). Dalam kasus ini, investor meminjam di Negara dan dalam
mata uang yang mengindikasikan suku bunga yang jauh lebih tinggi. Transaksi ini
disebut sebagai “tidak terlindungi/uncovered” karena investor tidak menjual forward
mata uang yang menghasilkan imbalan lebih tinggi dan memilih untuk tetap tidak
terlindungi, dengan menerima risiko mata uang melalui penukaran mata uang yang
menghasilkan mata uang yang lebih rendah hasilnya pada akhir periode.
Sejumlah pengamat meyakini bahwa kurs nilai tukar forward dapat meramalkan
tanpa bias kurs spot nilai tukar di masa mendatang. Bila ini benar terjadi, maka dapat
dikatakan bahwa distribusi kurs spot actual yang akan terjadi di masa depan terpusat
pada kurs forward. Prediksi tanpa bias secara sederhana berarti bahwa secara rata-rata
kurs forward mengestimasi kurs spot actual di masa mendatang secara lebih sederhana
dan kurang frekuensi dan besaran yang sama.
Contoh PPP :
Mata uang asal mengalami inflasi sebesar 5%, sementara inflasi atas mata uang
asing adalah 3% . Berdasarkan PPP, nilai mata uang asing akan berubah sebagai
berikut:
1+𝐼ℎ
Ef = −1
1+𝐼𝑓
1+0,05
= − 1 = 0,0194 𝑎𝑡𝑎𝑢 1,94%
1+0,03
Maka dari perhitungan diatas, mata uang asing harus terapresiasi sebesar 1,94%
sebagai akibat dari inflasi pada negara asal yang lebih tinggi dibandingkan
inflasi negara asing.
Mata uang asal mengalami inflasi 4% sementara negara asing mengalami inflasi
sebesar 7%. Sesuai PPP mata uang asing akan mengalami penyesuaian sebagai
berikut:
1+0,04
Ef = 1+0,07 − 1 = −0,028 𝑎𝑡𝑎𝑢 − 2,8%
Maka dari perhitungan diatas , mata uang asing akan terdepresiasi sebesar 2,8
akibat dari inflasi negara asing yang lebih tinggi terhadap inflasi negara asal.
Kondisi ini tidak berarti teori-teori yang dijelaskan tidak lagi bermanfaat.
Sebaliknya relevansi asumsi yang mendasari teori yang perlu diperkuat. Beberapa
contoh seperti Krisis Asia 1997 ataupun krisis di Argentina yang menunjukkan efek
psikologis dan penularan berperan besar dalam pasar valas.
1. Eksposur transaksi
2. Eksposur translasi
Contoh :
Eksposur transaksi
Miami Co menjalankan bisnis international dalam empat mata uang. Tujuannya
pertama-tama adalah mengukur eksposur atas tiap mata uang untuk kuartal
berikut lalu mengestimasi arus kas konsolidasi untuk satu kuartal ke depan.
Miami memperkirakan arus kas masuk dalam dollar kanada adalah
C$2.000.000 selama kuartal berikut. Karenanya Miami memperkirakan arus kas
bersih sebesar C$10.000.000, dengan mempertimbangkan kurs akhir kuartal
sebesar $0,80 , miami dapat mengonversi taksiran arus kas masuk dalam dollar
kanada menjadi taksiran arus kas masuk sebesar $8000.000 (dihitung
$10.000.000 x 0,80).
Eksposur translasi
Locus Co dan Canton Co masing-masing memperoleh 30% penjualannya dari
negara lain. Perbedaannya, locus Co menghasilkan seluruh bisnis
internationalnya dari mengekspor sementara Zeuss memiliki anak perusahaan
besar di Meksiko yang melakukan seluruh bisnis internasionalnya. Locus tidak
terkena eksposur translasi (meskipun terkena dampak eksposur ekonomi)
sementara Zeuss memiliki eksposur translasi yang cukup besar.
Lindung nilai adalah pengambilan posisi dengan mengambil arus kas, aset atau
kontrak (termasuk forward) yang nilainya akan naik turun dan mengimbangi turun naik
nilai posisi yang ada saat ini. Lindung nilai dapat melindungi pemilik aset dari kerugian,
namun juga dapat menghilangkan keuntungan dari kenaikan nilai aset yang dilindung
nilai. Para pendukung aktivitas lindung nilai menyebutkan alasannya sebagai berikut:
Keempat laternatif ini dapat diterapkan untuk piutang usaha atau utang usaha
1. Lindung nilai forward meliputi kontrak forward atau futures dan sumber
dana untuk memenuhi kontrak tersebut.
2. Lindung nilai pasar uang juga melibatkan kontrak dan sumber dana untuk
memenuhi kontrak tersebut
3. Lindung nilai pada pasar opsi memungkinkan perusahaan untuk turut
menikmati setiap potensi kenaikan nilai yang terkait dengan posisi yang
diambil, namun membatasi resiko penurunan .
Fungsi divisi treasury di suatu perusahaan privat, yaitu bagian yang secara khusus
bertanggung jawab untuk manajemen eksposur transaksi, biasanya diperlakukan
sebagai pusat biaya (cost center). fungsi treasury tidak diharapkan untuk menambah
keuntungan bagi perusahaan. Manajer risiko keuangan diharapkan untuk bersikap
konservatif dalam menghadapi kesalahan ketika mengelola uang perusahaan.
Perusahaan harus memutuskan eksposur manakah yang hendak dilindung nilai: