Anda di halaman 1dari 14

NAMA : BILQIS RATU ZHABRINA

NIM : A31114326

CHAPTER 6
“PEKERJAAN LAPANGAN I”

A. Proses dan Tujuan Pekerjaan Lapangan (Field Work)


Field work / pekerjaan lapangan adalah suatu proses yang dilakukan secara sistematis
dalam mengumpulkan bukti audit yang objektif mengenai operasi/kegiatan yang diaudit,
kemudian mengevaluasinya untuk (1) memastikan bahwa operasi/kegiatan tersebut sesuai
dengan standar/kriteria yang dapat diterima dan dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, serta ; (2) menyediakan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan
oleh manajemen.
Tujuan pekerjaan lapangan adalah untuk membantu pemberian keyakinan prosedur-
prosedur audit yang ada di program audit, sesuai tujuan audit. Tujuan audit tidak sama
dengan tujuan operasi, tetapi tujuan audit terkait dengan tujuan operasional.

B. Pembuatan Strategi untuk Melakukan Pekerjaan Lapangan


Persiapan pekerjaan lapangan membutuhkan perhatian dan perencanaan yang sama
seperti saat persipan audit keseluruhan. Pekerjaan lapangan dilakukan setelah survey
pendahuluan diselesaikan dan program audit disiapkan. Seluruh bukti audit yang diperoleh
selama pekerjaan lapangan didokumentasikan dalam kertas kerja audit. Bagian-bagian dari
rencana strategis akan mencakup :
1. Kebutuhan dan Persyaratan Pegawai
Untuk menentukan jumlah dan kualifikasi pegawai yang akan melaksanakan audit.
2. Kebutuhan sumber daya luar
Jika pegawai intern tidak ada yang memiliki keahlian yang special, maka harus
menggunakan sumber daya luar.
3. Pengelolaan staf audit
Pengelolaan staf audit tergantung dari kompleksitas pekerjaan dan kebutuhan rentang
atas kontrol.
4. Wewenang dan tanggung jawab
Terkait dengan struktur perintah dalam tim audit.
5. Struktur pekerjaan lapangan
Disini program audit direncanakan sebagai berurutan. Rangkaian aktifitas terkait satu
sama lain dalam menjamin alur pekerjaan
6. Waktu pelaksanaan pekerjaan lapangan
Penentuan waktu kerja lapanganm dan estimasinya harus mempertimbangkan aspek
administrative. Estimasi tersebut didasarkan pada pengalaman dan standar operasional
dari tipe audit.
7. Metode pekerjaan lapangan
Metode yang umum digunakan (sebagai prosedur audit) / teknik pengujian dalam
melaksanakan pekerjaan lapangan ada 6 yaitu :
1) Observasi
2) Konfirmasi (pada teknik pengujian digunakan kuesioner/interview)
3) Verifikasi
4) Investigasi
5) Analysis
6) Evaluasi
8. Metode pendokumentasian
Akumulasi bukti dan persiapan kertas kerja.
9. Penyiapan laporan
Rancangan laporan audit biasanya ditentukan pada awal proses audit
10. Rencana Kontijensi
Ada kemungkinan sangat sedikit kegiatan yang dilanjutkan seperti yang direncanakan,
Maka dari itu perlu ada rencana kontijensi, bahakan untuk kemungkinan yang terburuk.
Strategi audit merupakan bagian integral dari proses perencanaan, berlaku untuk semua
organisasi audit apapun ukurannya. Pada organisasi berskala kecil, aspek yang berhubungan
dengan staf seperti pengorganisasian staf, wewenang dan tanggung jawab, serta kebutuhan
pegawai penerapan yang minimum.
C. Bagian-bagian Pekerjaan Lapangan
Tujuan-tujuan Audit :
a. Tujuan operasi adalah hasil dicari oleh manajer operasi.
b. tujuan audit yang kunci untuk tujuan operasi, tetapi mereka memiliki tujuan yang
berbeda.
c. prosedur operasi yang dirancang untuk melihat bahwa tujuan operasi akan dicapai
prosedur audit adalah sarana yang auditor memenuhi tujuan audit.

D. Bukti Audit
Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas
laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit.
Ukuran keabsahan (validity) bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung pada pertimbangan
auditor independen, dalam hal ini bukti audit (audit evidence) berbeda dengan bukti hukum
(legal evidence) yang diatur secara tegas oleh peraturan yang ketat. Bukti audit sangat
bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam
rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. Relevansi, objektivitas,
ketepatan waktu, dan keberadaan bukti audit lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya
berpengaruh terhadap kompetensi bukti.
Standar dari audit evidence atau bukti audit harus memenuhi kriteria:
1. Sufficiency/Kecukupan
Kecukupan bukti audit lebih berkaitan dengan kuantitas bukti audit. Faktor yang
mempengaruhi kecukupan bukti audit terdiri dari:
a. Materialitas
Auditor harus membuat pendapat pendahuluan atas tingkat materialitas laporan
keuangan. Ada hubungan terbalik antara tingkat materialitas dan kuantitas bukti audit
yang diperlukan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin banyak kuantitas bukti
yang diperlukan.Tingkat materialitas yang ditentukan rendah berarti torelable
missunderstatement rendah. Rendahnya salah saji dapat ditoleransi menuntut auditor
untuk menghimpun lebih banyak bukti sehingga auditor yakin tidak ada salah saji
material yang terjadi.
b. Risiko audit
Rendahnya risiko audit berarti tingginya tingkat kepastian yang diyakini auditor
mengenai ketepatan pendapatnya. Tingginya tingkat kepastian tersebut menuntut
auditor untuk menghimpun bukti yang lebih banyak. Semakin rendah tingkat risiko
audit yang dapat diterima auditor, semakin banyak bukti audit yang diperlukan.
c. Faktor-Faktor Ekonomi
Auditor memilih keterbatasan sumber daya yang digunakan untuk memperoleh bukti
yang digunakan sebagai dasar yang memadai untuk memberikan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan. Pelaksanaan audit menghadapi kendala waktu dan biaya
dalam menghimpun bukti. Auditor harus memperhitungkan apakah setiap tambahan
biaya dan waktu untuk menghimpun bukti seimbang dengan keuntungan atau manfaat
yang diperoleh melalui kuantitas dan kuliatas bukti yang dihimpun.
d. Ukuran dan Karakteristik Populasi
Ada hubungan searah antara besarnya populasi dengan besar sampling yang harus
diambil dari populasi tersebut. Semakin besar populasinya, semakin besar jumlah
sampel bukti audit yang harus diambil dari populasinya. Karakteristik populasi
berkaitan dengan homogenitas atau variabilitas item individual yang menjadi anggota
populasi. Auditor memerlukan lebih banyak sampel atau informasi yang lebih kuat
atau mendukung atas populasi yang bervariasi anggotanya daripada populasi yang
seragam.
2. Competence/Kompetensi
Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit, terlepas bentuknya, harus sah dan
relevan. Keabsahan sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan pemerolehan
bukti tersebut. Dengan demikian penarikan kesimpulan secara umum mengenai dapat
diandalkannya berbagai macam bukti audit, tergantung pada pengecualian penting yang
ada. Namun, jika pengecualian yang penting dapat diketahui, anggapan berikut ini
mengenai keabsahan bukti audit dalam audit, meskipun satu sama lain tidak bersifat
saling meniadakan, dapat bermanfaat.
a. Apabila bukti dapat diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan, untuk tujuan
audit auditor independen, bukti tersebut memberikan jaminan keandalan yang lebih
daripada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri.
b. Semakin efektif pengendalian intern, semakin besar jaminan yang diberikan mengenai
keandalan data akuntansi dan laporan keuangan.
c. Pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui inspeksi fisik,
pengamatan, perhitungan, dan inspeksi lebih bersifat menyimpulkan dibandingkan
dengan yang diperoleh secara tidak langsung.
Kompetensi atau reliabilitas bahan bukti yang berupa catatan akuntansi berkaitan
erat dengan efektivitas pengendalian internal klien. Semakin efektif pengendalian intern
klien, semakin kompeten catatan akuntansi yang dihasilkan. Kompetensi bukti yang
berupa informasi penguat tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
a. Sumber
b. Ketepatan waktu
c. Objektifitas
3. Relevance/ Relevansi
Bukti yang relevan adalah bukti yang tepat digunakan untuk suatu maksud
tertentu.Sebagai contoh pengamatan fisik persediaan yang di auditor relevan digunakan
untuk menentukan keberadaan persediaan.Namun, pengamatan fisik persediaan tidak
relevan digunakan untuk menentukan apakah persediaan tersebut benar-benar dimiliki
perusahaan.

E. Jenis Bukti Audit


Bukti audit terdiri dari 7 jenis bukti:
1. Bukti Fisik (Physical Examination)
Bukti fisik banyak dipakai dalam verifikasi saldo berwujud terutama kas dan persediaan.
Bukti ini banyak diperoleh dalam perhitungan aktiva berwujud. Pemeriksaan langsung
auditor secara fisik terhadap aktiva merupakan cara yang paling objektif dalam
menentukan kualitas aktiva yang bersangkutan. Oleh karena itu, bukti fisik merupakan
jenis bukti yang paling bisa dipercaya.
2. Konfirmasi (Confirmation)
Konfirmasi merupakan proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi langsung dari
pihak ketiga sebagai jawaban atas permintaan informasi tentang unsur tertentu yang
berdampak terhadap asersi laporan keuangan. Konfirmasi merupakan bukti yang sangat
tinggi reliabilitasnya karena berisi informasi yang berasal dari pihak ketiga secara
langsung dan tertulis. Konfirmasi sangat banyak menghabiskan waktu dan biaya.
Ada tiga jenis konfirmasi yaitu:
a. Konfirmasi positif, merupakan konfirmasi yang respondennya diminta untuk
menyatakan persetujuan atau penolakan terhadap informasi yang ditanyakan.
b. Blank confirmation, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk
mengisikan saldo atau informasi lain sebagai jawaban atas suatu hal yang ditanyakan.
c. Konfirmasi negatif, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk
memberikan jawaban hanya jika ia menyatakan ketidaksetujuannya terhadap
informasi yang ditanyakan.
d. Dokumentasi (Documentation)
Bukti dokumenter merupakan bukti yang penting dalam audit. Menurut sumber dan
tingkat kepercayaan bukti, bukti dokumenter dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar dan dikirim kepada auditor secara
langsung.
2) Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor melalui
klien.
3) Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan oleh klien.
e. Prosedur Analitis (Analytical Procedures)
Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien dengan
anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti
analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam
laporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data
pembanding. Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara
laporan keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya.
f. Hitung Uji (Repeformance)
Bukti matematis diperoleh auditor melalui penghitungan kembali oleh auditor.
Penghitungan yang di auditor merupakan bukti audit yang bersifat kuantitatif dan
matematis. Bukti ini dapat digunakan untuk membuktikan ketelitian catatan
akuntansi klien.

g. Wawancara Kepada Klien (Inquiries)


Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi
dokumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim,
kemungkinan adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih.
Jawaban atas pertanyaan yang dinyatakan merupakan bukti lisan. Bukti lisan harus
dicatat dalam kertas kerja audit.
h. Observasi (Observation)
Penggunaan panca indra untuk menilai aktivitas tertentu. Bukti audit ini jarang
dipenuhi karena terdapat suatu resiko bahwa para karyawan klien yang terlibat dalam
aktivitas itu telah menyadari kehadiran auditor.

F. Audit SMART- Selective Monitoring and Assessment of Risks and Trends (Pengawasan
dan Penentuan Selektif atas Risiko dan Tren)
Konsep audit SMART dikembangkan oleh operasi audit pada Carolina Power and
Light, salah satu perusahaan publik terbesar di Amerika Serikat. Metode ini merupakan
gabungan penentuan risiko dan audit analitis. Hal ini dimaksudkan untuk mencerminkan
efektivitas sistem kontrol internal dan memungkinkan auditor untuk dengan segera
mengidentifikasi masalah-masalah potensial, tren yang tidak menguntungkan dan fluktuasi-
fluktuasi yang tidak normal. Metode ini menggunakan "indikator-indikator kunci" sebagai
elemen dasar proses audit. Terdapat empat tahap yaitu:
1. Pemilihan bidang-bidang kunci untuk pengawasan dan penentuan:
a. Risiko-risiko yang dihadapi organisasi
b. Lingkungan kontrol (lemah)
c. Perubahan atau inisiatif baru
d. Bidang-bidang masalah yang diketahui
e. Kemampuan menggunakan teknik audit berbantuan komputer secara efektif dari
segi biaya
f. Kualitas informasi
g. Likuiditas aset / potensi kecurangan
h. Kontrak-kontrak utama.
i. Manajemen (kekuatan dan fokus)
j. Pengawasan aktivitas oleh yang lain

2. Pengembangan indikator-indikator kunci untuk pengawasan dan penentuan:


a. Penuh makna
b. Tepat waktu
c. Sensitivitas
d. Keandalan
e. Dapat diukur
f. Praktis
3. Implementasi. Melaksanakan rencana audit, termasuk peninjauan informasi dan
kegiatan tindak lanjut jika diperlukan.
4. Pemeliharaan teknik-teknik audit SMART
a. Penugasan aktivitas-aktivitas audit SMART ke masing-masing anggota tim
b. Mengupayakan pendokumentasian yang layak dan penyimpanan tersentralisasi
c. Evaluasi periodik atas aktivitas audit
d. Pertimbangan penggunaannya selama proses perencanaan audit tahunan
Carolina Power and Light mengemukakan hasil dari inovasi ini berupa efektivitas biaya
yang mendukung proses audit internal tradisional. Berikut ini manfaat-manfaat utamanya:
a) Meningkatkan penggunaan metode-metode audit terbatas;
b) Meningkatkan upaya audit;
c) Memperbanyak audit yang efektif;
d) Identifikasi masalah secara tepat waktu;
e) Meningkatkan deteksi kecurangan; dan
f) Meningkatkan perencanaan audit tahunan.

G. Pengukuran Kinerja
Agar pemeriksaan menjadi berarti, auditor melihat satuan pengukuran untuk menjadi
standar. Sebuah contoh pemeriksaan rutin berikut ini mengilustrasikan konsep pengukuran
audit. Anggaplah auditor ingin mengevaluasi kecepatan penerimaan dan inspeksi bahan baku
yang dibeli. Kecepatan berarti untuk pengukurannya adalah jam atau hari. Tingkat standar
per unit waktu bisa jadi:
1. apa yang dipandang layak diterima oleh manajemen, seperti yang dinyatakan dalam
instruksi-instruksi operasi;
2. kebutuhan departemen produksi seperti yang dinyatakan dalam jadwal produksi; atau
3. beberapa kriteria logis lainnya yang berkaitan dengan tujuan organisasi.

H. Pengujian, Penilaian, Dan Evaluasi Bukti Audit


1. Pengukuran
Pengukuran melalui perbandingan dengan standar merupakan satu dari dua tahap
pekerjaan lapangan. Setelah pengukuran dilakukan, auditor internal kemudian harus
mengevaluasi temuan-temuan mereka untuk mencapai pertimbangan profesional. Auditor
internal membuat penilaian dan melakukan evaluasi tentang isu-isu audit dan memenuhi
tujuan audit mereka melalui review terperinci terhadap sesuatu yang disebut sebagai bukti
audit.
Evaluasi dimaksudkan untuk mencapai pertimbangan yang benar secara matematis,
dan untuk menyatakan pertimbangan tersebut dalam hal apa yang diketahui. Evaluasi
jarang digunakan untuk menentukan nilai moneter, tetapi lebih pada menentukan hal-hal
lain seperti misalnya ketepatan waktu suatu proses atau akurasi matematisnya, atau
akurasi dalam pemeriksaan penerimaan.
Karena auditor internal menerapkan standar operasional di sepanjang pekerjaan
lapangannya, maka auditor internal seharusnya tidak gagal dalam mengevaluasi standar
itu sendiri. Kenyataan bahwa standar telah ditetapkan dan disetujui sebagai kriteria
kinerja yang baik tidak berarti standar tersebut tidak bisa dinilai ulang. Standar yang
dibuat kemarin belum tentu bisa diterapkan lagi hari ini. Perubahan kondisi mungkin
membutuhkan hukum, kontrak, regulasi, prosedur, atau instruksi yang baru atau yang
direvisi. Standar juga harus dievaluasi kelayakan dan kecukupannya dalam mengukur
kemajuan terhadap tujuan dan sasaran organisasi.
2. Aspek-aspek Operasi
Pengukuran yang dilakukan auditor internal biasanya akan diarahkan ke tiga aspek
yaitu kualitas, biaya, dan jadwal. Contoh yang sederhana, misalkan auditor sedang
memeriksa atas operasi pembelian. Termasuk dalam pengukurannya adalah:
a. Kualitas
Tentukan apakah pesanan pembelian telah disetujui dengan semestinya dan semua
spesifikasi dan persyaratan yang dibutuhkan. Tentukan apakah perubahan dalam
spesifikasi telah diserahkan kepada pemasok.
b. Biaya
Tentukan apakah daftar para pemasok yang memberi penawaran telah
disetujui departemen pembelian. Tentukan apakah penawaran kompetitif digunakan
sebisa mungkin.

c. Jadwal
Tentukan apakah tanggal saat barang dibutuhkan tercantum dalam pesanan
pembelian apakah tanggal tersebut sesuai dengan yang diminta oleh organisasi
pengguna. Tentukan apakah pegawai departemen pembelian secara rutin mengingatkan
pemasok agar barang diperoleh tepat waktu.
3. Pengujian
Auditor mencapai tujuan audit melalui proses yang dikenal sebagai pengujian.
Pengujian berarti menempatkan aktivitas atau transaksi dalam percobaan dengan memilih
beberapa bukti dan menentukan kualitas atau karakteristik bawaan mereka. Bagi auditor
internal, pengujian berarti pengukuran hal-hal yang representatif dan perbandingan
hasilnya dengan standar atau kriteria yang ditetapkan. Tujuan dari pengujian ini adalah
untuk memberi auditor dasar bagi pembentukan opini audit.
Pengujian audit terdiri dari metode pemeriksaan, perbandingan, analisis, dan evaluasi
data, materi, dan transaksi berdasarkan beberapa jenis standar atau kriteria. Secara khusus
tujuan proses pengujian adalah untuk menentukan:
1. Validitas, yaitu kelayakan, keaslian, dan kewajaran
2. Akurasi, yaitu kuantitas, kualitas, dan kualifikasi
3. Ketaatan dengan prosedur, regulasi, hukum yang berlaku, dan lain-lain
4. Kompetensi kontrol, yaitu tingkat kenetralan risiko
Pengujian harus bertanggung jawab untuk memenuhi satu atau lebih tujuan-tujuan di
atas, tergantung pada arahan, baik implisit maupun eksplisit, yang dinyatakan organisasi
audit dalam membuat penugasan proyek audit. Gampangnya, pengujian dilakukan untuk
menentukan apakah sesuatu telah sesuai dengan apa yang seharusnya.

4. Teknik-teknik Pemeriksaan Transaksi-transaksi atau Proses Terpilih


Auditor memeriksa dokumen, transaksi, kondisi, dan proses untuk mendapatkan
fakta-fakta dan kesimpulan. Istilah pemeriksaan mencakup baik pengukuran maupun
evaluasi. Auditor memiliki banyak teknik untuk membantu mereka mencapai tujuannya.
Yang belum jelas hanyalah disebut apa teknik-teknik tersebut di antara para auditor.
Teknik-teknik tersebut dikelompokkan dalam enam judul yang dapat menuntun auditor
dari awal hingga akhir pekerjaan lapangan.
Definisi dari setiap judul hanya relevan untuk pemeriksaan audit dan bukan untuk
penggunaan umum. Enam bentuk pekerjaan lapangan, lima teknik pertama bisa dianggap
sebagai bagian dari proses pengukuran. Teknik terakhir mengevaluasi, memberi makna
pada informasi yang dikumpulkan auditor. Berikut adalah teknik-teknik tersebut:
a. Mengamati/Observasi
Observasi berarti melihat, memperhatikan, dan tidak melewatkan hal-hal yang
dianggap penting. Observasi juga berarti pemeriksaan visual yang memiliki tujuan,
memiliki nuansa perbandingan dengan standar, dan suatu pandangan yang evaluatif.
Observasi penting untuk dilakukan dan biasanya diterapkan sebelum teknik-teknik
lainnya. Biasanya observasi harus dikonfirmasi kebenarannya dengan melakukan
analisis atau investigasi.
b. Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan selama proses audit bisa secara lisan maupun tertulis.
Pertanyaan lisan umumnya yang paling sering digunakan namun mungkin yang paling
sulit untuk dikemukakan. Pertanyaan tertulis biasanya merujuk pada prosedur-prosedur
yang sudah ada untuk menentukan apakah prosedur-prosedur tersebut sudah relevan,
valid, selalu diperbarui, dan ditaati.
c. Menganalisis
Menganalisis berarti memeriksa secara rinci. Artinya kita memecah entitas yang
kompleks ke dalam bagian-bagian kecil untuk menentukan karakteristik yang
sebenarnya. Menganalisis juga berarti melihat lebih dalam beberapa fungsi, aktivitas,
atau sekelompok transaksi dan menentukan hubungannya masing-masing. Analisis
dimaksudkan untuk mengetahui kualitas, penyebab, dampak, motif, dan kemungkinan-
kemungkinan yang seringkali dapat menjadi fasilitator bagi penelitian selanjutnya atau
sebagai dasar pertimbangan.
d. Memverifikasi
Memverifikasi berarti mengonfirmasi kebenaran, akurasi, keaslian, atau validitas atas
suatu bukti audit. Cara ini paling sering digunakan untuk mendapatkan kebenaran fakta
atau rincian dalam suatu akun atau laporan. Hal ini mengimplikasikan upaya yang
disengaja untuk menentukan akurasi atau validitas suatu laporan atau tulisan dengan
mengujinya, seperti membandingkannya dengan fakta yang diketahui, dengan data
asli, atau dengan suatu standar.
e. Menginvestigasi
Auditor bisa menginvestigasi, tapi menginvestigasi berbeda dengan mengaudit. Audit
mengandung objektivitas, sedangkan investigasi berarti berupaya mencari bahan bukti
atas terjadinya kesalahan. Sawyer mengartikan investigasi sebagai cara menangani
suatu kondisi yang mencurigakan.
f. Mengevaluasi
Evaluasi, dalam audit, artinya menimbang apa yang telah dianalisis dan menentukan
kecukupan, efisiensi, dan efektivitasnya. Evaluasi mencerminkan kesimpulan yang
dihasilkan auditor berdasarkan fakta-fakta yang telah dikumpulkan. Evaluasi
mengimplikasikan pertimbangan profesional, dan merupakan rangkaian yang berjalan
melewati keseluruhan proses audit. Pada tahap awal pemeriksaan audit, auditor harus
mengevaluasi risiko-risiko yang akan terjadi, diantaranya risiko audit (risiko
menghilangkan suatu aktivitas dari rencana audit, dibandingkan dengan biaya
pemeriksaannya). Dalam program audit, auditor harus mengevaluasi perlunya
pengujian rinci sebagai pengganti survei atau penelusuran. Dalam prosedur
pengambilan sampel, auditor harus mengevaluasi ketepatan dan tingkat keyakinan
yang dibutuhkan untuk mencapai keandalan sampel yang auditor yakin dibutuhkan.
Karena auditor membandingkan transaksi dengan standar dan menemukan
penyimpangannya, mereka harus mengevaluasi tingkat signifikansi dari penyimpangan
tersebut dan menentukan apakah tindakan perbaikan diperlukan.

5. Pengumpulan Bukti Audit yang Tepat


Pengumpulan bukti audit yang tepat diperoleh melalui proses sampling audit.
Sampling audit terdiri dari dua jenis, yaitu statistik dan nonstatistik. Sampling statistik
adalah metode matematika yang berbasis pada pemilihan item perwakilan yang
mencerminkan karakteristik dari seluruh populasi. Dengan menggunakan hasil tes audit
item sampel statistik, auditor internal dapat menyatakan pendapat atas seluruh kelompok.
Sampling nonstatistik, disebut juga judgmental sampling, tidak didukung oleh teori
matematika dan tidak memungkinkan auditor untuk menyatakan pendapat statistik yang
tepat pada seluruh populasi. Namun, sampling nonstatistik atau judgmental sampling
sering merupakan alat audit yang berguna pula.
6. Penilaian Audit dan Teknik Evaluasi
Auditor internal tidak boleh mencoba untuk menarik kesimpulan untuk seluruh
populasi yang didasarkan pada sampel terbatas. Untuk mengembangkan kesimpulan audit
atas data, auditor internal memerlukan proses dimana mereka harus:
a) Memahami total populasi dari item yang diperhatikan dan mengembangkan rencana
pemilihan sampel dari populasi.
b) Menarik sampel dari populasi yang didasarkan pada rencana pemilihan sampel.
c) Mengevaluasi item sampel terhadap tujuan audit.
d) Mengembangkan kesimpulan untuk seluruh populasi berdasarkan hasil sampel audit.

DAFTAR PUSTAKA

Moeller, Robert R. 2009. Brink’s Modern Internal Auditing, Edisi 7. New Jersey: John
Wiley & Sons, Inc, Hoboken.
Sawyer, Lawrence, at all. 2005. Sawyer’s Internal Auditing. Florida : The Institute of
Internal Auditors.

Anda mungkin juga menyukai