Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkah,


rahmat, dan hidayahnya saya dapat menyusun makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN PASIEN DEPRESI ” untuk melengkapi tugas
mata kuliah keperawatan JIWA II

Dengan selesainya makalah ini, saya mengucapkan banyak terima kasih


kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini. Saya
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saya
sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya
khususnya bagi para pembaca.

Surabaya, 8 Februari 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU
Kesehatan No. 23 th 1992 ). Sedangkan kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari
seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain (UU
No. 3 th 1966 pasal 1 ).

Dengan melihat kedua definisi diatas dapat ditarik kesimpulan diantaranya


mengenai jiwa yang merupakan bagian integral dari bagian lainnya baik fisik,
sosial maupun ekonomi. Dan ketika seseorang dalam pertumbuhan dan
perkembangannya tidak optimal baik fisik, intelektual dan emosionalnya dalam
keselarasan dengan orang lain maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut
mengalami kelainan jiwa.

Dalam kenyataannya, ada individu yang mampu mencapai derajat kesehatan


secara optimal sehingga bisa selaras dan beradaptasi dengan lingkungannya.
Namun terdapat pula individu yang tidak mampu mencapai derajat kesehatan
secara optimal dalam pertumbuhan dan perkembangannya sehingga terjadilah
konflik dalam dirinya dan dengan ketidakmampuannya tersebut membawa
dampak pada kelainan jiwa.

1.2 Rumusan Masalah


2.1 Pengertian Depresi
2.2 Rentang respon Emosional
2.3 Jenis – jenis tingkatan Depresi
2.4 Penyebab Depresi
2.5 Gejala – gejala Depresi
2.6 Dampak Depresi
2.7 Pencegahan Depresi
2.8 Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya Depresi
2.9 Penatalaksanaan Depresi

1.3 Tujuan
3.1 Untuk Mengetahui pengertian dari Depresi
3.2 Untuk Mengetahui Rentang respon Emosional
3.3 Untuk Mengetahui Jenis – jenis tingkatan Depresi
3.4 Untuk Mengetahui Penyebab Depresi
3.5 Untuk Mengetahui Gejala – gejala Depresi
3.6 Untuk Mengetahui Dampak Depresi
3.7 Untuk Mengetahui Pencegahan Depresi
3.8 Untuk Mengetahui Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya
Depresi
3.9 Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Depresi
BAB II
PEMBAHASAN

2 .1 PENGERTIAN DEPRESI
Depresi adalah suatu jenis gangguan alam perasaan atau emosi yang
disertai komponen psikologik : rasa susah,murung,sedih ,putus asa,dan tidak
bahagia,serta komponen somatik : anoreksia,konstipasi,kulit lembab,( rasa dingin
),tekanan darah dan denyut nadi menurun.
Depresi adalah salah satu gangguan jiwa pada alam perasaan ( afektif ,
mood ) ( teddy hidayat ,2008).
Depresi merupakan alam perasaan yang berat dan dimanifestasikan dengan
gangguan fungsi sosial dan fungsi fisik yang hebat,lama dan menetap pada
individu yang bersangkutan .depresi merupakan reaksi yang normal bila
berlangsung dalam waktu pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama
dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejal
psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realita, tidak
dapat menilai realita dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan
kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya
kegairahan hidup. (Hawari, 2001, hal.19)
Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung lebih dari
empat minggu, yang disertai prilaku seperti perubahan tidur, gangguan
konsentrasi, iritabilitas, sangat cemas, kurang bersemangat, sering menangis,
waspada berlebihan, pesimis, merasa tidak berharga, dan mengantisipasi
kegagalan. (DSM-IV-TR,2000 dalam Videbeck, 2008, hal.388)
Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan
perasaan sedih dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan. (Purwaningsih,
2009, hal. 130)
Depresi adalah keadaan emosional yang ditunjukkan dengan kesedihan,
berkecil hati, perasaan bersalah,penurunan harga diri, ketidakberdayaan dan
keputusasaan. (Isaacs, 2004, hal. 121)Dari keempat pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa depresi adalah gangguan alam perasaan yang disertai oleh
komponen psikologik dan komponen somatic yang terjadi akibat kesedihan yang
panjang.

2.2 Rentang respon emosional


Respon adaptif Respon maladaptive
Menurut Purwaningsih (2009) Reaksi Emosi dibagi menjadi dua yaitu:
1) Reaksi Emosi Adaptif
Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan
yang diterima dan berlangsung singkat. Ada 2 macam reaksi adaptif :
a) Respon emosi yang responsive
Keadaan individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang
ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal.
b) Reaksi kehilangan yang wajar
Merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang
mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita dari
kehilangan dan mengalami proses kehilangan, misalnya Bersedih, berhenti
kegiatan sehari – hari, takut pada diri sendiri, berlangsung tidak lama.
2) Reaksi Emosi Maladaptif
Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan, respon ini
dapat dibagi 3 tingkatan yaitu :
a) Supresi
Tahap awal respon emosional maladaptive, individu menyangkal,
menekan atau menginternalisasi semua aspek perasaannya terhadap
lingkungan.
b) Reaksi kehilangan yang memanjang
Supresi memanjang  mengganggu fungsi kehidupan individu
Gejala : bermusuhan, sedih berlebih, rendah diri.
c) Mania/ Depesi
Merupakan respon emosional yang berat dan dapat dikenal melalui
intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi social.
2.3 JENIS DAN TINGKATAN DEPRESI
Pembagian depresi dimaksudkan untuk mempermudah dalam mengambil
tindakan perawatan dan pengobatan. Ada tiga tingkatan dalam depresi antara lain :

 Depresi Sesaat
Depresi sesaat terjadi karena kita bereaksi terhadap keadaan yang teradi,
misalnya path hati. Depresi ini terbilang tingkat ringan karena kemudian bisa
hilang begitu kondisi tak menyenangkan dilalui. Tidak membutuhkan waktu yang
lama untuk mengatasi depresi ini, karena jika kita menemukan sesuatu yang baru
maka depresi ini akan hilang dengan sendirinya
 Depresi Neurotik
Penyembuhan depresi ini memakan waktu bertahun dan lebih sering
ditemukan di antara orang-orang yang tidak menikah, pengguna narkoba dan
alkoholik. Dari sana menunjukkan bahwa kasus depresi bisa terjadi pada orang
segala usia. Tidak hanya orang dewasa tetapi juga pada orang yang sangat tua
maupun anak
 Depresi Berat
Pada orang yang terkena gangguan depresi neurotik, sekitar 40 persen
menjadi depresi berat. Tingkat depresi berat itu adalah yang paling parah karena
sebagian menjadi gila dan mendapat perawatan rumah sakit. Biasanya kerja mulai
terganggu atau tidak bisa bekerja. Sedangkan depresi neurotik, biasanya diri
sendiri merasa terganggu tetapi dari luar belum kentara terganggu kualitasnya.
Terganggu pada pekerjaan tetapi masih bisa berjalan. Pada tingkatan depresi berat
penderita harus selalu mendapatkan perawatan yang intensif baik dari segi medis
maupun melalui psikiater.

2.4 PENYEBAB DEPRESI


Pada intinya, depresi merupakan suatu kondisi di mana alam perasaan
seseorang itu turun ke posisi yang terendah. Sekalipun penyebab persis depresi
tidak diketahui, tetapi bisa diduga faktor-faktor yang mendukung terjadinya
depresi
Macam-macam penyebab depresi :
1. Mengalami kekecewaan yang berat dalam hidupnya
2. Tidak berhasil mencapai suatu keinginan
3. Kehilangan orang yang paling dicintai
4. Tuntutan terhadap anak
5. Pertengkaran hebat antar pasangan
6. Derita penyakit berkepanjangan
7. Masalah keuangan
8. Persaingan karier
9. Rendahnya harga diri
10. Kesulitan menjalin hubungan dengan pasangan dan relasi
11. Gangguan hormonal
Sebab-sebab depresi di atas merupakan penyebab depresi yang terjadi
karena hubungan soial penderita. Beberapa obat yang dipakai untuk mengobati
HIV dapat menyebabkan atau memperburuk depresi, terutama efavirenz. Ada
beberapa penyakit misalnya anemia atau diabetes yang dapat menyebabkan gejala
serupa dengan depresi, begitu juga dengan penggunaan narkoba atau alkohol,
serta testosteron, vitamin B6 atau vitamin B12 yang rendah

2.5 GEJALA DEPRESI


Pasien depresif tidak selalu mengeluh adanya sedih. Mereka mungkin
mudah tersinggung dan banyak keluhan fisik. Gejala deperesi berbeda-beda
tergantung pada pasien yang bersangkutan. Kebanyakan dokter mencurigai
depresi bila pasien melaporkan bahwa dia merasa sedih atau kehilangan gairah
untuk kegiatan sehari-hari. Kemungkinan kita mengalami depresi bila perasaan ini
tetap berlanjut selama dua minggu atau lebih.
Sebelum kita menjelajah lebih jauh untuk mengenali gejala depresi, ada
baiknya jika kita mengenal apakah artinya gejala. Gejala merupakan sekumpulan
peristiwa, perilaku atau perasaan yang sering (namun tidak selalu) muncul pada
waktu bersamaan. Gejala depresi merupakan kumpulan dari perilaku dan perasaan
yang secara spesifik dan mempengaruhi fisik maupun psikis seseorang, serta dapat
dikelompokkan sebagai depresi . Namun yang perlu diingat, setiap orang
mempunyai perbedaan yang mendasar, yang memungkinkan suatu peristiwa atau
perilaku dihadapi secara berbeda dan memunculkan reaksi yang berbeda antara
satu orang dengan yang lain. Individu yang terkena depresi pada umumnya
menunjukkan gejala psikis, gejala fisik dan sosial yang khas, seperti murung,
sedih berkepanjangan, sensitif, mudah marah dan tersinggung, hilang semangat
kerja, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya konsentrasi dan menurunnya daya
tahan. Gejala-gejala depresi dapat dikelompokkan menjadi tiga gejala yaitu gejala
dari segi fisik, psikis, dan sosial. Untuk lebih jelasnya, kita lihat uraian di bawah
ini

GEJALA FISIK
Menurut para ahli, gejala depresi yang kelihatan secara fisik mempunyai
rentangan dan variasi yang luas sesuai dengan berat ringannya depresi yang
dialami. Namun secara garis besar ada beberapa gejala fisik umum yang mudah
untuk dideteksi. Gejala-gejala tersebut antara lain :
1. Gangguan pola tidur, baik mengalami kesulitan untuk tidur, terlalu sedikit
maupun terlalu banyak
2. Perubahan perilaku, pada umumnya, orang yang mengalami depresi
menunjukkan perilaku yang pasif, suka pada kegiatan yang tidak
melibatkan orang lain seperti nonton TV, makan, tidur
3. Aktivitas menurun, dan mudah capek. Orang yang terkena depresi akan
kehilangan sebagian atau seluruh motivasi kerjanya. Sebabnya, ia tidak
lagi bisa menikmati dan merasakan kepuasan atas apa yang dilakukannya.
Ia sudah kehilangan minat dan motivasi untuk melakukan kegiatan seperti
semula. Oleh karena itu, keharusan untuk tetap beraktifitas membuat
penderita semakin kehilangan energi karena energi yang ada sudah banyak
terpakai untuk mempertahankan diri agar tetap dapat berfungsi seperti
biasanya. Penderita mudah sekali lelah, capek padahal belum melakukan
aktifitas yang berarti
4. Semangat kerja menurun, tidak konsentrasi terhadap pekerjaan.
Penyebabnya jelas orang yang terkena depresi akan sulit memfokuskan
perhatian atau pikiran pada suatu hal, atau pekerjaan. Sehingga, mereka
juga akan sulit memfokuskan energi pada hal-hal prioritas. Kebanyakan
yang dilakukan justru hal-hal yang tidak efesien dan tidak berguna, seperti
misalnya ngemil, melamun, merokok terus-menerus, sering menelepon
yang tidak perlu. Yang jelas, orang yang terkena depresi akan terlihat dari
metode kerjanya kurang terstruktur, sistematika kerjanya jadi kacau atau
kerjanya jadi lamban
5. Nafsu makan berkurang dan kehilangan berat badan

GEJALA PSIKIS
gejala psikis adalah segala sesuatu yang menyangkut emosi dan tingkah
laku seseorang, seseorang yang mengalami depresi akan mengalami perubahan
tingkah laku dan watak yang mencolok sekali. Berikut adalah gejala-gejala psikis
yang dapat dialami oleh para penderita depresi
1. Kehilangan rasa percaya diri. Penyebabnya, orang yang mengalami
depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk
menilai diri sendiri. Pasti mereka senang sekali membandingkan dirinya
dengan orang lain. Orang lain dinilai lebih sukses, pandai, beruntung,
kaya, lebih berpendidikan, lebih berpengalaman, lebih diperhatikan oleh
atasan, dan pikiran negatif lainnya
2. Sensitif. Orang yang mengalami depresi senang sekali mengkaitkan segala
sesuatu dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering
peristiwa yang netral dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh
penderita, bahkan disalahartikan. Akibatnya, mereka penderita mudah
marah, mudah tersinggung, perasa, curiga akan maksud orang lain (yang
sebenarnya tidak ada apa-apa), mudah sedih, murung, dan lebih suka
menyendiri
3. Merasa diri tidak berguna. Perasaan tidak berguna ini muncul karena
mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau
lingkungan yang seharusnya penderita kuasai. Misalnya, seorang manajer
mengalami depresi karena ia dimutasikan ke bagian lain. Dalam
persepsinya, permutasian itu disebabkan ketidakmampuannya dalam
bekerja dan pimpinan menilai dirinya tidak cukup memberikan kontribusi
sesuai dengan yang diharapkan.
4. Perasaan bersalah. Perasaan bersalah kadang timbul dalam pemikiran
orang yang mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang
menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan
mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan.
Banyak pula yang merasa dirinya menjadi beban bagi orang lain dan
menyalahkan diri mereka atas situasi tersebutr.
5. Perasaan terbebani. Banyak orang menyalahkan orang lain atas kesusahan
yang dialaminya. Mereka merasa terbeban berat karena merasa terlalu
dibebani tanggung jawab yang berat.

GEJALA SOSIAL
Masalah depresi yang berawal dari diri sendiri pada akhirnya
mempengaruhi lingkungan dan pekerjaan (atau aktivitas rutin lainnya).
Lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi tersebut
yang pada umunya negatif (mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitif,
mudah letih, mudah sakit). Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada
masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan atau bawahan. Masalah ini tidak
hanya berbentuk konflik, namun masalah lainnya juga seperti perasaan minder,
malu, cemas jika berada di antara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk
berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap
terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada
kesempatan.

Menurut dr. Hubertus gejala depresi dibagi menjadi 2 yaitu :


Gejala Major Depression :
1. Gelisah dan sedih
2. Pesimis
3. Tak berguna, tidak percaya diri
4. kehilangan minat pada aktivitas yang menyenangkan termasuk
seks
5. tak bersemangat dan lamban
6. sulit konsentrasi
7. sulit mengambil keputusan putus asa
8. sulit tidur atau terlalu banyak tidur
9. putus asa
10. kehilangan selerea makan atau makan jadi berlebihan
11. berpikir tentang atau ingin bunuh diri
12. mudah tersinggung
13. merasa sakit kepala atau penyakit lain tak bisa sembuh seketika
Gejala Maniac-Depressive Illnes :
1. Gembira berlebihan dan tidak normal
2. Mudah tersinggung yang tidak lazim
3. Kebutuhan tidur menurun drastis
4. Bicara muluk tentang dirinya
5. Bicara berlebihan
6. Hasrat seksual meningkat pesat
7. Perilaku sosial menyimpang
8. Sulit berpikir jernih
2.6 DAMPAK DEPRESI
Depresi tidak hanya menyerang psikis seseorang, tetapi juga dapat
menimbulkan efek-efek lain bagi tubuh yang secara langsung dapat mengganggu
aktifitas dan kesehatan penderita. Efek paling berat paling dirasakan pada orang
yang mengalami depresi berat, karena pada tingkatan depresi ini sebagian besar
harus mendapatkan perawatan di rumah sakit jiwa. Lingkungan rumah sakit
maupun efek obat untuk terapi tentu akan berpengaruh secara langsung terhadap
fisik pasien depresi di rumah sakit. Ada berbagai macam dampak depresi dari
yang paling ringan hingga yang sangat berat bahkan menimbulkan kematian.

Dampak-dampak tersebut antara lain :


1. Depresi biasanya akan disertai dengan penyakit fisik, seperti asma,
jantung koroner, sakit kepala dan maag
2. Menurut seorang ahli yang juga penulis buku, yaitu Philip Rice, depesi
akan meningkatkan resiko seseorang terserang penyakit karena kondisi
depresi cenderung meningkatkan sirkulasi adrenalin dan kortisol sehingga
menurunkan tingkat kekebalan tubuhnya. Jika sistem kekebalan tubuh
menjadi lemah maka penyakit akan mudah untuk menyerang penderita
depresi
3. Penyakit mudah hinggap karena orang yang terkena depresi sering
kehilangan nafsu makan, kebiasaan makannya jadi berubah (terlalu
banyak makan atau sulit makan), kurang berolah raga, mudah lelah dan
sulit tidur
4. Selain penurunan daya tahan tubuh, depresi dipandang berbahaya bagi
kesehatan psikis dan fisik karena bisa menyebabkan penurunan fungsi
kognitif, emosi dan produktifitas dalam pekerjaan.
5. Dampak depresi tidak hanya akan mempengaruhi diri sendiri penderita
tersebut tapi juga akan berdampak bagi “lingkungan” sekitarnya. Yang
dimaksud dengan lingkungan di sini adalah orang lain di sekitar penderita.
Seperti halnya jika kita terserang flu, maka seluruh tubuh kita merasa
lemas dan tidak enak . bukan hanya itu, orang lain yang ada disekitar kita
juga berpotensi untuk tertular oleh penyakit flu kita.
6. Ada pula dimana depresi tidak menyebabkan penyakit, tetapi justru
penyakit yang tak kunjung sembuh yang akhirnya menyebabka depresi
sehingga akan memperparah penyakit tersebut. Contoh kasus adalah
depresi yang dialami penderita kanker, asma, sakit punggung yang
biasanya berlangsung bertahun-tahun

2.7 Pencegahan Depresi


Depresi memang dapat diobati namun depresi juga dapat dicegah,
ingat mencegah lebih baik daripada mengobati. Berikut adalah cara
mencegah depresi :
a) Usahakan untuk selalu punya seseorang yang dekat untuk bercurah hati.
Jangan pernah untuk menyimpan sendiri beban hidup kita. Karena hal ini
dapat memperburuk depresi yang sdah dialami mapun dapat
mengakibatkan depresi
b) Berpartisipasi dalam suatu kegiatan yang dapat membuat diri lebih baik,
hal ini dapat mengalihkan perhatian kita terhadap masalah yang sedang
kita hadapi. Ingat kita bkan lari dari masalah tetapi labih cenderung
menyegarkn pikiran kita sehingga kita lebih siap untuk menghadapinya
lagi nanti.
c) Berpikir realistis, jangan terlalu menghayal dan berimajinasi. Hilangkan
kata “seandainya saya…” dalam hidup kita
d) Melakukan olahraga, aktif dalam kelompok agama dan sosial, kegiatan
tersebut membuat kita lebih jarang melamun
e) Mengubah suasana hati, Usahakan untuk selalu membuat suasan hati kita
gembira karena hal tersebut dapat menghindarkan diri dari menyalahkan
diri sendiri
f) Jangan banyak berpengharapan
g) Berpikir positif
h) Lapang hati dan sabar dalam mengadapi segala cobaan hidup dapat
menjauhkan diri kita dari depresi

2.8 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA


DEPRESI
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang lebih berisiko
terkena depresi, faktor tersebut antara lain :
Jenis Kelamin
Pada pengamatan yang hampir universal, terlepas dari kultur negara,
terdapat prevalensi gangguan depresi berat yang dua kali lebih besar pada wanita
dibandingkan laki-laki. Walaupun alasn adanya perbedaan tersebut tidak
diketahui, penelitian telah jelas menunjukkan bahwa perbedaan di dalam
masyarakat barat tidak semata-mata karena praktek diagnostik yang secara sosial
mengalami bias(sinopsis psikiatri halm 779)
Usia
Rata-rata usia onset untuk gangguan depresif berat adalah kira-kira 40
tahun, 50 persen dari semua pasien mempunyai onset antara usia 20 dan 30 tahun.
Gangguan depresif berat juga mungkin memiliki onset selama masa anak-anak
atau pada lanjut usia, walaupun hal tersebut jarang terjadi. Beberapa data
epidemiologis baru-baru ini menyatakan bahwa insidensi gangguan depresif berat
mungkin meningkat pada orang-orang yang berusia kurang dari 20 tahun. Karena
pada usia tersebut masalah hidup lebih berat Jika pengamatan tersebut benar, hal
tersebut mungkin berhubungan dengan meningkatnya penggunaan alkohol dan zat
lain pada kelompok usia tersebut.
Status Perkawinan
Pada umumnya, gangguan depresif berat terjadi paling sering pada orang
yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai atau
berpisah. Hal ini mungkin karena penderita tidak mempunyai tempat maupun
orang untuk menceritakan atau berbagi masalah yang dialami dalam
kehidupannya
Pertimbangan Sosioekonomi dan Kultural
Tidak ditemukan adanya korelasi antara status sosioekonomi dan
gangguan depresif berat. Depresi mungkin lebih sering di daerah pedesaan
daripada di daerah perkotaan. Untuk depresi sesaat ekonomi sangat
berpengaruhmisalnya kenaikan harga BBM dapat menyebabkan depresi, karena
hal tersebut sangat memberatkan apalagi untuk golongan ekonomi ke bawah.
Tetapi depresi ini akan hilang dengan sendirinya dalam jangk waktu tertentu.
Dalam kasus ini jika harga BBM kembali turun maka depresi tersebut akan hilang.

2.9 PENATALAKSANAAN DEPRESI


Menurut (Tomb, 2003, hal.61)
Semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi, dan beberapa
memerlukan tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus bergantung pada
diagnosis, berat penyakit, umur pasien, respon terhadap terapi sebelumnya.
1) Terapi Psikologik
Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan, empati,
pengertian dan optimistic. Bantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan
hal – hal yang membuatnya prihatin dan melontarkannya. Identifikasi factor
pencetus dan bantulah untuk mengoreksinya. Bantulah memecahkan problem
eksternal (misal, pekerjaan, menyewa rumah), arahkan pasien terutama selama
periode akut dan bila pasien tidak aktif bergerak. Latih pasien untuk mengenal
tanda – tanda dekompensasi yang akan dating. Temui pasien sesering mungkin
(mula – mula 1 – 3 kali per minggu) dan secara teratur, tetapi jangan sampai tidak
berakhir atau untuk selamanya. Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi dapat
memprovokasi kemarahan anda (melalui kemarahan, hostilitas, dan tuntutan yang
tak masuk akal, dll.). psikoterapi berorientasi tilikan jangka panjang, dapat
berguna pada pasien depresi minor kronis tertentu dan beberapa pasien dengan
depresi mayor yang mengalami remisi tetapi mempunyai konflik.

Terapi Kognitif – Perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi


sedang dan ringan. Diyakini oleh sebagian orang sebagai “ketidakberdayaan yang
dipelajari”, depresi diterapi dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan
memberikan pengalaman – pengalaman sukses. Dari perspektif kognitif, pasien
dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiran – pikiran negative dan harapan
– harapan negative. Terapi ini mencegah kekambuhan.

Deprivasi tidur parsial (bangun mulai di pertengahan malam dan tetap terjaga
sampai malam berikutnya), dapat membantu mengurangi gejala – gejala depresi
mayor buat sementara. Latihan fisik (berlari, berenang) dapat memperbaiki
depresi, dengan mekanisme biologis yang belum dimengerti dengan baik.
2) Terapi Fisik
Semua depresi mayor dan depresi kronis atau depresi minor yang tidak
membaik membutuhkan antidepresan (70 – 80 % pasien berespon terhadap
antidepresan), meskipun yang mencetuskan jelas terlihat atau dapat diidentifikasi.
Mulailah dengan SSRI atau salah satu antidepresan terbaru. Apabila tidak
berhasil, pertimbangkan antidepresan trisiklik, atau MAOI (terutama pada depresi
“atipikal”) atau kombinasi beberapa obat yang efektif bila obat pertama tidak
berhasil. Waspadalah terhadap efek samping dan bahwa antidepresan “dapat”
mencetuskan episode manik pada beberapa pasien bipolar (10 % dengan TCA,
dengan SSRI lebih rendah, tetapi semua koonsep tentang “presipitasi manic”
masih diperdebatkan). Setelah semuh dari episode depresi pertama, obat
dipertahankan untuk beberapa bulan, kemudian diturunkan, meskipun demikian
pada beberapa pasien setelah satu atau lebih kekambuhan, membutuhkan obat
rumatan untuk periode panjang. Antidepresan saja (tunggal) tidak dapat
mengobati depresi psikosis unipolar.

Litium efektif dalam membuat remisi gangguan bipolar, mania dan mungkin
bermanfaat dalam pengobatan depresi bipolar akut dan beberapa depresi unipolar.
Obat ini cukup efektif pada bipolar serta untuk mempertahankan remisi dan begitu
pula pada pasien unipolar. Antikonvulsan tampaknya juga sama baik dengan litium
untuk mengobati kondisi akut, meskipun kurang efektif untuk rumatan.
Antidepresan dan litium dapat dimulai secara bersama – sama dan litium
diteruskan setelah remisi. Psikotik, paranoid atau pasien sangat agitasi
membutuhkan antipsikotik, tunggal atau bersama – sama dengan antidepresan,
litium atau ECT – antidepresan antipikal yang baru saja terlihat efektif.
ECT mungkin merupakan terapi terpilih :
a) Bila obat tidak berhasil setelah satu atau lebih dari 6 minggu
pengobatan,
b) Bila kondisi pasien menuntut remisi segera (misal, bunuh diri yang
akut),
c) Pada beberapa depresi psikotik,
d) Pada pasien yang tidak dapat mentoleransi obat (misal pasien tua yang
berpenyakit jantung). Lebih dari 90 % pasien memberikan respons.

 Terapi Obat
Depresi dapat diobati dengan antidepresanObat untuk depresi, namun anti
depresan dapat berinteraksi dengan ARV. Anti depresan harus dipakai dalam
pengawsan dokter yang mengetahui mengenai ARV yang kita pakai. Ritonavir
FOOt NOTE dan indinavir paling sering beriteraksi dengan antidepresan.

Antidepresan yang paling sering dipakai dalam mengobati depresi adalah


SSRIFOOTNOTE. Efek samping obat golongan ini dapat menyebabkn
kehilangan nafsu seks, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, insomnia (sulit
tidur), kelelahan, mual, diare, dan kegelisahan

Obat dari golongan trisiklik menyebabkan lebih banyak efek samping


daripada SSRI. Obat dari golongan ini dapat menyebabkan sedasi FOOTNOTE,
sembelit, dan denyut jantung tidak teratur.

Pengobatan depresi ringan dapat disesuaikan dengan gejala-gejala yang


timbul. Misalnya susah tidur dan kehilangan nafsu makan dapat diberikan obat
penambah nafsu makan atau obat tidur.
Terapi antidepresi yang pasti adalah dengan obat atau kejang listrik (ECT)
membutuhkan beberapa minggu atau lebih lama. Informasi penting untuk
menentukan tindakan pengobatan adalah : apakah pasien psikotik?, apakah pasien
telah minum obat atau alkohol?, adakah gangguan medik yang ditemukan?. Jika
kita telah mengetahui masing-masing informasi tentang hal diatas, maka tindakan
pengobatan selanjutnya akan lebih aman, mengingat antidepresan sangat mudah
bereaksi dengan obat lain.

Berikut ini adalah terapi obat dengan antidepresan :


1. Bila pasien mengidap gangguan organik, dapat diatasi dengan
benzodiazepine seperti lorazem (ativan) 1-2 mg per oral atau 1M,
alprazolam (xanax) 0,5-1 mg per oral, atau oksazepam (serax) 10-30 mg
per oral, semua diberikan tiap 4 jam dan seperlunya
2. Bila gejala psikotik timbul, benzodiazepine dapat digunkan, tetapi
antipsikotika perlu dipertimbangkan. Contuh haloperidol (haldol) 2-5 mg
per oral atau 1M, flufenazin (prolixin, anatensol) 2-5 mg per oral atau 1M,
atau tiotiksen (navane) 2-5 mg per oral atau 1M. semua diberikan tiap 4
jam seperlunya.
LAPORAN PENDAHULUAN

I . MASALAH UTAMA

Gangguan alam perasaan: depresi dengan resiko bunuh diri.

II. PROSES TERJADINYA MASALAH

Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai
komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia,
serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin),
tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.

Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan
genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor
psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor
keseimbangan elektrolit dan sebagainya.

Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti bunuh diri, penyakit
infeksi, pembedahan, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik
seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.

Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu


yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya
depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila
keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai
realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
III. A. POHON MASALAH
Kasus

Klien Tn. D 45 th, datang ke emergensi dengan keluhan merasa dirinya sudah
tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tuhuan hidup, putus asa dan cenderung
ingin bunuh diri. Klien mudah tersinggung dan ketidakmampuan untuk
konsentrasi, anoreksia, konstipasi, tensidan nadi menurun, ekspresi wajah
murung, sukar tidur dan sering menangis. Menurut psikolog klien memiliki corak
kepribadian klien depresif. Perawat menyusun diagnosa keperawatan dan
memberi terapi rekreasi audiovisual.

MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

1. Gangguan alam perasaan: depresi


a) Data subyektif:
Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.Sering
mengemukakan keluhan somatik. Merasa dirinya sudah tidak berguna
lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung
bunuh diri.

b) Data obyektif:
Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila
duduk dengan sikap yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan
yang lambat dengan langkah yang diseret.Kadang-kadang dapat terjadi
stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan
sering menangis.Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya
kosong, konsentrasi terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat
berpikir, tidak mempunyai daya khayal Pada pasien psikosa depresif
terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk akal (irasional),
waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi.Kadang-kadang pasien suka
menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable)
dan tidak suka diganggu.
2. Koping maladaptif
DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.
2. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping
maladaptif.

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


a. Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.
b. Tujuan khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
a Perkenalkan diri dengan klien
b Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empati
c Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak
memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan.
d Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons sesuai dengan
keinginannya
e Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana dan
mudah dimengerti
f Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang lain.
2. Klien dapat menggunakan koping adaptif
Tindakan:
a Beri dorongan untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan
bahwa perawat memahami apa yang dirasakan pasien.
b Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan
sedih/menyakitkan
c Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan
d Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping.
e Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan
dapat diterima
f Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih
g Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan
masalah.

3. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri


Tindakan:
a Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.
b Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan olch pasien untuk
mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci.
c Jauhkan bahan alat yang membahayakan pasien.
d Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh
peramat/petugas.

4. Klien dapat meningkatkan harga diri


Tindakan:
a Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
b Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
c Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar
sesama,keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).

5. Klien dapat menggunakan dukungan social


Tindakan:
1. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu
(orang-orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok
pendukung, agama yang dianut).
2. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu,
aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).
3. Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka
agama).

6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat


Tindakan:
a Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping
minum obat).
b Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat,
dosis, cara, waktu).
c Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
d Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.

BAB II
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Depresi merupakan gangguan psikis yang dapat menurunkan alam
kesadaran seseorang, sehingga seseorang yang terkena depresi akan terganggu
aktifitasnya. Ada banyak pengertian tentang arti depresi, Depresi adalah penyakit
suasana hati. Penyakit dari sekitar kesedihan atau duka cita. “Depresi adalah
gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh
proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya
mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan
harapan”. Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia baik fungsi
psikis mupun fungsi fisik, yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan
gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan,
psikomotorik, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya,
serta gagasan bunuh diri.(ilmu kedokteran jiwa darurat halm 227) Depresi tidak
hanya menggambarkan suasana hati, tetapi juga meliputi perubahan dalam
pemikiran, perilaku, dan biologis kita. Jika hal tersebut dibiarkan maka akan
sangat berbahaya karena akan mempengaruhi keseimbangan hubungan diri kita
dengan lingkungan. Depresi dapat menurunkan fungsi kognitif, emosi dan
produktifitas pada individu.

3.2 Saran
Dalam melakukan tindakan keperwatan jiwa kepada pasien yang akan
melakukan terapi kejang listrik kita sebagai seorang perawat harus dapat
melakukan secara benar dalam arti keilmuannya untuk praktik keperawatan
harus dilakukan oleh perawat professional dan berkompeten.

DAFTAR PUSTAKA

 http://fitra-ilmukeperawatan.blogspot.com/2010/11/terapi-kejang-
listrik.html
 Dalami, Ermawati dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Jiwa. Jakarta : Trans Info Media
 Maramis, W.F. 1994. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga
University Press Baihaqi, MIF. 2007. Psikiatri. Bandung : PT Refika
Aditama

Anda mungkin juga menyukai