Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ASKEP
JIWA RETARDASI MENTAL.
Tujuan penulisan ini untuk mengetahui dan mempelajari tentang asuhan
keperawatan jiwa dan mengetahui gangguan ratardasi mental.
Dalam penyusunan askep ini, kami mendapatkan banyak pengarahan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami dan semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan askep ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan
di masa mendatang.

Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan terutama dalam bidang keperawatan dan semua pihak yang
membacanya.

Surabaya, 8 Februari 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang


besar terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian
retardasi mental berat sekitar 0,3% dari seluruh populasi dan hampir 3%
mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka
tidak bias dimanfaatkan karena 0,1% dari anak-anak ini memerlukan
perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya.(Swaiman KF,
1989).
Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di
indonesia 1-3 persen penduduknya menderita kelainan ini. Insidennya sulit di
ketahui karena retardasi metal kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-
anak usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden
tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun.
Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan
dengan perempuan.
Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan
bagi keluarga dan masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan
dan pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil.

1.2 Tujuan

1. Untuk mempelajari definisi tentang retardasi mental


2. Mempelajari faktor-faktor penyebab retasdasi mental
3. Mengetahu asuhan keperawatan pada klien retardasi mental
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensia yang kurang


(subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak).
Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan,
tetapi gejala utama pada retardasi mental ialah intelegensi yang terbelakang
atau keterbelakangan mental. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo
= kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental.
Retardasi mental dapat didefinisikan sebagai keterbatasan dalam
kecerdasan yang mengganggu adaptasi normal terhadap lingkungan.
Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi
(WHO)
Retardasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fs.
Intelektual berada dibawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah
usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial
(D.S.M/Budiman M, 1991).

2.2 Etiologi

Penyebab kelainan mental ini adalah faktor keturunan (genetik) atau tak
jelas sebabnya (simpleks). Keduanya disebut retardasi mental primer.
Sedangkan faktor sekunder disebabkan oleh faktor luar yang berpengaruh
terhadap otak bayi dalam kandungan atau anak-anak.

Retardasi mental menurut penyebabnya, yaitu :


 Akibat infeksi atau intoksikasi. Dalam Kelompok ini termasuk keadaan
retardasi mental karena kerusakan jaringan otak akibat infeksi intrakranial,
karena serum, obat atau zat toksik lainnya.
 Akibat rudapaksa atau disebabkan fisik lain. Rudapaksa sebelum lahir
serta juga trauma lain, seperti sinar x, bahan kontrasepsi dan usaha
melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainan dengan retardasi mental.
Rudapaksa sesudah lahir tidak begitu sering mengakibatkan retardasi
mental.
 Akibat gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi. Semua retardasi
mental yang langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme (misalnya
gangguan metabolime lemak, karbohidrat dan protein), pertumbuhan atau
gizi termasuk dalam kelompok ini.
 Ternyata gangguan gizi yang berat dan yang berlangsung lama sebelum
umur 4 tahun sangat memepngaruhi perkembangan otak dan dapat
mengakibatkan retardasi mental. Keadaan dapat diperbaiki dengan
memperbaiki gizi sebelum umur 6 tahun, sesudah ini biarpun anak itu
diberikan makanan bergizi, intelegensi yang rendah itu sudah sukar
ditingkatkan.
 Akibat penyakit otak yang nyata (postnatal). Dalam kelompok ini
termasuk retardasi mental akibat neoplasma (tidak termasuk pertumbuhan
sekunder karena rudapaksa atau peradangan) dan beberapa reaksi sel-sel
otak yang nyata, tetapi yang belum diketahui betul etiologinya (diduga
herediter). Reaksi sel-sel otak ini dapat bersifat degeneratif, infiltratif,
radang, proliferatif, sklerotik atau reparatif.
 Akibat penyakit/pengaruh pranatal yang tidak jelas. Keadaan ini diketahui
sudah ada sejak sebelum lahir, tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk
anomali kranial primer dan defek kogenital yang tidak diketahui sebabnya.
 Akibat kelainan kromosom. Kelainan kromosom mungkin terdapat dalam
jumlah atau dalam bentuknya. Hal ini mencakup jumlah terbesar dari
penyebab genetic dan paling sering adalah trisomi yang melibatkan
kromosom tambahan, misalnya 47 dibandingkan keadaan normal sebesar
46. Kelainan kromosom seks, seperti sindroma Klinefeker (XXY),
sindroma Turner dan berbagai mosaic, dapat juga berkaitan dengan
retardasi mental.
 Akibat prematuritas. Kelompok ini termasuk retardasi mental yang
berhubungan dengan keadaan bayi pada waktu lahir berat badannya
kurang dari 2500 gram atau dengan masa hamil kurang dari 38 minggu
serta tidak terdapat sebab-sebab lain seperti dalam sub kategori sebelum
ini.
 Akibat gangguan jiwa yang berat. Untuk membuat diagnosa ini harus jelas
telah terjadi gangguan jiwa yang berat itu dan tidak terdapat tanda-tanda
patologi otak.
 Akibat deprivasi psikososial. Retardasi mental dapat disebabkan oleh fakor
– faktor biomedik maupun sosiobudaya.

2.3 Manifestasi klinis

Retardasi mental bukanlah suatu penyakit walaupun retardasi mental


merupakan hasil dari proses patologik di dalam otak yang memberikan
gambaran keterbatasan terhadap intelektual dan fungsi adaptif. Retardasi
mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik
lainnya. Hasil bagi intelegensi (IQ = “Intelligence Quotient”) bukanlah
merupakan satusatunya patokan yang dapat dipakai untuk menentukan berat
ringannya retardasi mental. Sebagai kriteria dapat dipakai juga kemampuan
untuk dididik atau dilatih dan kemampuan sosial atau kerja. Tingkatannya
mulai dari taraf ringan, sedang sampai berat, dan sangat berat.

Klasifikasi retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :


1. Retardasi mental berat sekali IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 %
dari orang yang terkena retardasi mental.
2. Retardasi mental berat IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari
orang yang terkena retardasi mental.
3. Retardasi mental sedang IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari
orang yang terkena retardasi mental.
4. Retardasi mental ringan IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari
orang yang terkena retardasi mental. Pada umunya anak-anak dengan
retardasi mental ringan tidak dikenali sampai anak tersebut menginjak
tingkat pertama atau kedua disekolah.

Tingkat Kisaran IQ Kemampuan Usia Kemampuan Usia Kemampuan Masa


Prasekolah Sekolah Dewasa
(sejak lahir-5 tahun) (6-20 tahun) (21 tahun keatas)
Ringan 52-68  Bisa membangun  Bisa Biasanya bisa
kemampuan mempelajari mencapai
sosial & pelajaran kelas kemampuan kerja &
komunikasi 6 pada akhir bersosialisasi yg
 Koordinasi otot usia belasan cukup, tetapi ketika
sedikit terganggu tahun mengalami stres
 Seringkali tidak  Bisa sosial ataupun
terdiagnosis dibimbing ke ekonomi,
arah pergaulan memerlukan bantuan
sosial
 Bisa dididik
Moderat 36-51  Bisa berbicara &  Bisa  Bisa memenuhi
belajar mempelajari kebutuhannya
berkomunikasi beberapa sendiri dengan
 Kesadaran sosial kemampuan melakukan
kurang sosial & pekerjaan yg
 Koordinasi otot pekerjaan tidak terlatih atau
cukup  Bisa belajar semi terlatih
bepergian dibawah
sendiri di pengawasan
tempat-tempat  Memerlukan
yg dikenalnya pengawasan &
dengan baik bimbingan ketika
mengalami stres
sosial maupun
ekonomi yg
ringan
Berat 20-35  Bisa  Bisa berbicara  Bisa memelihara
mengucapkan atau belajar diri sendiri
beberapa kata berkomunikasi dibawah
 Mampu  Bisa pengawasan
mempelajari mempelajari  Dapat melakukan
kemampuan kebiasaan beberapa
untuk menolong hidup sehat yg kemampuan
diri sendiri sederhana perlindungan diri
 Tidak memiliki dalam lingkungan
kemampuan yg terkendali
ekspresif atau
hanya sedikit
 Koordinasi otot
jelek
Sangat 19 atau  Sangat  Memiliki  Memiliki
berat kurang terbelakang beberapa beberapa
 Koordinasi koordinasi otot koordinasi otot &
ototnya sedikit  Kemungkinan berbicara
sekali tidak dapat  Bisa merawat diri
 Mungkin berjalan atau tetapi sangat
memerlukan berbicara terbatas
perawatan khusus  Memerlukan
perawatan khusus

PNP

Resiko Cedera Defisit perawatan diri

Agresifitas

Retardasi Mental

Ganggaun interaksi
sosial
Gangguan tumbang

Gangguan komunikasi
Kelainan kognitif
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

A. Tanda dan gejala :


 Mengenali sindrom seperti adanya DW atau mikrosepali
 Adanya kegagalan perkembangan yang merupakan indikator : RM
seperti anak RM berat biasanya mengalami kegagalan perkembangan
pada tahun pertama kehidupannya, terutama psikomotor; RM sedang
memperlihatkan penundaan pada kemampuan bahasa dan bicara,
dengan kemampuan motorik normal-lambat, biasanya terjadi pada
usia 2-3 tahun; RM ringan biasanya terjadi pada usia sekolah dengan
memperlihatkan kegagalan anak untuk mencapai kinerja yang
diharapkan.
 Gangguan neurologis yang progresif
 Tingkatan/klasifikasi RM (APA dan Kaplan; Sadock dan Grebb, 1994)
1. Ringan ( IQ 52-69; umur mental 8-12 tahun)
Karakteristik :
a. Usia presekolah tidak tampak sebagai anak RM, tetapi
terlambat dalam kemampuan berjalan, bicara , makan sendiri,
dll
b. Usia sekolah, dpt melakukan ketrampilan, membaca dan
aritmatik dengan pendidik khusus, diarahkan pada
kemampuan aktivitas sosial.
c. Usia dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan vokasional,
diperbolehkan menikah tidak dianjurkan memiliki anak.
Ketrampilan psikomotor tidak berpengaruh kecuali
koordinasi.
2. Sedang ( IQ 35- 40 hingga 50 - 55; umur mental 3 - 7 tahun)
Karakteristik :
a. Usia presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan
motorik, terutama bicara, respon saat belajar dan perawatan
diri.
b. Usia sekolah, dapat mempelajari komunikasi sederhana,
dasar kesehatan, perilaku aman, serta ketrampilan mulai
sederhana, Tidak ada kemampuan membaca dan berhitung.
c. Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu,
berpartisipasi dlm rekreasi, dapat melakukan perjalanan
sendiri ke tempat yang dikenal, tidak bisa membiayai sendiri.
3. Berat ( IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental < 3 tahun)
Karakteristik :
a. Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik,
kemampuan komunikasi sedikit bahkan tidak ada, bisa
berespon dalam perawatan diri tingkat dasar seperti makan.
b. Usia sekolah, gangguan spesifik dalam kemampuan berjalan,
memahami sejumlah komunikasi/berespon, membantu bila
dilatih sistematis.
c. Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang,
perlu arahan berkelanjutan dan protektif lingkungan,
kemampuan bicara minimal, meggunakan gerak tubuh.
4. Sangat Berat ( IQ dibawah 20-25; umur mental seperti bayi)
Karakteristik :
a. Usia prasekolah retardasi mencolok, fungsi Sensorimotor
minimal, butuh perawatan total.
b. Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area perkembangan,
memperlihatkan respon emosional dasar, ketrampilan latihan
kaki, tangan dan rahang. Butuh pengawas pribadi. Usia mental
bayi muda.
c. Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total,
biasanya diikuti dengan kelainan fisik.

B. Pemeriksaan fisik :
 Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
 Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan
cepat berubah
 Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
 Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping
melengkung ke atas, dll
 Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit
lebar/melengkung tinggi
 Geligi : odontogenesis yang tdk normal
 Telinga : keduanya letak rendah; dll
 Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
 Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
 Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari
gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
 Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll
 Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
 Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil
meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk

C. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan kromosom
 Pemeriksaan urin, serum atau titer virus
 Test diagnostik spt : EEG, CT Scan untuk identifikasi abnormalitas
perkembangan jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang
mengakibatkan perubahan.

3.2 Diagnosa

 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelainan fungsi kognitif


 Gangguan komunikasi verbal b.d kelainan fungsi kognitif
 Risiko cedera b.d. perilaku agresif/ketidakseimbangan mobilitas fisik
 Gangguan interaksi sosial b.d. kesulitan bicara /kesulitan adaptasi sosial
 Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak RM
 Defisit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik/kurangnya
kematangan perkembangan

3.3 Intervensi
 Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak
 Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi
perkembangan anak yang optimal.
 Berikan perawatan yang konsisten
 Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil
 Berikan intruksi berulang dan sederhana
 Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai anak
 Dorong anak melakukan perawatan sendiri
 Manajemen perilaku anak yang sulit
 Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok
 Ciptakan lingkungan yang aman

3.4 Implementasi

Pendidikan Pada Orangtua :


 Perkembangan anak untuk tiap tahap usia
 Dukung keterlibatan orangtua dalam perawatan anak
 Bimbingan antisipasi dan manajemen menghadapi perilaku anak yang
sulit
 Informasikan sarana pendidikan yang ada dan kelompok, dll

3.5 Evaluasi

 Anak berfungsi optimal sesuai tingkatannya


 Keluarga dan anak mampu menggunakan koping thd tantangan karena
adanya ketidakmampuan
 Keluarga mampu mendapatkan sumber-sumber sarana komunitas
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

 Retardasi mental dapat didefinisikan sebagai keterbatasan dalam


kecerdasan yang mengganggu adaptasi normal terhadap lingkungan.
 Retardasi mental menurut penyebabnya, yaitu akibat infeksi, ruda
paksa, gangguan metabolisme, penyakit otak post natal, gangguan gizi
yang berat dan berlangsung lama sebelum umur 4 tahun, pengaruh
penyakit pra natal yang tidak jelas, kelainan kromosom, prematuritas,
gangguan jiwa berat, deprifasi psikososial.
DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, Dwi Arifin, S. Kep. Asuhan Keperawatan Anak Dengan Retardasi


Mental, 09-03-2010.

Duniaqu, Keterbelakangan mental, 21-03-2010.

Medicafarma, Retardasi Mental, 18-03-2010.

Retardasi mental (RM) « Idmgarut’s Blog.htm, 21-03-2010.

Retardasi mental, Scribd, 12-03-2010.

Wong, L. Donna, 2005, Keperawatan Pediatrik, Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai