Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU
Kesehatan No. 23 th 1992 ). Sedangkan kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari
seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain (UU
No. 3 th 1966 pasal 1 ).
1.3 Tujuan
3.1 Untuk Mengetahui pengertian dari Depresi
3.2 Untuk Mengetahui Rentang respon Emosional
3.3 Untuk Mengetahui Jenis – jenis tingkatan Depresi
3.4 Untuk Mengetahui Penyebab Depresi
3.5 Untuk Mengetahui Gejala – gejala Depresi
3.6 Untuk Mengetahui Dampak Depresi
3.7 Untuk Mengetahui Pencegahan Depresi
3.8 Untuk Mengetahui Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya
Depresi
3.9 Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Depresi
BAB II
PEMBAHASAN
2 .1 PENGERTIAN DEPRESI
Depresi adalah suatu jenis gangguan alam perasaan atau emosi yang
disertai komponen psikologik : rasa susah,murung,sedih ,putus asa,dan tidak
bahagia,serta komponen somatik : anoreksia,konstipasi,kulit lembab,( rasa dingin
),tekanan darah dan denyut nadi menurun.
Depresi adalah salah satu gangguan jiwa pada alam perasaan ( afektif ,
mood ) ( teddy hidayat ,2008).
Depresi merupakan alam perasaan yang berat dan dimanifestasikan dengan
gangguan fungsi sosial dan fungsi fisik yang hebat,lama dan menetap pada
individu yang bersangkutan .depresi merupakan reaksi yang normal bila
berlangsung dalam waktu pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama
dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejal
psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realita, tidak
dapat menilai realita dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan
kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya
kegairahan hidup. (Hawari, 2001, hal.19)
Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung lebih dari
empat minggu, yang disertai prilaku seperti perubahan tidur, gangguan
konsentrasi, iritabilitas, sangat cemas, kurang bersemangat, sering menangis,
waspada berlebihan, pesimis, merasa tidak berharga, dan mengantisipasi
kegagalan. (DSM-IV-TR,2000 dalam Videbeck, 2008, hal.388)
Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan
perasaan sedih dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan. (Purwaningsih,
2009, hal. 130)
Depresi adalah keadaan emosional yang ditunjukkan dengan kesedihan,
berkecil hati, perasaan bersalah,penurunan harga diri, ketidakberdayaan dan
keputusasaan. (Isaacs, 2004, hal. 121)Dari keempat pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa depresi adalah gangguan alam perasaan yang disertai oleh
komponen psikologik dan komponen somatic yang terjadi akibat kesedihan yang
panjang.
Depresi Sesaat
Depresi sesaat terjadi karena kita bereaksi terhadap keadaan yang teradi,
misalnya path hati. Depresi ini terbilang tingkat ringan karena kemudian bisa
hilang begitu kondisi tak menyenangkan dilalui. Tidak membutuhkan waktu yang
lama untuk mengatasi depresi ini, karena jika kita menemukan sesuatu yang baru
maka depresi ini akan hilang dengan sendirinya
Depresi Neurotik
Penyembuhan depresi ini memakan waktu bertahun dan lebih sering
ditemukan di antara orang-orang yang tidak menikah, pengguna narkoba dan
alkoholik. Dari sana menunjukkan bahwa kasus depresi bisa terjadi pada orang
segala usia. Tidak hanya orang dewasa tetapi juga pada orang yang sangat tua
maupun anak
Depresi Berat
Pada orang yang terkena gangguan depresi neurotik, sekitar 40 persen
menjadi depresi berat. Tingkat depresi berat itu adalah yang paling parah karena
sebagian menjadi gila dan mendapat perawatan rumah sakit. Biasanya kerja mulai
terganggu atau tidak bisa bekerja. Sedangkan depresi neurotik, biasanya diri
sendiri merasa terganggu tetapi dari luar belum kentara terganggu kualitasnya.
Terganggu pada pekerjaan tetapi masih bisa berjalan. Pada tingkatan depresi berat
penderita harus selalu mendapatkan perawatan yang intensif baik dari segi medis
maupun melalui psikiater.
GEJALA FISIK
Menurut para ahli, gejala depresi yang kelihatan secara fisik mempunyai
rentangan dan variasi yang luas sesuai dengan berat ringannya depresi yang
dialami. Namun secara garis besar ada beberapa gejala fisik umum yang mudah
untuk dideteksi. Gejala-gejala tersebut antara lain :
1. Gangguan pola tidur, baik mengalami kesulitan untuk tidur, terlalu sedikit
maupun terlalu banyak
2. Perubahan perilaku, pada umumnya, orang yang mengalami depresi
menunjukkan perilaku yang pasif, suka pada kegiatan yang tidak
melibatkan orang lain seperti nonton TV, makan, tidur
3. Aktivitas menurun, dan mudah capek. Orang yang terkena depresi akan
kehilangan sebagian atau seluruh motivasi kerjanya. Sebabnya, ia tidak
lagi bisa menikmati dan merasakan kepuasan atas apa yang dilakukannya.
Ia sudah kehilangan minat dan motivasi untuk melakukan kegiatan seperti
semula. Oleh karena itu, keharusan untuk tetap beraktifitas membuat
penderita semakin kehilangan energi karena energi yang ada sudah banyak
terpakai untuk mempertahankan diri agar tetap dapat berfungsi seperti
biasanya. Penderita mudah sekali lelah, capek padahal belum melakukan
aktifitas yang berarti
4. Semangat kerja menurun, tidak konsentrasi terhadap pekerjaan.
Penyebabnya jelas orang yang terkena depresi akan sulit memfokuskan
perhatian atau pikiran pada suatu hal, atau pekerjaan. Sehingga, mereka
juga akan sulit memfokuskan energi pada hal-hal prioritas. Kebanyakan
yang dilakukan justru hal-hal yang tidak efesien dan tidak berguna, seperti
misalnya ngemil, melamun, merokok terus-menerus, sering menelepon
yang tidak perlu. Yang jelas, orang yang terkena depresi akan terlihat dari
metode kerjanya kurang terstruktur, sistematika kerjanya jadi kacau atau
kerjanya jadi lamban
5. Nafsu makan berkurang dan kehilangan berat badan
GEJALA PSIKIS
gejala psikis adalah segala sesuatu yang menyangkut emosi dan tingkah
laku seseorang, seseorang yang mengalami depresi akan mengalami perubahan
tingkah laku dan watak yang mencolok sekali. Berikut adalah gejala-gejala psikis
yang dapat dialami oleh para penderita depresi
1. Kehilangan rasa percaya diri. Penyebabnya, orang yang mengalami
depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk
menilai diri sendiri. Pasti mereka senang sekali membandingkan dirinya
dengan orang lain. Orang lain dinilai lebih sukses, pandai, beruntung,
kaya, lebih berpendidikan, lebih berpengalaman, lebih diperhatikan oleh
atasan, dan pikiran negatif lainnya
2. Sensitif. Orang yang mengalami depresi senang sekali mengkaitkan segala
sesuatu dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering
peristiwa yang netral dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh
penderita, bahkan disalahartikan. Akibatnya, mereka penderita mudah
marah, mudah tersinggung, perasa, curiga akan maksud orang lain (yang
sebenarnya tidak ada apa-apa), mudah sedih, murung, dan lebih suka
menyendiri
3. Merasa diri tidak berguna. Perasaan tidak berguna ini muncul karena
mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau
lingkungan yang seharusnya penderita kuasai. Misalnya, seorang manajer
mengalami depresi karena ia dimutasikan ke bagian lain. Dalam
persepsinya, permutasian itu disebabkan ketidakmampuannya dalam
bekerja dan pimpinan menilai dirinya tidak cukup memberikan kontribusi
sesuai dengan yang diharapkan.
4. Perasaan bersalah. Perasaan bersalah kadang timbul dalam pemikiran
orang yang mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang
menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan
mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan.
Banyak pula yang merasa dirinya menjadi beban bagi orang lain dan
menyalahkan diri mereka atas situasi tersebutr.
5. Perasaan terbebani. Banyak orang menyalahkan orang lain atas kesusahan
yang dialaminya. Mereka merasa terbeban berat karena merasa terlalu
dibebani tanggung jawab yang berat.
GEJALA SOSIAL
Masalah depresi yang berawal dari diri sendiri pada akhirnya
mempengaruhi lingkungan dan pekerjaan (atau aktivitas rutin lainnya).
Lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi tersebut
yang pada umunya negatif (mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitif,
mudah letih, mudah sakit). Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada
masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan atau bawahan. Masalah ini tidak
hanya berbentuk konflik, namun masalah lainnya juga seperti perasaan minder,
malu, cemas jika berada di antara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk
berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap
terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada
kesempatan.
Deprivasi tidur parsial (bangun mulai di pertengahan malam dan tetap terjaga
sampai malam berikutnya), dapat membantu mengurangi gejala – gejala depresi
mayor buat sementara. Latihan fisik (berlari, berenang) dapat memperbaiki
depresi, dengan mekanisme biologis yang belum dimengerti dengan baik.
2) Terapi Fisik
Semua depresi mayor dan depresi kronis atau depresi minor yang tidak
membaik membutuhkan antidepresan (70 – 80 % pasien berespon terhadap
antidepresan), meskipun yang mencetuskan jelas terlihat atau dapat diidentifikasi.
Mulailah dengan SSRI atau salah satu antidepresan terbaru. Apabila tidak
berhasil, pertimbangkan antidepresan trisiklik, atau MAOI (terutama pada depresi
“atipikal”) atau kombinasi beberapa obat yang efektif bila obat pertama tidak
berhasil. Waspadalah terhadap efek samping dan bahwa antidepresan “dapat”
mencetuskan episode manik pada beberapa pasien bipolar (10 % dengan TCA,
dengan SSRI lebih rendah, tetapi semua koonsep tentang “presipitasi manic”
masih diperdebatkan). Setelah semuh dari episode depresi pertama, obat
dipertahankan untuk beberapa bulan, kemudian diturunkan, meskipun demikian
pada beberapa pasien setelah satu atau lebih kekambuhan, membutuhkan obat
rumatan untuk periode panjang. Antidepresan saja (tunggal) tidak dapat
mengobati depresi psikosis unipolar.
Litium efektif dalam membuat remisi gangguan bipolar, mania dan mungkin
bermanfaat dalam pengobatan depresi bipolar akut dan beberapa depresi unipolar.
Obat ini cukup efektif pada bipolar serta untuk mempertahankan remisi dan begitu
pula pada pasien unipolar. Antikonvulsan tampaknya juga sama baik dengan litium
untuk mengobati kondisi akut, meskipun kurang efektif untuk rumatan.
Antidepresan dan litium dapat dimulai secara bersama – sama dan litium
diteruskan setelah remisi. Psikotik, paranoid atau pasien sangat agitasi
membutuhkan antipsikotik, tunggal atau bersama – sama dengan antidepresan,
litium atau ECT – antidepresan antipikal yang baru saja terlihat efektif.
ECT mungkin merupakan terapi terpilih :
a) Bila obat tidak berhasil setelah satu atau lebih dari 6 minggu
pengobatan,
b) Bila kondisi pasien menuntut remisi segera (misal, bunuh diri yang
akut),
c) Pada beberapa depresi psikotik,
d) Pada pasien yang tidak dapat mentoleransi obat (misal pasien tua yang
berpenyakit jantung). Lebih dari 90 % pasien memberikan respons.
Terapi Obat
Depresi dapat diobati dengan antidepresanObat untuk depresi, namun anti
depresan dapat berinteraksi dengan ARV. Anti depresan harus dipakai dalam
pengawsan dokter yang mengetahui mengenai ARV yang kita pakai. Ritonavir
FOOt NOTE dan indinavir paling sering beriteraksi dengan antidepresan.
I . MASALAH UTAMA
Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai
komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia,
serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin),
tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.
Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan
genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor
psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor
keseimbangan elektrolit dan sebagainya.
Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti bunuh diri, penyakit
infeksi, pembedahan, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik
seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.
Klien Tn. D 45 th, datang ke emergensi dengan keluhan merasa dirinya sudah
tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tuhuan hidup, putus asa dan cenderung
ingin bunuh diri. Klien mudah tersinggung dan ketidakmampuan untuk
konsentrasi, anoreksia, konstipasi, tensidan nadi menurun, ekspresi wajah
murung, sukar tidur dan sering menangis. Menurut psikolog klien memiliki corak
kepribadian klien depresif. Perawat menyusun diagnosa keperawatan dan
memberi terapi rekreasi audiovisual.
b) Data obyektif:
Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila
duduk dengan sikap yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan
yang lambat dengan langkah yang diseret.Kadang-kadang dapat terjadi
stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan
sering menangis.Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya
kosong, konsentrasi terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat
berpikir, tidak mempunyai daya khayal Pada pasien psikosa depresif
terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk akal (irasional),
waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi.Kadang-kadang pasien suka
menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable)
dan tidak suka diganggu.
2. Koping maladaptif
DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Depresi merupakan gangguan psikis yang dapat menurunkan alam
kesadaran seseorang, sehingga seseorang yang terkena depresi akan terganggu
aktifitasnya. Ada banyak pengertian tentang arti depresi, Depresi adalah penyakit
suasana hati. Penyakit dari sekitar kesedihan atau duka cita. “Depresi adalah
gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh
proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya
mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan
harapan”. Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia baik fungsi
psikis mupun fungsi fisik, yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan
gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan,
psikomotorik, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya,
serta gagasan bunuh diri.(ilmu kedokteran jiwa darurat halm 227) Depresi tidak
hanya menggambarkan suasana hati, tetapi juga meliputi perubahan dalam
pemikiran, perilaku, dan biologis kita. Jika hal tersebut dibiarkan maka akan
sangat berbahaya karena akan mempengaruhi keseimbangan hubungan diri kita
dengan lingkungan. Depresi dapat menurunkan fungsi kognitif, emosi dan
produktifitas pada individu.
3.2 Saran
Dalam melakukan tindakan keperwatan jiwa kepada pasien yang akan
melakukan terapi kejang listrik kita sebagai seorang perawat harus dapat
melakukan secara benar dalam arti keilmuannya untuk praktik keperawatan
harus dilakukan oleh perawat professional dan berkompeten.
DAFTAR PUSTAKA
http://fitra-ilmukeperawatan.blogspot.com/2010/11/terapi-kejang-
listrik.html
Dalami, Ermawati dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Jiwa. Jakarta : Trans Info Media
Maramis, W.F. 1994. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga
University Press Baihaqi, MIF. 2007. Psikiatri. Bandung : PT Refika
Aditama